Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS KASUS

TERKAIT MANAGEMENT ASN DAN SMART ASN


Study Kasus: Dilema Pegawai Non ASN atas Pengalihan menjadi PPPK dan
Wacana Penghapusan Honorer Tahun 2023

ANGGOTA KELOMPOK :
1. MARINI DIAN SARI, S.Sos
2. MAULANA IQBAL TANJUNG, S.Kom
3. SULAIMAN PURNAMA, S.Kom
4. JEACTION, S.E
5. FREDY GUNAWAN, S.T

LATSAR CPNS GOLONGAN III ANGKATAN 1 KELOMPOK 2


SUB KELOMPOK I TAHUN 2022
KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS
I. Latar Belakang

Pegawai honerer / Pegawai Tidak Tetap atau Pegawai Non ASN adalah pegawai yang belum
atau tidak diangkat sebagai pegawai tetap atau dalam setiap bulannya mendapatkan honorarium. Menurut
PP Nomor 48 Tahun 2005 yang terakhir kali diperbarui melalui PP Nomor 56 Tahun 2012, tenaga
honorer adalah mereka yang diangkat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian ataupun pejabat lainnya di
dalam pemerintahan agar bisa melakukan tugas tertentu di dalam instansi pemerintahan.

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB) memberikan


waktu 5 tahun untuk para tenaga honorer K2 (THK2) untuk mengikuti seleksi sebagai Aparatur Sipil
Negara (ASN). Ini sejalan dengan rencana pemerintah untuk menghapus tenaga honorer secara bertahap.
Saat ini tercatat sebanyak 438.590 yang masih menyandang status honorer. Dari jumlah tersebut ada
157.210 atau 35,84 persen berprofesi sebagai guru.

Data tersebut dianggap belum sesuai dengan jumlah tenaga honerer yang ada di seluruh
Indonesia. Oleh karena itu pemerintah melalui Mempan RB mengeluarkan Surat Edaran Nomor
B/1511/M.SM.01.00/2022 Tentang Pendataan Tenaga Non ASN di Lingkungan Instansi Pemerintah
Tanggal 22 Juli 2022. Surat Edaran tersebut memuat hal-hal sebagai berikut:

Pertama, pada prinsipnya surat tersebut di atas dimaksudkan untuk mengingatkan para Pejabat
Pembina Kepegawaian bahwa sesuai dengan Peraturan Pemerintah nomor 49 Tahun 2018, guna
mendorong setiap Instansi Pemerintah melakukan penataan Pegawai Non-ASN yang berada dan telah
diangkat di Lingkungan Instansi masing-masing guna mewujudkan kejelasan status. karier dan
kesejahteraan pegawai yang bersangkutan.

Kedua, isi Surat Edaran SE Menpan RB tentang Pendataan Tenaga Non-ASN di Lingkungan
Instansi Pemerintah ini menyatakan bahwa dalam hal ini, pegawai Non-ASN yang telah bekerja dl
Lingkungan Instansi Pemerintah yang berstatus sebagai Non-ASN sesuai dengan Pasal 99 ayat (2) yang
menyebutkan bahwa Pegawai Non-PNS dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat diangkat menjadi PPPK apabila memenuhi persyaratan sebagaimana diatur
dalam Peraturan Pemerintah.

Ketiga, Oleh sebab itu, setiap Pejabat Pembina Kepegawaian agar melakukan pemetaan pegawai
Non-ASN di Lingkungan instansi masing-masing dan bagi yang memenuhi syarat dapat diikutsertakan/
diberikan kesempatan mengikuti seleksi Calon PNS maupun PPPK, dengan ketentuan sebagai berikut;
 Berstatus Tenaga Honorer Kategori II (THK-2) yang terdaftar dalam database Badan
Kepegawaian Negara dan Pegawai Non-ASN yang telah bekerja pada Instansi
PemerintaMendapatkan honorarium
 mekanisme pembayaran langsung yang berasal dari APBN untuk Instansi Pusat dan APBD
untuk Instansi Daerah, dan bukan meIaiui mekanisme pengadaan barang dan jasa, bak
individu maupun pihak ketiga.
 Diangkat paling rendah oleh pimpinan unit kerja,
 Telah bekerja paling singkat 1 (satu) tahun pada tanggal 31 Desember 2021
 Berusia paling rendah 20 (dua puluh) tahun paling tinggi 56 (lima puluh enam) tahun pada 31
Desember 2021.

Keempat, Surat Edaran SE Menpan RB tentang Pendataan Tenaga Non-ASN di Lingkungan


Instansi Pemerintah menyatakan bahwa Pendataan Pegawai Non-ASN ini dimaksud untuk melakukan
pemetaan dan mengetahui jumlah Pegawai Non-ASN d lingkungan Instansi Pemerintah baik instansi
Pusat maupun Pemerintah Daerah.

Kelima, Untuk pemetaan Tenaga Non-ASN sebagaimana tersebut di atas, diharapkan kepada para
Pejabat Pembina Kepegawaian untuk melakukan langkah-langkah:

 Melakukan inventarisasi data Pegawai Non-ASN sesuai dengan ketentuan pada angka 3 dan
menyampaikan data dimaksud ke Badan Kepegawaian Negara paling lambat tanggal 30
September 2022 sebagaimana lampiran I dan lampiran II.Penyampaian data Pegawai Non-
ASN harus disertai
 dengan Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) yang ditandatangani oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian.
 Perekaman data Pegawai Non-ASN harus menggunakan aplikasi yang telah disiapkan oleh
Badan Kepegawaian Negara.
 Bagi Pejabat Pembina Kepegawaian yang tidak menyampaikan data Pegawai Nan-ASN
sebagaimana tersebut pada huruf a, b, dan c dianggap dan dinyatakan tidak memiliki Tenaga
Non-ASN.
 Selanjutnya untuk keiancaran pemetaan data Pegawai Non-ASN, agar kiranya para Pejabat
Pembina Kepegawaian berkoordinasi dengan Badan Kepegawaian Negara dalam
pelaksanaannya.

Pemerintah melalui Badan Kepegawaian Negara atau BKN tengah melaksasnakan Pendataan Non
ASN Tahun 2022 hingga 31 Oktober mendatang. Tujuan dari pendataan non ASN ini adalah merupakan
salah satu upaya dari Pemerintah untuk merealisasikan penghapusan tenaga honorer pada 28 November
2023.

Hal ini menjadi polemik dan perbincangan dari masyarakat, khususnya para pegawai Non ASN
itu sendiri. Saat ini mereka merasa galau dengan kebijakan penghapusan tenaga honorer. Atas dasar itu
maka diangkat lah isu “Dilema Pegawai Non ASN atas Pengalihan menjadi PPPK dan Wacana
Penghapusan Honorer tahun 2023” untuk dijadikan studi kasus Terkait Management dan Smart ASN.

II. Implementasi/Penyerapan terkait Manegement ASN dan SMART ASN


Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang professional,
memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi,
dan nepotisme. Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga
diharapkan agar selalu tersedia sumber daya aparatur sipil negara yang unggul selaras dengan
perkembangan zaman.

Hal-hal baik atau buruk dari implementasi penerapan manajemen ASN dan smart ASN
 Hal baik dari kasus diatas berdasarkan manajemen ASN dan smart ASN
 Melaksanakann amanat dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN
 langkah pemerintah untuk membangun sumber manusia (SDM) Aparatur Sipil Negara
(ASN) yang lebih profesional dan sejahtera
 Peningkatan jenjang karir dan kompetensi
 Upaya pemerataan penghasilan yang selama ini gaji pegawai Non ASN masih jauh
dibawah Upah Minimum Regional (UMR)
 Menghasilkan SMART ASN sebagai Digital Talent dan Digital Leader yang mendukung
transformasi birokrasi di Indonesia
 Optimalisasi beban anggaran pemerintah,; anggaran yang selama ini dikeluarkan untuk
pegawai Non ASN dapat dialihkan untuk pembangunan, pendanaan dan kegiatan lain.
 Optimalisasi peran, tugas dan fungsi Pegawai Non ASN sesuai dengan analisis jabatan
yang dibutuhkan
 Pendataan non ASN dilakukan untuk memetakan dan juga memvalidasi data pegawai non
ASN di lingkungan instansi pemerintah baik dari segi sebaran, jumlah, kualifikasi serta
kompetensi
 Pendataan non ASN dilakukan untuk mengetahui apakah tenaga non ASN yang diangkat
oleh instansi pemerintah sudah sesuai dengan kebutuhan dan tujuan organisasi
 Data honorer dalam pendataan non ASN yang sudah diinventarisasi juga akan menjadi
landasan dalam menyiapkan roadmap penataan tenaga non ASN di lingkungan instansi
pemerintah. Berdasarkan data honorer yang sudah di-input dalam portal pendataan non
ASN, maka pemerintah akan berupaya untuk segera menyelesaikan masalah honorer.
Adapun untuk alur pendataan non ASN akan dimulai dari pemetaan kebutuhan,
penyusunan kebijakan dan pemerintah selanjutnya akan melakukan penataan dengan
pengawasan

 Hal buruk kasus diatas berdasarkan manajemen ASN dan SMART ASN
 Akan terganggunya roda pemerintahan di seluruh indonesia akibat diterapkan kebijakan
pengurangan tenaga honorer.
 Hilangnya kepercayaan tenaga non asn terhadap pemerintah yang berdampak pada
bidang politik
 Peningkatan angka pengangguran di Indonesia
 Berkurangnya daya beli masyarakat

III. Analisis Isu


Dalam permasalahan diatas maka akan dianalisis lanjutan dengan menggunakan metode Fish Bone.

Gambar 1. Diagram Fishbone


IV. Rekomendasi
 Membuat regulasi yang tepat untuk dapat mengakomodir seluruh kebutuhan Pegawai Non
ASN
 Pegawai Non ASN yang terancam di rumahkan mendapatkan pelatihan sebagai bekal
pengembangan diri untuk bekerja maupun berusaha mandiri
 Pengangkatan pegawai melalui pola outsourcing sesuai kebutuhan
 Pemerintah harus membuka lapangan pekerjaan baru untuk mengakomodir tenaga honorer
yang terancam dirumahkan.
 Untuk Pegawai Non ASN yang tidak memenuhi syarat dapat diakomodir agar dapat masuk
dalam pendataan sehingga tidak menimbulkan kekecewaan dari Pegawai Non ASN
tersebut.
Sumber:
 Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Alasan Pemerintah Hapus Tenaga
Honorer Tahun Depan", Klik untuk baca:
https://www.kompas.com/tren/read/2022/06/04/203100265/alasan-pemerintah-hapus-
tenaga-honorer-tahun-depan?page=all.
Penulis: Ahmad Naufal Dzulfaroh
Editor: Sari Hardiyanto

 Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Status Tenaga Honorer Dihapus, Ini
Solusi dari Pemerintah", Klik untuk baca:
https://www.kompas.com/tren/read/2022/06/03/183000665/status-tenaga-honorer-dihapus-
ini-solusi-dari-pemerintah?page=all.
Penulis : Dandy Bayu Bramasta
Editor : Inten Esti Pratiwi

Anda mungkin juga menyukai