Pemprov Banten sejak tahun 2014 hingga 2016, ketika Gubernur Banten masih dijabat oleh
Rano Karno. Setelah habis masa jabatannya, Rano kemudian menambah masa penugasan
Joko hingga Februari 2018 lalu. Setelah itu, masa jabatan Joko tak pernah diperpanjang.
Namun yang bersangkutan malah diberi jabatan Sekretaris Dinas Pendidikan Pemprov
Banten.”Setahu saya, masa penugasan Pak Joko dari BPKP ke Pemprov Banten sudah
berakhir bulan Februari 2018 lalu dan hingga sekarang belum pernah diperpanjang,” ungkap
sumber INDOPOS, Senin (29/10).
Dia mengungkapkan bahwa masa penugasan para pegawai BPKP di Pemprov Banten
rata-rata hanya tiga tahun. Jika benar masa penugasan Joko di Pemprov Banten sudah
berakhir sejak bulan Februari 2018, segala aktivitas dan uang tunjangan yang diterimanya
patut dipertanyakan. Selain itu, sumber tadi juga menyebutkan kemungkinan adanya
dugaan maladminstrasi dalam pengangakatan pejabat BPKP ke jabatan struktural yang tanpa
melalui Diklat Kepemimpinan (Diklatpim) tingkat 4 atau Dilkatpim tingkat 3, sebagaimana
yang diatur dalam PP Nomor 100 tahun 2000 jo PP 13 tahun 2002 tentang Pengangkatan
PNS dalam Jabatan Struktural. Alif Budhi Kristianto dari LBH Patriot Pelopor Keadilan
PNS dalam jabatan struktural pada BAB III pasal 6 menyebutkan PNS yang menduduki
jabatan strukturul tidak boleh merangkap menjadi pejabat fungsional.
”Artinya, jika tidak ada SK baru perpanjangan dari BPKP tantang penempatan pegawainya di
Pemprov Banten, berarti dia diaggap masih menjadi pejabat fungsional di BPKP,” cetusnya.
Dikatakan, selain harus mengikuti Diklatpim tingkat 4 dan Diklatmpim III, para pejabat
yang dipilih juga harus mengikuti fit and proper test, karena tidak bisa sekonyong-konyong
diangkat menjadi pejabat esselon I, II dan III tanpa melalui proses.
”Kalau ini terjadi, maka LBH Patriot Pelopor Keadilan siap menempuh jalur hukum dengan
Penjabat Sekda Banten, Ino S Rawita yang dikofirmasi terkait jabatan Sekdis Dindikbud
Banten yang dijabat oleh pegawai BPKP ini meminta INDOPOS untuk menanyakan kepada
Badan Kepegawaian Daerah (BKD). ”Pastikan dulu ke BKD,” jawab Ino singkat. Kepala
Bagian (Kabag) Kajian Hukum, Biro Hukum Pemprov Banten, Rachmadi yang dikonfirmasi
enggan memberikan komentar terkait adanya penempatan pejabat BPKP di jabatan struktural
yang belum mengantongi SK dari instansi induk dan belum ada permintaan surat
perpanjangan dari Pemprov Banten kepada BPKP, serta belum mengikuti Diklatpim IV.
”Itu yang lebih tahu adalah BKD, silakan saja tanya BKD,” ujarnya. Sementara Kepala
BKD Pemprov Banten, Komarudin yang dikonfirmasi mengatakan,hingga kini posisi Joko
Waluyo masih menjadi pegawai BPKP yang diperbantukan di Pemprov Banten. ”Dia masih
pegawai BPKP yang bekerja pada instansi Pemprov Banten,” ujar Komarudin kepada
Awalnya Komarudin menyebutkan, jika masa penugasan Joko Waluyo di Pemprov Banten
dari BPKP sudah diperpanjang. Namun, saat ditanyakan nomor surat perpanjangannya,
Komarudin menjawab akan dicek dulu. ”Nanti dicek datanya, karena dari BPKP ada
beberapa orang, dan pada bulan Maret 2018 lalu itu kita sudah minta perpanjangan,”
cetusnya. Ketika disinggung, apa alasan belum jelasnya perpanjangan masa penugasan
sejumlah pegawai BPKP di Pemprov Banten. Komarudin mengatakan, hingga kini regulasi
dari BPKP terhadap PNS yang diperbantukan di instasi lain sudah berubah. ”Regulasi dari
BPKP soal PNS yang dipekerjakan di instasi lain sudah berubah. Ini yang lagi kita cari
kepastiannya,” kilahnya.
Bahkan, Komarudin menyebutkan, jika dirinya mendapatkan informasi bahwa di instansi lain
pegawai BPKP itu ditempatkan selama 10 tahun, bukan lagi 3 tahun. ”Hardcopy aturan ini
yang kita belum dapatkan,” tukasnya. Sementara Sekdis Dindikbud Banten Joko Waluyo
belum berhasil dikonfirmasi karena yang bersangkutan tidak berada di kantor. ”Bapak hari ini
belum datang, saya juga nggak tahu beliau ke mana,” ujar Mayang, sekpri Sekdis Dindikbud
Banten. Sementara ketika dihubungi via telepon, Joko Waluyo juga belum menjawab. (yas)
Sumber:https://www.indopos.co.id/read/2018/10/30/154046/jabatan-sekdis-banten-
dipermasalahkan
”Promosi jabatan tiga orang guru SMKN 1 Kragilan menjadi pejabat struktural di KCD
Pendidikan, murni kebutuhan organisasi. Sama sekali tidak ada muatan politis, karena
pengangkatan itu mengacu kepada PP Nomor 11 tahun 2017,” terang Komarudin kepada
INDOPOS, Senin (25/2/2019).
Menurut Komarudin juga, selain mengacu kepada PP Nomor 11 tahun 2017 tentang
Manajemen Pegawai Negeri Sipil (PNS), promosi jabatan ketiga guru tersebut juga
berpedoman kepada surat edaran Sekretaris Daerah (Sekda) Banten Nomor 800/3569-
BKD/2017 yang menegaskan bahwa guru dapat dipindahkan ke jabatan lain dalam
lingkup bidang keilmuan yang serumpuan.
Jabatan itu antara lain, pengawas sekolah, kepala sekolah, kepala dinas/cabang dinas,
kepala bidang (kabid) dan jabatan lain yang mengelola bidang pendidikan. ”Jadi
pengangkatan tiga orang guru menjadi pejabat struktural tidak ada aturan yang
dilanggar. Apalagi, ketiganya sudah lebih dari delapan tahun menjadi guru. Mereka juga
pernah menjadi staf di Pemprov Banten,” tuturnya juga.
Selain itu, katanya lagi, jabatan yang sekarang diamanahkan kepada tiga guru itu masih
serumpun, yaitu sama-sama di bidang pendidikan. Terkait adanya kekurangan tenaga
guru di SMKN 1 Kragilan pasca ditariknya tiga orang guru di sekolah tersebut,
Komarudin berjanji akan segera mencarikan solusinya.
Agar sekolah tersebut tidak terjadi kekurangan guru demi kelancaran proses kegiatan
belajar mengajar (KBM) di sekolah kejuruan unggulan di Kabupaten Serang tersebut.
”Itu sudah kita pikirkan, dan dalam waktu dekat ini kita akan segera mengisi
kekosongan guru yang terjadi di SMKN 1 Kragilan,” tegasnya.
Sementara itu, Pengamat Sosial Banten Uday Suhada berharap agar Gubernur Banten
segera mengisi kekurangan guru di sekolah yang tiga orang gurunya ditarik menjadi
pejabat struktural agar tidak mengganggu KBM di sekolah kejuruan tersebut. ”Memang
agak aneh juga kebijakan Gubernur Banten, satu sekolah tiga orang gurunya ditarik
sekaligus menjadi pejabat struktural,” kata Uday.
Menurut Uday lagi, meski kebijakan promosi dan mutasi PNS adalah hak preogratif
gubernur sebagai kepala daerah, namun harus juga diperhatikan jenjang karir dan
aturan yang ada, agar tidak menjadi polemik di tengah-tengah masyarakat. ”Sepanjang
PNS itu memenuhi syarat pangkat, golongan dan memiliki kompentensi saya rasa tidak
ada masalah,” cetus Uday yang juga Direktur Eksekutif Aliansi Independen Peduli
Publik (Alipp) Banten ini.
Terpisah, Unro Al Juhri seorang akademisi dan Pengamat Pendidikan Banten kepada
koran ini, mendukung kebijakan Gubernur Wahidin Halim karena persoalan mutasi dan
rotasi gubernur memiliki otoritas sebagai kepala daerah yang berpijak kepada otonomi
daerah. Dimana bidang pendidikan merupakan salah satu kewenangan dari kepala
daerah.
”Saya men-support pengangkatan kepala KCD Pendidikan Lebak, karena dia jadi simbol
anak muda yang berprestasi. Dia dapat menjadi inspirasi anak-anak muda Banten yang
lain. Begitu pun kalau ada anak muda Banten lainnya yang tampil juga akan tetap saya
support,” terangnya. Terkait dengan aturan, terang Unro juga, tentunya gubernur punya
dasar yang kuat.
Sementara Sirojudin, kepala KCD Pendidikan Kabupaten Lebak yang baru dilantik
ketika dikonfirmasi INDOPOS membantah dirinya pernah meminta kenaikan pangkat
istimewa kepada Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Banten. ”Kalau
pribadi saya tidak pernah meminta kenaikan pangkat istimewa kepada pak kadis, nggak
tahu kalau teman yang lain,” jelasnya.
Bahkan, kata Sirojudin juga, usai dilantik dia langsung mengirimkan pesan melalui
WhatsApp kepada Kepala Dindikbud untuk mengucapkan terimakasih atas
bimbingannya sehingga dia bisa dipercaya menjadi kepala KCD Pendidikan Kabupaten
Lebak. ”Pak Engkos (Kepala Dindikbud) itu sudah saya anggap sebagai orang tua saya
sendiri, jadi tidak mungkin saya bersikap tidak sopan kepada beliau,” paparnya.
Sedangkan Pjs Sekda Provinsi Banten Ino S Rawita yang dihubungi INDOPOS meminta
kepada para pejabat yang baru dilantik segera menyesuaikan diri pada tempat tugas
yang baru dan memahami tugas pokok dan fungsi (tupoksi) yang jadi tanggung
jawabnya.
Selain itu, mantan Pjs Bupati Lebak ini juga menekankan, agar pejabat yang baru
dilantik termasuk tiga orang guru yang menjabat sebagai pejabat struktural dapat
melaksanakan berbagai program dan kegiatan yang berdampak kepada masyarakat.
”Jika dibutuhkan, lakukan kajian terhadap berbagai outcome dari pelaksanaan program
dan kegiatan pembangunan yang dilakukan OPD (organisasi perangkat daerah, Red)
untuk mengukur efektivitas dan efisiensi yang berdampak program dan kegiatan
pembangunan terhadap masyarakat,” terangnya.
Sebagaiman diberitakan koran ini sebelummnya, pengangkatan tiga orang guru SMKN 1
Kragilan, Kabupaten Serang, menjadi pejabat struktural dan langsung dipromosikan
menjadi pejabat di KCD Pendidikan disoal oleh Pengamat Pendidikan Banten
Mochamad Ojat Sudrajat.
Ojat menilai, pengangkatkan tiga orang guru dari sekolah yang sama menjadi pejabat
struktural sarat muatan politik balas budi. Karena ketiga orang guru tersebut, dianggap
sukses mengantarkan pasangan Wahidin Halim dan Andika Hazrumy menjadi Gubernur
dan Wakil Gubernur Banten pada Pilkada Banten 2017 lalu. (yas)
Sumber : https://republika.co.id/berita/koran/podium/16/11/02/ofzxsf1-permasalahan-pns-
sangat-banyak
Rapat dipimpin oleh Ibu Sri Diana Dewi Kusumaningrum, SH., M.Si.,
Kabid Mutasi BKD ini dihadiri juga oleh Bapak Sigit Budiarto, S.Sos.,
M.Si, Sekretaris BKD, Kasubbid Mutasi Pegawai dan Kasubbid Mutasi
Jabatan, Kasubag Umum, Analis Kepegawaian, Tim Teknis, Verifikator
dan Pengelola Sistem Informasi Kepegawaian BKD Kabupaten
Madiun.
Dalam hal ini bidang mutasi adalah eksekutor penataan PNS, dengan
demikian sebelum pengambilan setiap keputusan di Bidang Mutasi,
harus berdasar pada data yang sesuai dengan fakta di lapangan
demikian tegas Sigit Budiarto.
“Berkas yang dikembalikan itu rata-rata tidak paham mengisi penyusunan SKP
(Sasaran Kinerja Pegawai), Penetapan Angka Kredit (PAK) dan bukti fisik kinerja.
Sebaiknya, Satuan Kerja Perangkat Kabupaten (SKPK) atau dinas teknis
melaksanakan Diklat pelatihan SKP sehingga para PNS bisa menguasai
pengisian dan memenuhi persyaratan usulan kenaikan pangkat untuk diajukan
ke BKN Regional VI Banda Aceh,” ujarnya kepada Rakyat Aceh (Jawa Pos
Group), Rabu (3/2).
Dia berharap berkas lebih kurang 100 PNS yang dikembalikan itu secepatnya
dilengkapi dan diperbaiki. Mengingat pengajuan usulan kenaikan pangkat hanya
dua kali dalam setahun, yaitu April dan Oktober. Selain belum menguasai
pengisian SKP, sejumlah PNS Aceh Selatan juga dinilai belum bisa
mengoperasikan komputer atau buta informasi teknologi (IT).
Sumber: https://www.jpnn.com/news/beberapa-hal-penyebab-usulan-kenaikan-pangkat-pns-
ditolak
AKARTA - Mendagri Tjahjo Kumolo memberikan sambutan kepada Peserta Diklat
Kepemimpinan Tingkat II,III,IV, Peserta Diklat Barang dan Jasa bertempat di
Auditorium Gedung F. Lantai IV BPSDM Kemendagri Jalan Taman Makam
Pahlawan Kalibata No.08 Jakarta Selatan, Senin 18/02/2019.“
Bagaimana menerapkan kebijakan politis tanpa menyimpang dari aturan hukum
yang ada tetapi sesuai dengan bidang tugasnya dan wajib dicermati dalam setiap
proses pengambilan kebijakan politik pembangunan dalam lingkup Kemendagri
pada khususnya.”
“Mewaspadai Racun Demokrasi yang membahayakan diantaranya Politik Uang,
Kampanye Berujar Kebencian, Fitnah, Isu Sara dan Hoaks.”
Sebagai penutup, Mendagri menegaskan, “Sebagai pejabat eselon diharapkan
tidak hanya memahami bidang tugas masing – masing saja, tetapi wajib
memahami dan mencermati tiga hal; pemahaman secara Komprehensif integral,
pemahaman aspek Hukum terkait bidangnya serta memahami aspek Politis.
Dengan tidak melanggar prinsip pada peraturan yang ada”.
Sumber : http://bpsdm.kemendagri.go.id/berita/page/139
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Ternyata Mutasi Guru ke
Struktural Melanggar SE Men
PAN, http://www.tribunnews.com/regional/2015/02/15/ternyata-mutasi-guru-
ke-struktural-melanggar-se-men-pan.
Editor: Budi Prasetyo
Laporan Wartawan Tribun Kaltim, Niko Ruru
TRIBUNNEWS.COM,NUNUKAN- Sorotan terhadap mutasi guru menjadi pejabat
struktural di Kabupaten Nunukan ternyata bukan hanya karena terkait dengan
kekurangan guru di daerah ini.
Mutasi dimaksud jelas melanggar aturan karena bertentangan dengan Surat
Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor SE/15/M.PAN/4/2004
tentang Larangan Pengalihan PNS dari Jabatan Guru ke Jabatan Non Guru.
Permasalahan tersebut misalnya bagaimana PNS yang sudah pernah diangkat menjadi jabatan
fungsional tetapi diberhentikan lalu menjadi pelaksana. Terhadap masalah ini Setiawan
menjelaskan, inpassing dari jabatan pelaksana hanya untuk PNS yang belum pernah duduk
sebagai jabatan fungsional (tidak mencapai kinerja dan terkena disiplin/pidana).
Setiawan juga menjelaskan, bagi PNS yang menduduki jabatan pelaksana dapat
mengikuti inpassing menjadi jabatan fungsional, dengan syarat telah dan masih menjalankan
tugas sebagai jabatan fungsional minimal 2 tahun (secara komulatif dan masih menjalankan
tugas). “Formasinya bukan sebagai jabatan fungsional,” tambah Setiawan sebagaimana bahan
paparan yang disampaikan dalam Rakor tersebut.
Bagi PNS yang formasinya sebagai Jabatan fungsional namun belum diangkat, menurut
Setiawan, bisa diinpassing sepanjang sudah pernah naik pangkat 1 tingkat lebih tinggi, dan
masih menjalankan tugas sebagai jabatan fungsional.
Sedangkan PNS yang sudah menjadi jabatan fungsional tetapi diberhentikan, menurut Deputi
bidang SDM Aparatur itu, tidak bisa ikut inpassing karena diangkat pada saat menjadi jabatan
fungsional kurang berkinerja, sehingga tidak mencapai angka kreditnya.
Untuk PNS yang dibebaskan sementara dari jabatan fungsional, Setiawan menegaskan, dapat
diangkat kembali jika belum ada surat pemberhentian. “Namun jika ada surat pemberhentian
tidak bisa diangkat,” ujarnya.
Deputi bidang SDM Aparatur Kementerian PANRB itu menegaskan, PNS yang saat ini
menduduki jabatan fungsional sesuai dengan ketentuan Peraturan Menteri PANRB (Permenpan)
Nomor 26 Tahun 2016 tidak boleh pindah ke jabatan fungsional lainnya melalui inpassing.
Untuk pemegang Jabatan Pemimpin Tinggi (JPT) Pratama yang sudah diberhentikan pada usia
lebih 58 tahun, menurut Setiawan, berdasarkan PP 32 Tahun 1979 jo SE Kepala BAKN No.
04/SE/1980 bahwa pejabat Pimpinan Tinggi untuk diangkat kembali dalam jabatan yang setara
diberikan batas waktu sampai dengan 6 bulan.
Batasan Usia
Sementara itu Sekretaris Deputi SDM Aparatur Aba Subagja mengemukakan, bahwa usia paling
tinggi bagi PNS yang akan mengikuti inpassing ke jabatan fungsional adalah 3 (tiga) tahun
sebelum batas usia pensiun dalam jabatan terakhir bagi pejabat pelaksana, dan 2 (dua) tahun
sebelum batas usia pensiun dalam jabatan terakhir bagi administrator dan pengawas.
Untuk jabatan fungsional keahlian, menurut Aba, ketentuannya adalah (satu) tahun sebelum
batas usia pensiun dalam jabatan terakhir bagi administrator yang akan menduduki jabatan
fungsional ahli madya. “Dan 1 (satu) tahun sebelum batas usia pensiun dalam jabatan terakhir
bagi pejabat pimpinan tinggi,” pungkasnya. (Humas Kementerian PANRB/ES)
Sumber:
https://setkab.go.id/inilah-penjelasan-deputi-sdm-aparatur-kementerian-panrb-
terkait-permasalahan-inpassing-pns/
https://harispito.wordpress.com/2017/01/05/47/
http://ahok.org/berita/isu-isu-strategis-di-bidang-kepegawaian-negara/