Anda di halaman 1dari 6

J Ked Gi, Vol. 5, No.

4, Oktober 2014: 323 - 328 ISSN 2086-0218

PERBEDAAN EFEKTIVITAS ANTARA PEMBERIAN


SECARA SISTEMIK CIPROFLOKSASIN DAN AMOKSISILIN
SETELAH SCALING & ROOT PLANING PADA
PERIODONTITIS KRONIS PENDERITA HIPERTENSI
Tinjauan pada Probing Depth, Bleeding on Probing,
dan Clinical Attachment Level
Ade Ismail Abdul Kodir*, Dahlia Herawati**, dan Kwartarini Murdiastuti**
*Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis, Program Studi Periodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
**Bagian Periodonsia, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta

ABSTRAK

Latar Belakang. Periodontitis merupakan suatu penyakit inflamasi destruktif pada jaringan penyangga gigi
yang disebabkan oleh mikroorganisme spesifik, yang menghasilkan kerusakan lanjut ligamen periodontal dan tulang
alveolar dengan terbentuknya poket, resesi gingiva, maupun keduanya. Inflamasi mengakibatkan disfungsi endotel
sehingga pengaturan keseimbangan antara vasodilator dan vasokonstriktor terganggu dan memicu terjadinya
hipertensi. Scaling dan root planing (SRP) telah lama diketahui sangat efektif dalam perawatan penyakit periodontal.
Pemakaian antibiotik diperlukan bagi pasien yang tidak berhasil dengan perawatan SRP dan pada pasien dengan
penyakit periodontal akibat penyakit sistemik.
Tujuan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui efektivitas antara pemberian ciprofloksasin dan
amoksisilin setelah SRP pada periodontitis kronis penderita hipertensi dilihat dari parameter probing depth (PD),
bleeding on probing (BOP), dan clinical attachment level (CAL).
Metode Penelitian. Penelitian dilakukan terhadap 20 penderita periodontitis kronis dengan hipertensi, yang
dibagi menjadi dua kelompok yaitu SRP + Ciprofloksasin dan SRP + amoksisilin. Pengukuran PD, BOP dan CAL
dilakukan sebelum perlakuan dan pada hari ke-9.
Hasil. Hasil analisis uji paired t-test menunjukkan perbedaan yang bermakna nilai penurunan PD (p=0,042),
peningkatan CAL (p=0,002) dan penurunan BOP (p=0,035).
Kesimpulan. Ciprofloksasin lebih efektif dalam menurunkan PD, peningkatan CAL, dan penurunan BOP
dibandingkan dengan Amoksisilin pada periodontitis kronis penderita hipertensi.

Kata kunci: probing depth, clinical attachment level, bleeding on probing, periodontitits, hipertensi, ciprofloksasin,
amoksisilin.

ABSTRACT

Back ground. Periodontitis is a destructive inflammatory disease in the tooth-supporting tissue caused by
specific microorganisms, resulting in further damage to the periodontal ligament and alveolar bone with pocket
formation, gingival recession, or both. Inflammation resulting in endothelial dysfunction so that the balance between
vasodilator and vasoconstrictor regulation disrupted and lead to hypertension. Scaling and root planing (SRP) has
long been known to be very effective in the treatment of periodontal disease. The use of antibiotics is needed for
patients who are not successful with SRP and treatment of periodontal disease in patients with systemic disease.
The purpose. The purpose of this study was to determine the effectiveness of the administration of ciprofloxacin
and amoxicillin after SRP in chronic periodontitis patients with hypertension seen from the parameter probing depth
(PD), bleeding on probing (BOP), and clinical attachment level (CAL).
Methods. The study was conducted on 20 patients with chronic periodontitis with hypertension, who were
divided into two groups: SRP + ciprofloxacin and SRP+ amoxicillin. Measurement of PD, CAL and BOP performed
before treatment and on day 9.
Results. Results of paired t-test analysis showed significant difference test value on PD decreased (p=0,042),
CAL increased (p=0,002) and BOP decreased (p=0,035).
Conclusion. The conclusion indicated that ciprofloxacin was more effective than amoxicillin on reducing PD,
BOP and improved the CAL in chronic periodontitis patients with hypertension.

Keywords: probing depth, clinical attachment level, bleeding on probing, periodontitis, hypertension, ciprofloxacin,
amoxicillin.
323
Ade Ismail Abdul Kodir, dkk. : Perbedaan Efektivitas Antara Pemberian ISSN 2086-0218

PENDAHULUAN dan pemberian antibiotik untuk mencegah dan


mengurangi penyakit periodontal7 . Initial phase
Periodontitis merupakan suatu penyakit therapy yang merupakan terapi awal perawatan
inflamasi destruktif pada jaringan penyangga penyakit periodontal, merupakan tindakan yang
gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme paling penting untuk semua pasien dengan ke-
spesifik, yang menghasilkan kerusakan lanjut lainan periodontal8. Tujuan utama SRP adalah
ligamen periodontal dan tulang alveolar dengan mengembalikan kondisi gingiva menjadi sehat
terbentuknya poket, resesi gingiva, maupun kembali dengan mengeluarkan faktor-faktor yang
keduanya1. Periodontitis biasanya berkembang menyebabkan inflamasi gingiva seperti plak, ka-
dari gingivitis yang sudah terjadi, walaupun lkulus, endotoxin9. Pemberian antibiotik secara
tidak semua gingivitis berkembang menjadi sistemik, mempunyai potensi yang besar untuk
periodontitis. Perubahan komposisi dan potensi mengontrol bakteri ini, karena bisa menjangkau
patogenik dari mikroorganisme plak terhadap daerah subgingiva melalui cairan sulkus gingi-
faktor resistensi pejamu dan jaringan sekitarnya va10. Pemakaian antibiotik diperlukan bagi pasien
menentukan perubahan dari gingivitis menjadi yang tidak berhasil dengan perawatan SRP,
periodontitis dan keparahan kerusakan jaringan serta pada pasien dengan penyakit periodontal
periodontal2. akibat penyakit sistemik sebagai profilaksis pada
Ada tiga bakteri utama penyebab penyakit tindakan periodontal non bedah11. Keuntungan
periodontal yang banyak ditemukan pada plak terapi antibiotik secara sistemik yaitu dapat mem-
subgingiva pasien dengan periodontitis kronis. berantas dan mencegah infeksi bakteri patogen
Ketiga bakteri tersebut adalah Porphyromonas periodontal yang menyerang jaringan periodontal
gingivalis, Treponema denticola dan Bacteroi- atau yang berkoloni di dalam rongga mulut12.
des forsythus 3. Pemeriksaan kondisi jaringan Ciprofloksasin merupakan antibiotik gen-
periodontal dilakukan untuk menentukan derajat erasi kedua derivat fluoroquinolon, aktif pada
keparahan suatu penyakit periodontal antara lain jangkauan yang luas bakteri gram negatif dan
pengukuran kedalaman poket (probing depth), gram positif fakultatif patogen periodontal 13.
clinical attachment level, dan bleeding on prob- Ciprofloksasin merupakan quinolon yang aktif
ing4 . pada bakteri gram negatif batang, termasuk pada
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana bakteri anaerob putative & facultative patogen
pasien mengalami kenaikan tekanan darah sis- periodontal direkomendasikan diberikan sehari
tol lebih dari 140 mmHg dan atau tekanan da- dua kali selama 8 hari14. Ciprofloksasin memiliki
rah diastol lebih dari 90 mmHg5 . Hipertensi me- masa paruh eliminasi yang panjang, sehingga
rupakan penyakit kardiovaskuler yang paling obat ini cukup diberikan 2 kali sehari. Hemodi-
sering ditemukan dan mempengaruhi lebih dari alisis hanya sedikit mengeluarkan fluorokuinolon
50 juta warga Amerika, serta kebanyakan tidak dari tubuh sehingga penambahan dosis tidak
terdiagnosis6 . diperlukan15. Uji sensitivitas bakteri menunjukkan
Inflamasi merupakan komponen respon ciprofloksasin merupakan satu-satunya antibiotik
imun terhadap adanya bakteri patogen, keru- yang dapat masuk jaringan lunak dan menekan
sakan sel dan rangsang inflamatori poten lain- semua strain A. actinomycetemcomitans pada
nya. Selain sebagai pertahan tubuh yang vital, perawatan periodontal. Pemberian ciprofloksa-
inflamasi dapat juga mengakibatkan kerusakan sin pada perawatan penyakit periodontal dapat
sel setempat. Pada pembuluh darah, inflamasi menembus jaringan lunak dan mencapai konsen-
akan meningkatkan permeabilitas vaskular dan trasi tinggi dalam cairan sulkus gingiva 4 – 8 kali
mengganggu sel endotel, sehingga fungsi en- dari pada dalam serum darah16. Fluoroquinolon
dotel sebagai pengontrol kesehatan vaskular harus dihindari pada kehamilan, pada ibu menyu-
menjadi terganggu5 . sui dan pada anak berusia kurang dari 18 tahun
Tujuan perawatan gingivitis dan perio- karena erosi kartilago artikular (artropati) terjadi
dontitis adalah mengontrol bakteri sebagai fak- pada hewan percobaan yang belum dewasa.
tor lokal dan meminimalkan pengaruh sistemik Pada orang dewasa, kadang-kadang dapat me-
sebagai bentuk perawatan penyakit periodontal nyebabkan rupture tendon17.
non bedah. Perawatan periodontal non bedah Amoksisilin merupakan salah satu golo-
meliputi pemeliharan kebersihan mulut, SRP ngan penisilin, selain ampisilin, karbenisilin, dan

324
J Ked Gi, Vol. 5, No. 4, Oktober 2014: 323 - 328 ISSN 2086-0218

lain-lain. Absorpsi amoksisilin di saluran cerna Pasien diperiksa dan di anamnesis. Dua
jauh lebih baik daripada ampisilin. Dengan dosis puluh pasien periodontitis kronis hipertensi den-
per oral yang sama, amoksisilin mencapai kadar gan kedalaman poket periodontal antara 5 – 10
dalam darah yang tingginya kira-kira 2 kali lebih mm, sebagai subjek penelitian diminta mengisi
tinggi daripada yang dicapai ampisilin, sedang informed consent. Kelompok ciprofloksasin 10
masa paruh kedua obat ini hampir sama18. Pe- orang dan kelompok amoksisilin 10 orang ke-
nisilin menghambat pembentukan mukopeptida mudian dilakukan pengukuran probing depth,
yang diperlukan untuk sintesis dinding sel mik- bleeding on probing, dan clinical attachment level
roba. Akibat adanya tekanan osmotik di dalam sebelum perlakuan. Kelompok ciprofloksasin
sel kuman lebih tinggi dari pada di luar sel maka dilakukan SRP dan pemberian ciprofloksasin
kerusakan dinding sel ini akan menyebabkan 500 mg per oral, dua kali sehari selama 8 hari.
lisis, yang merupakan dasar efek bakterisidal Kelompok amoksisilin diakukan SRP dan pembe-
pada kuman yang peka19. rian amoksisilin 500 mg per oral, tiga kali sehari
Berdasarkan uraian tersebut timbul per- selama 8 hari. Kemudian dilakukan pengukuran
masalahan, apakah pemberian secara sistemik probing depth, bleeding on probing, dan clini-
ciprofoksasin lebih efektif dibandingkan dengan cal attachment level pada hari ke-9. Data yang
amoksisilin setelah SRP pada periodontitis kro- diperoleh dianalisis dengan paired t-test dengan
nis penderita hipertensi dilihat dari parameter tingkat kepercayaan 95 % untuk menilai perbe-
probing depth, bleeding on probing, dan clinical daan probing depth, bleeding on probing, dan
attachment level? clinical attachment level sebelum dan setelah
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perlakuan.
efektivitas antara pemberian secara sistemik
ciprofloksasin dan amoksisilin setelah SRP pada HASIL PENELITIAN
periodontitis kronis penderita hipertensi dilihat
dari parameter probing depth, bleeding on prob- Penelitian ini tentang perbedaan efektivi-
ing, dan clinical attachment level. tas antara pemberian secara sistemik Ciproflok-
sasin dan Amoksisilin setelah Scaling dan Root
METODE PENELITIAN planing pada periodontitis kronis yang dilakukan
pada 20 penderita hipertensi. Tinjauan penelitian
Jenis penelitian adalah penelitian eksperi- dilakukan dengan memeriksa probing depth,
mental dengan pendekatan klinis dan rancangan bleeding on probing, dan clinical attachment
penelitian adalah pre dan post test design, de- level, sebelum dan 9 hari kemudian.
ngan variable-variabel : Perbandingan probing depth pasien
a. Variabel pengaruh : pemberian secara siste- periodontitis kronis penderita hipertensi antara
mik ciprofoksasin & SRP, dan amoksisilin & pemberian ciprofloksasin dan amoksisilin setelah
SRP Scaling dan Root planning dapat dilihat pada
b. Variabel terpengaruh : penyembuhan jaringan Tabel 1.
periodontal dengan parameter : poket depth, Tabel 1 terlihat hasil uji statistik meng-
clinical attachment level, dan bleeding on gunakan Wilcoxon Sign Rank Test pada derajat
probing pada penderita hipertensi. kepercayaan 95%, menunjukkan bahwa terda-
c. Variabel terkendali : laki-laki dan perempuan pat perbedaan probing depth antara pembe-
umur antara 30 – 65 th, hipertensi tahap 1 rian amoksisilin dengan nilai p=0,023 (p≤0,05)
(sesuai JNC-7), dan poket periodontal kedala- serta terdapat perbedaan probing depth pada
man antara 5 – 10 mm. pemberian ciprofloksasin dengan nilai p=0,004
d. Variabel tidak terkendali : kooperatif pasien (p≤0,05).
dalam penelitian. Berdasarkan Tabel 1 terlihat hasil uji statis-
tik menggunakan Mann Whitney Test pada dera-
Bahan dan alat jat kepercayaan 95%, menunjukkan bahwa pada
1. Bahan : poket periodontal, ciprofloksasin, awal penelitian tidak terdapat perbedaan probing
amoksisilin, kapas. depth antara kelompok ciprofloksasin dan amok-
2. Alat : Probe UNC 15, Ultra Sonic Scaler sisilin dengan nilai p=0,453 (p>0,05), serta pada
(USS), Diagnostic set, stetoskop, tensimeter. akhir penelitian tidak terdapat perbedaan probing
depth dengan nilai p=0,685 (p>0,05).

325
Ade Ismail Abdul Kodir, dkk. : Perbedaan Efektivitas Antara Pemberian ISSN 2086-0218

Tabel 1. Rerata Probing Depth antara Kelompok Ciprofloksasin dan Amoksisilin pada Periodontitis kronis
Penderita Hipertensi

Keterangan : PD:Probing Depth *) Wilcoxon Sign Rank Test **) Mann Whitney Test

Tabel 2. Rerata clinical attachment level antara kelompok ciprofloksasin dan amoksisilin periodontitis
kronis penderita hipertensi

Keterangan : CAL:Clinical attatchment level*) Wilcoxon Sign Rank Test **) Mann Whitney Test

Hasil uji statistik menggunakan Mann tachment level dengan nilai p=0,002 (p≤0,05).
Whitney Test pada derajat kepercayaan 95%, Pemberian ciprofloksasin setelah Scaling
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang dan Root planning lebih efektif dalam mening-
bermakna nilai penurunan probing depth antara katkan clinical attachment level dibandingkan
pemberian ciprofloksasin dan amoksisilin dengan pemberian amoksisilin setelah SRP pada perio-
nilai p=0,042 (p≤0,05). dontitis kronis penderita hipertensi.
Pemberian ciprofloksasin setelah Scaling Perbandingan bleeding on probing antara
dan Root planning lebih efektif dalam menu- pemberian ciprofloksasin dan amoksisilin setelah
runkan probing depth dibandingkan pemberian Scaling dan Root planning dapat dilihat pada
amoksisilin. Tabel 3.
Perbandingan clinical attachment level
antara kelompok ciprofloksasin dan amoksisilin Tabel 3. Bleeding on probing antara kelompok
dapat dilihat pada Tabel 2. ciprofloksasin dan amoksisilin perio-
Hasil uji statistik menggunakan Mann dontitis kronis penderita hipertensi hari
Whitney Test pada derajat kepercayaan 95%, ke-9
menunjukkan bahwa pada awal penelitian tidak
terdapat perbedaan clinical attachment level
antara kelompok ciprofloksasin dan amoksisilin
dengan nilai p=0,144 (p>0,05), serta pada akhir
penelitian tidak terdapat perbedaan clinical at-
tachment level dengan nilai p=0,907 (p>0,05).
Hasil uji statistik menggunakan Mann
Whitney Test pada derajat kepercayaan 95%,
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai Keterangan : BOP: Bleeding on probing
peningkatan clinical attachment level antara
*)
Chi Square Test
kelompok ciprofloksasin dan amoksisilin setelah
dengan nilai p=0,005 (p≤0,05) serta terdapat Berdasarkan Tabel 3, terlihat hasil uji sta-
perbedaan persentase peningkatan clinical at- tistik menggunakan Chi Square Test pada derajat

326
J Ked Gi, Vol. 5, No. 4, Oktober 2014: 323 - 328 ISSN 2086-0218

kepercayaan 95%, menunjukkan bahwa terdapat pok ciprofloksasin dan amoksisilin dengan nilai
perbedaan bermakna bleeding on probing antara p=0,005 (p≤0,05). Dengan demikian pemberian
kelompok ciprofloksasin dan amoksisilin setelah ciprofloksasin setelah SRP lebih efektif dalam
Scaling dan Root planning dengan nilai p=0,035 meningkatkan clinical attachment level diban-
(p≤0,05). dingkan amoksisilin pada periodontitis kronis pen-
Pemberian ciprofloksasin setelah Scaling derita hipertensi. Pemberian antibiotik secara
dan Root planning lebih efektif dalam menurun- sistemik dapat berpenestrasi ke dalam poket
kan bleeding on probing dibandingkan pemberian melalui serum sehingga dapat mencapai mikro-
amoksisilin setelah SRP pada periodontitis kronis organisme yang tidak bisa terjangkau oleh alat
penderita hipertensi. SRP12.
Proses penyembuhan lebih optimal pada
PEMBAHASAN minggu ke 4 – 6 setelah dilakukan SRP, tapi
perubahan terus berlangsung secara terus
Telah dilakukan penelitian tentang perbe- menerus sampai 9 bulan setelah perawatan20.
daan efektivitas antara pemberian secara siste- Pada penelitian ini pengukuran PD dan CAL
mik ciprofloksasin dan amoksisilin setelah Scal- ke dua dilakukan hari ke 9, oleh karena itu ada
ing dan Root planing pada periodontitis kronis kemungkinan penyembuhan belum sepenuhnya
yang dilakukan pada 20 penderita hipertensi. terjadi.
Tinjauan penelitian dilakukan dengan memeriksa Gejala klinis dari penyakit periodontal
probing depth, bleeding on probing, dan clinical merupakan hasil interaksi antara infeksi mikro-
attachment level. Data hasil penelitian untuk organisme dengan respon imun pejamu dan
kriteria probing depth dan clinical attachment inflamasi. Oleh karena itu pengukuran interaksi
level dianalisis menggunakan uji Wilcoxon dan antara infeksi dengan respon pejamu merupakan
uji Mann-Whitney serta untuk kriteria bleeding pengukuran yang lebih baik. Hal ini lebih relevan
on probing dengan uji Chi-Square. jika kita lebih memfokuskan pada mekanisme
Pada parameter klinik probing depth, (misalnya tingkat antibodi) yang mendasari
terdapat penurunan antara pemberian cipro- hubungan ini. Pada penelitian ini dilakukan pa-
floksasin dan amoksisilin dengan nilai p=0,042 rameter PD, CAL dan BOP, dengan pertimban-
(p≤0,05). Pemberian ciprofloksasin lebih efektif gan mudah dilakukan dan relevan21.
dalam menurunkan probing depth dibandingkan Pada parameter bleeding on probing,
pemberian amoksisilin. Ciprofloksasin lebih terdapat perbedaan bermakna antara kelompok
efektif dibandingkan amoksisilin, karena konsen- ciprofloksasin dan amoksisilin setelah SRP
trasinya di dalam CGF lebih tinggi dibandingkan dengan nilai p=0,035 (p≤0,05). Pemberian cipro-
dengan pada serum, sehingga sel PMN yang foksasin setelah SRP lebih efektif dalam menu-
terdapat di dalam poket, menjadi lebih efektif runkan bleeding on probing setelah SRP pada
dalam membunuh bakteri, terutama bakteri Aa. periodontitis kronis penderita hipertensi. Hal ini
Sel-sel PMN membantu mendistribusikan obat ke disebabkan fluoroquinolon berakumulasi dalam
tempat terjadinya inflamasi, sehingga pemakaian makrofag dan leukosit PMN sehingga efektif
obat menjadi lebih efektif16. melawan organisma intraseluler17. Leukosit PMN
Amoksisilin bersifat bakterisid, sama ju- ini membantu distribusi obat ke tempat inflamasi,
ga dengan ciprofloksasin, tetapi amoksisilin de- sehingga pemakaian obat menjadi lebih efektif
ngan asam clavulanat (augmentin) lebih baik di- dalam menurunkan inflamasi16.
bandingkan amoksisilin, karena spektrumnya Pada waktu dilakukan penelitian, saat
lebih sempit. Augmentin ini merupakan perbaik- dilakukan pemilihan subjek penelitian, banyak
an dari amoksisilin, karena adanya resistensi ditemukan kasus penderita dengan hipertensi
dari amoksisilin terhadap enzym penisilinase19. tipe 2 yang sudah rutin mengkonsumsi obat
Pada penelitian ini dipakai amoksisilin, dengan penurun tensi, hal ini merupakan salah satu
pertimbangan lebih murah, mudah didapat, dan penyulit peneliti saat melakukan pengambilan
spektrumnya luas. subjek penelitian yang sesuai.
Pada parameter clinical attachment level
terdapat perbedaan peningkatan antara kelom-

327
Ade Ismail Abdul Kodir, dkk. : Perbedaan Efektivitas Antara Pemberian ISSN 2086-0218

KESIMPULAN Klokkevold, P.R., and Carranza, F.A., Carranza’S


Clinical Periodontology, 10th ed., Saunders Elsevier.
Berdasarkan penelitian ini dapat disimpul- St. Louis Missouri, 774 – 776.
kan bahwa pemberian secara sistemik ciproflok- 10. Slots, J., 2004. Position Paper : Systemic Antibiotics
in Periodontics, J Periodont. 75: 1553-1565.
sasin lebih efektif dalam menurunkan probing
11. Slots, J. and Jorgensen, M.G., 2000. Efficient
depth, meningkatkan clinica attachment level, Antimicrobial Treatment in Periodontal Maintenance
dan menurunkan bleeding on probing diban- Care, J AM Dent Assoc, 131 : 1293 – 1304.
dingkan amoksisilin pada periodontitis kronis 12. Bidault, P., Fatiha, C., and Grenier D., 2007.
penderita hipertensi. Systemic Antibiotic Therapy in Treatment of
Periodontitics, JCDA. 73 (6): 512 – 520.
DAFTAR PUSTAKA 13. Ahmed, M.G., Harish, N.M., Charyulu, R.N., and
Prabhu, P. 2009. Formulation of Chitosan-based
1. Saini R., Saini S., and Saini S.R., 2010.Periodontal Ciprofloxacin and Diclopenac Film for Periodontitis
disease : A risk factor to Cardio vascular disease. Therapy. Tropical Journal of Pharmaceutical
Annuals of Cardiac Anaesthesia. 13:2.159-161. Research. February. 8 (1) : 33-41.
2. Rehman, M.M. and Salama, R.I, 2004. Association 14. J o l k o v s k y, D . L . a n d C i a n c o , S . , 2 0 0 6 .
between periodontal disease and cardiovascular Chemotherapeutic Agents, In Newman, M.G.,
disease. Pak J Med Sci. 20:2. 151-156. Takei, H.H., Klokkevold, P.R., and Carranza,
3. Schulze, A. and Busse, M., 2008. Periodontal F.A., Carranza’S Clinical Periodontology, 10th
Disease and Heart Disease, Clinical Sports ed., Saunders Elsevier. St. Louis Missouri, 798 –
Medicine International (CSMI), 1 (8): 9-12. 812.
4. Carranza, F.A. and Takei H.H, 2012. Clinical 15. Setiabudy, R. 2009. Golongan Kuinolon dan
Diagnosis, In Newman, M.G., Takei, H.H., Fuorokuinolon, in Farmakologi dan Terapi, 5th
Klokkevold, P.R., and Carranza, F.A., Carranza’S ed., Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran
Clinical Periodontology, 10 th ed., Saunders Universitas Indonesia Jakarta.
Elsevier. St. Louis Missouri. 16. Tözum T.F., Yilkdirim, Feriha C., Aysun D., Atilla
5. Leong, X.F., Chun, Y.N., Badiah, B., and Das, B., 2004, Serum and gingival crevicular fluid levels
S. 2014. Association between Hypertension and of ciprofloxacin in patients with periodontitis, J Am
Periodontitis: Posible Mechanisms. The Scientific Dent Assoc, vol. 135, No. 12, 1728 – 1732.
World Journal, 1-11. 17. Harvey, R.A and Champe, P.C. 2014. Farmakologi
6. Mealey, B.L., Klokkevold, P.R., and Otomo-Corgel, Ulasan bergambar, ed. 4, alih bahasa Dian, R.,
J. 2006. Periodontal Treatment of Medically Husny, M., Linda, D., and Luqman Y.R., Jakarta:
Compromised Patients. In Newman, M.G., Takei, Penerbit Buku Kedokteran EGC.
H.H., Klokkevold, P.R., and Carranza, F.A., 18. Setiabudy, R. and Gan, V.H.S., 2009. Antimikroba:
Carranza’S Clinical Periodontology, 10 th ed., Pengantar Antimikroba, in Ganiswara, S.G.,
Saunders Elsevier. St. Louis Missouri, 651-653. Setiabudy, R., Suyatna, F.D., Purwantyastuti and
7. Plemons, J.M. and Eden B.D. 2004. Nonsurgical Nafriadi, Farmakologi dan Terapi, 5th ed., Bagian
Therapy. In Rose, L.F., Mealey, B.L., Genco, R.J., Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas
and Cohen D.W. Periodontics Medicine, Surgery Indonesia Jakarta.
and Implants.Elsevier Mosby. St. Louis Missouri. 19. Fellman, M., 2010. Pharmacology and periodontal
237-238 disease: Implication and future options. CDHA
8. Perry, D.A., Schmid, M.O., and Takei H.H. 2006. journal. Vol.25. no.2: 9-11.
Phase I Periodontal Therapy, In Newman, M.G., 20. Greenstein, G. 2013. Non Surgical periodontal
Takei, H.H., Klokkevold, P.R. and Carranza, F.A., therapy in 2000: a literature review. J Am Dent
Carranza’S Clinical Periodontology, 10 th ed., Assoc. 131.
Saunders Elsevier. St. Louis Missouri, 723 – 21. Genco,R., Offenbacher,S., and Beck, J. 2002.
724. Periodontal disease and cardiovascular disease:
9. Pattison, A.M. and Pattison G.L., 2006. Scaling Epidemiology and possible mechanisms. J.Am
and Root Planing, In Newman, M.G., Takei, H.H., Dent Assoc. 133: 14S-22S.

328

Anda mungkin juga menyukai