Anda di halaman 1dari 11

MODEL BLENDED LEARNING

Oleh:
Yani Wulandari
Mahasiswa Pascasarjana Teknologi Pembelajaran
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Email: yani_wulandari165@yahoo.com
Abstrak
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mendeskripsikan konsep, sintaks dan
implementasi model blended learning dalam pembelajaran. Model blended
learning merupakan pencampuran dua atau lebih model atau metode pembelajaran
untuk mendapatkan hasil belajar yang diharapkan. Peserta didik diharapkan selalu
aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya. Guru hanya
berfungsi sebagai mediator, fasilitor dan teman yang membuat situasi yang
kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik. Blended
learning ini akan memperkuat model belajar konvensional melalui pengembangan
teknologi pendidikan. Model blended learning tepat digunakan dalam
pembelajaran untuk pembelajaran masa depan mengingat perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi di Indonesia semakin pesat.
Kata kunci: Model Pembelajaran, blended learning

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Perkembangan kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi
dewasa ini berlangsung demikian pesat, sehingga gejala ini sebagai suatu
revolusi. Sekalipun kemajuan tersebut masih dalam perjalanannya, sejak
sekarang sudah dapat diperkirakan bakal terjadi berbagai perubahan di
bidang informasi maupun bidang-bidang kehidupan lain yang berhubungan,
sebagai implikasi dari perkembangan keadaan tersebut. Perubahan-
perubahan yang akan dan sedang terjadi, terutama disebabkan oleh potensi
dan kemampuan Teknologi Informasi dan Komunikasi yang memungkinkan
manusia untuk saling berhubungan (relationship) dan memenuhi kebutuhan
mereka akan informasi hampir tanpa batas. Pengaruh Teknologi Informasi
dan Komunikasi dalam dunia pendidikan semakin terasa sejalan dengan
adanya pergeseran pola pembelajaran dari tatap muka yang konvensional ke
arah pendidikan yang lebih terbuka dan bermedia. Hal ini bisa dimengerti
karena masyarakat sekarang menuju pada era masyarakat informasi
(information age) atau masyarakat ilmu pengetahuan (knowledge society).
Pada era ini, ilmu pengetahuan telah berkembang pesat di mana pada abad
ini teknologi utama yang menjadi landasannya adalah komputer melalui
jaringan internet. Internet dijadikan salah satu sumber belajar tanpa batas
ruang dan waktu. Menurut Clark terdapat lima fungsi pemanfaatan internet
sebagai sumber belajar yakni: (a) media as technology , (b) media as tutor
or teacher, (c) media as socializing agents, (d) media as motivators for
learning, and (e) media as problem solving”(Istiningsih, S dan Hasbullah,
2015).
Pembelajaran yang dibutuhkan adalah dengan memanfaatkan unsur
teknologi informasi, dengan tidak meninggalkan pola bimbingan langsung
dari pengajar dan pemanfaatkan sumber belajar lebih luas. Konsep ini sering
juga diistilahkan dengan pencampuran antara blended e-learning dengan
konvensional sehingga disebut dengan blended learning. Blended learning
merupakan sebuah istilah yang relatif baru dalam dunia pendidikan. Blended
learning berarti gabungan antara sistem pembelajaran tatap muka (face to
face) dengan pembelajaran elearning yang dapat digunakan oleh siapa saja
(everyone), di mana saja (everywhere), kapan saja (anytime). Istilah blended
learning mengandung arti percampuran atau kombinasi pembelajaran atau
perpaduan dari unsur-unsur pembelajaran tatap muka langsung dan online
secara harmonis dan padu yang ideal (Sudarman, 2018).
1. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut:
a. Apa model pembelajaran itu?
b. Bagaimana konsep dari model blanded learning?
c. Bagaimana Sintaks Blended Learning?
d. Bagaimana implementasi dari model hybrid learning?
2. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penulisan ini
sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui model pembelajaran.
b. Untuk menjelaskan konsep dari model blanded learning.
c. Untuk menjelaskan dari Sintaks Blended Learning?
d. Untuk mengetahui cara implementasi model Blended Learning?

B. METODOLOGI
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan ini yaitu
metode kajian kepustakaan, yaitu merupakan suatu teknik mengumpulkan data
yang diambil dari kepustakaan (library research).

C. PEMBAHASAN
1. Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah pendekatan spesifik dalam mengajar (Eggen
dan Kauchak, 2012) dan mengandung unsur-unsur instruksional seperti
film, buku, program, kurikulum (Dewey dalam Joyce & Weil (1992). Model
pembelajaran juga mengajarkan bagaimana cara belajar (Trianto, 2009).
Model pembelajaran adalah bentuk atau desain spesifik yang dirancang
secara sistematis berdasarkan teori belajar atau landasan pemikiran
bagaimana siswa belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Memiliki
pengaturan lingkungan belajar, adanya proses interaksi, yang digunakan
untuk membantu siswa memperoleh hasil belajar lebih baik. Komponen
model terdiri dari sintak, sistem sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung dan
dampak instruksional dan dampak pengiring. Kelima komponen ini akan
digunakan untuk merekonstruksi pengembangan atau penciptaan suatu
model pembelajaran.
Secara sederhana blended learning bermakna pola pembelajaran yang
mengandung unsur pencampuran, atau penggabungan antara satu pola
pembelajaran dengan pola pembelajaran yang lainnya. Blended learning
merupakan salah satu isu pendidikan terbaru dalam perkembangan
globalisasi dan teknologi. Banyak institusi atau praktisi yang telah
mengembangkan dan memberikan definisi dengan bahasa mereka sendiri,
sesuai dengan tipologi praktek blended learning itu sendiri.
2. Konsep Dasar Blended Learning
Blended Learning berasal dari kata Blended dan Learning. Blended
membawa maksud campuran dan Learning bermaksud belajar. Dari kedua-
dua unsur kata tersebut dapat diketahui bahwa konsep Blended Learning ini
merupakan percampuran pola belajar. Menurut Mosa, Yoo, dan Sheets
(2011), pola belajar yang dicampurkan adalah dua unsur utama yaitu
pembelajaran di kelas dengan online learning. Konsep blended learning ini
ialah pencampuran model pembelajaran konvensional dengan belajar secara
online. Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara
belajar yang sesuai bagi dirinya. Guru hanya berfungsi sebagai mediator,
fasilitor dan teman yang membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya
konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik. Blended learning ini akan
memperkuat model belajar konvensional melalui pengembangan teknologi
pendidikan (Amin, 2017).
Menurut KheFoon Hew Wing Sum Cheung (2014) dalam Mona
M.Hamad (2015) mengatakan blended learning adalah setiap saat siswa
dapat belajar, karena pembelajaran blended learning adalah sebagian belajar
dengan tatap muka dan sebagian dengan bantuan internet. Selain itu
"Blended Learning" telah digunakan untuk menggambarkan semacam
pengajaran menggunakan tatap muka dan sepenuhnya pendidikan online.
Dari beberapa definisi blended learning dapat disimpulakan bahwa blended
learning adalah sebagai suatu pembelajaran yang menggabungkan atau
mengombinasikan pembelajaran tatap muka (face to face) dengan media
TIK, seperti komputer (online maupun offline), multimedia, kelas virtual,
internet dan sebagainya.
Keberhasilan blended learning tidak terjadi secara otomatis, faktor utama
dalam keberhasialan blended learning yaitu mempertimbangkan pedagogi
dan desain instruksional terkait dengan cara terbaik untuk memanfaatkan
alat-alat teknologi, bagaimana memfasilitasi interaksi antara siswa, cara
memotivasi siswa, serta mangatur materi yang terbaik disampaikan melalui
Internet dibandingkan tatap muka (Bibi, Sarah dan Jati, Handaru, 2015)
3. Sintaks Blended Learning
Secara mendasar terdapat tiga tahapan dasar dalam model blended
learning yang mengacu pembelajaran berbasis ICT, seperti yang diusulkan
oleh Grant Ramsay (dalam Rusman, 2011), yakni: (1) seeking of
information, (2) acquisition of information, dan (3) synthesizing of
knowledge.
Tahapan seeking of information, mencakup pencarian informasi dari
berbagai sumber informasi yang tersedia di TIK, memilih secara kritis
diantara sumber penyedia informasi dengan berpatokan pada content of
relevantion, content of validity/releability, dan academic clarity. Pengajar
berperan sebagai pakar yang dapat memberikan masukan dan nasehat guna
membatasi pebelajar dari tumpukan informasi potensial dalam TIK.
Pada tahapan acquisition of information, pelajar secara individual
maupun dalam kelompok kooperatif – kolaboratif berupaya untuk
menemukan, memahami, serta mengkonfrontasikannya dengan ide atau
gagasan yang telah ada dalam pikiran pelajar, kemudian
menginterprestasikan informasi/pengetahuan dari berbagai sumber yang
tersedia, sampai mereka mampu kembali mengkomunikasikan dan
menginterpretasikan ide-ide dan hasil interprestasinya menggunakan
fasilitas TIK.
Tahap terakhir pembelajaran berbasis TIK adalah tahap synthesizing of
knowledge adalah mengkonstruksi/merekonstruksi pengetahuan melalui
proses asimilasi dan akomodasi bertolak dari hasil analisis, diskusi dan
perumusan kesimpulan dari informasi yang diperoleh.
Sintaks Model Blended Learning
Sintak Peran Guru
Fase: seeking of information
Pencarian informasi dari berbagai  Guru menyampaikan kompetensi
sumber informasi yang tersedia di dan tujuan pembelajaran untuk
TIK (online), buku, maupun menginisiasi kesiapan belajar siswa
penyampaian melalui face to face sekaligus mempersiapkan siswa
di kelas. dalam proses eksplorasi materi
yang relevan melalui kegiatan
pembelajaran tatap muka (face to
face) di kelas maupun pembelajaran
dengan suplemen TIK(online).
Kegiatan eksplorasi materi dapat
dilakukan secara individual maupun
kelompok
 Guru memfasilitasi, membantu, dan
mengawasi siswa dalam proses
eksplorasi materi, sehingga
informasi yang diperoleh tetap
relevan dengan topik yang sedang
dibahas, serta diyakini
validitas/reliabilitas dan
akuntabilitas akademiknya.
Fase: acquisition of information
Menginterprestasi dan  Guru membimbing siswa
mengelaborasi informasi secara mengerjakan LKS dalam diskusi
personal maupun komunal kelompok untuk menginventarisasi
informasi,menginterpretasi dan
mengelaborasi konsep materi
menuju pemahaman terhadap topik
yang sedang dibelajarkan.
 Guru mengkonfrontasi ide atau
gagasan yang telah ada dalam
pikiran siswa dengan hasil
interprestasi informasi/
pengetahuan dari berbagai sumber
yang tersedia.
 Guru mendorong dan memfasilitasi
siswa untuk mengkomunikasikan
hasil interprestasi dan elaborasi ide-
ide secara tatap muka (face to face)
maupun menggunakan fasilitas
TIK (online), secara kelompok
maupun personal.
 Guru men-scaffolding siswa dalam
mengerjakan soal-soal baik secara
personal maupun dalam kelompok
 Guru menugaskan siswa untuk
mengelaborasi penguasaan materi
melalui pemberian soal-soal yang
bersifat terbuka dan kaya (open-
rich problem).
Fase: synthesizing of knowledge
Merekonstruksi pengetahuan  Guru menjustifikasi hasil eksplorasi
melalui proses asimilasi dan dan akuisasi materi secara
akomodasi bertolak dari hasil akademik, dan bersama-sama siswa
analisis, diskusi dan perumusan menyimpulkan materi yang
kesimpulan dari informasi yang dibelajarkan.
diperoleh.
 Guru membantu siswa mensintesis
pengetahuan dalam struktur
kognitifnya.
 Guru mendampingi siswa dalam
mengkonstruksi/merekonstruksi
materi melalui proses akomodasi
dan asimilasi bertolak dari hasil
analisis, diskusi dan perumusan
kesimpulan terhadap materi yang
dibelajarkan.
4. Bidang/ Muatan Pembelajaran/ Materi yang Sesuai
Penerapan Blended Learning dalam pendidikan dasar berbeda dengan
Blended Learning di Perguruan Tinggi. Hal ini dikarenakan adanya
perbedaan pendekatanan dan metode pendidikan terutama di perguruan
tinggi yang melaksanakan pendidikan jarak jauh.
Implementasi Blended Learning menurut Husamah (2014) memiliki dua
kategori utama, diantaranya :
a. Peningkatan bentuk aktivitas tatap muka. Kebanyakan pengajar
menggunakan istilah “blended learning” untuk merujuk pada
penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam aktivitas tatap
muka, baik menggunakan jejaring terikat (web-dependent) maupun
sebagai jejaring pelengkap (web-supplemented) yang tidak mengubah
model aktivitas.
b. Pembelajaran campuran (hybrid learning). Pembelajaran model ini
mengurangi tatap muka namun tidak menghilangkannya, serta
memungkinkan peserta didik untuk belajar secara online.
Terkait pendapat Haughey (dalam Rusman, 2015) tentang pengembangan
sistem pembelajaran berbasis internet yakni:
a. Web Course adalah penggunaan internet untuk keperluan pendidikan,
yang mana peserta didik dan pengajar sepenuhnya terpisah dan tidak
diperlukan adanya tatap muka. Seluruh bahan ajar, diskusi, konsultasi,
penugasan, latihan, ujian, dan kegiatan pembelajaran lainnya
sepenuhnya disampaikan melalui Internet.
b. Web Centric Course adalah penggunaan internet yang memadukan
antar belajar jarak jauh dan tatap muka (konvesional). Sebagian materi
disampaikan melalui internet,dan sebagian lagi melalui tatap muka,
sedangkan fungsinya saling melengkapi. Dalam model ini pendidik
bisa memberikan petunjuk pada peserta didik untuk mempelajari
materi pelajaran melalui web yang telah dibuatnya. Peserta didik juga
diberikan arahan untuk mencari sumber lain dari situs-situs yang
relevan.
c. Web Enhanced Course adalah pemanfaatan internet untuk menunjang
peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan di kelas.
pemanfaatan internet untuk menunjang peningkatan kualitas
pembelajaran. Fungsi internet dalam pembelajaran adalah untuk
memberikan pengayaan antara peserta didik dengan guru, sesama
peserta didik, anggota kelompok, atau peserta didik dengan nara
sumber yang lain.
Pada pengembangan sistem internet Web Enhanced Course cocok
diterapkan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah dasar, dimana guru dan
siswa memanfaatan internet untuk menunjang peningkatan kualitas
pembelajaran yang dilakukan di kelas tanpa meninggalkan kegiatan tatap
muka. Hal ini berarti guru melakukan pembelajaran tatap muka dengan
melibatkan kegiatan siswa yang memanfaatkan bahan-bahan yang tersedia
di internet misalnya film, animasi, game dan sebagainya. Kegiatan siswa
dan guru melakukan akses internet dilakukan misalnya ketika berdiskusi,
siswa dapat mencari bahan-bahan di internet dan mempresentasikannya di
kelas.
Pada muatan pelajaran apapun cocok untuk diintegrasikan dengan model
pembelajaran blanded learning, karena siswa bias mendapat informasi
tambahan dan penguatan konsep dari materi baik yang disajikan guru,
tersedia pada buku maupun lingkungan sekolah. Contoh dalam muatan IPA
tentang pertumbuhan tanaman, proses menstruasi, selain dari informasi di
buku siswa dapat mendapatkan memahami prosesnya dari video-video yang
tersedia di internet, sehingga pemahaman siswa akan lebih kuat dan peran
guru selanjutnya untuk menegaskan kembali pengetahuan siswa tersebut.
Dalam muatan IPS, siswa bisa mengamati langsung bagaimana proses
terjadinya gempa, terbentuknya magma, siklus air dan berbagai macam
peristiwa alam yang tidak bisa diamati secara detail dalam kehidupan
sehari-hari.
Pada muatan SBDP, siswa bisa mempelajari bagaimana cara membuat
kerajinan tangan dari tutorial video dan mempelajari lagu daerah dan lagu
nasional dengan mengikuti alunan irama pada video di internet.
Itu hanya sekilas beberapa contoh, bahwa betapa fleksiblenya model
pembelajaran blended learning ketika diintegrasikan kedalam berbagai
muatan pelajaran. Serta dengan penerapan blended learning, mampu
menyajikan sesuatu yang abstrak menjadi lebih konkret yang lebih mudah
untuk diingat dan dipahami, serta mampu merubah kegiatan pembelajaran
konvensional menjadi lebih menyenangkan bagi siswa dan guru sendiri.

D. Simpulan dan Saran


1. Simpulan
Blended learning dapat diartikan sebagai proses pembelajaran yang
memanfaatkan berbagai macam pendekatan. Pendekatan yang dilakukan
dapat memanfaatkan berbagai macam media dan teknologi. Model blended
learning salah satu isu pendidikan terbaru dalam perkembangan globalisasi
dan teknologi, yang menggabungkan pembelajaran tradisional tatap muka
dan pembelajaran online (e-learning). Model blended learning merupakan
salah satu cara baru untuk meningkatkan proses belajar dan pembelajaran.
Menghadirkan pembelajaran sepanjang waktu adalah sebuah potensi,
peluang dan tantangan di masa depan berupa bagaimana teknologi baru
dapat digunakan secara bijak dan tepat untuk menjawab kebutuhan-
kebutuhan global.
2. Saran
Mengingat ketersediaan fasilitas teknologi informasi dan komunikasi
yang memadai di Indonesia khususnya kota-kota besar maka penerapan
strategi blended learning merupakan salah satu alternatif strategi
pembelajaran masa depan untuk meningkatkan hasil belajar . Meskipun
blended learning merupakan pembelajaran yang menggabungkan
pembelajaran tatap muka, e-learning offline, e-learning online, maupun
mobile learning namun dalam penerapannya tetap disesuaikan dengan
sarana dan prasarana yang ada di sekolah. Memanfaatkan bahan – bahan
online tanpa harus mewajibkan peserta didik untuk terhubung dengan
internet sebagai pendukung pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA
Amin, A. K. (2017) ‘Kajian Konseptual Model Pembelajaran Blended Learning
berbasis Web untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Motivasi Belajar
Kajian Konseptual Model Pembelajaran Blended Learning berbasis Web
untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Motivasi Belajar’, (October).
Eggen. Paul., dan Kauchak. Don. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran,
Mengajarkan Konten dan Kete-rampilan Berpikir. Edisi 6. Jakarta: Indeks.
Hamad, Mona. 2015. Blended Learning Outcome vs. Traditional Learning
Outcome. International Journal on Studies in English Language and
Literature (IJSELL).Vol. 3 Issue 4, April 2015. PP 75-78.
Husamah. 2014. Pembelajaran Bauran (Blended Learning). Jakarta: Prestasi
Pustaka Jaya.
Joyce, B dan Weil, M. 1992. Models Of Teaching (4th Edition) Massachusetts:
Allyn and Bacon Publisher.
Istiningsih, S dan Hasbullah. (2015) ‘BLENDED LEARNING , TREND
STRATEGI PEMBELAJARAN’, 1(1), pp. 49–56.
Mosa, A., Yoo, I., & Sheets, L. (2011). A Systematic Review of Healthcare
Applications for Smartphones. BMC Medical Informatics and Decision
Making, 12, 67. doi: 10. 1186/ 1472-6947- 12-67.
Rusman. 2015. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi
Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Sudarman. (2018). ‘jurnal blended learning Pengaruh Strategi Pembelajaran
Blended Learning Terhadap Perolehan Belajar Konsep Dan Prosedur Pada
Mahasiswa Yang Memiliki Self-Regulated Learning Berbeda’, (March).
Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu, Konsep, Strategi, dan
Implementasinya dalam Kuri-kulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Kajarta: Bina Aksara.

Anda mungkin juga menyukai