Pengaturan lebih lanjut mengenai promosi oleh UU ASN diperintahkan agar diatur melalui PP.
Sampai sekarang PP tersebut belum terbit. Namun, atas pertimbangan untuk segera melaksanakan
promosi berdasarkan UU ASN, Menteri PAN dan RB telah menentapkan Peraturan Nomor 13
Tahun 2014 tentang Tata Cara Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi Secara Terbuka di Lingkungan
Instansi Pemerintah.
Dalam praktiknya, pengisian jabatan secara terbuka oleh Permen 13/2014 telah secara serampangan
dipopulerkan sebagai "lelang jabatan" dan diterapkan oleh kementerian serta pemerintah daerah
tidak terbatas pada jabatan pimpinan tinggi, tetapi juga untuk jabatan administrasi seperti jabatan
camat, lurah, dan kepala sekolah. Setidaknya ini yang terjadi di pemda DKI Jakarta. Dari segi
prosesnya, "lelang jabatan" selama ini berlangsung dalam waktu yang panjang. Sejak dari
pengumuman sampai dengan penetapannya dibutuhkan waktu sekitar 3 sampai 5 bulan. Keadaan ini
menyebabkan terjadinya kevakuman pejabat yang berwenang untuk membuat keputusan, selain
juga berakibat biaya tinggi, terutama kalau yang akan diisi hanya satu atau dua jabatan saja.
Selanjutnya, praktik "lelang jabatan" yang dikelola oleh sebuah Panitia Seleksi juga telah
mengecilkan peran kepala daerah dalam proses mutasi dan promosi PNS di daerahnya. Keadaan ini
telah mengenyampingkan fungsi kepala daerah sebagai pengguna sekaligus pembina pegawai ASN.
Padahal kepala daerah adalah pihak yang diasumsikan paling memahami kualifikasi, kompetensi,
dan kinerja dari pegawai ASN yang dipimpinnya. Akibatnya terjadilah ketidakharmonisan dalam
hubungan kerja antar pejabat di daerah.
Memperhatikan praktik "lelang jabatan" dikaitkan dengan kebutuhan untuk semakin efektif
menerapkan sistem merit dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, saya mencatat beberapa hal
penting sebagai berikut:
1. Penetapan Peraturan Menpan dan RB tentang pengisian jabatan tidak memiliki dasar legal sama
sekali karena tidak diatur dalam UU ASN. Tidak ada satu pun pasal peralihan dalam UU ASN
yang menyatakan bahwa sambil menunggu diterbitkannya PP sebagaimana diatur dalam UU ini,
menteri yang berwenang di bidang aparatur negara dapat menetapkan Permen. Jadi, karena tidak
ada klausul dalam UU yang membenarkan diterbitkannya Permen sambil menunggu lahirnya
PP, maka dengan sendirinya bisa disimpulkan bahwa Permen PAN nomor 13/2014 itu tidak
memiliki dasar hukum sama sekali alias illegal.
2. Penggunaan istilah "lelang jabatan" dalam lingkungan pemerintahan merupakan hal yang
mutlak salah, baik secara terminologis maupun dalam praktik administrasi kepegawaian.
Aktivitas "lelang" hanya berlaku dalam konteks jual beli dan sangat mengedepankan nilai
keuntungan (profit). Dalam pemerintahan, pengisian jabatan selalu dalam konteks pelayanan
publik dengan acuan utama pada kompetensi dan profesionalisme (merit system). Yang menjadi
catatan keprihatinan saya adalah pemerintah sama sekali tidak pernah mengoreksi penggunaan
istilah "lelang jabatan" yang terus beredar di media massa dan di berbagai forum publik. Ada
semacam pembiaran atas sesuatu yang salah, sehingga citra birokrasi pemerintahan terciderai
terus menerus.
3. Dalam praktik administrasi modern dikenal adanya "open career system" yang salah satu
wujudnya adalah "open recruitment." Penerapan sistem karier terbuka ini umumnya dibatasi
hanya untuk jabatan tertentu yang memerlukan kompetensi keahlian dan integritas kepribadian
tinggi. Persyaratannya dirumuskan secara rinci dan metode penetapannya dilakukan secara
terbuka. Prosesnya dimulai dengan seleksi secara administrasi, penulisan makalah, presentasi,
uji kompetensi, dan uji psikologis.
4. Berdasarkan pemaknaan sistem karier terbuka tersebut, maka pemberlakuan pengisian jabatan
secara terbuka "untuk semua jabatan" dalam pemerintahan adalah sesuatu yang tidak lazim dan
karena itu tidak tepat. Dalam birokrasi pemerintahan, faktor pengalaman, prestasi, kesetiaan,
dan kepangkatan tidak dapat dikesampingkan, dan merupakan faktor penentu dari
pengembangan pola karier pegawai. Semua penilaian atas kompleksitas faktor-faktor tersebut
dalam diri setiap pegawai hanya dapat diketahui dan dinilai oleh atasan langsung secara
bertingkat. Oleh karena itu, penerapan pengisian jabatan secara terbuka untuk "semua jabatan"
yang proses seleksinya dilakukan oleh sebuah tim seleksi yang merupakan personalia yang
datang dari luar akan berpotensi merusak pola karier pegawai.
5. Dalam pelaksanaan pola karier pegawai berdasarkan pengalaman, prestasi, dan kesetiaan,
penilaian atasan langsung dan rekomendasi atasan dua tingkat di atasnya merupakan faktor
penting yang tidak dapat diabaikan. Pengabaian terhadap faktor tersebut dapat berimplikasi pada
terjadinya ketidakserasian pelaksanaan tugas di lingkungan kerja, yang selanjutnya
menyebabkan ketidakefisienan dan ketidakefektifan penyelenggaraan pemerintahan.
6. Kesalahan fatal dalam penerapan lelang jabatan selama ini terletak pada 3 hal, yakni:
a. Diberlakukan untuk semua jabatan, dan bukan hanya untuk jabatan tertentu yang
memerlukan kompetensi keahlian dan integritas kepribadian yang tinggi. Akibatnya, dengan
proses yang relatif panjang, maka banyak daerah yang mengalami kevakuman pejabatnya,
yang kemudian memunculkan masalah lain, seperti gangguan dalam kelancaran pengelolaan
anggaran dan kelambatan pengambilan keputusan strategis dalam pelaksanaan tugas.
b. Sejauh ini pemerintah belum membuat acuan tentang standar kompetensi teknis untuk
jabatan-jabatan yang dilelang yang berlaku secara nasional. Akibatnya terjadi variasi standar
antar daerah, dan sekaligus ketidakpastian dalam menilai kelayakan standar yang digunakan
oleh setiap daerah.
c. Sistem seleksi tidak mengikuti prosedur yang berlaku dalam praktik administrasi di negara-
negara maju seperti Amerika Serikat. Misalnya untuk presentasi calon, penilaiannya bukan
hanya dilakukan oleh pansel, tetapi juga oleh para ahli yang diundang untuk hadir sebagai
pihak yang mempunyai otoritas menilai secara profesional. Selain itu, pembentukan pansel
juga cenderung belum sepenuhnya bersifat objektif.
Berdasarkan catatan di atas, maka untuk proses pengisian jabatan-jabatan strategis perlu
memperhatikan saran-saran sebagai berikut:
1. Pelaksanaan rekrutmen terbuka dan pengisian jabatan secara terbuka sebaiknya hanya
diberlakukan untuk jabatan pimpinan tinggi strategis yang didefinisikan secara jelas dan rinci,
baik di tingkat nasional maupun daerah. Khusus untuk lingkup pemerintah daerah, jabatan
dimaksud antara lain adalah jabatan Sekretaris Daerah, Kepala Dinas yang mengelola 6 urusan
wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar (pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum, sosial,
tramtib, dan perumahan) dan Kepala Dinas Pendapatan Daerah.
2. Pengisian jabatan pimpinan tinggi non-strategis, serta pengisian jabatan administrasi dan jabatan
fungsional sebaiknya berpijak pada pertimbangan pengembangan pola karier pegawai yang
bersifat umum yang selama ini sudah dijalankan melalui Baperjakat. Untuk itu, kepala daerah
harus tetap memegang kewenangan menyeleksi calon dan membuat keputusan akhir dalam
pengisian jabatan tersebut. Keterlibatan pihak luar dalam pansel sifatnya mendukung dan
merekomendasikan saja.
3. Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah agar segera membangun sistem informasi ASN
sebagaimana diatur dalam Pasal 127 UU ASN. Dengan terbangunnya sistem informasi ASN,
proses pengisian jabatan dapat disederhanakan, terutama yang berkaitan dengan persyaratan
administratif dan data kompetensi manajerial calon.
4. Penilaian mengenai kompetensi teknis bidang sesuai jabatan sebaiknya melibatkan para ahli
dalam bidang yang bersangkutan, dan bukan oleh pansel seperti yang berlaku saat sekarang.
Jakarta, Aktual.co — Menegakkan prinsip ‘right man on the right place’ merupakan salah satu
tujuan kehadiran Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) yang tujuh komisionernya dilantik tepat
empat bulan yang lalu oleh Presiden Joko Widodo.
Sementara dalam empat bulan pertama kerja, KASN menyatakan fokus pada penerapan sistem
merit, yakni penempatan aparatur sipil negara berdasarkan kualifikasi, kompetensi dan kinerja,
karena penyakit birokrasi yang sering ditemui adalah jual beli jabatan. Selain untuk meningkatkan
profesionalisme, seleksi terbuka jabatan pimpinan tinggi (JPT) merupakan solusi untuk mengurangi
intervensi politik dalam era pilkada langsung.
Pimpinan tinggi merupakan jabatan yang strategis sehingga harus dijaga profesionalitasnya karena
memiliki kemampuan yang besar untuk memengaruhi bawahan dan orang-orang di sekitarnya untuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Untuk mengetahui lebih lanjut kiprah KASN dalam
mendukung reformasi birokrasi, berikut hasil wawancara Ketua KASN Sofian Effendi dan berikut
kutipannya. Apa saja kiprah KASN dalam empat bulan ini? Empat bulan ini apa saja yang sudah
dilakukan KASN yang sesuai dengan tugas mengawasi bagaimana pelaksanaan nilai-nilai dasar
aparatur sipil negara kemudian kode etik dan kode perilaku, itu satu nafas pelaksanaan oleh instansi
pemerintah pusat dan daerah.
Pelanggaran apa saja yang ditemukan? Terjadi pelanggaran terhadap ketentuan perundang-
undangan tentunya UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Kalau bentuk
pelanggaran di dalam kasus terungkap pengangkatan sekretaris daerah Provinsi Sumatera Utara
yang tidak memiliki persyaratan integritas. Yang bersangkutan mendapat tuntutan pengadilan
sehingga tidak memenuhi persyaratan diangkat menjadi pejabat pimpinan tinggi. Untuk tindakan,
Kementerian Dalam Negeri telah melakukan pemberhentian sementara hingga perkaranya
diselesaikan.
Selain itu juga pelanggaran tata cara pengangkatan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) dan sudah dilakukan pemilihan ulang. Ada beberapa lagi, tetapi baru
diberikan teguran saja. Apa fokus utama KASN dalam empat bulan pertama? Mengawasi
bagaimana pengisian pejabat pimpinan tinggi supaya dalam pengisian jabatan dapat memilih orang-
orang terbaik yang integritasnya baik, bebas dari intervensi politik, dalam arti integritas maupun
kualifikasi dan kompetensi juga baik. Meskipun tidak bisa mengharapkan 100 persen bebas
intervensi politik, setidaknya ada pertimbangan objektif.
Mengapa fokus pada seleksi terbuka? Banyak terjadi jual beli jabatan seperti di DKI Jakarta, setiap
jabatan ada harganya, bukan rahasia lagi. PD Pasar itu paling tinggi, bahkan kalau DKI per jabatan
bisa puluhan miliar dan terjadi tawar menawar, timbullah lelang jabatan dan praktiknya memang
begitu. Mereka selalu mengatakan begitu seleksi melalui lelang jabatan, tapi tetap terjadi tawar
menawar. Lelang jabatan itu proses yang disaru ditutupi dengan seleksi terbuka, padahal tawar
menawar, proses sama tetapi ditutupi. “Saya selalu bilang jangan gunakan istilah lelang jabatan
menyatakan ada sesuatu di balik itu,” ujar Ketua KASN Sofian Effendi. Sekarang kalau mau
mengorek, calon bupati mau mengeluarkan miliaran untuk jadi bupati padahal gaji kecil, karena
tahu dengan melelang jabatan dan formasi PNS dalam tahun kedua dan ketiga sudah balik modal,
untungnya bahkan puluhan miliar rupiah.
Siapa pelaku jual beli jabatan? Badan Kepegawaian Daerah (BKD) terlibat, kadang BKD hanya
mengurusi proses. Kalau yang terlibat proses tawar menawar calon pejabat langsung atau melewati
orang terdekat pimpinan yang dinamakan staf khusus itu yang melakukan negosiasi. Masalahnya
mereka ini jabatan politis jadi di luar kewenangan kita karena pejabat politik di luar jangkauan kita,
KASN hanya mengawasi pejabat karir, di luar itu tidak terjaring.
Setelah KASN mendorong seleksi terbuka, apakah masih terjadi jual beli jabatan? Berkurang tapi
masih terjadi, itu yang mau kami bersihkan dengan seleksi terbuka, masih terjadi, tidak mungkin
langsung 100 persen. Tapi saya rasa kita bisa membersihkan birokrasi kita ini. Apakah sistem merit
hanya dapat Dijalankan melalui seleksi terbuka? Untuk mengganti jabatan pimpinan tinggi, bisa
diisi orang dalam satu kementerian atau instansi yang satu level, dinamakan mutasi, untuk mengisi
jabatan lowong dengan mutasi memindahkan orang kementerian jabatan satu level caranya
membentuk panitia seleksi (pansel). Pansel terdiri unsur dari dalam sebanyak 45 persen internal dan
55 persen eksternal. Ini mengapa unsur luar penting, yakni untuk menjaga objektivitas.
Setelah dibentuk, pansel mengumumkan secara terbatas jabatan yang lowong, yang memenuhi
persyaratan boleh melamar. Pansel akan menilai calon itu berdasarkan integritas, track record,
rekam jejak, prestasi masa lalu, posisi yang pernah diduduki, potensi untuk sukses di jabatan yang
baru. Tetap ada penilaian objektif terhadap calon untuk mendapatkan yang terbaik cara mutasi ini.
Bagaimana menentukan penerapan Sistem mutasi dan seleksi terbuka? Yang menentukan adalah
pejabat berwenang di kementerian, mereka yang menentukan bagaimana cara seleksinya, untuk
menentukan yang terbaik tidak hanya terbuka, bisa mutasi. Lagipula tidak semua instansi bisa
melakukan mutasi, seperti yang baru tidak punya orang sehingga harus rekrutmen terbuka. Jadi
tergantung kondisi masing masing instansi yang penting memenuhi prinsip merit.
Terkait pencegahan intervensi Politik pada aparatur sipil negara, apakah sudah efektif? Tentu,
karena sanksinya dipecat. Ketika ada bukti pejabat ikut terlibat politik bukan hanya teguran tapi
pemberhentian, tidak boleh pejabat negeri, pejabat pimpinan tinggi aktif di politik. Kalau
ditemukan akan diusut, harus dibuktikan bersangkutan terlibat. Apakah ditemukan kasusnya? Ada
di daerah Bengkulu, terlibat dalam kampanye, bahkan menyebarkan edaran untuk memilih salah
satu calon.
Menjelang Pilkada serentak 2015 apa saja persiapan KASN? Pilkada mulai Juni pasti ramai, kami
ancang-ancang mengantisipasi, 268 daerah pada 2015, ini cukup ramai dua tahun ke depan. Kalau
melihat bukti kepala daerah melakukan tindakan mengganti seluruh pejabat karier dengan tim
suksesnya, itu pelanggaran, ada tanda begitu, kami akan mengirimkan peringatan Kemendagri
kepada yang bersangkutan, kalau tidak mempan meminta langsung presiden memecat yang
bersangkutan.
Lagipula itu diatur di dalam pelaksanaan peraturan pemerintah yang sekaang sedang diselesaikan,
Undang-Undang hanya menyatakan kode etik pejabat karier terlibat kegiatan politik, mengenai apa
bentuk-bentuk pelanggaran yang bermotifkan politik akan dijabarkan Peraturan Pemerintah kira-
kira April selesai Kapan evaluasi perbaikan birokrasi dilakukan? Akhir tahun akan kami evaluasi,
melihat perbaikan praktek lelang jabatan. Dalam kesempatan itu, Sofian Effendi mengatakan
praktik lelang jabatan masih berisi jual beli jabatan di dalamnya dan hal itu harus diubah demi
birokrasi yang bersih. Ia menegaskan lelang jabatan dan seleksi terbuka merupakan dua hal yang
berbeda dan harus dibedakan.
Pemda, ujar dia, tidak dapat menganggap lelang jabatan sudah memenuhi kriteria seleksi terbuka
saat syarat-syarat seleksi terbuka, seperti pansel dengan ketentuan yang disebutkannya belum
dijalankan. Meski praktik jual beli jabatan masih ditemukan dalam pengisian jabatan pimpinan
tinggi, ia yakin KASN mampu melakukan pengobatan pada birokrasi Indonesia, apalagi mulai April
pegawai KASN akan mulai aktif bekerja sehingga pengawasan dapat diperluas dan ditingkatkan.
Sisi gelap lelang jabatan itu, diharapkan dapat terus dikurangi di era pemerintahan Joko Widodo-
Jusuf Kalla yang rajin menggemakan program revolusi mental sebagai program andalannya.
Sumber: http://www.aktual.com/
CATATAN DAN KESIMPULAN DISKUSI LELANG JABATAN
Di adakan pada :
HARI : RABU
TANGGAL :27 Mei 2015
WAKTU : Pkl 13.30
TEMPAT : Cafe PENUS, Samping TIM Belakang Bank Syariah MANDIRI, Jln Cikini Raya
Jakarta Pusat
NARA SUMBER
1.IR.H.AZWAR ABUBAKAR MM(MENPAN 2O09-2014)
2.DR. Fuad Bawazier (Pejabat Karir sampai Menteri)
3.Drs H.Harun Alrasyid MSi Gubernur NTB(1998-2003/Wagub Jakarta(1996-1998)
4.DR.Ir Nuraida Mokhsen,MA ,Komisi Aparatur Sipil Negara(KASN)
5.Salamuddin Daeng (PENELITI AEPI)
6.Uchok Sky Khadafi, Dir Centre for Budget Analysis
Lelang jabatan merupakan sebuah istilah yang menjadi terkenal di era Jokowi. Sejak menjabat
sebagai Gubernur DKI dan dilanjutkan oleh para menteri kabinetnya saat ia menjabat sebagai
Presiden RI, lelang jabatan makin akrab di telinga rakyat Indonesia.
Menurut Ketua Tim Independen Reformasi Birokrasi Erry Riyana Hardjapamekas istilah lelang
jabatan yang marak digunakan saat ini sebenarnya salah kaprah karena pengertian sebenarnya
adalah promosi terbuka (open promotion), yang sudah banyak dilakukan oleh sejumlah instansi
pemerintah, BUMN maupun swasta sebelum dipopulerkan oleh Jokowi.
Dalam pelaksanaanya, promosi terbuka itu melalui sejumlah proses panjang, mulai dari persyaratan
administrative seperti pangkat dan golongan, track record, membuat makalah, presentasi,
wawancara, sampai assessment. Dari proses itu diharapkan bisa menghasilkan orang terbaik untuk
menduduki jabatan yang dimaksud. Adapun acuan lelang jabatan ini tertuang secara jelas dalam
Surat Edaran Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16
Tahun 2012 yang mengatur tata cara pengisian jabatan struktural yang lowong secara terbuka di
instansi pemerintah.
Skema lelang jabatan sendiri memang bukannya baru tercipta di era Jokowi. Sebagai contoh di
Kementerian Keuangan skema yang dinamakan seleksi terbuka sudah pernah diinisiasi dan
dilakukan oleh Menteri Keuangan KIB I Sri Mulyani. Seleksi terbuka mulai diperkenalkan tahun
2008 melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 75 Tahun 2008 tentang Pengangkatan dalam
Jabatan Struktural melalui Pencalonan Terbuka di Lingkungan Departemen Keuangan. Jabatan yang
dilelang mulai dari setingkat eselon 4 hingga sampai level eselon 2. Proses lelang jabatan ini telah
mewarnai perjalanan Kemenkeu dalam menerapkan good governance.
Meskipun sejatinya skema lelang jabatan atau seleksi terbuka itu ditujukan untuk menjaring orang-
orang yang memang kompeten dalam menjalankan fungsi jabatan yang dilelang, skema ini juga
memiliki kelemahan.
Salah satu contoh kasus lelang jabatan yang dinilai kurang baik adalah pelelangan atau seleksi
terbuka jabatan kepala sekolah SMAN/SMKN yang dilakukan Jokowi saat masih menjabat
Gubernur DKI. Saat ini lelang jabatan kepsek tersebut dinilai bertentangan dengan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 28 Tahun 2010.
Dari berbagai media kita mendapat info tentang masalah yg berkaitan dg lelang jabatan.
1. Misteri dalam Lelang Jabatan Kementerian LHK – agroindonesia.co.id –
http://agroindonesia.co.id/2015/04/29/misteri-dalam-lelang-jabatan-kementerian-lhk/
2. Lelang Jabatan ala Jokowi, Pencitraan yang Langgar Hukum :: Okezone Mobile –
http://m.okezone.com/read/2014/03/25/500/960500/lelang-jabatan-ala-jokowi-pencitraan-yang-
langgar-hukum.
3. Ada Jual Beli Soal Seleksi pada Lelang Jabatan di DKI? – Kompas.com –
http://megapolitan.kompas.com/read/2015/01/09/10352461/Ada.Jual.Beli.Soal.Seleksi.pada.Lel
ang.Jabatan.di.DKI.
4. Faisal Basri Ungkap Keanehan Hasil Lelang Jabatan Kementrian ESDM
- http://finance.detik.com/read/2015/05/26/160501/2925498/1034/faisal-basri-ungkap-
keanehan-hasil-lelang-jabatan-esdm
5. ’Bau Tak Enak di Lelang Jabatan Kementerian ESDM’
- http://finance.detik.com/read/2015/05/26/165110/2925589/1034/bau-tak-enak-di-lelang-
jabatan-kementerian-esdm
Padahal situasi umum birokrasi sdh sangat semrawut. Jumlah pegawai kegemukan, banyaknya
tenaga tenaga yg tidak diperlukan, sering mutasi, nonjob tanpa alasan yg jelaa, korupsi,tidak adanya
DATA BASE kepegawaian dsb. Situasi demikian membuat birokrasi pemerintahan tidak
efesien,tidak efektif, tdk dpt menunjang produktivitas bangsa sehingga kalau terus berlangsung
Indonesia bisa menjadi negara yg tdk punya daya saing dan bisa menjadi bangsa gagal.
Atas dasar itulah Kementerian Penertiban Aparatur Negara di era Ir.H.Azwar Abubakar melakukan
Reformasi Birokrasi dg langkah terbitnya UU No 5 Tahun 2014.
LIBERALISASI BIROKRASI
Dalam pandangan pengamat dan peneliti EKONOMI POLITIK dari Assosiasi Ekonomi Politik
Indonesia(AEPI) Program Reformasi Birokrasi Nasional ini merupakan salah satu program favorit
dari Bank Dunia. Karena itulah mereka dan Lembaga Lembaga Donor Internasional lainnya mau
membiayai.
Liberalisasi birokrasi sebagimana diatur dalam UU ASN paling tidak meliputi 3 hal pokok yakni :
Pertama, mengurangi peran negara secara langsung dalam prekonomian, dengan memaksimalkan
penggunaan anggaran negara dalam mendukung sistem ekonomi pasar bebas dengan cara
mengarahkan kekuatan anggaran negara dalam pengadaan proyek proyek melalui lelang terbuka
kepada modal asing.
Kedua, menjadikan birokrasi independen dan profesional yang diatur dibawah Komisi Aparatur
Sipil Negara (KASN) yg merupakan lembaga negara yang bersifat mandiri dalam menjalankan
tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan dan/atau intervensi kekuasaan negara. KASN
dimaksud berwenang :
a) menetapkan peraturan mengenai kebijakan pembinaan profesi ASN;
b) melakukan pengawasan pelaksanaan peraturan sebagaimana dimaksud dalam huruf a;
c) melakukan penyelidikan terhadap dugaan pelanggaran peraturan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a; dan
d) melakukan manajemen kepegawaian (Aparatur) Eksekutif Senior.
Selain wewenang di atas, KASN berwenang menyampaikan saran kepada Presiden, Menteri,
Kepala Daerah, atau Pimpinan Penyelenggara Negara.
Ketiga, melakukan lelang jabatan strategis birokrasi kepada kaum profesional dengan menerapkan
prinsip merit sistem melalui perbandingan obyektif antara kualifikasi dan kompetensi yang
dipersyaratkan untuk setiap jabatan dengan kualifikasi dan kompetensi.
Persyaratan lelang jabatan selanjutnya akan diatur melalui Peraturan Presiden dan Menteri.
Dalam sistem politik yang liberal dan kapitalistik sekarang ini, ketiga agenda tersebut akan
menjadikan birokrasi pemerintahan akan lebih tunduk kepada rezim pasar bebas . Dengan demikian
penguasaan modal khususnya modal asing dalam menguasai anggaran negara dan proyek proyek
dibiayai negara akan semakin besar.
Lelang jabatan ini sejak awal menimbulkan kekhawatiran baik dari kalangan PNS maupun
masyarakat. Bagi kalangan PNS sendiri lelang jabatan merupakan penghancuran karier mereka.
Sementara masyarakat ada yang menganggap bahwa lelang jabatan hanya akan menjadi ajang bagi
bagi jabatan diantara Partai Koalisi Pendukung Presiden terpilih. Pengalaman bagi bagi jabatan
Menteri dan Komisaris BUMN telah menimbulkan kontroversi. Mengingat dalam masa kampanye
Capres-Cawapres Jokowi-JK berjanji tidak akan melakukan bagi bagi jabatan.
Lebih jauh lagi masyarakat mengkhawatirkan stabilitas pemerintahan ke depan yang akan makin
semberawut. Belum lama muncul kasus Kepres Bodong terkait dengan pengangkatan salah satu
Dirjen hasil lelang jabatan. Dalam era kekacauan politik saat ini jabatan birokrasi pemerintahan
rentan untuk diperjual belikan.
KESIMPULAN.
1. Reformasi Birokrasi selain di jalankan karena faktor faktor obyektif adanya masalah masalah
besar dlm birokrasi nasional , juga sejalan dengan agenda NEOLIBERALISME di
INDONESIA, dimana pada akhirnya birokrasi pemerintahan akan lebih tunduk kepada rezim
pasar bebas, sesuai dg missi utama neoliberalisme yg ingin meniadakan peran negara dlm semua
aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan demikian penguasaan modal khususnya
modal asing dalam menguasai anggaran negara dan proyek proyek dibiayai negara akan
semakin besar.
2. Program program lelang jabatan(promosi/seleksi terbuka) yg telah dan sedang berlangsung
masih berindikasi kuat kurang transparan, terjadinya kecurangan, permainan uang,
koneksi(KKN), bagi bagi jabatan secara kurang profesional dll maka diharapkan KASN
berindak lebih tegas dan berani sesuai amanat UU.
3. Ada kekawatiran dari sebagian narsum/peserta diskusi bahwa bila salah penanganan terus
menerus berlangsung dlm birokrasi nasional, khususnya dlm lelang jabatan maka kesemrawutan
dan kekacauan pemerintahan bisa terjadi.
Adapun tahapan yang dilakukan terhadap tahapan pengisian jabatan pimpinan tinggi secara
terbuka berdasarkan sistem merit sebagai berikut:
Tahap. Persiapan
1. Pembentukan Panitia Seleksi
a.Panitia Seleksi dibentuk oleh Pejabat Pembina Kepegawaian di Instansi Pusat dan Instansi Daerah
dengan berkoordinasi Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN).
b.Dalam hal KASN belum terbentuk maka:
1.Pejabat Pembina Kepegawaian Instansi Pusat berkoordinasi dengan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
2.Pejabat Pembina Kepegawaian Intansi Daerah berkoordinasi dengan Menteri Dalam Negeri
dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
c. Panitia Seleksi terdiri atas unsur :
1)pejabat terkait dari lingkungan instansi yang bersangkutan;
2)pejabat dari instansi lain yang terkait dengan bidang tugas jabatan yang lowong;
3)akademisi/pakar/profesional.
4)Panitia Seleksi sebagaimana dimaksud pada angka 2 memenuhi persyaratan:
1.memiliki pengetahuan dan/atau pengalaman sesuai dengan jenis, bidang tugas dan kompetensi
jabatan yang lowong; dan;
2.memiliki pengetahuan umum mengenai penilaian kompetensi;
d.Panitia Seleksi berjumlah ganjil yaitu paling sedikit 5 orang dan paling banyak 9 orang.
f.Perbandingan anggota Panitia Seleksi berasal dari internal paling banyak 45%.
g. Panitia seleksi melaksanakan seleksi dapat dibantu oleh Tim penilai kompetensi (assessor) yang
independen dan memiliki pengalaman dalam membantu seleksi Pejabat Pemerintah.
3.. Penyusunan dan penetapan standar kompetensi jabatan yang lowong.
Tahap. Pelaksanaan
1. Pengumuman lowongan jabatan:
a.Untuk mengisi lowongan jabatan Pimpinan Tinggi agar diumumkan secara terbuka, dalam bentuk
surat edaran melalui papan pengumuman, dan/atau media cetak, media elektronik (termasuk media
on-line/internet).
b.Pengumuman dilaksanakan paling kurang 15 (lima belas) hari kerja sebelum batas akhir tanggal
penerimaan lamaran.
c.Pengumuman tersebut dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1)pada Instansi Pusat:
a)untuk mengisi jabatan pimpinan tinggi utama dan madya (setara dengan eselon Ia dan Ib)
diumumkan terbuka dan kompetitif kepada seluruh instansi secara nasional;
b)untuk mengisi jabatan pimpinan tinggi pratama (setara dengan eselon IIa dan IIb) diumumkan
secara terbuka dan kompetitif paling kurang pada tingkat pada tingkat kementerian yang
bersangkutan;
c)Pengisian jabatan pimpinan tinggi utama, madya dan pratama pada kementerian/lembaga
dilakukan secara terbuka dan kompetitif di kalangan PNS dengan memperhatikan syarat
kompetensi, kualifikasi, kepangkatan, pendidikan dan latihan, rekam jejak jabatan, dan integritas
serta persyaratan lain yang dibutuhkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
2) pada Instansi Pemerintah Provinsi :
a)untuk mengisi jabatan pimpinan tinggi madya diumumkan terbuka dan kompetitif kepada instansi
lain paling kurang pada tingkat Provinsi;
b)untuk mengisi jabatan pimpinan tinggi pratama dilakukan secara terbuka dan kompetitif paling
kurang pada tingkat kabupaten/kota yang bersangkutan, dan/atau antarkabupaten/kota dalam 1
(satu) provinsi;
c)pengisian jabatan pimpinan tinggi madya dan pratama pada Instansi Pemerintah Provinsi
dilakukan secara terbuka dan kompetitif di kalangan PNS dengan memperhatikan syarat
kompetensi, kualifikasi, kepangkatan, pendidikan dan latihan, rekam jejak jabatan, dan integritas
serta persyaratan lain yang dibutuhkan sesuai dengan ketentuan.
3). Pada Instansi Pemerintah Kabupaten/Kota:
a)untuk mengisi jabatan pimpinan tinggi pratama dilakukan secara terbuka dan kompetitif paling
kurang pada tingkat kabupaten/kota yang bersangkutan, dan/atau antarkabupaten/kota dalam 1
(satu) provinsi;
b)jabatan pimpinan pratama pada Instansi Pemerintah Kabupaten/Kota dilakukan secara terbuka
dan kompetitif di kalangan PNS dengan memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi,
kepangkatan, pendidikan dan latihan, rekam jejak jabatan, dan integritas serta persyaratan lain yang
dibutuhkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
c)Dalam pengumuman tersebut harus memuat :
1) nama jabatan yang lowongan;
2) persyaratan administrasi antara lain :
a) surat lamaran dibuat sendiri oleh pelamar dan bermaterai;
b) fotokopi SK kepangkatan dan jabatan yang diduduki;
c) fotokopi ijazah terakhir yang sesuai dengan jabatan yangdilamar
d) fotokopi SPT tahun terakhir;
e) fotokopi hasil penilaian prestasi kerja 2 tahun terakhir;
f) riwayat hidup (CV) lengkap.
7) prosedur lain yang diperlukan;
8) persyaratan jenjang pendidikan dan sesuai dengan bidang jabatan yang lowong;
9) pengalaman jabatan terkait dengan jabatan yang akann dilamar minimal 5 tahun;
10) lamaran disampaikan kepada Panitia Seleksi;
2. Seleksi Administrasi :
a.Penilaian terhadap kelengkapan berkas administrasi yang mendukung persyaratan dilakukan oleh
sekretariat Panitia Seleksi.
b.Penetapan minimal 3 (tiga) calon pejabat pejabat pimpinan tinggi yang memenuhi persyaratan
administrasi untuk mengikuti seleksi berikutnya untuk setiap 1 (satu) lowongan jabatan pimpinan
tinggi.
c.Kriteria persyaratan administrasi didasarkan atas peraturan perundang-undangan dan peraturan
internal instansi yang ditetapkan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian masing-masing.
d.Syarat yang harus dipenuhi adalah adanya keterkaitan objektif antara kompetensi, kualifikasi,
kepangkatan, pendidikan dan latihan, rekam jejak jabatan, dan integritas serta persyaratan lain yang
dibutuhkan oleh jabatan yang akan diduduki.
e.Dapat Dilakukan secara online bagi pengumuman pelamaran yang dilakukan secara online
f.Pengumuman hasil seleksi ditandatangani oleh Ketua Panitia Seleksi.
3. Seleksi Kompetensi :
a. Dalam melakukan penilaian Kompetensi Manajerial diperlukan metode :
1)untuk jabatan pimpinan tinggi utama, madya dan pratama, menggunakan metode assessment
center sesuai kebutuhan masing-masing instansi;
2)untuk daerah yang belum dapat menggunakan metode assessmen center secara lengkap dapat
menggunakan metode psikometri, wawancara kompetensi, analisa kasus atau presentasi;
3)standar kompetensi manajerial disusun dan ditetapkan oleh masing-masing instansi sesuai
kebutuhan jabatan dan dapat dibantu oleh assessor;
4)kisi-kisi wawancara disiapkan oleh panitia seleksi.
b. Dalam melakukan penilaian Kompetensi Bidang dengan cara :
1)Menggunakan metode tertulis dan wawancara serta metode lainnya;
2)Standar kompetensi Bidang disusun dan ditetapkan oleh masing-masing instansi sesuai kebutuhan
jabatan dan dapat dibantu oleh assessor.
c.Standar Kompetensi Manajerial dan Kompetensi Bidang ditetapkan oleh masing-masing instansi
mengacu pada ketentuan yang ada atau apabila belum terpenuhi dapat ditetapkan sesuai kebutuhan
jabatan di instansi masing-masing.
d.Hasil penilaian beserta peringkatnya disampaikan oleh Tim Penilai Kompetensi kepada Panitia
Seleksi
4. Wawancara Akhir:
a.Dilakukan oleh Panitia Seleksi
b.‘Panitia seleksi menyusun materi wawancara yang terstandar sesuai jabatan yang dilamar.’
c.Wawancara bersifat klarifikasi/pendalaman terhadap pelamar yang mencakup peminatan,
motivasi, perilaku, dan karakter.
d.Dalam pelaksanaan wawancara dapat melibatkan unsur pengguna (user) dari jabatan yang akan
diduduki.
5. Penelusuran (Rekam Jejak) Calon:
a.Dapat dilakukan melalui rekam jejak jabatan dan pengalaman untuk melihat kesesuaian dengan
jabatan yang dilamar.
b.Menyusun instrumen/ kriteria penilaian integritas sebagai bahan penilaian utama dengan
pembobotan untuk mengukur integritasnya.
c.Apabila terdapat indikasi yang mencurigakan dilakukan klarifikasi dengan instansi terkait.
d.Melakukan penelusuran rekam jejak ke tempat asal kerja termasuk kepada atasan, rekan sejawat,
dan bawahan dan lingkungan terkait lainnya
e.Menetapkan pejabat yang akan melakukan penelusuran rekam jejak secara tertutup, obyektif dan
memiliki kemampuan dan pengetahuan teknis intelejen.
f.Melakukan uji publik bagi jabatan yang dipandang strategis jika diperlukan.
6. Hasil Seleksi:
a.Panitia seleksi mengolah hasil dari setiap tahapan seleksi dan menyusun peringkat nilai;
b.Panitia Seleksi mengumumkan hasil dari setiap tahap kepada peserta seleksi;
c.Panitia Seleksi menyampaikan peringkat nilai kepada Pejabat Pembina Kepegawaian;
d.Peringkat nilai yang disampaikan kepada Pejabat Pembina Kepegawaian bersifat rahasia.
e.Panitia Seleksi menyampaikan hasil penilaian jabatan tinggi utama dan madya (setara dengan
eselon Ia dan Ib) dan memilih sebanyak 3 (tiga) calon sesuai urutan nilai tertinggi untuk
disampaikan kepada Pejabat Pembina Kepegawaian (Menteri/Pimpinan Lembaga/ Gubernur).
f.Pejabat Pembina Kepegawaian (Menteri/Pimpinan Lembaga/ Gubernur) mengusulkan 3 (tiga)
nama calon yang telah dipilih Panitia Seleksi kepada Presiden.
g.Panitia Seleksi menyampaikan hasil penilaian jabatan tinggi pratama (setara dengan eselon IIa dan
IIb) dan memilih sebanyak 3 (tiga) calon sesuai urutan nilai tertinggi untuk disampaikann kepada
Pejabat yang berwenang.
h.Pejabat yang berwenang mengusulkan 3 (tiga) nama calon yang telah dipilih Panitia Seleksi
kepada Pejabat Pembina Kepegawaian (Menteri/Pimpinan Lembaga/Gubernur/Bupati/Walikota).
i.Penetapan calon harus dilakukan konsisten dengan jabatan yang dipilih dan sesuai dengan
rekomendasi Panitia Seleksi kecuali untuk jabatan yang serumpun
7. Tes Kesehatan dan psikologi:
a.Tes kesehatan dan psikologi dapat dilakukan bekerjasama dengan unit pelayanan kesehatan
pemerintah dan lembaga psikologi ;
b.Peserta yang telah dinyatakan lulus wajib menyerahkan hasil uji kesehatan dan psikologi.
8. Pembiayaan:
Untuk mendukung kelancaran pelaksanaan seleksi pengisian jabatan pimpinan tinggi, agar instansi
pusat dan instansi daerah merencanakan dan menyiapkan anggaran yang diperlukan secara efisien
pada DIPA masing-masing
Kegiatan ini digelar di ruang seminar lantai 1 gedung Fisipol unit II, Yogyakarta, Selasa (7/2/2017).
Seminar ini bertujuan untuk mendiskusikan seberapa jauh pentingnya revisi Undang-Undang (UU)
No 5 Tahun 2014 yang baru berjalan sekitar dua tahun.
Merevisi UU untuk membuka kembali rekrutmen tenaga honorer, penghapusan sistem seleksi
jabatan secara terbuka dan pelemahan Komisi Aparatur Negara dirasa merupakan langkah
kemunduran.
Dalam seminar tersebut menjelaskan bahwa rekrutmen tenaga honorer akan menghasilkan aparatur
sipil negara yang tidak kompeten, dan penghapusan sistem seleksi jabatan secara terbuka akan
menciptakan birokrasi yang penuh Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme (KKN).
Kemudian penghapusan Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) akan memberi peluang terjadinya
intervensi terhadap birokrasi oleh kalangan politisi.
Berdasarkan catatan KASN, nilai transaksi dalam pengisian jabatan birokrasi di Indonesia mencapai
Rp 35 triliun. Kasus KKN seperti yang terjadi di Pemda Kabupaten Klaten, menunjukan bahwa
seleksi jabatan masih adanya praktik KKN.
Pada seminar itu juga menerangkan, jikalau ada kelemahan dalam implementasi UU ASN, yang
diperlukan adalah pengawalan proses implementasi oleh berbagai komponen masyarakat.
Harapannya adalah Rencana Peraturan Pemerintah (RPP) atau Rencana Peraturan Presiden
(RPerpres) perlu segera ditetapkan oleh Pemerintah, dan perlu di pastikan rekrutmen ASN agar
dilakukan dengan seleksi secara ketat berdasarkan kompetisi.
Selain itu untuk promosi jabatan selain berbasis kompetisi, perlu ada kontrol agar pejabat yang
memilih satu diantara tiga kandidat yng diusulkan tidak memanfaatkan untuk melakukan transaksi.
Pada seminar ini dihadiri oleh M Agus Rahardjo (Ketua KPK), M Arief Irwanto (Kepala BKD
Jateng), Arif Wibowo (Anggota DPR RI), Eko Prasojo (Guru Besar UI) dan Moderator Agus
Dwiyanto (Guru Besar FISIPOL UGM).
http://jogja.tribunnews.com