Anda di halaman 1dari 8

Pengembangan Model Pembelajaran Dengan Kerangka Kerja TPACK Dan Konten

Pembelajaran Blended Learning Untuk Matakuliah Ipa Dan Matematika Di PGSD


Wahyudi, Adi Winanto, Stefanus Christian R

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan model pembelajaran dengan kerangka kerja
TPACK (Technological Pedagogical and Content Knowledge) menggunakan konten
pembelajaran Blended Learning. Model pembelajaran yang menggabungkan kemampuan
terhadap teknologi, pedagogik dan penguasaan konten (materi) yang akan dikemas dalam sebuah
pembelajaran tatap muka dan online untuk perkuliahan IPA dan Matematika di Program Studi
S1 PGSD. Model pengembangan menggunakan model ASSURE yang dilakukan dalam 6
tahapan yaitu 1) analyze learners, 2) state objectives, 3) select method, media, and materials, 4)
utilize media and materials, 5) require learner participation, 6) evaluated and revise. Hasil yang
didapat dalam penelitian ini adalah sebuah model prosedur pembelajaran dengan kerangka
TPACK dan konten pembelajaran blended learning dengan aktivitas online dalam e-learning
(flexible learning) yang dimiliki oleh UKSW dalam mata kuliah Konsep Dasar Matematika 1
dan Pengembangan Pembelajaran IPA SD. Hasil implementasi pembelajaran didapatkan bahwa
model pembelajaran ini mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar mahasiswa PGSD
dalam belajar matematika dan IPA.

Kata kunci: model pembelajaran, TPACK, blended learning, matematika, IPA

PENDAHULUAN
Kemajuan teknologi saat ini begitu pesat. Kemajuan tersebut juga menghampiri dunia
pendidikan khususnya dalam hal pemanfaatan komputer dan internet sebagai media untuk
belajar. Dengan adanya komputer dan internet membuat mahasiswa lebih mudah untuk membuat
tugas, menghemat waktu bahkan menambah sumber informasi sebagai sumber belajar. Keadaan
ini membuat mahasiswa semakin cepat menerima dan memperoleh informasi khususnya materi
kuliah dan pelajaran.
Hal ini harus disikapi secara cepat oleh seorang pengajar sehingga kemajuan teknologi ini
bisa termanfaatkan dengan baik untuk membantu proses pembelajaran. Seorang pengajar harus
mampu mengkolaborasikan kemampuan merancang dan mengajar (pedagogik), penguasaan
konten (materi) dengan teknologi ini sehingga tercipta sebuah pembelajaran yang mampu
melayani mahasiswa di era digital saat ini. Mahasiswa sudah menggunakan laptop, ipad, tablet,
dan handphone modern dalam kegiatannya di kampus. Sehingga perlu didesain pembelajaran
yang dapat mampu menyediakan fasilitas teraksesnya pembelajaran dengan alat-alat tersebut
sehingga proses pembelajaran lebih menyenangkan dan dapat dilakukan dimana-mana dan kapan
saja.
Untuk mengemas model pembelajaran seperti ini diperlukan keahlian khusus bagi seorang
pengajar. Tidak cukup hanya materi (content), atau kemampuan merancang pembelajaran
(pedagogical) tetapi harus mampu menggabungkan keduanya. Tidak hanya itu diperlukan
kemampuan khusus yaitu pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran (technological).
Kemampuan inilah yang sering disebut dengan TPACK (Technological Pedagogical and Content
Knowledge).
Dengan kemampuan ini diharapkan mampu diciptakan sebuah pembelajaran yang menarik
untuk mahasiswa dan lebih efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran. Harapannya dengan
kemampuan ini, pembelajaran yang dilakukan bukan hanya tatap muka tetapi dapat dilakukan
secara online yang memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk bekerja mandiri, berpikir, dan
mampu memanfaatkan teknologi dan fasilitas yang ada. Jika inim dapat terwujud maka
pembelajaran dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja tanpa ketergantungan dengan tatap

Page 1
muka. Untuk ini dalam penelitian ini akan didesain pembelajaran yang menggabungkan
perkuliahan tatap muka dan online yang dikemas dalam pembelajaran blended learning dengan
LMS (learning management system) moodle.

KAJIAN PUSTAKA
Model Pembelajaran
Sebelum lebih jauh membahas tentang model pembelajaran, terlebih dahulu kita perlu
mengenal istilah model. Model adalah sesuatu yang menggambarkan adanya pola berpikir.
Sebuah model biasanya menggambarkan keseluruhan konsep yang saling berkaitan. Model juga
dapat dipandang sebagai upaya untuk mengkonkretkan sebuah teori sekaligus juga merupakan
sebuah analogi dan representasi dari variabel-variabel yang terdapat di dalam teori tersebut
(Udin S. Winataputra, 2001).
Morisson, Ross, dan Kemp (Udin S. Winataputra, 2001) menyatakan bahwa model
pembelajaran adalah alat yang membantu perancang pembelajaran dalam memahami kerangka
teori dengan lebih baik dan menerapkan teori tersebut untuk menciptakan aktivitas pembelajaran
yang lebih efektif dan efisien. Model pembelajaran berperan sebagai alat konseptual,
pengelolaan, komunikasi untuk menganalisis, merancang, menciptakan, mengevaluasi program
pembelajaran.
Fausner (Udin S. Winataputra, 2001) berpandangan bahwa seorang perancang program
pembelajaran tidak dapat menciptakan program pembelajaran yang efektif jika hanya mengenal
satu model saja. Perancang program pembelajaran harus mampu memilih desain yang tepat dan
sesuai dengan situasi atau setting pembelajaran yang spesifik. Untuk itu diperlukan adanya
pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang model-model pembelajaran dan cara
mengimplementasikannya.
Dengan demikian dapat diartikan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual
yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu.
Dalam penelitian ini model pembelajaran yang dihasilkan adalah model pembelajaran
prosedur dengan kerangka kerja TPACK yang disusun dalam didesain dalam pembelajaran
blended learning sehingga mahasiswa dapat mengikuti pembelajaran secara online yang secara
sistematis materi, media dan metode sudah dikemas secara sistematis sehingga memudahkan
mahasiswa belajar.

Pengertian dan Implementasi TPACK


TPACK merupakan singkatan dari Technological Pedagogical and Content Knowledge.
Dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai pengetahuan teknologi, pedagogi, dan isi.
Konsep ini dikembangkan berdasarkan konsep pengetahuan pedagogi dan isi yang
dikembangkan oleh Dr. Lee Schulman yang menggabungkan kedua domain tersebut dalam
pembelajaran.
Konsep TPACK dikembangkan oleh Punya Mishra dan Matthew J. Koehler oleh karena
adanya perkembangan teknologi yang pesat di masyarakat. Kemajuan teknologi memungkinkan
banyak sekali penelitian dan diskusi berkaitan dengan ini. Banyak kegiatan pendidikan melalui
konfrensi dan forum nasional dan internasional yang dilakukan secara tatap muka maupun
online. Salah satu komunitas Internasional yang cukup terkenal adalah International Society in
for Technology in Education. Komunitas ini melahirkan 21st century Educational Technology
Standard atau standar teknologi pendidikan abad 21 bagi siswa, guru, administrator, pelatih, dan
guru komputer.
Pada prinsipnya TPACK merupakan penggabungan pengetahuan teknologi, pedagogi, isi
yang diterapkan sesuai dengan konteks. Mishra & Khoehler menjelaskan bahwa pengajaran yang
berkualitas membutuhkan nuansa pemahaman yang kompleks yang saling berhubungan diantara
tiga sumber utama pengetahuan: teknologi, pedagogi, dan isi, dan bagaimana ketiga sumber itu

Page 2
diterapkan sesuai dengan konteksnya. (Koehler & Mishra, 2008, 2009; Mishra & Koehler,
2006). Hubungan-hubungan tersebut dapat tergambarkan pada gambar di bawah ini:

Gambar 1. TPACK framework (source: www.tpack.org)

Blended Learning
Secara etimologi istilah Blended Learning terdiri dari dua kata yaitu Blended dan
Learning. Kata blend berarti “campuran, bersama untuk meningkatkan kualitas agar bertambah
baik” (Collins Dictionary). Sedangkan learning memiliki makna umum yakni belajar, dengan
demikian sepintas blended learning mengandung makna pola pembelajaran yang mengandung
unsur pencampuran,atau penggabungan antara satu pola dengan pola yang lainnya. Beberapa
pendapat yang mengutarakan tentang definisi Blended Learning, antara lain: Harvey Singh
(2003) berpendapat bahwa:
“blended learning mixes various event-based activities, including face-to-face
classrooms, live e- learning, and self-paced learning. This often is a mix of traditional
instructor-led training, synchronous online conferencing or training, asynchronous self-
paced study, and structured on-the-job training from an experienced worker or mentor”.
Definisi lain yang disampaikan oleh Charles D. Dziuban (2004) tentang blended learning
adalah sebagai berikut:
“blended learning" refers to courses that combine face-to-face classroom instruction with
online learning and reduced classroom contact hours (reduced seat time). The latter point is
an important distinction because it is certainly possible to enhance regular face-to-face
courses with online resources without displacing classroom contact hours.
Berdasarkan definisi yang disampaikan tersebut maka dapat diartikan bahwa
pembelajaran dengan model blended learning adalah pembelajaran yang menggabungkan
pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran online yang terintegrasi secara sistematis dan
memudah mahasiswa balajar.
METODE PENELITIAN
a. Prosedur Pengembangan Model Pembelajaran dan Implementasinya
Model desain sistem pembelajaran yang dikembangkan menggunakan model ASSURE
yang dilakukan dalam 6 tahapan yaitu 1) analyze learners, 2) state objectives, 3) select strategi,
technology, media, and materials, 4) utilize media and materials, 5) require learner
participation, 6) evaluated and revise (Sharon E. Smaldino, James D.Russel, Robert Heinich,
dan Michael Molenda, 2005). Secara jelas terlihat dalam Gambar 2 berikut ini.

Page 3
Gambar 2. Model pengembangan ASSURE

Berdasarkan bagan pada Gambar 2 maka langkah-langkah pengembangan model dengan desain
ASSURE secara rinci dapat dijelaskan berikut ini.
1. Analyze learners (analisis karakteristik mahasiswa)
Langkah awal yang perlu dilakukan adalah mengidentifikasi karakteristik mahasiswa
yang akan melakukan aktivitas pembelajaran. Dalam penelitian ini, yang menjadi subjek
penelitian adalah mahasiswa PGSD angkatan 2012 dan 2010. Hasil analisis ini akan digunakan
untuk melihat kemampuan mahasiswa dalam menggunakan komputer dan fasilitas internet,
melihat kemampuan awal untuk mata kuliah Konsep Dasar Matematika 1 dan Pengembangan
Pembelajaran IPA SD sehingga dapat ditentukan metode dan proses pembelajaran yang sesuai
dan efisien.
2. State objectives (menetapkan tujuan pembelajaran)
Langkah yang kedua adalah menetapkan tujuan pembelajaran yang didasarkan pada hasil
analisis karakteristik mahasiswa Hasil analisis karakteristik mahasiswa dan kompetensi dasar
dan indikator yang tercantum dalam kurikulum yang didasarkan pada kerangka kerja TPACK.
Dengan menggunakan kerangka kerja TPACK ini diharapkan hubungan antara materi pelajaran,
teknologi dan pedagogi memiliki kekuatan dan daya tarik untuk menumbuhkan pembelajaran
aktif yang terfokus pada mahasiswa.
3. Select method, media, and materials (memilih metode, media, dan bahan ajar)
Langkah ketiga dalam metode pengembangan ini yaitu menetapkan metode, media, dan
bahan ajar yang nantinya akan digunakan baik pembelajaran tatap muka dan online. Hal ini
penting karena ketiga komponen tersebut berperan dalam membantu mahasiswa mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Penentukan ketiganya didasarkan pada karakteristik
mahasiswa dan tujuan pembelajaran serta kerangka kerja TPACK dan dikemas untuk
perkuliahan tatap muka dan online dalam fasilitas flexible learning.
4. Utilize media and materials (memanfaatkan media dan bahan ajar)
Setelah memilih metode, media, dan bahan ajar, langkah selanjutnya yang dilakukan
pada metode pengembangan ini yaitu menggunakan ketiganya dalam kegiatan pembelajaran.
Sebelum diterapkannya ketiga komponen tersebut dalam proses pembelajaran, perlu terlebih
dahulu dilakukan validasi ahli untuk melihat kualitas dan kelayakan dari media dan bahan ajar
serta rancangan pembelajaran yang telah dibuat. Setelah mendapatkan validasai ahli langkah
selanjutnya adalah melakukan uji coba terbatas dalam kelompok kecil (5-10 mahasiswa).

Page 4
5. Require learner participation (melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran)
Langkah selanjutnya adalah melibatkan mahasiswa dalam pembelajaran. Mahasiswa
harus terlibat aktif dalam pembelajaran agar pembelajaran efektif dan tujuan pembelajaran
tercapai. Karena desain yang dipakai adalah pembelajaran blended learning maka mahasiswa
dituntut kemandirianya. Sesuai dengan metode yang telah dipilih pada tahap sebelumnya maka
dalam pembelajaran Konsep Dasar Matematika 1 digunakan pendekatan pemecahan masalah
dengan metode diskusi dan group investigation. Untuk pembelajaran Pengembangan
Pembelajaran IPA SD menggunakan metode project based learning dalam kegiatan studi
mandiri.
6. Evaluated and revise (evaluasi dan revisi)
Setelah rancangan program pembelajaran selesai dirancang, langkah selanjutnya adalah
melakukan evaluasi. Evaluasi ini dilakukan untuk mengumpulkan data yang terkait dengan
kekuatan dan kelemahan program pembelajaran. Disini program pembelajaran yang dievaluasi
diantaranya produk yang dihasilkan dalam penelitian ini yaitu pembelajaran yang terintegrasi
kepada kerangka kerja TPACK pada pembelajaran Konsep Dasar Matematika 1 dan
Pengembangan Pembelajaran IPA SD, serta perangkat-perangkat pembelajaran lainnya seperti,
rencana proses pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS), lembar aktivitas guru, dan
lembar respon siswa. Hasil dari proses evaluasi dapat digunakan sebagai masukan atau input
untuk memperbaiki program pembelajaran.

b. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah uji pakar, angket dan tes. Uji pakar
digunakan untuk melihat kelayakan produk yang dihasilkan, angket digunakan untuk melihat
respon mahasiswa terhadap pembelajaran yang digunakan dan tes digunakan untuk melihat
dampak dari pembelajaran yang dilakukan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah lembar validasi pakar, angket tertutup dan angket terbuka dan soal tes.

c. Teknik Analisis Data


Analisa data dilakukan melalui validasi dan uji coba dengan menghitung skor yang
diperoleh untuk menilai kualitas model pembelajaran yang dikembangkan. Data yang terkumpul
dalam penelitian ini berupa data kualitatif yaitu skor dengan skala 1-5 (skor 1 untuk sangat
kurang, skor 2 untuk kurang, skor 3 untuk cukup, skor 4 untuk baik, dan skor 5 untuk sangat baik
) dari hasil penilaian pakar dan penilaian mahasiswa terkait dengan pembelajaran yang
diterapkan, kelebihan dan kekurangan pembelajaran. Skor data kualitatif dikonversi menjadi data
kuantitatif menggunakan acuan konversi seperti pada tabel 1 yang menggunakan Skala Likert
(Suharsimi Arikunto, 2003).
Hasil pretes dan postes dianalis dengan analisis komparatif yaitu membandingkan hasil
kondisi awal dengan konsisi setelah mendapat pembelajaran dengan model yang telah
dikembangkan.

Tabel 1

Page 5
Tabel Acuan Konversi
Data Kualitatif ke dalam Data Kuantitatif
Rumus Perhitungan Perhitungan Interprestasi
x > M i + 1,8SDi x > 4,20 Sangat baik

M i + 0,6SDi < x ≤ M i + 1,8SDi 3,40 < x ≤ 4,20 Baik

M i − 0,6SDi < x ≤ M i + 0,6SDi 2,60 < x ≤ 3, 40 Cukup

M i − 1,8SDi < x ≤ M i − 0,6SDi 1,80 < x ≤ 2,60 Kurang

x ≤ M i − 1,8SDi x ≤ 1,80 Sangat Kurang

Keterangan:
Mi = rerata ideal

= ½ (skor maksimal ideal + skor minimal ideal)

SDi = Standar deviasi ideal


= 1/6 (skor maksimal ideal - skor minimal ideal)
= skor rerata data empiris

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Pengembangan model pembelajaran dengan kerangka kerja TPACK dalam pembelajaran
blended learning ini menggunakan desain model pengembangan ASSURE yang dilakukan
dalam 6 tahapan yaitu 1) analyze learners, 2) state objectives, 3) select strategi, technology,
media, and materials, 4) utilize media and materials, 5) require learner participation, 6)
evaluated and revise. Sebelum diujicobakan, model yang dikembangkan dievaluasi oleh ahli
untuk aspek pembelajaran (tatap muka dan online), media, dan bahan ajar yang digunakan.
Berikut adalah proses evaluasi dan uji coba yang telah dilakukan.
a. Hasil Evaluasi Produk Aspek Pembelajaran Oleh Ahli
Hasil evaluasi pembelajaran meliputi ketepatan rumusan tujuan, kesesuaian metode
pembelajaran, kesesuaian media dan bahan ajar, ketetapan urutan pembelajaran dengan metode
yang dipilih, kemudahan aktifitas pembelajaran untuk mahasiswa, kejelasan tugas yang
diberikan, dan kejelasan penilaian dan soal yang digunakan. Hasil penilaian yang didapatkan
rata-rata 4,14 sehingga kategori yang didapatkan adalah baik.
b. Hasil Evaluasi Produk Aspek Media Oleh Ahli
Hasil evaluasi produk aspek media meliputi kesesuaian media dengan pembelajaran,
kemudahan penggunaan media, kelengkapan media, dan keberfungsian media dalam
memudahkan penyampaian materi. Hasil penilaian didapatkan rata-rata 3,75 sehingga kategori
yang didapatkan adalah baik.
c. Hasil Evaluasi Aspek Bahan Ajar Oleh Ahli
Hasil evaluasi produk aspek bahan ajar meliputi kesesuaian dengan SK dan KD,
kesesuaian dengan tujuan pembelajaran, kesesuaian dengan tingkatan kemampuan mahasiswa,
kelengkapan materi, kemudahan untuk dipelajari, kemudahan akses untuk beberapa perangkat
(PC, laptop, handphone), dan kelengkapan bentuk tampilan (video, audio, gambar dan tek). Hasil
penilaian didapatkan rata-rata penilaian 3,71 sehingga kategori yang didapatkan adalah baik.
d. Hasil Uji Coba Produk
Hasil uji coba produk meliputi uji terbatas dan uji coba luas. Hasil yang diperoleh terlihat
dalam Tabel 2 berikut ini.

Page 6
Tabel 2
Hasil Uji Coba Produk
No Jenis Uji Coba
Nilai Rata-rata Kategori
Uji Coba Terbatas
1 Aspek Pembelajaran 4.13
2 Aspek Media 4.05 3.98 BAIK
3 Aspek Bahan Ajar 3.75
Uji Coba Luas
1 Aspek Pembelajaran 4.04
2 Aspek Media 4.51 4.14 BAIK
3 Aspek Bahan Ajar 3.88
Hasil ini menunjukkan bahwa model yang dikembangkan menurut responden yang
dijadikan sebagai subjek memiliki kategori baik. Dengan demikian model pembelajaran yang
dikembangkan dapat dilaksanakan dan kegiatan pembelajaran dapat diikuti dengan baik oleh
mahasiswa.
e. Keaktifan Mahasiswa
Selain penilaian terhadap model yang dikembangkan, aktifitas mahasiswa dalam
pembelajaran juga diamati untuk mendapatkan dampak dan respon mahasiswa terhadap
pembelajaran yang dilakukan. Aktifitas mahasiswa mengalami peningkatan khususnya dalam
forum diskusi. Pada saat diskusi dilakukan secara langsung masih terlihat mereka malu
memberikan tanggapan terhadap pertanyaan dosen maupun respon mahasiswa lain. Dengan
diberikannya fasilitas online dalam forum diskusi di fleksible learning, mereka semakin berani
untuk memberikan komentar terhadap topik diskusi maupun memberikan kementar terhadap
tanggapan teman lain. Hal ini menunjukkan dengan fasilitas dalam bentuk forum diskusi online
memberikan peluang kepada mahasiswa untuk aktif dalam diskusi sehingga mampu mengatasi
ketidakberanian mahasiswa dalam diskusi kelas secara langsung.
f. Hasil Belajar Matematika dan IPA
Hasil lain yang didapatkan dari dampak pelaksanaan model dapat dilihat dari hasil belajar
untuk mata kuliah Konsep Dasar Matematika 1 dan Pengembangan Pembelajaran IPA SD. Hasil
yang didapatkan terlihat dari Tabel 3 berikut ini.
Tabel 3
Hasil Belajar Konsep Dasar Matematika 1 dan Pengembangan Pembelajaran IPA SD
Pengembangan
Konsep Dasar Matematika 1
Kategori Pembelajaran IPA SD
Awal Akhir Awal Akhir
Rata-rata 62 71 74 78
Nilai Maksimal 95 87 90 80
Nilai Minimal 27 50 50 70

Hasil ini menunjukkan ada peningkatan hasil belajar untuk mata kuliah Konsep Dasar
Matematika 1 dan Pengembangan Pembelajaran IPA SD meskipun masih belum maksimal.
Dengan demikian model pembelajaran yang diterapkan mempunyai pengaruh terhadap hasil
belajar. Sebelum hasil belajar meningkat terlebih dahulu terjadi perubahan pada pola belajar
mahasiswa yang semakin aktif dalam proses pembelajaran.

g. Hasil Revisi Produk

Page 7
Masih terdapat kelemahan dari model pembelajaran yang sudah dikembangkan dan perlu
direvisi antara lain: 1) pemilihan metode untuk perkuliahan online, 2) forum diskusi yang belum
melibatkan semua mahasiswa secara maksimal, 3) fasilitas internet yang masih terbatas, 4) masih
kesulitan untuk melakukan teleconference, dan 5) belum dimanfaatkanya fasilitas lain yang
mendukung pembelajaran online seperti WeChatt, Kakao Talk, LINE dsb. Fasilitas ini akan
mempermudah komunikasi dan mengirimkan pesan suara, gambar dan video pada saat forum
diskusi.

SIMPULAN
Hasil yang didapat dalam penelitian ini adalah sebuah model prosedur pembelajaran
dengan kerangka TPACK dan konten pembelajaran blended learning dengan aktivitas online
dalam e-learning (flexible learning) yang dimiliki oleh UKSW dalam mata kuliah Konsep Dasar
Matematika 1 dan Pengembangan Pembelajaran IPA SD. Model pembelajaran yang
dikembangkan memiliki kategori baik dari aspek pembelajaran, media, dan bahan ajar. Hasil
implementasi pembelajaran didapatkan bahwa model pembelajaran ini mampu meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar mahasiswa PGSD dalam belajar matematika dan IPA.

DAFTAR PUSTAKA

Charles D. Dziuban (2004). Blended Learning. Central Florida: EDUCAUSE Center for
Applied Research Volume 2004, Issue 7.

Jared A. Carman, (2005). Blended Learning Design: Five Key Ingredients. Diambil dari
http://www.agilantlearning.com/pdf/Blended Learning Design.pdf diunduh, 25 Oktober
2012.

Mishra, P., & Koehler, M. J. (2006). Technological pedagogical content knowledge: A new
framework for teacher knowledge. Teachers College Record, 108(6),1017-1054.

Mishra, P., & Koehler, M. J. (2008). Introducing technological pedagogical content knowledge.
Paper presented at the annual meeting of the American Educational Research
Association, New York.

Mishra, P., & Koehler. M. J. (2009). Too cool for school? No way! Using the TPACK
framework: You can have your hot tools and teach with them, too. Learning & Leading
with Technology, 36(7), 14-18.

MarylandOnline Inc. (2011). Quality Matters Rubric Standards 2011-2013 Edition. Diunduh
pada tanggal 24 Februari 2013, dari Quality Matters Program:
http://www.qmprogram.org/files/QM_Standards_2011-2013.pdf

S.Asli and Michael Meagher. (2010). Preservise Teachers Emerging TPACK in a Technology-
Rich Methods Class. The Mathematics Educator. 2009/2010, Vol. 19, No. 2, 10-20

Suharsimi Arikunto. (2003). Dasar-dasar evaluasi pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: PT Bumi
Aksara.

Smaldino, S.E,Russel, J.D. Heinich, R. & Molenda, M. 2005. Intructional Technology and
Media for Learning . New Jersey : Pearson Merril Prentice Hall Inc.

Udin S. Winataputra (2001). Model-model Pembelajaran Inovatif. Jakarta : Pusat Antar


Universitas untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional, Dirjen Dikti

Page 8

Anda mungkin juga menyukai