Anda di halaman 1dari 3

NAMA DENI KURNIADI

NIP 19820214 201503 1 001


JABATAN ANLIS HUKUM AHLI MUDA
UNIT KERJA BIRO HUMAS, HUKUM, DAN
KERJA SAMA BKN

LAPORAN ANALISIS
PENGHENTIAN PENGANGKATAN TENAGA HONORER PADA INSTANSI PEMERINTAH
PADA PEMERINTAH KABUPATEN TABALONG

1. TUJUAN ANALISIS

Sesuai dengan ketentuan Pasal 47 huruf a Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang
Aparatur Sipil Negara, Badan Kepegaian Negara memiliki fungsi pembinaan penyelengaraan
manajemen ASN. Sesuai dengan ketentuan tersebut di atas, manajemen ASN terdiri atas
Manajemen PNS dan Manajemen PPPK yang perlu diatur secara menyeluruh dengan
menerapkan norma, standar, dan prosedur. Adapun Manajemen PNS meliputi penyusunan dan
penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan jabatan, pengembangan karier, pola karier,
promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin,
pemberhentian, jaminan pensiun dan jaminan hari tua, dan perlindungan. Sementara itu, untuk
Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan, pengadaan, penilaian kinerja, gaji dan
tunjangan, pengembangan kompetensi, pemberian penghargaan, disiplin, pemutusan hubungan
perjanjian kerja, dan perlindungan.

Bahwa tujuan penelaahan ini adalah untuk memberikan pendapat hukum kepada pemohon
konsultasi/audiensi yakni unsur Pemerintah Kabupaten Demak yang dihadiri oleh Anggota DPRD
Kabupaten Tabalong yang berkaitan dengan mekanisme penghentian pengangkatan tenaga
honorer pada instansi pemerintah.

2. RUMUSAN MASALAH

Bahwa berdasarkan surat permohonan audiensi yang disampaikan Ketua DPRD Kabupaten
Tabalong kepada Kepala BKN, secara umum memohon agar diberikan kesempatan untuk
melakukan konsultasi berkaitan bagaimana mekanisme penghentian pengangkatan tenaga
honorer pada instansi pemerintah.

3. HASIL ANALISIS

Bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara (ASN), Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai
Negeri Sipil (PNS) dan Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2020 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil, serta
Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2018 tentang Manajemen Pegawai Pemerintah dengan
Perjanjian Kerja (PPPK), komitmen Pemerintah untuk menyelesaikan dan penanganan Tenaga
Honorer yang telah bekerja di lingkungan Instansi Pemerintah telah dilaksanakan berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2005 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 48
Tahun 2005 tentang Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi Pegawai Negeri Sipil, serta terakhir
di ubah dalam Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2005 tentang Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi
Pegawai Negeri Sipil.
Selanjutnya seiring dengan pelaksanaan reformasi birokrasi, knususnya penataan SDM Aparatur
dan untuk mewujudkan aparatur sipil negara sebagai bagian dari reformasi birokrasi tersebut
telah melahirkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN yang menetapkan
bahwa_aparatur sipil negara sebagai profesi yang memiliki kewajiban mengelola dan
mengembangkan dirinya dan wajib mempertanggungjawabkan kinerjanya dan menerapkan
prinsip merit dalam pelaksanaan manajemen aparatur sipil negara, yang terdiri dari Pegawai
Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).

Dalam ketentuan Pasal 96 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2018 tentang
Manajemen Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja, PPK dilarang mengangkat pegawai
non-PNS dan/atau non-PPPK untuk mengisi jabatan ASN, selanjutnya ayat (2) berbunyi Larangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku juga bagi pejabat lain di lingkungan instansi
pemerintah yang melakukan pengangkatan pegawai non-PNS dan/atau non-PPPK, dan ayat (3)
berbunyi PPK dan pejabat lain yang mengangkat pegawai non- PNS dan/atau non-PPPK untuk
mengisi jabatan ASN dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Berkenaan dengan hal-hal tersebut di atas dan dalam rangka penataan ASN sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan, agar para Pejabat Pembina Kepegawaian melakukan
pemetaan pegawai non-ASN di lingkungan instansi masing-masing dan bagi yang memenuhi
syarat dapat diikutsertakan/diberikan kesempatan mengikuti seleksi Calon PNS maupun PPPK,
penghapuskan jenis kepegawaian selain PNS dan PPPK di lingkungan Instansi masing-masing dan
tidak melakukan perekrutan pegawai non-ASN, dan dalam hal Instansi Pemerintah
membutuhkan tenaga lain seperti Pengemudi, Tenaga Kebersihan dan Satuan Pengamanan
dapat dilakukan melalui Tenaga Alih Daya (Outsourcing) oleh pihak ketiga dan status Tenaga Alih
Daya (Outsourcing) tersebut bukan merupakan Tenaga Honorer pada Instansi yang
bersangkutan, menyusun langkah strategis penyelesaian pegawai non-ASN yang tidak
memenuhi syarat dan tidak lulus seleksi Calon PNS maupun Calon PPPK sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan sebelum batas waktu tanggal 28 Nopember 2023, dan bagi
Pejabat Pembina Kepegawaian yang tidak mengindahkan amanat sebagaimana tersebut di atas
dan tetap mengangkat pegawai non-ASN akan diberikan sanksi berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan dapat menjadi bagian dari objek temuan pemeriksaan bagi
pengawas internal maupun eksternal Pemerintah.

4. KESIMPULAN
A. Tujuan dari penghapusan tenaga hororer merupakan amanat dari Peraturan Pemerintah
Nomor 48 Tahun 2005 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 43
Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2005 tentang
Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi Pegawai Negeri Sipil, serta terakhir di ubah dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 48 Tahun 2005 tentang Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi Pegawai
Negeri Sipil yang pada pokoknya adalah sebagai upaya pemerintah dalam rangka melakukan
reformasi dalam tata kelola SDM Aparatur.

Jakarta, 11 Agustus 2022

DENI KURNIADI
NIP. 19820214 201503 1 001

Anda mungkin juga menyukai