Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS KESALAHAN PENEMPATAN PADA

FORMASI CPNS 2018

Disusun Oleh : AULIA NUR IHSANI

I. DESKRIPSI KASUS
A. LATAR BELAKANG
Pegawai Negeri Sipil (PNS) merupakan unsur aperatur negara yang memiliki
peranan yang sangat berarti yaitu sebagai salah satu penyelenggara
pembangunan dan pemerintahan untuk mencapai tujuan nasional. Menurut
Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 yang mengamanatkan setiap Instansi
Pusat/ Provinsi/ Kabupaten/ Kota wajib memiliki Sumber Daya Manusia Pegawai
Negeri Sipil yang dapat memenuhi persyaratan baik secara kuantitas maupun
kualitas sehingga dapat menyelengarakan tugas pemerintahan dan
pembangunan.
Pegawai negeri sipil merupakan pekerjaan yang belakangan ini sangat
diminati oleh masyarakat Indonesia. Pemerintah hampir setiap tahun membuka
formasi Calon Pegawai Negri Sipil (CPNS) melalui pelamar umum guna untuk
mengisi jabatan yang kosong. Termasuk pada tahun 2018 dimana merupakan tes
CPNS secara terbuka pertama setelah melalui moratorium selama 5 tahun.
Pengadaan CPNS pertama setelah moratorium ini merupakan hal yang baru
bagi beberapa sub bidang yang menangani pengadaan CPNS. Sehingga
beberapa kali ditemukan kesalahan ketika penyusunan formasi yang dapat
berakibat pada sulitnya pengembangan individu yang terdapat kesalahan pada
jabatannya tersebut sehingga satu-satunya cara adalah dengan proses mutasi
antar jabatan atau bahkan antar instansi.
Perpindahan atau mutasi sendiri merupakan bagian dari pembinaan, guna
memberikan pengalaman kerja, tanggung jawab dan kemampuan yang lebih
besar pada pegawai. Tujuan utama dari adanya mutasi PNS adalah untuk
meningkatkan efisiensi dan efektifitas dari kinerja PNS yang bersangkutan. Hal-
Hal terkait dengan Mutasi PNS telah diatur dalam Peraturan Badan Kepegawaian
Negara Nomor 5 Tahun 2019 tentang Tatacara pelaksanaan Mutasi. Selain
untuk pembinaan PNS, mutasi dapat dimungkinkan terjadi karena adanya
penyerderhanaan atau pengembangan suatu instansi. Pelaksanaan mutasi PNS
di daerah menjadi tugas dari Badan Kepegawaian Daerah. Hal ini sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan, khususnya dalam Pasal 34A
Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian. Pemberian
kewenangan di daerah ini bertujuan untuk meningkatkan kelancaran pelaksanaan
manajemen PNS di daerah. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 itu sendiri
kemudian diganti dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 yang mulai
berlaku sejak 15 Januari 2014. Badan Kepegawaian Daerah (BKD) dibentuk
setelah adanya otonomi daerah pada tahun 1999. BKD merupakan perangkat
daerah otonom yang dibentuk oleh Kepala Daerah untuk kelancaran pelaksanaan
administrasi kepegawaian di daerah, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Kewenangan BKD mengatur
kepegawaian mulai dari rekrutmen sampai dengan pensiun berada di
kabupaten/kota. Kewenangan tersebut bersumber pada delegasi atas
penyerahan urusan kepegawaian kepada daerah, sehingga daerah berhak
mengatur dan mengurus rumah tangga bidang kepegawaian di daerahnya
Selain itu mutasi juga Salah satu bentuk perkembangan dari sumber daya
sumber daya manusia Pegawai Negeri Sipil adalah dengan dilakukannya mutasi
sebagai perwujudan dari dinamika organisasi yang dijadikan sebagai salah satu
cara untuk mencapai tujuan organisasi. Mutasi adalah kegiatan pemindahan
pegawai dari suatu pekerjaan ke pekerjaan lain, Pegawai Negeri Sipil dapat
berpindah antar jabatan fungsional maupun jabatan struktural di intansi pusat dan
instansi daerah berdasarkan kualifikasi, kompetensi, dan penilaian kinerja
Tetapi pada pelaksanaannya, instansi tidak serta merta dapat mengajukan
perpindahan PNS dari satu instansi ke intansi daerah lain, apalagi sejak tahun
2018 adanya ketetapan tentang CPNS yang telah lolos seleksi tidak boleh
meminta pindah tugas atau mutasi selama 10 tahun yang diatur dalam Peraturan
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 36 Tahun 2018
tentang Kriteria Penetapan Kebutuhan Pegawai Negeri Sipil dan Pelaksanaan
Seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil Tahun 2018, padahal di instansi tersebut dia
tidak dapat melaksanakan tugas jabatan dan memenuhi angka kredit minimal
pertahun.
Hal tersebut terjadi pula pada Instansi Pemerintah Kota Madiun, dimana
terjadi kesalahan penyusunan kebutuhan CPNS yang mengakibatkan salah satu
peserta CPNS tidak dapat melaksanakan tugas jabatan dan belum dapat
diangkat ke dalam jabatan fungsionalnya. Di Pemerintah Kota Madiun dalam
penetapan formasi CPNS tahun 2018 terdapat jabatan Penguji Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Ahli dengan kualifikasi pendidikan DIV-Teknik Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. Di Dinas Tenaga Kerja Kota Madiun Program dan Kegiatan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja tidak dilaksanakan karena merupakan tugas
dari UPTD Dinas Tenaga Kerja Provinsi yang berlokasi di Kabupaten Madiun.
Kemudian setelah Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah untuk Pembagian Urusan Pemerintahan terkait jabatan
Penguji Keselamatan dan Kesehatan Kerja tidak dijelaskan dalam komponen
yang ada dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014. Sehingga pembagian
kewenangan belum jelas apakah terdapat di Pusat dan Provinsi saja atau sampai
dengan kewenangan di Kabupaten/Kota.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka rumusan masalah
dalam studi kasus ini adalah pencarian solusi terbaik dan pelaksanaan mutasi
bagi pegawai yang telah disebutkan di atas sehingga tidak bertentangan dengan
Peraturan yang berlaku

II. KRONOLOGI PERMASALAHAN


Pada pelaksanaan CPNS Formasi 2018 di Pemerintah Kota Madiun, Pemerintah
Kota Madiun membuat Formasi Penguji Keselamatan dan Kesehatan Kerja atas
permintaan dari Dinas Tenaga Kerja Kota Madiun. Kemudian Pemerintah Kota
Madiun mengajukan formasi melalui aplikasi e-formasi. Formasi yang telah diajukan
mendapat persetujuan dari Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi dalam bentuk Surat Keputusan Menteri PAN-RB. Berdasarkan
dari SK tersebut, Pemerintah Kota Madiun membuat SK Walikota yang berisikan
formasi apa saja yang dibuka. Setelah peserta mendaftar dan mengikuti tes
diterbitkanlah Pertek dan SK CPNS. Tetapi masalah muncul setelah CPNS tersebut
diangkat menjadi CPNS Kota Madiun dimana di Dinas Tenaga Kerja Kota Madiun
Program dan Kegiatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja tidak dilaksanakan karena
merupakan tugas dari UPTD Dinas Tenaga Kerja Provinsi yang berlokasi di
Kabupaten Madiun. Sehingga pegawai tersebut tidak dapat melaksanakan tugas
jabatannya.
Kemudian juga dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintah Daerah untuk Pembagian Urusan Pemerintahan terkait jabatan Penguji
Keselamatan dan Kesehatan Kerja tidak dijelaskan dalam komponen yang ada dalam
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014. Sehingga pembagian kewenangan belum
jelas apakah terdapat di Pusat dan Provinsi saja atau sampai dengan kewenangan di
Kabupaten/Kota. CPNS tersebut tidak dapat melaksanakan tugas jabatannya karena
jobdesknya tidak ada di Dinas Tenaga Kerja, Koperasi, dan Usaha Mikro Pemerintah
Kota Madiun dan juga CPNS tersebut untuk kedepannya tidak dapat mengumpulkan
angka kredit. Selama menjadi CPNS, pegawai tersebut hanya melaksanakan tugas
yang diminta oleh atasan langsungnya dan ditempatkan di Seksi Hubungan Industrial
dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
Pegawai yang bersangkutan datang ke BKPSDM Kota Madiun untuk
mengkonsultasikan masalahnya dan berniat untuk mengajukan mutasi ke Provinsi
karena pegawai tersbeut merasa tidak melakukan apa-apa di kantor dan
dipergunjingkan oleh rekan kerjanya padahal dia sendiri merasa tidak ada kuasa,
karena memang tugas jabatannya tidak ada di Dinas Tenaga Kerja, Koperasi, dan
Usaha Mikro tempat dia bekerja sekarang. Karena hal-hal tersebut di atas, pegawai
tersebut merasa kurang motivasi ketika melaksanakan pekerjaannya, karena merasa
hal tersebut tidak berkaitan dengan bidang yang dikuasainya serta tidak sesuai
dengan jobdesk dia seharusnya.
Pegawai tersebut merasa satu-satunya cara yang dapat ditempuh adalah
dengan mutasi, karena pegawai ini sudah pernah berkonsultasi langsung dengan
BKN Kantor Regional II Surabaya. Pihak BKN Kantor Regional II Surabaya meminta
pegawai tersebut berkonsultasi kembali dengan BKPSDM Pemerintah Kota Madiun
untuk dilaksanakannya mutasi tetapi proses mutasinya terhalang oleh adanya
ketetapan tentang CPNS yang telah lolos seleksi tidak boleh meminta pindah tugas
atau mutasi selama 10 tahun yang diatur dalam Peraturan Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 36 Tahun 2018 tentang Kriteria Penetapan
Kebutuhan Pegawai Negeri Sipil. Setelah diangkat menjadi PNS pun, pegawai ini
masih belum dapat diangkat ke dalam jabatan fungsionalnya karena adanya masalah
yang berkaitan dengan kesalahan penyusunan formasi tersebut. Langkah yang
sudah ditempuh oleh pihak BKPSDM Kota Madiun khususnya sub bidang Formasi
dan Pengadaan serta Bidang Mutasi Kepegawaian sejauh ini adalah berkonsultasi
dengan pihak Badan Kepegawaian Negara Kantor Regional II Surabaya dan Dinas
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Pemerintah Provinsi Jawa Timur terkait peraturan
atau hal apa yang dapat digunakan sebagai penyelesaian dari kesalahan formasi ini,
sehingga tidka merugikan pihak pegawai yang sudah terlanjur diterima tetapi tidak
dapat menjalankan tugas jabatannya serta tidak bisa mengumpulkan angka kredit.

III. DASAR HUKUM


1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
3. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen PNS
4. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2020 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen PNS
5. Peraturan BKN Nomor 5 Tahun 2019 tentang Tatacara Pelaksanaan Mutasi
6. Peraturan BKN Nomor 14 Tahun 2018 tentang Petunjuk Teknis Pengadaan PNS
7. Peraturan Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 36
Tahun 2018 tentang Kriteria Penetapan Kebutuhan Pegawai Negeri Sipil

IV. INSTANSI YANG TERKAIT DENGAN PERMASALAHAN


Beberapa Perangkat Daerah dan Instansi yang terkait dengan permasalahan
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Dinas Tenaga Kerja, Koperasi, dan Usaha Mikro Kota Madiun
2. BKPSDM Kota Madiun
3. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Pemerintah Provinsi Jawa Timur
4. Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jawa Timur
5. Badan Kepagawaian Negara
6. Badan Kepegawaian Kantor Regional II Surabaya
7. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

V. ANALISIS PEMECAHAN MASALAH


Jika dilihat dari sisi mutasi kepegawaian, masalah yang dihadapi oleh pegawai
seperti dijelaskan diatas dapat teratasi dengan mutasi kepegawaian karena pada
dasarnya setiap PNS dapat dimutasi antar-kabupaten/kota dalam satu provinsi
ataupun mutasi dari kabupaten/kota ke provinsi sesuai dengan peraturan yang
berlaku.Dalam hal ini pegawai yang bersangkutan merasa dia tidak sesuai dengan
bidang tugasnya. Pegawai tersebut tidak dapat menjalankan tugas jabatannya dan
malah mengerjakan tugas jabatan lain yang tidak sesuai dengan jobdesk jabatannya.
Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, BKPSDM merupakan Satuan Kerja
Perangkat Daerah yang dapat menjembatani permasalahan ini, dimana tugas pokok
dari BKPSDM salah satunya adalah dengan cara menyelenggarakan kegiatan mutasi
Pegawai Negeri Sipil. Kegiatan mutasi Pegawai Negeri Sipil pada BKPSDM terdiri
atas kegiatan mutasi staf dan kegiatan mutasi jabatan struktural. Mutasi staf
diselenggarakan oleh bidang mutasi kepegawaian, yang menangani dan mengelola
aktivitas perpindahan Aparatur Sipil Negara antar instansi di lingkungan pemerintah
Kota Madiun, serta perpindahan Aparatur Sipil Negara baik masuk atau keluar dari
Kota Madiun.
Mutasi juga dapat dilakukan karena pegawai tersebut berkeinginan untuk
melaksanakan mutasi, dimana pegawai tersebut hampir memenuhi semua syarat
proses mutasi atas permintaan sendiri, dimana pola karier pegawai tersbeut tidak
akan berkembang jika ditempatkan di instansi yang sekarang, kemudian mutasi
tersebut juga tidak bertentangan dengan peraturan internal instansi dalam hal ini
peraturan yang ada di Pemerintah Kota Madiun. Pegawai tersebut juga tidak sedang
menjalani hukuman disiplin atau proses peradilan. Hanya saja mutasi atas
permintaan sendiri tersebut terhalang oleh adanya Peraturan BKN Nomor 14 Tahun
2018 tentang Petunjuk Teknis Pengadaan PNS dimana hal tersebut tidak sesuai
dengan proses mutasi yang ada.
Solusi terbaik yang dapat penulis tawarkan adalah adanya koordinasi dengan
instansi terkait, utamanya Kemenpan-RB, BKN Pusat, serta Dinas Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Langkah pertama yang dapat
dilakukan adalah berkoordinasi dengan Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jawa
Timur untuk melihat apakah masih ada tempat sesuai dengan ABK yang ada jika
pegawai tersebut dipindahkan ke Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Pemerintah
Provinsi Jawa Timur. Kemudian jika dirasa masih ada posisi yang kosong, maka
BKPSDM Kota Madiun akan berkonsultasi dengan BKN Kantor Regional II Surabaya
terkait perpindahan pegawai tersebut walaupun ketentuannya masih belum boleh
pindah atau mutasi sebelum 10 tahun. Apabila BKN Kantor Regional II tidak memiliki
jawaban, maka BKPSDM Kota Madiun akan berkonsultasi dengan BKN Pusat dan
Pihak Kemenpan-RB. Setelah ada persetujuan dari BKN Pusat dan Kemenpan RB,
maka proses mutasi dapat dilaksanakan.

VI. ALTERNATIF SOLUSI PEMECAHAN MASALAH


Adapaun Alternatif solusi dari permasalahan di atas adalah sebagai berikut :
1. Memproses mutasi status PNS dalam jabatan tersebut dari Pemerintah Kota
Madiun beralih ke Provinsi Jawa Timur, hasil dari koordinasi yang dilaksanakan
dengan BKD Provinsi Jawa Timur khusus untuk jabatan penguji keselamatan dan
kesehatan kerja ABK masih dibutuhkan.
2. Memproses pemindahan jabatan PNS yang bersangkutan ke dalam jabatan
fungsional lain yang serumpun di Lingkup Kerja Dinas Tenaga Kerja. Tetapi hal
tersebut mempunyai kendala dalam kompetensi pendidikan yang dimiliki dengan
pendidikan yang dibutuhkan jabatan. Adapun jabatan fungsional lain yang
dibutuhkan di DinasTenaga Kerja sebagai berikut :

No JABATAN PENDIDIKAN
Penyuluh Perindustrian dan
1 S-1 Teknik Industri
Perdagangan

2 Mediator Hubungan Industrial S-1 Hukum


S-1 Ilmu Ekonomi,
S-1 Sosial Humaniora, S-1
3 Pengantar Kerja
Rumpun Seni, Desain dan
Media

VII. PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapatkan di atas adalah adanya kesalahan penyusunan
kebutuhan CPNS yang mengakibatkan salah satu peserta CPNS tidak dapat
melaksanakan tugas jabatan dan belum dapat diangkat ke dalam jabatan
fungsionalnya. Di Pemerintah Kota Madiun dalam penetapan formasi CPNS
tahun 2018 terdapat jabatan Penguji Keselamatan dan Kesehatan Kerja Ahli
dengan kualifikasi pendidikan DIV-Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Di
Dinas Tenaga Kerja Kota Madiun Program dan Kegiatan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja tidak dilaksanakan karena merupakan tugas dari UPTD Dinas
Tenaga Kerja Provinsi yang berlokasi di Kabupaten Madiun. Kemudian setelah
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah untuk
Pembagian Urusan Pemerintahan terkait jabatan Penguji Keselamatan dan
Kesehatan Kerja tidak dijelaskan dalam komponen yang ada dalam Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014. Sehingga pembagian kewenangan belum jelas
apakah terdapat di Pusat dan Provinsi saja atau sampai dengan kewenangan di
Kabupaten/Kota.
Tetapi proses mutasi dirasa tidak memungkinkan karena CPNS yang telah
lolos seleksi tidak boleh meminta pindah tugas atau mutasi selama 10 tahun yang
diatur dalam Peraturan Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 36 Tahun 2018 tentang Kriteria Penetapan Kebutuhan Pegawai
Negeri Sipil.
Solusi yang dapat ditawarkan oleh penulis yaitu melakukan mutasi dengan
ketentuan harus berkoordinasi dan berkonsultasi dengan instansi-instansi terkait
serta masih ada ABK di instansi yang baru, selain itu pegawai tersebut dapat
diproses pemindahan jabatan PNS yang bersangkutan ke dalam jabatan
fungsional lain yang serumpun di Lingkup Kerja Dinas Tenaga Kerja. Tetapi hal
tersebut mempunyai kendala dalam kompetensi pendidikan yang dimiliki dengan
pendidikan yang dibutuhkan jabatan.
B. TINDAK LANJUT
Tindak lanjut dari kasus di atas adalah Pemerintah Kota Madiun mengirimkan
surat kepada Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi dengan tembusan Badan Kepegawaian Negara dengan tujuan untuk
meminta pertimbangan perpindahan pegawai tersebut ke Dinas Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Provinsi Jawa Timur dengan pertimbangan jika mutasi tidak
dilaksanakan maka pegawai tersebut tidak dapat naik jabatan dan tidak dapat
melaksanakan tugas jabatannya dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai