Anda di halaman 1dari 10

Disusun Oleh Kelompok 12 :

LOVANNI ERLIUS (2014070012)

FALIMA EZA (2014070044)

Dosen Pengampu :

Dwi Nur Umi Rahmawati, M.Pd

i
A. Pengertian Blended Learning
Blended learning istilah yang berasal dari bahasa Inggris, yang terdiri dari dua
suku kata, blended dan learning. Blend yaitu campuran yang berarti terdapat berbagai
macam pola pembelajaran yang digunakan. Learning berarti belajar. Sehingga dapat
diartikan sebagai penggabungan atau pencampuran aspek-aspek dalam pembelajaran.
bisa terdiri dari dua atau lebih strategi atau media yang dapat digunakan. Blended
learning adalah pembelajaran yang memadukan pembelajaran berbasis teknologi dan
informsi dengan pembelajaran berbasis kelas/tatap muka. Aspek yang digabungkan
dapat berbentuk apa saja, misalkan metode, media, sumber, lingkungan ataupun strategi
pembelajaran dan tidak hanya mengkombinasikan face-to-face dan online learning saja.
Dengan demikian, Blended learning dapat diartikan sebagai proses pembelajaran
yang memanfaatkan berbagai macam pendekatan. Pendekatan yang dilakukan dapat
memanfaatkan berbagai macam media dan teknologi. Secara sederhana dapat dikatakan
bahwa blended learning adalah pembelajaran yang mengkombinasikan antara tatap
muka (pembelajaran secara konvensional, dimana antara pendidik dan peserta didik
saling berinteraksi secara langsung, masing-masing dapat bertukar informasi mengenai
bahan-bahan pembelajaran), belajar mandiri (belajar dengan berbagai modul yang telah
disediakan) serta belajar mandiri secara online.

1. Unsur-unsur Blended Learning


Pembelajaran tatap muka dilakukan seperti yang sudah dilakukan sebelum
ditemukannya teknologi cetak, audio visual, dan komputer, pendidik sebagai
sumber belajar utama. Unsur-Unsur pembelajaran berbasis blended learning
mengkombinasikan antara tatap muka dan e-learningyang memiliki 6 (enam)
unsur, yaitu:
(a) tatap muka
(b) belajar mandiri,
(c) aplikasi,
(d) tutorial,
(e) kerjasama, dan
(f) evaluasi.\

1
2. Klasifikasi Blended Learning
Klasifikasi Blended Learninguntuk memahami e-Learning beberapa ahli
mengklasifikasi berdasarkan karakteristik. Pada umumnya pembelajaran e-
Learning atau online adalah "asynchronous", di mana pendidik, guru, dosen,
instruktur dan orang yang belajar (siswa) tidak bertemu di saat yang sama.

B. Karakteristik dan Tujuan Pembelajaran Blended Learning


1. Karakteristik Blanded Leaning
Adapun karakteristik dari blended learning yaitu:
a. Pembelajaran yang menggabungkan berbagai cara penyampaian, model
pembelajaran, gaya pembelajaran, serta berbagai media berbasis
teknologi yang beragam.
b. Sebagai sebuah kombinasi pembelajaran langsung (face to face), belajar
mandiri, dan belajar mandiri via online.
c. Pembelajaran yang didukung oleh kombinasi efektif dari cara
penyampaian, cara mengajar dan gaya pembelajaran.
d. Guru dan orangtua peserta belajar memiliki peran yang sama penting,
guru sebagai fasilitator, dan orangtua sebagai pendukung.

2. Tujuan Blended Learning


Blended Learning memiliki tujuan, diantaranya:
a. Membantu peserta didik untuk berkembang lebih baik di dalam proses
belajar, sesuai dengan gaya belajar dan preferensi dalam belajar.
b. Menyediakan peluang yang praktis realistis bagi pendidik dan peserta
didik untuk pembelajaran secara mandiri, bermanfaat, dan terus
berkembang.
c. Peningkatan penjadwalan fleksibilitas bagi peserta didik, dengan
menggabungkan aspek terbaik dari tatap muka dan instruksi online.

2
C. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Berbasis Blended Learning
1. Kelebihan blended learning
a. Dapat digunakan untuk menyampaikan pembelajaran kapan saja dan dimana
saja.
b. Pembelajaran terjadi secara mandiri dan konvensional, yang keduanya memiliki
kelebihan yang dapat saling melengkapi.
c. Pembelajaran lebih efektif dan efisien
d. Meningkatkan aksesbiltas. Dengan adanya blended learning maka pebelajar
semakin mudah dalam mengakses materi pembelajaran.
e. Pembelajaran menjadi lebih luwes dan tidak kaku.

2. kekurangan blended learning


a. Media yang dibutuhkan sangat beragam, sehingga sulit diterapkan apabila sarana
dan prasarana tidak mendukung.
b. Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki pebelajar, seperti komputer dan akses
internet. Padahal dalam blended learning diperlukan akses internet yang
memadai, apabila jaringan kurang memadai akan menyulitkan peserta dalam
mengikuti pembelajaran mandiri via online.
c. Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan teknologi Tidak
meratanya fasilitas yang dimiliki pelajar, seperti komputer dan akses internet
d. Membutuhkan strategi pembelajaran yang tepat untuk dapat memaksimalkan
potensi dari blended learning.

D. Perbedaan Pembelajaran Menggunakan Metode Klasikal (Kelas) dengan Blended


Learning
1. Pembelajaran Menggunakan Metode Klasikal (Kelas)
Guru dituntut kemampuannya menggunakan teknik-teknik penguatan dalam
pembelajaran agar ketertiban belajar dapat diwujudkan Konsekuensi dari
pembelajaran klasiskal, buku pelajaran yang diterbitkan oleh pemerintah harus

3
seragam. Buku-bulu lain boleh digunakan asalkan mengacu pada kurikulum yang
diterbitkan oleh pemerintah (Sagala, 2007).
Model ini sering disebut dengan Classroom Managemen Model. Model ini
memiliki karakteristik yang memberikan suasana belajar individual dan kelompok,
serta pencapaian keterampilan sosial Penerapan model pembelajaran klasikal ini
dimaksudkan untuk melaksanakan unsur perbedaan perseorangan dengan tetap
menghargai tugas-tugas bersama dan hak-hak orang lain. Model ini memberikan
metode langsung untuk mengelola suasana pengajaran atau Instruksional setting dan
untuk mengorganisasian peserta didik agar dapat bertanggung jawab atas situasi
kelas dalam proses pembelajaran (Nasution, 2000).
Pembelajaran klasikal merupakan pembelajaran konvensional yang memandang
bahwa siswa memiliki kemampuan yang sama (tidak berbeda) sehingga mereka
mendapat pelajarana secara bersama, dengan cara yang sama dalam satu kelas
sekaligus. Hal ini memungkinkan adanya siswa yang bersifat pasif dan hanya
sebagian siswa yang aktif. Namun, pembelajaran klasikal tidak berarti jelek,
tergantung proses kegiatan yang dilaksanakan, yaitu apakah semua siswa
berpartisipasi secara aktif telibat dalam pembelajaran, atau pasif tidak terlibat, atau
hanya mendengar dan mencatat (Erman, 2001).

2. Pembelajaran Menggunakan Metode blended learning


Memadukan tiga metode pembelajaran yang meliputi pembelajaran tatap muka,
pembelajaran off line, dan pembelajaran on line. Blended learning melibatkan
kombinasi online dan tatap muka komponen saja, dengan gagasan adalah bahwa
unsure-unsur bekerja sama sebagai satu kesatuan dan tentu saja terpadu(Kiviniemi,
2014). Guru bertindak sebagai fasilitator, memberikan dukungan tetapi tidak
mengarahkan kelompok belajar kearah hasil yang sudah disiapkan sebelumnya.
Model pembelajaran blended learning memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan kemampuan individu tanpa meninggalkan interaksi sosial di dalam
kelas, sehingga dengan system ini siswa lebih berperan aktif dalam pembelajaran
sedangkan guru sebagai fasilitator(Suprijono, 2012).

4
Kegiatan belajar terpisah dengan kegiatan pembelajaran. Selama proses belajar
siswa selaku peserta didik dan guru selaku pendidik terpisahkan oleh tempat,
geografis dan waktu atau kombinasi dari ketiganya. Karena siswa dan guru terpisah
selama pembelajaran, maka komunikasi diantara keduanya dibantu dengan media
pembelajaran, baik media cetak (bahan ajar berupa modul) maupun media
elektronika (CD-ROM, VCD), telepon, radio, video, televise, dan komputer. Jasa
pelayanan disediakan baik untuk siswa maupun untuk guru, misalnya resource
learning center atau pusat sumber belajar, bahan ajar, infrastruktur pembelajaran.
Dengan demikian baik siswa maupun guru tidak harus mengusahakan sendiri
keperluan dalam proses belajar mengajar.
Komunikasi antar siswa dan guru dapat dilakukan baik melalui cara komunikasi
satu arah maupun dua arah (two ways communication), contoh komunikasi dua arah
ini ialah: teleconfrensing, video confrensing, emodorating dan sebagainya. Selama
kegiatan belajar siswa cenderung membentuk kelompok belajar, walaupun sifatnya
tidak tepat dan tidak wajib. Karena hal-hal yang disebutkan di atas, maka peran guru
lebih bersifat sebagai fasilitator dan siswa bertindak sebagai
partisipan(Soekartawi,2002).

E. Prosedur Blanded Learning


Secara spesifik Profesor Steve Slemer (2005) dan Soekartawi (2005) menyarankan
enam tahapan dalam merancang dan menyelenggarakan Blended Learning agar hasilnya
optimal, yaitu :
1. Tetapkan macam dan materi bahan ajar.
Pendidik harus paham betul bahan ajar yang relevan diterapkan pada
pendidikan jarak jauh (PJJ) yang sebagian dilakukan secara tatap muka dan online
atau pembelajaran berbasis web.

2. Tetapkan rancangan dari Blended Learning yang digunakan.

5
Rancangan pembelajaran harus benar-benar dirancang dengan baik dan
serius, dan juga harus melibatkan ahli e-learning untuk membantu. Hal ini
bertujuan agar rancangan pembelajaran yang dibuat benar-benar relevan dan
memudahkan sistem pembelajaran tatap muka dan jarak jauh, bukan malah
mempersulit siswa ataupun tenaga kependidikan lainnya dalam penyelenggarakan
pendidikan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat rancangan
pembelajaran blended learningadalah
a. Bagaimana ajar tersebut disajikan,
b. Bahan ajar mana yang bersifat wajib dan mana yang disarankan untuk
dipelajari,
c. Bagaimana bias mengakses dua komponen pembelajaran tersebu,
d. Faktor pendukung apa yang diperlukan, misalnya software apa yang
digunakan, apakah diperlukan kerja kelompok atau individu saja.

3. Tetapkan format dari on-line Learning.


Apakah bahan ajar tersedia dalam format PDF, video, juga perlu adanya
pemberitahuan hosting apa yang dipakai oleh guru, apakah Yahoo, Google,
Facebook, atau lainnya.
4. Lakukan uji terhadap rancangan yang dibuat.
Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah sistem pembelajaran ini sudah
berjalan baik atau belum. Mulai dari keefektivan dan keefisiensian sangat
dipeerhatikan, apakah justru mempersulit siswa dan guru atau bahkan benar-benar
mempermudah pembelajaran.

5. Selenggarakan Blended Learning dengan baik dengan cara menyiapkan


tenaga pengajar yang ahli dalam bidang tersebut.
Sebelumnya sudah ada sosialisasi dari guru atau dosen mengenai sistem ini. Mulai
dari pengenalan tugas masing-masing komponen pendidikan, cara akses terhadap

6
bahan ajar, dan lain-lain. Guru disini sebagai petugas promosi, karena mengikuti
blended learning bisa dari pihak sendiri maupun dari pihak lain.

6. Siapkan kriteria untuk melakukan evaluasi pelaksanaan Blended Learning.


Contoh evaluasi yang dilakukan adalah :
a. kemudahan navigasi
b. isi/substansu
c. Tata letak/format/tampilan
d. Ketertarikan
e. Penerapan
f. Efektivitas/nilai biaya.

F. Strategi Calon Pendidik untuk Menganisipasi Kebutuhan Pembelajaran Blended


learning
Pemenuhan kebutuhan pembelajaran di masa yang akan datang menuntut calon
pendidik memiliki kemampuan teknologi selain dari kemampuan pedagogik. Hal
tersebut dianggap penting untuk menunjang keprofesionalan sebagai pendidik.

Berikut adalah beberapa strategi yang dapat calon pendidik lakukan untuk
mengantisipasi tuntutan pembelajaran di masa yang akan datang:
1. Melakukan pendalaman pemahaman mengenai mata pelajaran yang akan menjadi
profesi pendidik kelak.
2. Mempelajari dan memahami dan peka terhadap kebutuhan pembelajaran sesuai
tuntutan jaman.
3. Mempelajari menguasai bahasa asing, khusunya bahasa Inggris.
4. Mempelajari mengoperasikan komputer.
5. Mempelajari mengelola software dan web.

7
6. Mempelajari dan memahami model pembelajaran tatap muka dan non tatap muka,
seperti online learning atau mobile learning.

Anda mungkin juga menyukai