Anda di halaman 1dari 7

Kebijakan dan Manajemen Publik

Volume 1, Nomor 1, Nopember 2013

Kinerja Pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Nganjuk dalam


melaksanakan Kebijakan Mutasi PNS di Kabupaten Nganjuk

Rahma Gautami1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas Airlangga

Pendahuluan Kebijakan manajemen PNS mencakup


Pada saat ini kinerja instansi Pemerintah penetapan norma, standar, prosedur, formasi,
menjadi sorotan dari banyak pihak, terutama sejak pengangkatan, pengembangan kualitas sumber daya
adanya reformasi yang menuntut iklim yang lebih PNS, pemindahan, gaji, tunjangan, kesejahteraan,
demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan dan pemberhentian, hak, kewajiban, dan kedudukan
pembangunan. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 hukum, sebagai bahan untuk pengambilan kebijakan
tentang Pemerintahan Daerah memberikan dimaksud, diperlukan data PNS yang akurat. Untuk
kewenangan yang seluas-luasnya kepada daerah mewujudkan data PNS yang akurat perlu dibangun
disertai dengan pemberian hak dan kewajiban sistem informasi kepegawaian yang standar dan
penyelenggara otonomi daerah dalam kesatuan sistem terintegrasi antara BKN dengan unit pengelola
penyelenggaraan Pemerintah Negara. kepegawaian instansi pusat maupun instansi daerah.
Dalam sistem kepegawaian nasional, Pegawai Dalam rangka meningkatkan pelayanan
Negeri Sipil (PNS) mempunyai posisi penting untuk kepada PNS di Kabupaten sesuai dengan amanat
menyelenggarakan Pemerintahan. Sejalan dengan Keputusan Presiden Nomor 159 Pasal 6 Tahun 2002
kebijakan desentralisasi dalam penyelenggaraan tentang Pedoman Pembentukan Badan Kepegawaian
Pemerintahan, sebagian wewenang di bidang Daerah (BKD) dan Keputusan Kepala BKN Nomor:
kepegawaian diserahkan pada daerah yang merupakan 13/KEP/2002 yang mengharuskan agar setiap BKD
satu kesatuan jaringan birokrasi dalam kepegawaian Kabupaten/Kota menyampaikan informasi atau
nasional. perkembangan data kepegawaian kepada BKN dan
Menghadapi paradigma baru di bidang Biro Kepegawaian secara cepat dan tepat waktu, maka
Pemerintahan, maka di bidang manajemen ditentukan bahwa a) untuk pembinaan PNS secara
kepegawaian telah dikeluarkan Undang-Undang nasional, perlu dibangun dan dikembangkan tata
Nomor 43 Tahun 1999 yang merupakan perubahan dari laksana jaringan informasi kepegawaian, b)
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok- pembangunan, pengembangan serta penyajian Sistem
Pokok Kepegawaian. Beberapa hal baru yang penting Informasi Manajemen Kepegawaian (SIMPEG)
dan perlu mendapat perhatian yaitu 1) penekanan dilakukan oleh BKN ke dalam rangka penyamaan
pembinaan PNS berdasarkan sistem prestasi kerja, database BKD, dan c) pelaksanaannya dilakukan
kompetensi dan profesionalisme. 2) profesionalisme secara berkeseimbangan, setiap BKD Kabupaten/Kota
PNS dimana aparatur Negara/Pemerintahan harus menyampaikan informasi data kepegawaiannya kepada
mampu mempertahankan netralitas dengan BKN dan Biro Kepegawaian Propinsi, maka wajib
memisahkan jabatan Negara dengan jabatan negeri, menggunakan aplikasi sebagaimana dimaksud, untuk
dan 3) desentralisasi kewenangan kepegawaian kelancaran pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya.
terhadap Pemerintah Daerah yang merupakan satu Berdasarkan Peraturan Bupati Nganjuk
kesatuan sistem jaringan birokrasi dalam kepegawaian Nomor 17 Tahun 2009 tentang Rincian Tugas, Fungsi
nasional. dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan
Berdasarkan pasal 34 Undang-Undang Nomor Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah
43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian Kabupaten Nganjuk, BKD mempunyai tugas pokok
antara lain ditentukan bahwa, untuk menjamin untuk melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan
kelancaran penyelenggaraan kebijakan manajemen kebijakan daerah di bidang kepegawaian. Selain itu,
PNS, dibentuk Badan Kepegawaian Negara (BKN) BKD mempunyai fungsi untuk merumuskan kebijakan
dengan tugas menyelenggarakan manajemen PNS yang teknis di bidang kepegawaian, memberi dukungan atas
mencakup perencanaan, pengembangan kualitas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di bidang
sumber daya PNS dan administrasi kepegawaian, kepegawaian, melakukan pembinaan dan pelaksanaan
pengawasan dan pengendalian, penyelenggaraan dan tugas di bidang kepegawaian, serta melaksanakan tugas
pemeliharaan informasi kepegawaian, mendukung lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas
perumusan kebijaksanaan kesejahteraan PNS serta pokok dan fungsinya.
memberikan bimbingan teknis kepada unit organisasi Pada kenyataannya, peran Badan
yang menangani kepegawaian pada instansi Kepegawaian Daerah tidak optimal dalam mengelola
Pemerintah Pusat dan instansi Pemerintah Daerah. sumber daya aparatur. Untuk itu sumber daya aparatur
perlu ditingkatkan agar lebih profesional. Sehingga

1
1. Korespondensi Rahma Gautami, Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas Airlangga,
Jl Airlangga 4-6 Surabaya
Kebijakan dan Manajemen Publik
Volume 1, Nomor 1, Nopember 2013

masih perlu adanya peningkatan kualitas sumber daya sama pasti akan merasakan kejenuhan dalam
aparatur yang menjadikan aparatur yang mengemban tugasnya. Sehingga diperlukan
profesionalisme. penyegaran untuk mengurangi kejenuhan tersebut
Dalam menghadapi perkembangan global, melalui mutasi.
Pemerintah dituntut untuk memiliki Sumber Daya Pada pelaksanaan tugasnya, kinerja pegawai
Manusia (SDM) aparatur yang berkompeten, yang profesional dibutuhkan oleh instansi. Pegawai
profesional, dan berintegritas agar dapat memberikan yang memiliki kinerja baik akan mendapat prestasi
pelayanan prima kepada masyarakat dengan tujuan kerja yang tinggi pula. Dengan demikian, instansi
untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam memberikan penghargaan kepada pegawai yang
penyelenggaraan Pemerintahan. Hal tersebut dapat berprestasi sangat baik dengan memutasikan pegawai
dicapai dalam berbagai aspek, yaitu intelektual, ke posisi yang tepat dan pekerjaan yang sesuai agar
manajerial dan perilaku. semangat dan produktivitas kerja semakin meningkat.
Dengan adanya tuntutan tersebut, perlu Dalam menjalankan pekerjaannya, pegawai
dilakukan adanya suatu reformasi birokrasi yang selain mendapatkan penghargaan atas prestasi kerja
mengatur sistem kepegawaian. Melalui Kementerian yang telah dicapai juga mendapatkan sanksi atas
Pemberdayaan Aparatur Negara sejak tahun 2004 telah kinerja buruk yang telah dilakukannya. Sanksi tersebut
menerbitkan Pedoman Penataan PNS sebagaimana tidak harus mengakibatkan pemberhentian kerja,
tertuang dalam Keputusan MENPAN Nomor melainkan pemindahtugasan dari posisi sebelumnya
23.1/M.PAN/6/2004. Pemerintah melakukan penataan beralih ke posisi yang lain. Sehingga pegawai tersebut
ratusan ribu PNS di seluruh Indonesia yang tergolong pegawai yang mengalami mutasi.
diantaranya dilakukan melalui kebijakan alih tugas atau Pendapat lain menurut Sedarmayanti bahwa
mutasi pegawai. Kebijakan ini dilakukan dengan mutasi merupakan suatu alih tugas dimana seseorang
memindahkan dan mendistribusikan pegawai dari ditempatkan pada tugas baru dengan wewenang,
badan/instansi yang kelebihan personel ke tanggung jawab dan penghasilan yang relatif sama
badan/instansi yang kekurangan personel. Hal ini dengan jabatan lama atau alih tempat dimana secara
dilakukan baik di instansi Kabupaten, Kota maupun prinsip, sama dengan alih tugas hanya pada hal yang
Propinsi yang ada di seluruh Indonesia agar pelayanan kedua ini, secara fisik, lokasi tempat kerja berbeda
kepegawaian dapat dilakukan secara optimal oleh PNS dengan yang sekarang.
yang profesional. Hal yang sama diungkapkan oleh Veithzal
Untuk menciptakan pegawai profesional yang Rivai “Transfer terjadi kalau seorang karyawan
memiliki kinerja dan prestasi kerja yang tinggi, telah dipindahkan dari satu bidang tugas ke bidang tugas
dilakukan berbagai program pengembangan SDM, lainnya yang tingkatannya hampir sama baik tingkat
salah satunya yaitu penataan pegawai melalui pola gaji, tanggung jawab, maupun tingkat strukturalnya”.
mutasi dan promosi. Mutasi menurut Malayu S. P. Pendapat lain menurut Bambang Wahyudi, definisi
Hasibuan mengungkapkan bahwa mutasi adalah suatu mutasi personal posisi atau personal transfer diartikan
perubahan posisi/jabatan/tempat/pekerjaan yang sebagai suatu perubahan posisi atau jabatan atau
dilakukan baik secara horizontal maupun vertikal pekerjaan atau tempat kerja dari seseorang tenaga kerja
(promosi/demosi) di dalam sektor organisasi. yang dilakukan baik secara vertikal maupun
Berdasarkan pengalaman akhir-akhir ini horizontal”.
ditemukan beberapa kebutuhan yang belum dapat Dari beberapa pengertian tentang mutasi dari
didukung dengan data secara lebih optimal seperti para ahli, dapat disimpulkan bahwa mutasi adalah
kebutuhan data bagi formasi pegawai dan Badan suatu perpindahan posisi/jabatan/tempat/pekerjaan
Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan seorang karyawan dari satu bidang tugas ke bidang
(BAPERJAKAT). “The right man in the right place”, tugas lainnya yang dianggap setingkat atau sejajar agar
merupakan konsep yang masih relevan di dapat memperoleh kepuasan kerja yang mendalam dan
Pemerintahan. Untuk menuju kesana perlu standar dapat memberikan prestasi kerja serta kontribusi kerja
kompetensi di setiap jenis jenjang jabatan. Sementara yang maksimal dalam suatu instansi.
itu di sisi database kepegawaian perlu dilakukan Kinerja pegawai yang optimal sangat
penyesuaian-penyesuaian agar mampu menampung dibutuhkan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi yang
data hasil scanning kompetensi setiap pegawai. diembannya dalam suatu instansi. Dengan optimalnya
Apabila kedua hal ini dilakukan diharapkan dapat kinerja yang dilakukan oleh pegawai, tujuan dan
memberikan dukungan yang lebih optimal pada sasaran yang telah dirumuskan sebelumnya dapat
kebijakan mutasi dan promosi pegawai. dicapai sesuai yang diharapkan. Tercapainya tujuan
Pegawai yang dimutasi berarti pegawai dalam suatu instansi menjadikan instansi tersebut
tersebut mengalami adanya suatu perubahan berkembang. Perkembangan yang telah dicapai
posisi/jabatan/tempat/pekerjaan yang mana perubahan tersebut menjadikan pegawai mempunyai peran yang
tersebut disebabkan karena pegawai membutuhkan besar atas kinerja yang telah dilakukan untuk instansi
suatu penyegaran (refresh) untuk mengurangi tersebut, sehingga pegawai memiliki rekam jejak yang
kejenuhan pegawai. Pegawai yang menduduki jabatan baik dalam perjalanan kariernya. Karier pegawai
selama lima atau sepuluh tahun dalam posisi yang menjadi berkembang dengan pesat yang menyebabkan

2
Kebijakan dan Manajemen Publik
Volume 1, Nomor 1, Nopember 2013

pegawai dimutasi ke jabatan atau posisi yang lebih dari seluruh jumlah pegawai yang tersebar di wilayah
tinggi dari sebelumnya. Kabupaten Nganjuk. Mutasi tersebut dilakukan antara
Adanya ketidaksesuaian antara kompetensi lain untuk penyegaran (refreshing) agar pegawai tidak
dan bidang kerja (mismatch) menjadi salah satu mengalami kejenuhan dalam melaksanakan
permasalahan yang menonjol dalam kepegawaian di pekerjaannya.
Association of Southeast Asian Nations (ASEAN). Selain itu, berdasarkan dokumen kepegawaian
Sebagai contoh di Indonesia, jelas Edy Topo Ashari BKD Sub Bidang Mutasi Kabupaten Nganjuk tahun
selaku Mantan Kepala BKN yang mengatakan masih 2012, proses mutasi di Kabupaten Nganjuk sebesar
terjadinya mismatch kadang disebabkan adanya 0,84% atau 107 pegawai dari total PNS berjumlah
intervensi politik dalam penempatan pegawai. Unsur 12.707 pegawai yang tersebar di wilayah Kabupaten
subyektifitas dan kepentingan politis seringkali lebih Nganjuk. Mutasi pegawai dilaksanakan di 18 Dinas, 86
mengemuka sehingga mendorong terjadinya Korupsi, Kantor, dan 2 Badan. Selisih antara jumlah pegawai
Kolusi, dan Nepotisme (KKN). tahun 2011 dan 2012 sebesar 3,46% atau 355 pegawai
Di daerah masalah mutasi masih terdapat mengalami pensiun dari seluruh jumlah pegawai yang
beberapa kesalahan yaitu pembaruan mutasi pegawai tersebar di wilayah Kabupaten Nganjuk. Mutasi
yang kurang updating, adanya distribusi pegawai yang tersebut dilakukan untuk penyegaran (refresh) agar
tidak merata dan terdapat kesalahan dalam Surat pegawai tidak mengalami kejenuhan dalam
Keputusan (SK) mutasi pegawai yang melaksanakan pekerjaannya.
mengikutsertakan pegawai yang sudah pensiun serta Pentingnya penelitian ini untuk mengetahui
pegawai yang sudah meninggal. adanya perpindahan pegawai yang tidak sesuai dengan
Di Kabupaten Nganjuk, permasalahan mutasi kualifikasi pendidikan yang menyebabkan pegawai
yaitu belum terjadi adanya pemerataan pegawai di tidak menerima keputusan Bupati. Selain itu, kinerja
berbagai SKPD di Kabupaten Nganjuk. Adanya BKD diduga dipengaruhi oleh faktor-faktor
pegawai yang belum diangkat secara definitif kepentingan sehingga dalam pelaksanaan mutasi PNS
menyebabkan banyak pegawai yang menjadi pelaksana di Kabupaten Nganjuk belum optimal.
tugas (Plt) pada masing-masing instansi. Hal tersebut Studi terdahulu telah dilakukan oleh Laifatria
terjadi pada pegawai tingkat Eselon II dan III di Kurniasari, pada tahun 2012 denngan judul “Kinerja
Kabupaten Nganjuk. Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian (SIMPEG)
dalam mendukung pelayanan kepegawaian di Badan
Tabel I Kepegawaian Daerah (BKD) Kabupaten Trenggalek”.
Mutasi Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Nganjuk Peneliti mendeskripsikan secara lebih rinci bagaimana
Tahun 2010-2012 kinerja SIMPEG dalam mendukung pelayanan
Pegawai Tahun kepegawaian di BKD Kabupaten Trenggalek. Kinerja
yang 2010 2011 2012 SIMPEG dalam mendukung pelayanan kepegawaian
Dimutasi sudah optimal atau dapat dikatakan baik. Hal ini
Kantor 154 9 86 ditunjukkan dari keberhasilan kinerja SIMPEG dalam
Dinas 78 25 18 menjalankan tupoksinya yang meliputi penyedia
Badan 20 10 2 informasi, pendukung proses analisis, pembentuk
Jumlah 252 44 107 database dan penghasil informasi data pegawai.
pegawai pegawai pegawai Selain itu, studi terdahulu dilakukan oleh
Sumber: Dokumen Kepegawaian BKD Sub Bagian Raditya Eko Hartanto pada tahun 2007 dengan judul
Mutasi Nganjuk “Mutasi Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Lingkungan
Propinsi/Kabupaten/Kota”. Peneliti menggambarkan
Berdasarkan dokumen kepegawaian BKD Sub tentang prosedur/tata cara pelaksanaan mutasi bagi
Bidang Mutasi Kabupaten Nganjuk, pada tahun 2010 PNS di dalam lingkungan Propinsi maupun
proses mutasi sebesar 1,91% atau 252 pegawai dari Kabupaten/Kota berdasarkan Undang-Undang Nomor
total PNS berjumlah 13.194 pegawai tersebar di 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian
wilayah Kabupaten Nganjuk. Mutasi pegawai Pengganti Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974.
dilaksanakan di 78 Dinas, 154 Kantor, dan 20 Badan. Selain ketentuan prosedur mutasi diatur di dalam
Mutasi tersebut dilakukan untuk penyegaran Undang-Undang, pengaturannya juga dituangkan ke
(refreshing) agar pegawai tidak mengalami kejenuhan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2000
dalam melaksanakan pekerjaannya. dan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003. Untuk
Sedangkan pada tahun 2011, mutasi pegawai pelaksanaan prosedur mutasi pengajuan yang
di Kabupaten Nganjuk sebesar 0.33% atau sebesar 44 dilakukan bagi seorang PNS harus disampaikan kepada
pegawai dari total 13.162 pegawai yang tersebar di BKN/Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah dan
wilayah Kabupaten Nganjuk. Mutasi pegawai penetapan pemindahan (mutasi) akan mendapat
dilaksanakan di 25 Dinas, 9 Kantor, dan 10 Badan. persetujuan dari Gubernur, Bupati/Walikota yang
Selisih antara jumlah pegawai tahun 2010 dan 2011 selanjutnya dituangkan ke dalam Surat Keputusan (SK)
sebesar 0,24% atau 32 pegawai mengalami pensiun yang berwenang. Sedangkan dalam penelitian ini,
peneliti berusaha untuk menggambarkan kinerja

3
Kebijakan dan Manajemen Publik
Volume 1, Nomor 1, Nopember 2013

pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten pekerjaan yang telah ditentukan serta tugas pokok dan
Nganjuk dalam melaksanaan kebijakan mutasi Pegawai fungsi masing-masing dalam rangka upaya pencapaian
Negeri Sipil di Kabupaten Nganjuk. tujuan organisasi.
Teknik penentuan informan dilakukan secara Pengukuran kinerja (measures of
purposive, dimana informan yang dipilih merupakan performance) sebagai proses pengukuran setiap
pihak yang dianggap paling mengetahui dan tindakan dan setiap kegiatan pemanfaatan sumber daya
memahami tentang permasalahan dalam penelitian ini. dan hasil yang dicapai, dalam rangka mencapai tujuan
Pemilihan informan dilakukan berdasarkan kriteria dan sasaran kerja yang telah ditetapkan. Keberhasilan
eselon. Sehingga peneliti mengambil sebagai informan ataupun kegagalan kinerja yang direncanakan, kinerja
kunci (key informant) yaitu eselon II dan eselon III. nyata dengan hasil (sasaran) yang diharapkan, kinerja
nyata dengan kinerja tahun-tahun sebelumnya, dan
Kinerja Pegawai Badan Kepegawaian Daerah sebagainya. Pengukuran kinerja adalah bagaimana
Menurut Amstrong dan Baron, kinerja menghitung posisi akuntabilitas individu maupun
merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kelompok (Sedarmayanti, 2008:51)
kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan Sedarmayanti mengemukakan bahwa
konsumen, dan memberikan kontribusi pada ekonomi instrumen pengukuran kinerja merupakan alat yang
(Wibowo, 2007:7) Kinerja (performance) sudah dipakai untuk mengukur kinerja individu seorang
menjadi kata popular yang sangat menarik dalam pegawai yang meliputi 1) prestasi kerja: hasil kerja
pembicaraan manajemen publik. Dalam lingkup pegawai dalam menjalankan tugas, baik secara kualitas
kepegawaian, istilah kinerja dapat diartikan sebagai kerja maupun kuantitas kerja; 2) keahlian: tingkat
hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai kemampuan teknis yang dimiliki oleh pegawai dalam
oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya menjalankan tugas yang dibebankan kepadanya.
sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan Keahlian ini bisa dalam bentuk kerjasama, komunikasi,
kepadanya (Mangkunegara, 2006:9). inisiatif, dan lain-lain; 3) perilaku: sikap dan tingkah
Bernardin dan Russel mengemukakan bahwa laku pegawai yang melekat pada dirinya dan dibawa
performance is defined as the record of outcomes dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Pengertian
produced specific job function or activity during a perilaku disini juga mencakup tanggung jawab dan
specific time period, yang artinya kinerja didefinisikan disiplin; dan 4) Kepemimpinan: merupakan aspek
sebagai catatan mengenai outcome yang dihasilkan dari kemampuan manajerial dan seni dalam memberikan
suatu aktivitas tertentu, selama kurun waktu tertentu pengaruh kepada orang lain untuk mengkoordinasikan
pula. Selain itu pengertian kinerja yaitu hasil kerja pekerjaan secara tepat dan cepat, termasuk
yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok pengambilan keputusan dan penentuan prioritas.
orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang Dengan adanya pengukuran kinerja tersebut,
dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka dalam penelitian ini menggunakan instrumen
upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara pengukuran kinerja yaitu prestasi kerja, keahlian,
legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral perilaku, dan kepemimpinan.
dan etika (Sedarmayanti, 2008:260).
Kinerja dapat dikatakan sebagai suatu Kinerja Pegawai BKD Kabupaten Nganjuk dalam
pencapaian/prestasi seseorang berkenaan dengan tugas melaksanakan Kebijakan Mutasi PNS
yang diberikan kepadanya. Selanjutnya, kinerja juga Berdasarkan hasil elaborasi teori mengenai
merupakan pembuatan, pelaksanaan pekerjaan, prestasi kinerja pegawai terdapat empat indikator yang
kerja, pelaksanaan pekerjaan yang berdaya guna. seharusnya dimiliki pegawai instansi dalam
Selain itu pengertian kinerja adalah suatu hasil kerja melaksanakan kebijakan mutasi PNS. Empat indikator
suatu pekerja, sebuah proses manajemen atau suatu tersebut adalah prestasi kerja, keahlian, perilaku, dan
organisasi secara keseluruhan, dimana hasil kerja kepemimpinan. Berikut akan disajikan mengenai
tersebut harus dapat ditunjukkan buktinya secara keempat indikator tersebut dalam kaitannya dengan
konkrit dan dapat diukur (dibandingkan dengan standar melaksanakan kebijakan mutasi PNS di Kabupaten
yang telah ditentukan). Nganjuk.
Dari beberapa definisi yang telah dijelaskan Prestasi kerja merupakan suatu hasil kerja
oleh para ahli terdapat kesimpulan yang ditarik penulis pegawai dalam menjalankan tugas, baik secara kualitas
adalah bahwa yang dimaksud dengan kinerja kerja maupun kuantitas kerja. Mutasi sangat penting
merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian dalam meningkatkan kinerja pegawai, karena dengan
pelaksanaan tugas yang dilakukan seluruh pegawai di adanya pemindahan pegawai ini setiap pegawai
suatu instansi Pemerintah. Meningkatkan kinerja dalam dituntut untuk bekerja lebih baik dengan harapan suatu
sebuah organisasi atau instansi Pemerintah merupakan saat akan memperoleh jabatan yang lebih baik pula.
tujuan atau target yang ingin dicapai oleh organisasi Bagi PNS, mutasi dapat dilakukan berdasarkan
dan instansi Pemerintah dalam memaksimalkan suatu pertimbangan prestasi kerja. Sistem prestasi kerja ialah
kegiatan. Hasil kerja atau prestasi pegawai yang suatu sistem kepegawaian yang menetapkan bahwa
dicapai oleh pegawai dalam pelaksanaan suatu pengangkatan seseorang dalam jabatan didasarkan atas
pekerjaan sesuai dengan persyaratan-persyaratan kecakapan dan prestasi yang dicapai. Kecakapan

4
Kebijakan dan Manajemen Publik
Volume 1, Nomor 1, Nopember 2013

tersebut terindikasikan dengan lulus dalam ujian dinas pengalaman cukup untuk melaksanakan pekerjaan
dan prestasinya itu harus terbukti secara nyata. Hasil sesuai tupoksinya.
kerja pegawai BKD Sub Bidang Mutasi PNS di Pengukuran kompetensi merupakan suatu
Kabupaten Nganjuk secara nyata dapat dilihat dari proses membandingkan antara kompetensi jabatan
database daftar mutasi pegawai dengan diciptakannya yang disyaratkan dengan kompetensi yang dimiliki
SIMPEG yang dapat diakses secara keseluruhan. oleh seseorang/calon. Selain itu untuk mengidentifikasi
Kemudian pelaksanaan tugas yang dapat terselesaikan kekuatan dan keterbatasan kompetensi berupa
tepat waktu sehingga terwujudnya pelayanan dan pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku
pembinaan kepegawaian yang berkualitas serta seseorang. Kompetensi pegawai tidak dapat diukur dari
peningkatan profesionalisme SDM aparatur Pemerintah masa kerja pegawai. Hal ini juga dijelaskan dalam teori
Daerah. Sedangkan kualitas hasil kerja pegawai BKD Malayu S. P. Hasibuan mengenai dasar dan cara mutasi
Sub Bidang Mutasi masih perlu diperhatikan dan tentang seniority system. Seniority system adalah
ditingkatkan dalam melaksanakan kewajiban dan mutasi yang didasarkan atau landasan masa kerja, usia,
tanggung jawab sesuai regulasi yang ada sehingga dan pengalaman kerja dari pegawai yang bersangkutan.
dalam pelaksanaannya mengetahui apa maksud, tujuan, Sistem mutasi ini tidak objektif karena kecakapan
sebab dan akibatnya. Dari beberapa penjelasan di atas, orang yang dimutasikan berdasarkan senioritas belum
dapat disimpulkan bahwa prestasi kerja pegawai BKD tentu mampu menduduki jabatan yang baru.
Sub Bidang Mutasi dalam melaksanakan kebijakan Kompetensi pegawai tidak dapat diukur dari masa
mutasi PNS di Kabupaten Nganjuk yang meliputi hasil kerja pegawai, karena pegawai yang sudah lama
dan kualitas kerja pegawai BKD Sub Bidang Mutasi menduduki jabatan tidak selalu berkompeten. Hal ini
belum cukup optimal dalam melaksanakan tugas pokok sesuai dengan teori Prof. Jusuf Irianto menyatakan
dan fungsinya dengan adanya penempatan pegawai bahwa istilah “kompetensi” didefinisikan dalam arti
yang tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan. apa yang diharapkan di tempat kerja, dan merujuk pada
Keahlian merupakan tingkat kemampuan pengetahuan, keahlian dan sikap yang dipersyaratkan
teknis yang dimiliki oleh pegawai dalam menjalankan bagi pekerja untuk mengerjakan pekerjaan pada tingkat
tugas yang dibebankan kepadanya. Keahlian ini bisa perusahaan tertentu atau pada tingkat industri yang luas
dalam bentuk kerjasama, komunikasi, inisiatif, dan (Jusuf Irianto, 2003:150). Namun pada kenyataannya,
lain-lain. Dalam penempatan pegawai harus kualitas pegawai BKD Sub Bidang Mutasi rendah dan
disesuaikan dengan kompetensi dan keahlian untuk tidak mengetahui kondisi di lapangan sehingga tidak
mendapatkan kinerja pegawai dan meningkatkan hasil segera melakukan pemerataan pegawai. Selain itu
kerja dari organisasi. Dalam melaksanakan mengenai pengetahuan tentang kepegawaian masih
tugas/pekerjaannya harus terjalin kerjasama dan perlu pemahaman yang lebih mendalam mengenai
komunikasi yang baik antar sesama pegawai. regulasi yang berlaku. Dari beberapa pernyataan yang
Kerjasama dan komunikasi pegawai BKD Sub Bidang sudah dijelaskan di atas dapat disimpulkan bahwa
Mutasi Kabupaten Nganjuk sudah baik dengan keahlian para pegawai BKD Sub Bidang Mutasi dalam
menciptakan manajemen kekeluargaan antar personel pelaksanaan mutasi PNS di Kabupaten Nganjuk yang
untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi di meliputi kerjasama dan komunikasi pegawai,
instansi dengan didasari rasa toleransi, kebersamaan, kompetensi serta kemampuan dan pengetahuan
serta kekeluargaan sehingga tercipta suasana yang pegawai yang masih rendah sehingga dalam
kondusif. Hal ini sesuai dengan teori Sedarmayanti melaksanakan tugas/pekerjaannya belum maksimal.
dalam instrumen pengukuran kinerja yang salah Perilaku merupakan sikap dan tingkah laku
satunya indikator keahlian. Kerjasama dan komunikasi pegawai yang melekat pada dirinya dan dibawa dalam
yang terjalin sesama pegawai BKD Sub Bidang Mutasi melaksanakan tugas-tugasnya. Pengertian perilaku
sudah baik dan kondusif. Pentingnya SDM dalam disini juga mencakup tanggung jawab dan disiplin.
menciptakan daya saing disebabkan adanya faktor Aparatur Pemerintah yang menjaga kredibilitas dan
manusia yang selalu dapat bertahan sesuai situasi kewibawaannya akan dihormati oleh masyarakat yang
persaingan usaha karena manusia memiliki dilayaninya. Aparatur Pemerintah yang memiliki etika
kemampuan beradaptasi dan berkembang serta mampu dan moralitas yang santun dalam menjalankan
menciptakan nilai produk atau jasa yang dihasilkan. tugasnya, tentu memiliki akuntabilitas dan
Oleh karena itu, setiap organisasi harus mampu penghormatan yang tinggi. Pemahaman mengenai etika
merespon perubahan yang terjadi dengan melakukan dan moralitas dalam Pemerintahan merupakan
berbagai inovasi, sehingga organisasi tersebut memiliki kompetensi dasar yang penting dan strategis yang
SDM yang berkompeten sesuai yang dipersyaratkan harus dimiliki dan dipraktekkan secara konsisten oleh
dalam pekerjaannya. Kompetensi merupakan setiap individu sebagai perilaku pegawai Pemerintah
karakteristik individu yang dapat dipakai untuk selaku aparatur negara. Disamping perilaku pegawai
memprediksi kinerja yang sangat baik. Kompetensi yang mengedepankan etika dan moralitas, perlu adanya
pegawai BKD Sub Bidang Mutasi dalam proses mutasi suatu strategi untuk berubah atau hanya dengan
PNS di Kabupaten Nganjuk sudah maksimal dengan menetapkan sasaran-sasaran kinerja karena perubahan
adanya pegawai yang sudah senior dan memiliki adalah perlakuan terhadap orang-orang yang
membiasakan terhadap kestabilan dan kesinambungan.

5
Kebijakan dan Manajemen Publik
Volume 1, Nomor 1, Nopember 2013

Pegawai BKD Sub Bidang Mutasi dalam proses mutasi pelaksanaan mutasi PNS di kabupaten Nganjuk belum
PNS sudah bertanggungjawab dalam menindaklanjuti The Right Man in The Right Place. Dengan demikian
hasil rapat dari Tim BAPERJAKAT dan keputusan dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan BKD Sub
Bupati sesuai peraturan yang berlaku. Sejalan dengan Bidang Mutasi telah dapat menjalankan tugasnya
teori Sedarmayanti mengenai instrumen pengukuran sebagai pimpinan yang ideal dalam mengkoordinasikan
kinerja yaitu perilaku. Dalam kenyataannya, pegawai fungsi dan peran pegawai Sub Bidang Mutasi belum
BKD Sub Bidang Mutasi belum bertanggungjawab optimal yang ditandai dengan adanya penempatan
dengan adanya pegawai yang belum merata di berbagai pegawai yang belum The Right Man in The Right
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang Place.
menyebabkan kekosongan di Kabupaten Nganjuk.
Selain itu, disiplin kerja pegawai BKD Sub Bidang Kesimpulan
Mutasi Kabupaten Nganjuk masih kurang dengan Setelah melakukan analisa dan interpretasi
adanya output bahwa di Kabupaten Nganjuk masih pada bab sebelumnya, peneliti akan menyajikan
terdapat adanya kekosongan peawai di berbagai Satuan kesimpulan dan saran dari penelitian berdasarkan hasil
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dengan tidak temuan data di lapangan. Kesimpulan ini akan
meratanya pegawai di beberapa instansi yang menjawab rumusan masalah yang telah dikemukakan
menjadikan banyak pegawai yang menjadi pelaksana sebelumnya. Dari hasil analisa dan interpretasi maka
tugas (Plt) karena banyak pimpinan yang belum dapat diambil kesimpulan bahwa kinerja pegawai BKD
diangkat secara definitif. Dari beberapa pernyataan Kabupaten Nganjuk dalam melaksanakan kebijakan
yang telah dijelaskan di atas, dapat disimpulkan bahwa mutasi Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Nganjuk
perilaku dari para pegawai BKD Sub Bidang Mutasi belum cukup baik dengan adanya pengaruh dari unsur
Kabupaten Nganjuk yang meliputi tanggung jawab dan subyektifitas dan politis pada pelaksanaannya. Selain
disiplin kerja masih belum optimal dalam itu dapat dijelaskan yaitu a) Analisis jabatan yang
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya mengenai belum terlaksana secara optimal karena pegawai masih
mutasi pegawai dengan adanya masalah pemerataan belum mampu menganalisis jabatan sesuai prestasi
pegawai yang terjadi di berbagai instansi di Kabupaten kerja, peta jabatan dan daftar kekosongan pegawai dari
Nganjuk. instansi serta menghimpun usulan mutasi dari berbagai
Kepemimpinan merupakan aspek kemampuan instansi sehingga mutasi jabatan yang dilaksanakan
manajerial dan seni dalam memberikan pengaruh belum sesuai dengan kebutuhan pegawai, b) pegawai
kepada orang lain untuk mengkoordinasikan pekerjaan BKD Sub Bidang Mutasi belum profesional dalam
secara tepat dan cepat, termasuk pengambilan penempatan pegawai dengan tidak menyesuaikan latar
keputusan dan penentuan prioritas. Kepemimpinan belakang pendidikan sehingga tidak sesuai dengan
merupakan sesuatu yang dinamis, mendasar, dan kompetensi pegawai yang akan dimutasi.
memiliki kompleksitas tinggi. Proses kepemimpinan
akan berjalan jika terjadi interaksi antar pemimpin dan Saran
bawahan dalam situasi tertentu. Kepemimpinan pada 1) Perlu dilakukan adanya evaluasi kinerja
hakikatnya adalah proses mempengaruhi/memberi pegawai sesuai job description berdasarkan Peraturan
contoh dari pemimpin kepada pengikutnya dalam Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian
upaya mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan Prestasi Kerja PNS agar dapat diketahui sejauhmana
BKD Sub Bidang Mutasi Kabupaten Nganjuk dalam tugas dan tanggung jawab yang telah dipercayakan
mengkoordinasikan pekerjaan secara tepat dan cepat, sudah dilaksanakan, 2) Mutasi perlu dilakukan sesuai
termasuk pengambilan keputusan dan penentuan kebutuhan pegawai dengan melakukan analisis jabatan
prioritas sudah diutamakan agar pekerjaan segera dan mempertimbangkan prestasi kerja dan kompetensi
selesai. Selain itu penempatan pegawai yang The Right pegawai yang akan dimutasi, dan 3) Inventarisasi,
Man in The Right Place sesuai dengan latar belakang pemetaan, dan penataan pegawai secara lebih akurat
kemampuan yang dimiliki pimpinan, sehingga dalam dan komprehensif
pengambilan keputusan dan distribusi pekerjaan sudah
tepat dalam kualitas maupun kuantitasnya. Hal ini Daftar Pustaka
sudah sesuai dengan teori Sedarmayanti mengenai
instrumen pengukuran kinerja yang salah satu
Armosudiro, Pradjudi, 2006, Konsep Organisasi,
indikatornya kepemimpinan. Pada era globalisasi yang
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
serba kompetitif seperti saat ini menuntut munculnya Bastian, 2001, Human Resources Management and
figur pemimpin yang mampu berpikir visioner dan Experimental Approach, Mc. Graw Hill
sistematis. Dengan mengetahui isi dan makna
Bungin, Burhan, 2003, Analisis Data Penelitian
kepemimpinan diharapkan pemimpin dapat
Kualitatif, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
melaksanakan fungsi dan peran kepemimpinan yang Cantika, B. Sri., 2005, Manajemen Sumber Daya
sesungguhnya. Namun pada kenyataannya,
Manusia, Malang: UMM Press
kemampuan dan penentuan prioritas yang dilakukan
Danim, Sudarwan, 2002, Menjadi Peneliti Kualitatif,
pimpinan belum menjadikan penempatan pegawai
Bandung: CV Pustaka Setia
yang sesuai dengan kompetensinya sehingga dalam

6
Kebijakan dan Manajemen Publik
Volume 1, Nomor 1, Nopember 2013

Gibson, 1998, Organisasi dan Manajemen Terjemahan Mulyana, Deddy, 2001, Metodologi Penelitian
Ichayaudin Zuhad, Jakarta: Erlangga Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Hasibuan, Malayu, 2007, Manajemen Sumber Daya Offset
Manusia, Jakarta: PT. Bumi Aksara Patton, Michael Quin, 2006, Metode Evaluasi
Hasibuan, Malayu, 2008, Manajemen Sumber Daya Kualitatif, Yogyakarta: Pustaka Belajar
Manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara Rivai, Veithzal, 2004, Manajemen Sumber Daya
Kaloh, J., 2010, Kepemimpinan Kepala Daerah, Manusia untuk Perusahaan, Jakarta: PT. Raja
Jakarta: Sinar Grafika Grafindo
Kusdi, 2009, Teori Organisasi dan Administrasi, Ruky, 2001, Sistem Manajemen Kinerja, Jakarta: PT
Jakarta: Salemba Humanika Gramedia Pustaka Utama
Mangkunegara, 2000, Manajemen Sumber Daya Sastrohadiwiryo, Siswanto, 2002, Manajemen Tenaga
Manusia Perusahaan, Bandung: PT. Remaja Kerja Indonesia: Pendekatan Administratif
Rosdakarya dan Operasional,Jakarta: Bumi Aksara
Mangkunegara, P. Anwar., 2006, Evaluasi Kerja Sastrohadiwiryo, Siswanto, 2003, Manajemen Tenaga
Sumber Daya Manusia, Bandung: Aditama Kerja Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara
Mangkunegara, P. Anwar., 2010, Evaluasi Kinerja Sastrohadiwiryo, Siswanto, 2005, Manajemen Tenaga
SDM, Bandung: PT Refika Aditama Kerja Indonesia Pendekatan Administratif dan
Makmur, 2009, Patologi serta Terapinya dalam Ilmu Operasional, Jakarta: Bumi Aksara
Administrasi dan Organisasi, Bandung: PT Siagian, Sondang, 1992, Organisasi,Kepemimpinan
Refika Aditama dan Perilaku Administrasi, Jakarta: Gunung
Mathew J. Miles, dan A. Michael Huberman, 1992, Agung
Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber tentang Sedarmayanti, 2008, Manajemen Sumber Daya
Metode Baru. Jakarta: UI Press Manusia, Bandung: PT Refika Aditama
Moekijat, 1985, Dasar-Dasar Administrasi dan Simamora Henry, 2004, Manajemen Sumber Daya
Manajemen Perusahaan. Bandung: Mandar Manusia, Yogyakarta: STIE YKPN
Maju Sobandi, 2006, Desentralisasi dan Tuntutan Penataan
Moekijat, 1999, Manajemen Sumber Daya Manusia Kelembagaan Daerah, Bandung: Humaniora
(Manajemen Kepegawaian), Bandung: CV. Sugiyono, 2007, Metode Penelitian Administrasi,
Mandar Maju Bandung : CV Alfabeta
Moleong, J. Lexy, 2000, Metode Penelitian Kualitatif, Siagian, Sondang, 2001, Manajemen Sumber Daya
Bandung: Rosdakarya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara
Moleong, J. Lexy, 2006, Metodologi Penelitian Wahyudi Bambang, 2003, Manajemen Sumber Daya
Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Manusia, Bandung: CV Sulita
Offset Wibowo, 2007, Manajemen Kinerja, Jakarta: PT Raja
Mooney, D, James, 1996, Konsep Pengembangan Grafindo Persada
Organisasi Publik, Bandung : Sinar Baru Wursanto, 1994, Manajemen Kepegawaian 2,
Algesindo Yogyakarta: Kanisius
Muhadjir, Noeng, 1993, Metodologi Penelitian
Kualitatif, Yogyakarta: Rake Sarasin

Anda mungkin juga menyukai