I. DESKRIPSI KASUS
A. LATAR BELAKANG
Pegawai Negeri Sipil (PNS) merupakan unsur aperatur negara yang memiliki
peranan yang sangat berarti yaitu sebagai salah satu penyelenggara
pembangunan dan pemerintahan untuk mencapai tujuan nasional. Menurut
Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 yang mengamanatkan setiap Instansi
Pusat/ Provinsi/ Kabupaten/ Kota wajib memiliki Sumber Daya Manusia Pegawai
Negeri Sipil yang dapat memenuhi persyaratan baik secara kuantitas maupun
kualitas sehingga dapat menyelengarakan tugas pemerintahan dan
pembangunan.
Pegawai negeri sipil merupakan pekerjaan yang belakangan ini sangat
diminati oleh masyarakat Indonesia. Pemerintah hampir setiap tahun membuka
formasi Calon Pegawai Negri Sipil (CPNS) melalui pelamar umum guna untuk
mengisi jabatan yang kosong. Termasuk pada tahun 2018 dimana merupakan tes
CPNS secara terbuka pertama setelah melalui moratorium selama 5 tahun.
Pengadaan CPNS pertama setelah moratorium ini merupakan hal yang baru
bagi beberapa sub bidang yang menangani pengadaan CPNS. Sehingga
beberapa kali ditemukan kesalahan ketika penyusunan formasi yang dapat
berakibat pada sulitnya pengembangan individu yang terdapat kesalahan pada
jabatannya tersebut sehingga satu-satunya cara adalah dengan proses mutasi
antar jabatan atau bahkan antar instansi.
Perpindahan atau mutasi sendiri merupakan bagian dari pembinaan, guna
memberikan pengalaman kerja, tanggung jawab dan kemampuan yang lebih
besar pada pegawai. Tujuan utama dari adanya mutasi PNS adalah untuk
meningkatkan efisiensi dan efektifitas dari kinerja PNS yang bersangkutan. Hal-
Hal terkait dengan Mutasi PNS telah diatur dalam Peraturan Badan Kepegawaian
Negara Nomor 5 Tahun 2019 tentang Tatacara pelaksanaan Mutasi. Selain
untuk pembinaan PNS, mutasi dapat dimungkinkan terjadi karena adanya
penyerderhanaan atau pengembangan suatu instansi. Pelaksanaan mutasi PNS
di daerah menjadi tugas dari Badan Kepegawaian Daerah. Hal ini sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan, khususnya dalam Pasal 34A
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian. Pemberian
kewenangan di daerah ini bertujuan untuk meningkatkan kelancaran pelaksanaan
manajemen PNS di daerah. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 itu sendiri
kemudian diganti dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 yang mulai
berlaku sejak 15 Januari 2014. Badan Kepegawaian Daerah (BKD) dibentuk
setelah adanya otonomi daerah pada tahun 1999. BKD merupakan perangkat
daerah otonom yang dibentuk oleh Kepala Daerah untuk kelancaran pelaksanaan
administrasi kepegawaian di daerah, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Kewenangan BKD mengatur
kepegawaian mulai dari rekrutmen sampai dengan pensiun berada di
kabupaten/kota. Kewenangan tersebut bersumber pada delegasi atas
penyerahan urusan kepegawaian kepada daerah, sehingga daerah berhak
mengatur dan mengurus rumah tangga bidang kepegawaian di daerahnya
Selain itu mutasi juga Salah satu bentuk perkembangan dari sumber daya
sumber daya manusia Pegawai Negeri Sipil adalah dengan dilakukannya mutasi
sebagai perwujudan dari dinamika organisasi yang dijadikan sebagai salah satu
cara untuk mencapai tujuan organisasi. Mutasi adalah kegiatan pemindahan
pegawai dari suatu pekerjaan ke pekerjaan lain, Pegawai Negeri Sipil dapat
berpindah antar jabatan fungsional maupun jabatan struktural di intansi pusat dan
instansi daerah berdasarkan kualifikasi, kompetensi, dan penilaian kinerja
Tetapi pada pelaksanaannya, instansi tidak serta merta dapat mengajukan
perpindahan PNS dari satu instansi ke intansi daerah lain, apalagi sejak tahun
2018 adanya ketetapan tentang CPNS yang telah lolos seleksi tidak boleh
meminta pindah tugas atau mutasi selama 10 tahun yang diatur dalam Peraturan
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 36 Tahun 2018
tentang Kriteria Penetapan Kebutuhan Pegawai Negeri Sipil dan Pelaksanaan
Seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil Tahun 2018, padahal di instansi tersebut dia
tidak dapat melaksanakan tugas jabatan dan memenuhi angka kredit minimal
pertahun.
Hal tersebut terjadi pula pada Instansi Pemerintah Kota Madiun, dimana
terjadi kesalahan penyusunan kebutuhan CPNS yang mengakibatkan salah satu
peserta CPNS tidak dapat melaksanakan tugas jabatan dan belum dapat
diangkat ke dalam jabatan fungsionalnya. Di Pemerintah Kota Madiun dalam
penetapan formasi CPNS tahun 2018 terdapat jabatan Penguji Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Ahli dengan kualifikasi pendidikan DIV-Teknik Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. Di Dinas Tenaga Kerja Kota Madiun Program dan Kegiatan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja tidak dilaksanakan karena merupakan tugas
dari UPTD Dinas Tenaga Kerja Provinsi yang berlokasi di Kabupaten Madiun.
Kemudian setelah Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah untuk Pembagian Urusan Pemerintahan terkait jabatan
Penguji Keselamatan dan Kesehatan Kerja tidak dijelaskan dalam komponen
yang ada dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014. Sehingga pembagian
kewenangan belum jelas apakah terdapat di Pusat dan Provinsi saja atau sampai
dengan kewenangan di Kabupaten/Kota.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka rumusan masalah
dalam studi kasus ini adalah pencarian solusi terbaik dan pelaksanaan mutasi
bagi pegawai yang telah disebutkan di atas sehingga tidak bertentangan dengan
Peraturan yang berlaku
No JABATAN PENDIDIKAN
Penyuluh Perindustrian dan
1 S-1 Teknik Industri
Perdagangan
VII. PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapatkan di atas adalah adanya kesalahan penyusunan
kebutuhan CPNS yang mengakibatkan salah satu peserta CPNS tidak dapat
melaksanakan tugas jabatan dan belum dapat diangkat ke dalam jabatan
fungsionalnya. Di Pemerintah Kota Madiun dalam penetapan formasi CPNS
tahun 2018 terdapat jabatan Penguji Keselamatan dan Kesehatan Kerja Ahli
dengan kualifikasi pendidikan DIV-Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Di
Dinas Tenaga Kerja Kota Madiun Program dan Kegiatan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja tidak dilaksanakan karena merupakan tugas dari UPTD Dinas
Tenaga Kerja Provinsi yang berlokasi di Kabupaten Madiun. Kemudian setelah
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah untuk
Pembagian Urusan Pemerintahan terkait jabatan Penguji Keselamatan dan
Kesehatan Kerja tidak dijelaskan dalam komponen yang ada dalam Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014. Sehingga pembagian kewenangan belum jelas
apakah terdapat di Pusat dan Provinsi saja atau sampai dengan kewenangan di
Kabupaten/Kota.
Tetapi proses mutasi dirasa tidak memungkinkan karena CPNS yang telah
lolos seleksi tidak boleh meminta pindah tugas atau mutasi selama 10 tahun yang
diatur dalam Peraturan Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 36 Tahun 2018 tentang Kriteria Penetapan Kebutuhan Pegawai
Negeri Sipil.
Solusi yang dapat ditawarkan oleh penulis yaitu melakukan mutasi dengan
ketentuan harus berkoordinasi dan berkonsultasi dengan instansi-instansi terkait
serta masih ada ABK di instansi yang baru, selain itu pegawai tersebut dapat
diproses pemindahan jabatan PNS yang bersangkutan ke dalam jabatan
fungsional lain yang serumpun di Lingkup Kerja Dinas Tenaga Kerja. Tetapi hal
tersebut mempunyai kendala dalam kompetensi pendidikan yang dimiliki dengan
pendidikan yang dibutuhkan jabatan.
B. TINDAK LANJUT
Tindak lanjut dari kasus di atas adalah Pemerintah Kota Madiun mengirimkan
surat kepada Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi dengan tembusan Badan Kepegawaian Negara dengan tujuan untuk
meminta pertimbangan perpindahan pegawai tersebut ke Dinas Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Provinsi Jawa Timur dengan pertimbangan jika mutasi tidak
dilaksanakan maka pegawai tersebut tidak dapat naik jabatan dan tidak dapat
melaksanakan tugas jabatannya dengan baik.