Anda di halaman 1dari 5

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 2

NAMA MAHASISWA : OKTA DIAN SARI

NOMOR INDUK MAHASISWA/NIM : 835889578

KODE/NAMA MATA KULIAH : IDIK4007/METODE PENELITIAN

KODE/NAMA UPBJJ : Palembang

MASA UJIAN : 2021/22.1 (2021.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
Nama : Okta Dian Sari
Nim : 835889578
1. TINJAUAN PUSTAKA
Dalam proses pembelajaran diperlukan metode serta media pembelajaran untuk mendukung praktik
pembelajaran. Pembelajaran juga akan menjadi lebih baik jika dirancang dan dipersiapkan secara maksimal,
terutama dalam hal Instructional Design (Desain Pembelajaran) agar tepat dan sesuai. Berdasarkan fakta
tersebut, dunia pendidikan memerlukan peran dari teknologi pendidikan. Penggiat teknologi pendidikan
memiliki kompetensi/kemampuan untuk merancang desain pembelajaran yang tepat. Definisi dari
Association for Educationa Communications and Technology (AECT) tahun 2004 dalam Subkhan (2012:5)
mengatakan: “Educational technology is the study and ethical practice of facilitating learning and improving
performance by creating, using, and managing appropriate technological processes and resources.”
Berdasarkan pengertian tersebut teknologi pendidikan memiliki bidang garapan yang terkait dengan desain
pembelajaran. Bidang garapan tersebut adalah memfasilitasi praktik pendidikan berupa pembelajaran dan
peningkatan kualitas kinerja pendidikan dengan mengkreasi, menggunakan, dan melakukan pengelolaan
berupa media serta metode pembelajaran yang tepat.
Desain pembelajaran dirancang untuk menciptakan situasi belajar yang kondusif dan nyaman.
Situasi yang kondusif dan nyaman bagi siswa untuk belajar akan memberikan motivasi tersendiri bagai siswa
untuk mengarah pada tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Gagne dkk. dalam Prawiradilaga (2007:15)
juga memiliki pendapat yang hampir sama mengenai desain pembelajaran, Gagne dkk. Menyatakan bahwa
desain pembelajaran membantu proses belajar seseorang, proses tersebut memiliki tahapan segera dan jangka
panjang. Proses belajar terjadi karena kondisi-kondisi belajar internal maupun eksternal. Kondisi internal
adalah kesiapan diri dan dan kemampuan pebelajaran, sedangkan kondisi external dipengaruhi oleh
pengaturan lingkungan yang didesain. Belajar dan mengajar sebagai proses mengandung tiga unsur yang
dapat dibedakan, yakni tujuan pengajaran (instruksional), pengalaman (proses) belajar mengajar, dan hasil
belajar (Sudjana 2016:2).
2. Jawaban no 2
1) Tinjauan Pustaka
Pelaksanaan pembelajaran Simulasi Digital (Simdig) merupakan upaya agar setiap siswa
dapat berkreasi sesuai dengan bakatnya. Mata pelajaran Simulasi Digital (Simdig) merupakan
mata pelajaran yang cukup sulit untuk para siswa karena merupakan pelajaran baru di
kurikulum 2013. Metode pembelajaran sangat diperlukan oleh guru sesuai dengan tujuan
yang dicapai setelah pembelajaran berakhir. Kenyataan dilapangan guru hanya menggunakan
model pembelajaran yang di gunakan dalam pembelajaran guru hanya menggunakan metode
ceramah serta pemberian tugas semata. Proses pembelajaran yang berjalan dengan baik
berkeyakinan dapat memberikan dampak pada hasil belajar siswa yang tinggi. untuk
mengatasi permasalahan yang ada, peneliti menggunakan model pembelajaran kolaboratif
tipe CSCL (Computer-Supported Collaborative Learning ) sebagai upaya menjawab
kebutuhan tersebut yang diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar melalui model
pembelajaran CSCL. Metode penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen dengan
disain pre eksperiment design kategori pretest dan posttest. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa kelas X SMK Palebon Semarang. Dalam teknik pengambilan sampel,
peneliti menggunakan teknik simple random sampling. Hasil yang diperoleh, penerapan
model pembelajaran kolaboratif tipe CSCL (Computer-Supported Collaborative Learning )
pada mata pelajaran simulasi digital telah dilaksanakan sesuai dengan tahap penelitian. RPP
(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) model pembelajaran kolaboratif tipe CSCL divalidasi
oleh validator ahli model pembelajaran dan ahli materi, RPP dinyatakan valid dan layak
digunakan. Ada keefektifan penerapan model pembelajaran Kolaboratif Tipe CSCL
(Computer-Supported Collaborative Learning ) Pada Mata Pelajaran Simulasi Digital Kelas X
SMK Palebon Semarang dengan besarnya pada peningkatan hasil belajar sebesar 48,05 dan
hasil uji N-Gain diperoleh hasil perhitungan sebesar 76,73%, hasil tersebut merupakan hasil
termasuk ke dalam kategori efektif. Penerapan model pembelajaran dilakukan dengan cukup
baik. Namun temuan yang menarik guru masih belum paham mengenai model – model
pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran. Untuk itu perlu adanya
pembekalan lebih masif terhadap guru tentang penerapan model pembelajaran yang variatif
khususnya model pembelajaran Kolaboratif Tipe CSCL (Computer-Supported Collaborative
Learning ).

2) Sumber pustaka
https://www.bing.com/search?q=tentang+Keefektifan+Model+Pembelajaran+Kolaboratif
+Tipe+CSCL+%28Computer-
Supported+Collaborative+Learning+%29+&form=PRIDID&pc=ACTE&httpsmsn=1&m
snews=1&refig=8cf1efd8665f4b5785c550b3c1c9ee7a
3. Penerapan Literasi Digital di Sekolah
Menurut Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, penerapan berasal dari kata “terap” yang
berarti juru, berukir, kemudian jadi kata “penerap” yang berarti orang yang menerapkan,
sementara “penerapan” adalah pemasangan atau pengenaan. Penerapan dengan istilah lain
adalah implementasi, yang berarti penggunaan peralatan dalam kerja, pelaksanaan, pengerjaan
hingga terwujud, pengejawantahan.
Penerapan literasi digital di sekolah menuntut guru sebagai fasilitator untuk tidak hanya
mendayagunakan sumber-sumber belajar yang ada di sekolah seperti hanya mengandalkan
bahan bacaan buku ajar saja, tetapi dituntut untuk mempelajari berbagai sumber belajar, seperti
majalah, surat kabar, internet, dan media digital. Hal tersebut sangat penting diterapkan, agar
apa yang dipelajari sesuai dengan kondisi dan perkembangan dunia.
Pendayagunaan sumber belajar dalam pembelajaran memiliki arti yang sangat penting,
selain untuk melengkapi, memelihara, dan memperkaya khasanah belajar, sumber belajar juga
dapat meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa. Sehingga pendayagunaan sumber belajar
secara maksimal, memberikan ketepatan dalam menggali berbagai jenis ilmu pengetahuan yang
sesuai dengan bidang kajian, sehingga pembelajaran literasi digital akan senantiasa “up to
date”, dan mampu mengikuti akselerasi teknologi dan seni dalam masyarakat yang semakin
global.
Sehingga dengan melakukan penerapan literasi digital disekolah, siswa dapat
memperoleh berbagai informasi dalam lingkup yang lebih luas dan mendalam sehingga
meningkatkan wawasan siswa dan membantu siswa menyelesaikan tugas mereka dalam
menemukan informasi dari konten digital yang tepat, akurat, dan waktu yang relatif singkat.
Penerapan literasi digital melibatkan keterampilan siswa untuk menggugah media baru, dan
pengalaman dari internet.
Di sekolah, literasi digital dapat dimasukkan ke dalam beberapa mata pelajaran seperti
Bahasa, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), komputer, dan mata
pelajaran lainnya. Misalnya, dalam mata pelajaran bahasa ada beberapa keterampilan yang
harus dikuasai siswa seperti membaca, menyimak, dan menulis. Jika dihubungkan dengan
literasi digital maka keterampilan membaca, menyimak, dan menulis dilakukan dengan media
digital seperti melalui komputer, internet (blog, media sosial, web), dan hand phone.
b. Penerapan Literasi Digital di Sekolah
Menurut Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, penerapan berasal dari kata “terap” yang
berarti juru, berukir, kemudian jadi kata “penerap” yang berarti orang yang menerapkan,
sementara “penerapan” adalah pemasangan atau pengenaan. Penerapan dengan istilah lain
adalah implementasi, yang berarti penggunaan peralatan dalam kerja, pelaksanaan, pengerjaan
hingga terwujud, pengejawantahan.
Penerapan literasi digital di sekolah menuntut guru sebagai fasilitator untuk tidak hanya
mendayagunakan sumber-sumber belajar yang ada di sekolah seperti hanya mengandalkan
bahan bacaan buku ajar saja, tetapi dituntut untuk mempelajari berbagai sumber belajar, seperti
majalah, surat kabar, internet, dan media digital. Hal tersebut sangat penting diterapkan, agar
apa yang dipelajari sesuai dengan kondisi dan perkembangan dunia.
Pendayagunaan sumber belajar dalam pembelajaran memiliki arti yang sangat penting,
selain untuk melengkapi, memelihara, dan memperkaya khasanah belajar, sumber belajar juga
dapat meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa. Sehingga pendayagunaan sumber belajar
secara maksimal, memberikan ketepatan dalam menggali berbagai jenis ilmu pengetahuan yang
sesuai dengan bidang kajian, sehingga pembelajaran literasi digital akan senantiasa “up to
date”, dan mampu mengikuti akselerasi teknologi dan seni dalam masyarakat yang semakin
global.
Sehingga dengan melakukan penerapan literasi digital disekolah, siswa dapat
memperoleh berbagai informasi dalam lingkup yang lebih luas dan mendalam sehingga
meningkatkan wawasan siswa dan membantu siswa menyelesaikan tugas mereka dalam
menemukan informasi dari konten digital yang tepat, akurat, dan waktu yang relatif singkat.
Penerapan literasi digital melibatkan keterampilan siswa untuk menggugah media baru, dan
pengalaman dari internet.
Di sekolah, literasi digital dapat dimasukkan ke dalam beberapa mata pelajaran
seperti Bahasa, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), komputer, dan
mata pelajaran lainnya. Misalnya, dalam mata pelajaran bahasa ada beberapa keterampilan
yang harus dikuasai siswa seperti membaca, menyimak, dan menulis. Jika dihubungkan
dengan literasi digital maka keterampilan membaca, menyimak, dan menulis dilakukan
dengan media digital seperti melalui komputer, internet (blog, media sosial, web), dan hand
phone.

4. Pendekatan penenlitian kualitatif, karena Pendekatan penelitian kualitatif merupakan


pendekatan yang lebih menekankan pada aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu
masalah daripada melihat permasalahan untuk penelitian generalisasi. Metode penelitian ini
lebih suka menggunakan teknik analisis mendalam (in-depth analysis ), yakni mengkaji
masalah secara kasus per kasus karena metodologi kualitatif yakin bahwa sifat suatu masalah
satu akan berbeda dengan sifat dari masalah lainnya. Tujuan dari pendekatan penelitian
kualitatif ini bukan suatu generalisasi tetapi pemahaman secara mendalam terhadap suatu
masalah. Penelitian kualitatif berfungsi memberikan kategori substantif dan hipotesis
penelitian kualitatif.

5. Jenis penenlitian yang dilakukan adalah jenis penelitian quasi eksperimental. Jenis ini
memiliki kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol
variabel – variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen (Sugiyono 2010:114).
Desain penenlitian yang digunakan pretest – postests control group design. Desain ini yang
terdapat dua kelompok yang dipilih secara random. Pretest diberikan untuk mengetahui
keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.
Pengaruh perlakuan adalah (O2 – O1) - (O4 – O3).

Anda mungkin juga menyukai