Anda di halaman 1dari 5

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

KABUPATEN BELITUNG TIMUR


Komplek Perkantoran Terpadu Manggarawan
Jl. Raya Manggar – Gantung Kode Pos 33511 Telp. (0719) 91689

Manggar, 30 Mei 2022

Nomor : 170/ 405 /DPRD-Beltim/V/2022 Kepada Yth:


Sifat : Penting Kepala Badan Kepegawaian Negara
Lampiran : .-.
Perihal : Pemberitahuan Konsultasi dan di_
Koordinasi Komisi I JAKARTA
DPRD Kab. Belitung Timur

Dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan fungsi DPRD Kab. Belitung
Timur dan berdasarkan hasil rapat Badan Musyawarah DPRD Kab. Belitung Timur
pada bulan Mei 2022 tentang program dan agenda kerja DPRD Kab. Belitung Timur
bulan Juni 2022, maka dengan ini Komisi I DPRD Kab. Belitung Timur bermaksud
melaksanakan konsultasi dan koordinasi berkenaan dengan wacana penjatuhan
sanksi bagi ASN yang mengundurkan diri ke Badan Kepegawaian Negara di Jakarta,
yang rencananya akan di laksanakan pada:

Hari/ Tanggal : Jumat, 3 Juni 2022


Waktu : Pukul 09:30 WIB. s.d selesai
Tempat : Kantor Badan Kepegawaian Negara di Jakarta
Jumlah Rombongan : 7 orang

Berkenaan dengan kesediaan mengenai waktu dan tempat kegiatan yang kami
rencanakan tersebut diatas kiranya dapat memberikan konfirmasi balik melalui kontak di
bawah ini:

Nama : Doeki
Jabatan : Staf Bagian Persidangan dan Perundang-undangan
No Hp : 082138892544

Demikian disampaikan, atas perkenan dan kerjasama yang baik diucapkan


terima kasih.

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH


KABUPATEN BELITUNG TIMUR
KETUA,

FEZZI UKTOLSEJA, S.E, M.M


NAMA DENI KURNIADI
NIP 19820214 201503 1 001
JABATAN ANLIS HUKUM AHLI MUDA
UNIT KERJA BIRO HUMAS, HUKUM, DAN
KERJA SAMA BKN

LAPORAN ANALISIS
MEKANISME PENGHENTIAN PENGANGKATAN TENAGA HOMORER DAN
PELAMAR CPNS YANG LULUS NAMUN MENGUNDURKAN DIRI
PADA PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR

1. TUJUAN ANALISIS

Sesuai dengan ketentuan Pasal 47 huruf a Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang
Aparatur Sipil Negara, Badan Kepegaian Negara memiliki fungsi pembinaan penyelengaraan
manajemen ASN. Sesuai dengan ketentuan tersebut di atas, manajemen ASN terdiri atas
Manajemen PNS dan Manajemen PPPK yang perlu diatur secara menyeluruh dengan
menerapkan norma, standar, dan prosedur. Adapun Manajemen PNS meliputi penyusunan dan
penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan jabatan, pengembangan karier, pola karier,
promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin,
pemberhentian, jaminan pensiun dan jaminan hari tua, dan perlindungan. Sementara itu, untuk
Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan, pengadaan, penilaian kinerja, gaji dan
tunjangan, pengembangan kompetensi, pemberian penghargaan, disiplin, pemutusan hubungan
perjanjian kerja, dan perlindungan.

Bahwa tujuan penelaahan ini adalah untuk memberikan pendapat hukum kepada pemohon
konsultasi/audiensi yakni unsur Pemerintah Kabupaten Belitung Timur yang dihadiri oleh
Anggota DPRD Kabupaten Belitung Timur yang berkaitan dengan mekanisme penghentian
pengangkatan tenaga honorer pada instansi pemerintah.

2. RUMUSAN MASALAH

Bahwa berdasarkan surat permohonan audiensi yang disampaikan Ketua DPRD Kabupaten
Belitung Timur kepada Kepala BKN, secara umum memohon agar diberikan kesempatan untuk
melakukan konsultasi berkaitan dengan:

A. Bagaimana ketentuan mengenai penghapusan tenaga honorer?


B. Bagaimana mekanisme pelamar cpns yang lulus namun mengundurkan diri pada Pemerintah
Kabupaten Belitung Timur.
3. HASIL ANALISIS

A. PELAKSANAAN PENGHENTIAN PENGANGKATAN TENAGA HONORER

Bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara (ASN), Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen
Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2020 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai
Negeri Sipil, serta Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2018 tentang Manajemen
Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK), komitmen Pemerintah untuk
menyelesaikan dan penanganan Tenaga Honorer yang telah bekerja di lingkungan Instansi
Pemerintah telah dilaksanakan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2005
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2007 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2005 tentang Pengangkatan Tenaga
Honorer Menjadi Pegawai Negeri Sipil, serta terakhir di ubah dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 56 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 48
Tahun 2005 tentang Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi Pegawai Negeri Sipil.

Selanjutnya seiring dengan pelaksanaan reformasi birokrasi, knususnya penataan SDM


Aparatur dan untuk mewujudkan aparatur sipil negara sebagai bagian dari reformasi
birokrasi tersebut telah melahirkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN yang
menetapkan bahwa_aparatur sipil negara sebagai profesi yang memiliki kewajiban
mengelola dan mengembangkan dirinya dan wajib mempertanggungjawabkan kinerjanya
dan menerapkan prinsip merit dalam pelaksanaan manajemen aparatur sipil negara, yang
terdiri dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja
(PPPK).

Dalam ketentuan Pasal 96 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2018 tentang
Manajemen Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja, PPK dilarang mengangkat
pegawai non-PNS dan/atau non-PPPK untuk mengisi jabatan ASN, selanjutnya ayat (2)
berbunyi Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku juga bagi pejabat lain di
lingkungan instansi pemerintah yang melakukan pengangkatan pegawai non-PNS dan/atau
non-PPPK, dan ayat (3) berbunyi PPK dan pejabat lain yang mengangkat pegawai non- PNS
dan/atau non-PPPK untuk mengisi jabatan ASN dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Berkenaan dengan hal-hal tersebut di atas dan dalam rangka penataan ASN sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan, agar para Pejabat Pembina Kepegawaian
melakukan pemetaan pegawai non-ASN di lingkungan instansi masing-masing dan bagi yang
memenuhi syarat dapat diikutsertakan/diberikan kesempatan mengikuti seleksi Calon PNS
maupun PPPK, penghapuskan jenis kepegawaian selain PNS dan PPPK di lingkungan Instansi
masing-masing dan tidak melakukan perekrutan pegawai non-ASN, dan dalam hal Instansi
Pemerintah membutuhkan tenaga lain seperti Pengemudi, Tenaga Kebersihan dan Satuan
Pengamanan dapat dilakukan melalui Tenaga Alih Daya (Outsourcing) oleh pihak ketiga dan
status Tenaga Alih Daya (Outsourcing) tersebut bukan merupakan Tenaga Honorer pada
Instansi yang bersangkutan, menyusun langkah strategis penyelesaian pegawai non-ASN
yang tidak memenuhi syarat dan tidak lulus seleksi Calon PNS maupun Calon PPPK sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan sebelum batas waktu tanggal 28 Nopember
2023, dan bagi Pejabat Pembina Kepegawaian yang tidak mengindahkan amanat
sebagaimana tersebut di atas dan tetap mengangkat pegawai non-ASN akan diberikan
sanksi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan dapat menjadi bagian
dari objek temuan pemeriksaan bagi pengawas internal maupun eksternal Pemerintah.

B. Mekanisme pelamar CPNS yang lulus namun mengundurkan diri

Dasar hukum mengenai mekanisme pemberhentian ASN dan pengunduran diri Calon PNS
diatur dalam peraturan sebagai berikut:

a. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil
b. Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2018 Tentang Manajemen Pemerintah dengan
Perjanjian Kerja
c. Peraturan Badan Kepegawaian Negara Nomor 3 Tahun 2020 Tentang Petunjuk Teknis
Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil
d. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 27
Tahun 2021 Tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil
e. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 28
Tahun 2021 tentang Pengadaan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK)
untuk Jabatan Fungsional (JF) Guru pada Instansi Daerah Tahun 2021.

Pada prinsipnya ketika ada pelamar tidak melengkapi pemberkasanan atau mengundurkan diri
maka bisa diisi formasi yg kosong, dalam kondisi CPNS/ Pelamar yang mengundurkan diri ketika
NIP telah terbit tetapi SK belum terbit NIP pelamar mengundurkan diri akan diberikan sanksi
tidak dapat mengikuti minimal 1 tahun periode seleksi. Formasinya tidak dapat diisi namun
dalam mekanismenya PPK harus mengajukan pembatalan NIP, sedangkan dalam kondisi seorang
CPNS/Pelamar, SK sudah terbit lalu mengundurkan diri, maka mekanismenya sama dengan
pemberhentian PNS tertuang pada Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 Tentang
Manajemen Pegawai Negeri Sipil dan Peraturan Badan Kepegawaian Negara Nomor 3 Tahun
2020 Tentang Petunjuk Teknis Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil. Untuk berstatus PNS/PPPK
mengundurkan diri atau pemberhentian dengan hormat atas permintaan sendiri ada pada
Peraturan Badan Kepegawaian Negara Nomor 3 Tahun 2020 Tentang Petunjuk Teknis
Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil sedangkan untuk PPPK diatur dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 49 Tahun 2018 Tentang Manajemen Pemerintah dengan Perjanjian Kerja

4. KESIMPULAN

A. Tujuan dari penghapusan tenaga hororer merupakan amanat dari Peraturan Pemerintah
Nomor 48 Tahun 2005 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 43
Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2005 tentang
Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi Pegawai Negeri Sipil, serta terakhir di ubah dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 48 Tahun 2005 tentang Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi Pegawai
Negeri Sipil yang pada pokoknya adalah sebagai upaya pemerintah dalam rangka melakukan
reformasi dalam tata kelola SDM Aparatur.

B. Pada prinsipnya ketika ada pelamar tidak melengkapi pemberkasanan atau mengundurkan
diri maka bisa diisi formasi yg kosong, dalam kondisi CPNS/ Pelamar yang mengundurkan diri
ketika NIP telah terbit tetapi SK belum terbit NIP pelamar mengundurkan diri akan diberikan
sanksi tidak dapat mengikuti min.1 tahun periode seleksi

Jakarta, 3 Juni 2022

DENI KURNIADI
NIP. 19820214 201503 1 001

Anda mungkin juga menyukai