Anda di halaman 1dari 11

Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) bagi aparatur/PNS meliputi : (1) Diklat

Struktural/Kepemimpinan, yaitu Diklat yang dilaksanakan untuk mencapai kompetensi


kepemimpinan aparatur yang sesuai dengan jenjang; (2) Diklat Fungsional, yaitu Diklat yang
dilaksanakan untuk mencapai persyaratan kompetensi yang sesuai dengan jenis dan jenjang
jabatan fungsiional masing-masing; dan (3) Diklat Teknis, yaitu Diklat yang dilaksanakan
untuk mencapai persyaratan kompetensi teknis yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas.

INDOPOS.CO.ID -Jabatan Sekretaris Dinas (sekdis) Dinas Pendidikan dan Kebudayaan


(Dindikbud) Provinsi Banten Joko Waluyo dipersoalkan sejumlah pihak, karena sebagai
pegawai Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang diperbantukan di
Pemprov Banten hingga Februari 2018, masa jabatannya tak pernah

diperpanjang.
 
 Menurut informasi yang diterima INDOPOS, Joko diperbantukan di

Pemprov Banten sejak tahun 2014 hingga 2016, ketika Gubernur Banten masih dijabat oleh
Rano Karno. Setelah habis masa jabatannya, Rano kemudian menambah masa penugasan
Joko hingga Februari 2018 lalu. Setelah itu, masa jabatan Joko tak pernah diperpanjang.
Namun yang bersangkutan malah diberi jabatan Sekretaris Dinas Pendidikan Pemprov
Banten.”Setahu saya, masa penugasan Pak Joko dari BPKP ke Pemprov Banten sudah
berakhir bulan Februari 2018 lalu dan hingga sekarang belum pernah diperpanjang,” ungkap
sumber INDOPOS, Senin (29/10).


 
 Dia mengungkapkan bahwa masa penugasan para pegawai BPKP di Pemprov Banten

rata-rata hanya tiga tahun. Jika benar masa penugasan Joko di Pemprov Banten sudah
berakhir sejak bulan Februari 2018, segala aktivitas dan uang tunjangan yang diterimanya

patut dipertanyakan.
 
 Selain itu, sumber tadi juga menyebutkan kemungkinan adanya

dugaan maladminstrasi dalam pengangakatan pejabat BPKP ke jabatan struktural yang tanpa
melalui Diklat Kepemimpinan (Diklatpim) tingkat 4 atau Dilkatpim tingkat 3, sebagaimana
yang diatur dalam PP Nomor 100 tahun 2000 jo PP 13 tahun 2002 tentang Pengangkatan

PNS dalam Jabatan Struktural.
 
 Alif Budhi Kristianto dari LBH Patriot Pelopor Keadilan

kepada INDOPOS, Senin (29/10) juga menyoroti masalah ini.


Menurutnya, terkait pengangkatan pejabat di lingkungan birokrasi sesuai aturan adalah harus
dilakukan tahapan demi tahapan yang telah diatur oleh Kementerian PAN dan RB, termasuk
diatur dalam PP No 100 tahun 2000 yaitu harus mengikuti Diklatpim tingkat 4 atau Diklatpim
3.
 
 Apalagi, kata Alif, mengacu kepada PP nomor 15 tahun 1994 tentang pengangkatan

PNS dalam jabatan struktural pada BAB III pasal 6 menyebutkan PNS yang menduduki
jabatan strukturul tidak boleh merangkap menjadi pejabat fungsional.
”Artinya, jika tidak ada SK baru perpanjangan dari BPKP tantang penempatan pegawainya di
Pemprov Banten, berarti dia diaggap masih menjadi pejabat fungsional di BPKP,” cetusnya.


 
 Dikatakan, selain harus mengikuti Diklatpim tingkat 4 dan Diklatmpim III, para pejabat

yang dipilih juga harus mengikuti fit and proper test, karena tidak bisa sekonyong-konyong
diangkat menjadi pejabat esselon I, II dan III tanpa melalui proses.
”Kalau ini terjadi, maka LBH Patriot Pelopor Keadilan siap menempuh jalur hukum dengan

mengajukan gugatan ke PTUN,” tegasnya.
 


Penjabat Sekda Banten, Ino S Rawita yang dikofirmasi terkait jabatan Sekdis Dindikbud
Banten yang dijabat oleh pegawai BPKP ini meminta INDOPOS untuk menanyakan kepada

Badan Kepegawaian Daerah (BKD). ”Pastikan dulu ke BKD,” jawab Ino singkat.
 
 Kepala

Bagian (Kabag) Kajian Hukum, Biro Hukum Pemprov Banten, Rachmadi yang dikonfirmasi
enggan memberikan komentar terkait adanya penempatan pejabat BPKP di jabatan struktural
yang belum mengantongi SK dari instansi induk dan belum ada permintaan surat
perpanjangan dari Pemprov Banten kepada BPKP, serta belum mengikuti Diklatpim IV.

”Itu yang lebih tahu adalah BKD, silakan saja tanya BKD,” ujarnya.
 
 Sementara Kepala

BKD Pemprov Banten, Komarudin yang dikonfirmasi mengatakan,hingga kini posisi Joko
Waluyo masih menjadi pegawai BPKP yang diperbantukan di Pemprov Banten. ”Dia masih
pegawai BPKP yang bekerja pada instansi Pemprov Banten,” ujar Komarudin kepada

INDOPOS, Senin (29/10).
 


Awalnya Komarudin menyebutkan, jika masa penugasan Joko Waluyo di Pemprov Banten
dari BPKP sudah diperpanjang. Namun, saat ditanyakan nomor surat perpanjangannya,
Komarudin menjawab akan dicek dulu. ”Nanti dicek datanya, karena dari BPKP ada
beberapa orang, dan pada bulan Maret 2018 lalu itu kita sudah minta perpanjangan,”

cetusnya.
 
 Ketika disinggung, apa alasan belum jelasnya perpanjangan masa penugasan

sejumlah pegawai BPKP di Pemprov Banten. Komarudin mengatakan, hingga kini regulasi
dari BPKP terhadap PNS yang diperbantukan di instasi lain sudah berubah. ”Regulasi dari
BPKP soal PNS yang dipekerjakan di instasi lain sudah berubah. Ini yang lagi kita cari

kepastiannya,” kilahnya.
 


Bahkan, Komarudin menyebutkan, jika dirinya mendapatkan informasi bahwa di instansi lain
pegawai BPKP itu ditempatkan selama 10 tahun, bukan lagi 3 tahun. ”Hardcopy aturan ini

yang kita belum dapatkan,” tukasnya.
 
 Sementara Sekdis Dindikbud Banten Joko Waluyo

belum berhasil dikonfirmasi karena yang bersangkutan tidak berada di kantor. ”Bapak hari ini
belum datang, saya juga nggak tahu beliau ke mana,” ujar Mayang, sekpri Sekdis Dindikbud
Banten. Sementara ketika dihubungi via telepon, Joko Waluyo juga belum menjawab. (yas)

Sumber:https://www.indopos.co.id/read/2018/10/30/154046/jabatan-sekdis-banten-
dipermasalahkan

INDOPOS.CO.ID - Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi Banten


Komarudin membantah tudingan pengangkatan dan promosi tiga guru SMKN 1
Kragilan, Kabupaten Serang, menjadi pejabat struktural di Kantor Cabang Dinas (KCD)
Pendidikan bermuatan politis balas budi.

”Promosi jabatan tiga orang guru SMKN 1 Kragilan menjadi pejabat struktural di KCD
Pendidikan, murni kebutuhan organisasi. Sama sekali tidak ada muatan politis, karena
pengangkatan itu mengacu kepada PP Nomor 11 tahun 2017,” terang Komarudin kepada
INDOPOS, Senin (25/2/2019).

Menurut Komarudin juga, selain mengacu kepada PP Nomor 11 tahun 2017 tentang
Manajemen Pegawai Negeri Sipil (PNS), promosi jabatan ketiga guru tersebut juga
berpedoman kepada surat edaran Sekretaris Daerah (Sekda) Banten Nomor 800/3569-
BKD/2017 yang menegaskan bahwa guru dapat dipindahkan ke jabatan lain dalam
lingkup bidang keilmuan yang serumpuan.

Jabatan itu antara lain, pengawas sekolah, kepala sekolah, kepala dinas/cabang dinas,
kepala bidang (kabid) dan jabatan lain yang mengelola bidang pendidikan. ”Jadi
pengangkatan tiga orang guru menjadi pejabat struktural tidak ada aturan yang
dilanggar. Apalagi, ketiganya sudah lebih dari delapan tahun menjadi guru. Mereka juga
pernah menjadi staf di Pemprov Banten,” tuturnya juga.

Selain itu, katanya lagi, jabatan yang sekarang diamanahkan kepada tiga guru itu masih
serumpun, yaitu sama-sama di bidang pendidikan. Terkait adanya kekurangan tenaga
guru di SMKN 1 Kragilan pasca ditariknya tiga orang guru di sekolah tersebut,
Komarudin berjanji akan segera mencarikan solusinya.

Agar sekolah tersebut tidak terjadi kekurangan guru demi kelancaran proses kegiatan
belajar mengajar (KBM) di sekolah kejuruan unggulan di Kabupaten Serang tersebut.
”Itu sudah kita pikirkan, dan dalam waktu dekat ini kita akan segera mengisi
kekosongan guru yang terjadi di SMKN 1 Kragilan,” tegasnya.
Sementara itu, Pengamat Sosial Banten Uday Suhada berharap agar Gubernur Banten
segera mengisi kekurangan guru di sekolah yang tiga orang gurunya ditarik menjadi
pejabat struktural agar tidak mengganggu KBM di sekolah kejuruan tersebut. ”Memang
agak aneh juga kebijakan Gubernur Banten, satu sekolah tiga orang gurunya ditarik
sekaligus menjadi pejabat struktural,” kata Uday.

Menurut Uday lagi, meski kebijakan promosi dan mutasi PNS adalah hak preogratif
gubernur sebagai kepala daerah, namun harus juga diperhatikan jenjang karir dan
aturan yang ada, agar tidak menjadi polemik di tengah-tengah masyarakat. ”Sepanjang
PNS itu memenuhi syarat pangkat, golongan dan memiliki kompentensi saya rasa tidak
ada masalah,” cetus Uday yang juga Direktur Eksekutif Aliansi Independen Peduli
Publik (Alipp) Banten ini.

Sedangkan Kepala Ombudsman Perwakilan Banten Bambang P Sumo mengatakan,


sebetulnya bila masih di lingkup instansi kependidikan, promosi atau mutasi guru
diperbolehkan. Namun, katanya juga, bila peralihan jabatan guru ke jabatan non guru di
instansi non kependidikan tidak boleh karena masih ada kekurangan tenaga
kependidikan.

Terpisah, Unro Al Juhri seorang akademisi dan Pengamat Pendidikan Banten kepada
koran ini, mendukung kebijakan Gubernur Wahidin Halim karena persoalan mutasi dan
rotasi gubernur memiliki otoritas sebagai kepala daerah yang berpijak kepada otonomi
daerah. Dimana bidang pendidikan merupakan salah satu kewenangan dari kepala
daerah.

”Saya men-support pengangkatan kepala KCD Pendidikan Lebak, karena dia jadi simbol
anak muda yang berprestasi. Dia dapat menjadi inspirasi anak-anak muda Banten yang
lain. Begitu pun kalau ada anak muda Banten lainnya yang tampil juga akan tetap saya
support,” terangnya. Terkait dengan aturan, terang Unro juga, tentunya gubernur punya
dasar yang kuat.

Sementara Sirojudin, kepala KCD Pendidikan Kabupaten Lebak yang baru dilantik
ketika dikonfirmasi INDOPOS membantah dirinya pernah meminta kenaikan pangkat
istimewa kepada Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Banten. ”Kalau
pribadi saya tidak pernah meminta kenaikan pangkat istimewa kepada pak kadis, nggak
tahu kalau teman yang lain,” jelasnya.

Bahkan, kata Sirojudin juga, usai dilantik dia langsung mengirimkan pesan melalui
WhatsApp kepada Kepala Dindikbud untuk mengucapkan terimakasih atas
bimbingannya sehingga dia bisa dipercaya menjadi kepala KCD Pendidikan Kabupaten
Lebak. ”Pak Engkos (Kepala Dindikbud) itu sudah saya anggap sebagai orang tua saya
sendiri, jadi tidak mungkin saya bersikap tidak sopan kepada beliau,” paparnya.

Sedangkan Pjs Sekda Provinsi Banten Ino S Rawita yang dihubungi INDOPOS meminta
kepada para pejabat yang baru dilantik segera menyesuaikan diri pada tempat tugas
yang baru dan memahami tugas pokok dan fungsi (tupoksi) yang jadi tanggung
jawabnya.

Selain itu, mantan Pjs Bupati Lebak ini juga menekankan, agar pejabat yang baru
dilantik termasuk tiga orang guru yang menjabat sebagai pejabat struktural dapat
melaksanakan berbagai program dan kegiatan yang berdampak kepada masyarakat.
”Jika dibutuhkan, lakukan kajian terhadap berbagai outcome dari pelaksanaan program
dan kegiatan pembangunan yang dilakukan OPD (organisasi perangkat daerah, Red)
untuk mengukur efektivitas dan efisiensi yang berdampak program dan kegiatan
pembangunan terhadap masyarakat,” terangnya.

Sebagaiman diberitakan koran ini sebelummnya, pengangkatan tiga orang guru SMKN 1
Kragilan, Kabupaten Serang, menjadi pejabat struktural dan langsung dipromosikan
menjadi pejabat di KCD Pendidikan disoal oleh Pengamat Pendidikan Banten
Mochamad Ojat Sudrajat.

Ojat menilai, pengangkatkan tiga orang guru dari sekolah yang sama menjadi pejabat
struktural sarat muatan politik balas budi. Karena ketiga orang guru tersebut, dianggap
sukses mengantarkan pasangan Wahidin Halim dan Andika Hazrumy menjadi Gubernur
dan Wakil Gubernur Banten pada Pilkada Banten 2017 lalu. (yas)

Sumber : https://republika.co.id/berita/koran/podium/16/11/02/ofzxsf1-permasalahan-pns-
sangat-banyak

Mejayan – Tim Kenaikan Pangkat BKD menyelenggarakan rapat


koordinasi proses verifikasi kenaikan pangkat periode Oktober 2018,
bertempat di Ruang Rapat Kantor BKD Kabupaten Madiun Jalan Alun-
alun Timur No. 1 Mejayan, Senin siang 16 Juli 2018.

Rapat dilaksanakan untuk konsolidasi, sekaligus memantau sejauh


mana kinerja tim dalam memproses berkas kenaikan pangkat PNS
periode Oktober 2018. Rapat ini juga dimanfaatkan untuk menggali
permasalahan-permasalahan yang masih ada, kemudian mencari
solusi bersama-sama.

Rapat dipimpin oleh Ibu Sri Diana Dewi Kusumaningrum, SH., M.Si.,
Kabid Mutasi BKD ini dihadiri juga oleh Bapak Sigit Budiarto, S.Sos.,
M.Si, Sekretaris BKD, Kasubbid Mutasi Pegawai dan Kasubbid Mutasi
Jabatan, Kasubag Umum, Analis Kepegawaian, Tim Teknis, Verifikator
dan Pengelola Sistem Informasi Kepegawaian BKD Kabupaten
Madiun.

Ibu Sri Diana Dewi menyampaikan, bahwa untuk meminimalisir


permasalahan-permasalahan yang muncul di masa yang akan datang,
maka kita putuskan untuk memproses kenaikan pangkat dengan
tegas. Setiap ketidaksesuaian persyaratan, baik karena kekurangan
berkas maupun ketidaksesuaian dengan berkas yang disyaratkan
dianggap tidak memenuhi syarat (TMS) dan kenaikan pangkat PNS
yang bersangkutan tidak diproses.
Bapak Sigit Budiarto, S.Sos., M.Si.
menyampaikan, jika terjadi permasalahan saat ini dan tidak segera
diselesaikan, akan bisa berbuntut panjang pada data di dalam Simpeg.
Artinya ada ketidaksesuaian antara data dengan fakta. Efek jangka
panjangnya adalah masalah penataan sumber daya PNS di Kabupaten
di Kabupaten Madiun, dimana penempatan personil bisa jadi tidak
sesuai dengan potensi dan jabatan masing-masing.

Dalam hal ini bidang mutasi adalah eksekutor penataan PNS, dengan
demikian sebelum pengambilan setiap keputusan di Bidang Mutasi,
harus berdasar pada data yang sesuai dengan fakta di lapangan
demikian tegas Sigit Budiarto.

Yang masih menarik dalam pembahasan Rapat ini adalah masalah


penamaan jabatan di mana masih sering terjadi perubahan jabatan
menyesuaikan dengan pekerjaan yang dilakukan, untuk itu nantinya
semua jabatan akan disesuaikan dengan penamaan jabatan yang
resmi.

Adapun terkait solusi dan penetapan jabatan yang benar sesuai


regulasi akan dikomunikasikan dan dikoordinasikan dengan BKN dan
MENPAN.

Mengapa penamaan jabatan ini


penting? Ini karena mutasi pegawai nantinya akan disesuaikan
berdasarkan jabatan seseorang. Jabatan yang berlebih di satu OPD
sangat mungkin dikurangi dengan proses mutasi ke OPD lain yang
membutuhkan jabatan tersebut, meskipun di OPD lama pejabat yang
bersangkutan masih dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan
di luar jabatannya.

Hestu Wiradriawan, SH., Kasubbid Mutasi Jabatan BKD mengatakan


bahwa mutasi seseorang disesuaikan dengan jabatan yang dimiliki,
Jadi seandainya seseorang di mutasi dari satu OPD ke OPD yang lain,
maka jabatan itu tetap akan melekat pada dirinya. Bagi yang
menduduki jabatan fungsional, SK kenaikan jabatan fungsional harus
dilampirkan sebagai salah satu syarat Kenaikan Pangkat.

Pentingnya penamaan jabatan ini juga terkait sedang dilakukannya


perbaikan SAPK di BKN terkait dengan jabatan, golongan dan hal-hal
yang terkait agar semua urusan kepegawaian sesuai dengan
ketentuan dan terproses sebagaimana mestinya. Data-data
kepegawaian yang tidak sesuai akan menghambat proses
kepegawaian seseorang di BKN melalui aplikasi SAPK, untuk itu perlu
dilakukan updating data untuk keperluan tertib administrasi
kepegawaian.

Setelah seluruh persiapan selesai, Tim akan dibagi untuk


memverifikasi semua pengajuan kenaikan pangkat PNS di Kabupaten
Madiun, baru kemudian akan diproses penerbitan SK kenaikan
pangkatnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Sumber: https://bkd.madiunkab.go.id/2018/07/rapat-koordinasi-proses-verifikasi-kenaikan-
pangkat-pns-periode-01-oktober-2018/

TAPAKTUAN – Usulan kenaikan pangkat 100 pegawai negeri sipil (PNS) di


Pemkab Aceh Selatan (Asel) ditolak.

Kepala Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan (BKPP) Aceh Selatan, Hj


Hayatun mengatakan, berkas usulan kenaikan pangkat PNS tersebut
dikembalikan BKPP karena tidak memenuhi persyaratan yang diminta Badan
Kepegawaian Negara (BKN).

“Berkas yang dikembalikan itu rata-rata tidak paham mengisi penyusunan SKP
(Sasaran Kinerja Pegawai), Penetapan Angka Kredit (PAK) dan bukti fisik kinerja.
Sebaiknya, Satuan Kerja Perangkat Kabupaten (SKPK) atau dinas teknis
melaksanakan Diklat pelatihan SKP sehingga para PNS bisa menguasai
pengisian dan memenuhi persyaratan usulan kenaikan pangkat untuk diajukan
ke BKN Regional VI Banda Aceh,” ujarnya kepada Rakyat Aceh (Jawa Pos
Group), Rabu (3/2).

Dia berharap berkas lebih kurang 100 PNS yang dikembalikan itu secepatnya
dilengkapi dan diperbaiki. Mengingat pengajuan usulan kenaikan pangkat hanya
dua kali dalam setahun, yaitu April dan Oktober. Selain belum menguasai
pengisian SKP, sejumlah PNS Aceh Selatan juga dinilai belum bisa
mengoperasikan komputer atau buta informasi teknologi (IT).

“Kecenderungan dua hal itu semestinya harus segera diperbaiki dengan


pemanfaatan Diklat SKP dan les komputer. Jika PNS masih kurang peduli, maka
pelayanan publik akan mengalami kendala. Di era keterbukaan informasi dan
kemajuan teknologi ini, orang lebih praktis menggunakan IT untuk mengakses
informasi,” katanya.

Disampaikan, berkas yang dikembalikan mayoritas milik PNS pada Dinas


Kesehatan, peringkat kedua Dinas Pendidikan. Hanya sebahagian kecil dialami
jajaran struktural. “Ini menjadi cacatan dan pekerjaan rumah, supaya ke depan
dapat dilakukan perubahan untuk mengoptimaliasi kenerja perangkat daerah,”
harap Hayatun. (dir/rbb/sam/jpnn

Sumber: https://www.jpnn.com/news/beberapa-hal-penyebab-usulan-kenaikan-pangkat-pns-
ditolak
AKARTA - Mendagri Tjahjo Kumolo memberikan sambutan kepada Peserta Diklat
Kepemimpinan Tingkat II,III,IV, Peserta Diklat Barang dan Jasa bertempat di
Auditorium Gedung F. Lantai IV BPSDM Kemendagri Jalan Taman Makam
Pahlawan Kalibata No.08 Jakarta Selatan, Senin 18/02/2019.“
Bagaimana menerapkan kebijakan politis tanpa menyimpang dari aturan hukum
yang ada tetapi sesuai dengan bidang tugasnya dan wajib dicermati dalam setiap
proses pengambilan kebijakan politik pembangunan dalam lingkup Kemendagri
pada khususnya.”
“Mewaspadai Racun Demokrasi yang membahayakan diantaranya Politik Uang,
Kampanye Berujar Kebencian, Fitnah, Isu Sara dan Hoaks.”
Sebagai penutup, Mendagri menegaskan, “Sebagai pejabat eselon diharapkan
tidak hanya memahami bidang tugas masing – masing saja, tetapi wajib
memahami dan mencermati tiga hal; pemahaman secara Komprehensif integral,
pemahaman aspek Hukum terkait bidangnya serta memahami aspek Politis.
Dengan tidak melanggar prinsip pada peraturan yang ada”.
Sumber : http://bpsdm.kemendagri.go.id/berita/page/139

Ternyata Mutasi Guru ke Struktural Melanggar SE Men PAN

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Ternyata Mutasi Guru ke
Struktural Melanggar SE Men
PAN, http://www.tribunnews.com/regional/2015/02/15/ternyata-mutasi-guru-
ke-struktural-melanggar-se-men-pan.
Editor: Budi Prasetyo
Laporan Wartawan Tribun Kaltim, Niko Ruru
TRIBUNNEWS.COM,NUNUKAN- Sorotan terhadap mutasi guru menjadi pejabat
struktural di Kabupaten Nunukan ternyata bukan hanya karena terkait dengan
kekurangan guru di daerah ini.
Mutasi dimaksud jelas melanggar aturan karena bertentangan dengan Surat
Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor SE/15/M.PAN/4/2004
tentang Larangan Pengalihan PNS dari Jabatan Guru ke Jabatan Non Guru.

Dalam edaran bertanggal 26 April 2004 itu, Menteri Pendayagunaan Aparatur


Negara Feisal Tamin menyebutkan, dari hasil PUPNS tahun 2003, secara umum
pada saat ini masih terdapat kekurangan tenaga guru di semua jenjang
pendidikan dasar dan menengah.
Kekurangan guru tersebut melingkupi jumlah dan kualifikasi/kompetensi serta
penyebarannya yang tidak merata sesuai dengan beban kerja.
"Keadaan tersebut akan sangat berpengaruh terhadap proses belajar mengajar
yang pada akhirnya akan menurunkan mutu anak didik," bunyi edaran itu.
Di Kabupaten Nunukan sendiri, sesuai pernyataan pejabat Dinas Pendidikan
Kabupaten Nunukan, masih terdapat kekurangan sekitar 1.500 guru untuk
mengajar disemua jenjang pendidikan mulai dasar hingga menengah.
Selain itu dalam SE Men PAN disebutkan, dengan adanya pemekaran atau
pembentukan propinsi, kabupaten dan kota, kecamatan dan kelurahan baru,
banyak terjadi pengalihan PNS dari jabatan guru ke jabatan non guru terutama
untuk mengisi jabatan-jabatan struktural atau jabatan-jabatan lain. Pengalihan
PNS dari jabatan guru ke jabatan lain tersebut dinilai akan menambah kekurangan
jumlah guru yang ada. Hal ini justru akan menambah permasalahan di bidang
pendidikan.
Dilain pihak, dari segi kompetensi, guru dinilai tidak mempunyai kompetensi
untuk menduduki jabatan struktural dan hal ini akan berpengaruh pada kinerja
organisasi.
"Sehubungan dengan hal tersebut diatas, kami meminta kepada saudara -
Gubernur, Bupati dan Walikota-, untuk segera menghentikan dan melarang
pengalihan PNS dari jabatan guru ke jabatan lain," ujarnya.
Para Gubernur, Bupati dan Walikota diminta melakukan penataan kepegawaian
agar dapat diketahui formasi yang dibutuhkan serta adanya kekurangan atau
kelebihan PNS yang sesungguhnya baik yang menduduki jabatan guru, maupun
yang menduduki jabatan teknis atau administratif.
Hasil penataan kepegawaian tersebut akan dijadikan bahan pertimbangan dalam
pemberian persetujuan tertulis formasi PNS daerah oleh Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara. Disebutkan pula, apabila terjadi kekurangan tenaga guru yang
diakibatkan oleh pengalihan guru ke jabatan non guru, maka usul
penambahan guru tidak akan dipertimbangkan.
Mutasi terhadap 177 pejabat struktural eselon II, III, IV dan pejabat fungsional
dilingkungan Pemerintah Kabupaten Nunukan menuai sorotan dari masyarakat.
Sorotan diantaranya diarahkan kepada Asnawi, salah seorang guru SMA
1 Nunukan Selatan yang dilantik menjadi pejabat struktural sebagai Kepala Seksi
Kesiswaan Bidang Pendidikan Dasar pada Dinas Pendidikan Nunukan.

Inilah Penjelasan Deputi SDM Aparatur Kementerian


PANRB Terkait Permasalahan ‘Inpassing’ PNS
Dalam paparannya pada Rapat Koordinasi (Rakor) Inpassing Jabatan Fungsional Pegawai
Negeri Sipil (PNS) di Jakarta, Rabu (1/2) lalu, Deputi bidang Sumber Daya Manusia (SDM)
Aparatur Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB)
Setiawan Wangsaatmaja menyampaikan sejumlah permasalahan yang akan muncul dalam
proses inpassing tersebut.

Permasalahan tersebut misalnya bagaimana PNS yang sudah pernah diangkat menjadi jabatan
fungsional tetapi diberhentikan lalu menjadi pelaksana. Terhadap masalah ini Setiawan
menjelaskan, inpassing dari jabatan pelaksana hanya untuk PNS yang belum pernah duduk
sebagai jabatan fungsional (tidak mencapai kinerja dan terkena disiplin/pidana).

Setiawan juga menjelaskan, bagi PNS yang menduduki jabatan pelaksana dapat
mengikuti inpassing menjadi jabatan fungsional, dengan syarat telah dan masih menjalankan
tugas sebagai jabatan fungsional minimal 2 tahun (secara komulatif dan masih menjalankan
tugas). “Formasinya bukan sebagai jabatan fungsional,” tambah Setiawan sebagaimana bahan
paparan yang disampaikan dalam Rakor tersebut.

Bagi PNS yang formasinya sebagai Jabatan fungsional namun belum diangkat, menurut
Setiawan, bisa diinpassing sepanjang sudah pernah naik pangkat 1 tingkat lebih tinggi, dan
masih menjalankan tugas sebagai jabatan fungsional.

Sedangkan PNS yang sudah menjadi jabatan fungsional tetapi diberhentikan, menurut Deputi
bidang SDM Aparatur itu, tidak bisa ikut inpassing karena diangkat pada saat menjadi jabatan
fungsional kurang berkinerja, sehingga tidak mencapai angka kreditnya.

Untuk PNS yang dibebaskan sementara dari jabatan fungsional, Setiawan menegaskan, dapat
diangkat kembali jika belum ada surat pemberhentian. “Namun jika ada surat pemberhentian
tidak bisa diangkat,” ujarnya.

Deputi bidang SDM Aparatur Kementerian PANRB itu menegaskan, PNS yang saat ini
menduduki jabatan fungsional sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri PANRB (Permenpan)
Nomor 26 Tahun 2016 tidak boleh pindah ke jabatan fungsional lainnya melalui inpassing.
Untuk pemegang Jabatan Pemimpin Tinggi (JPT) Pratama yang sudah diberhentikan pada usia
lebih 58 tahun, menurut Setiawan, berdasarkan PP 32 Tahun 1979 jo SE Kepala BAKN No.
04/SE/1980 bahwa pejabat Pimpinan Tinggi untuk diangkat kembali dalam jabatan yang setara
diberikan batas waktu sampai dengan 6 bulan.

Setiawan menegaskan, pengangkatan melalui inpassing berdasarkan dilakukan kebutuhan


instansi di masing-masing jenjang jabatan fungsional. “Setiap instansi pembina membuat
pedoman penyusunan kebutuhan per janjang,” ujarnya.

Batasan Usia

Sementara itu Sekretaris Deputi SDM Aparatur Aba Subagja mengemukakan, bahwa usia paling
tinggi bagi PNS yang akan mengikuti inpassing ke jabatan fungsional adalah 3 (tiga) tahun
sebelum batas usia pensiun dalam jabatan terakhir bagi pejabat pelaksana, dan 2 (dua) tahun
sebelum batas usia pensiun dalam jabatan terakhir bagi administrator dan pengawas.

Untuk jabatan fungsional keahlian, menurut Aba, ketentuannya adalah (satu) tahun sebelum
batas usia pensiun dalam jabatan terakhir bagi administrator yang akan menduduki jabatan
fungsional ahli madya. “Dan 1 (satu) tahun sebelum batas usia pensiun dalam jabatan terakhir
bagi pejabat pimpinan tinggi,” pungkasnya. (Humas Kementerian PANRB/ES)

Sumber:
https://setkab.go.id/inilah-penjelasan-deputi-sdm-aparatur-kementerian-panrb-
terkait-permasalahan-inpassing-pns/

https://harispito.wordpress.com/2017/01/05/47/
http://ahok.org/berita/isu-isu-strategis-di-bidang-kepegawaian-negara/

Anda mungkin juga menyukai