Anda di halaman 1dari 9

Diskusi 2

Ekonomi Pemerintahan
Panemi COVID-19 memberikan dampak kepada seluruh bidang kehidupan dan berbagai
lapisan masyarakat. Adanya kebijakan protokol kesehatan yang seluruh pihak untuk tidak
keluar rumah bila tidak ada urusan penting, dan melakukan aktivitas dari rumah, mulai dari
bekerja, belajar dan beribadah dari rumah. Dengan begitu, baik secra langsung atau tidak,
tentu berdampak pada lesunya perekonomian di Indonesia. Maka dalam upaya pemulihan
ekonomi nasional yang dimulai bara masa new normal, pemerintah memberikan bantuan
langsung tunai (BLT) senilai Rp.600.000 bagi pekerja swasta yang bergaji dibawah 5jt.
Kebijakan tersebut merupakan kebijakan baru, mengingat biasanya penerima BLT adalah
kalangan masyarakat kurang mampu yang tidak memiliki pekerjaan tetap.
Berdasarkan hal tersebut, coba saudara diskusikan apa dampak positif dan negative dari BLT
tersebut bagi masyarakat tersebut dan bagi perkembangan ekonomi yang dikaitkan dengan
fungsi pemerintahan!

Jawab:
Untuk setiap tindakan pemerintah hampir segalanya dilakukan melalui instrumen
ekonomi. Hughes (1998: 84-89) misalnya mencontohkan ada 4 instrumen ekonomi yang
digunakan dalam intervensi pemerintah. salah satunya adalah subsidi (subsidy). Sebagai
instrumen ekonomi, subsidi dikenal dalam sistem ekonomi Indonesia selalu menjadi yang
memiliki porsi terbesar dalam APBN. Pada APBN 2022, alokasi subsidi energi sebesar Rp
272,4 triliun (Dadang, 2022). Sedangkan untuk Bantuan Langsung Tunai (BLT) pemerintah
menganggarkan Rp 24,17 triliun yang menyasar 20,65 juta keluarga penerima (Uly, 2022).
Sebagai negara kesejahteraan (welfare state), kebijakan subsidi seperti yang dilakukan
Pemerintah RI lewat BLT merupakan fungsi pemerintahan dalam instrumen kontrol
keadaan masyarakat. Atau menurut World Bank (1997: 42) merupakan salah satu dari lima
fungsi dasar pemerintah, yaitu melindungi yang lemah (protecting the vulnerable) Dampak
positifnya adalah ekonomi masyarakat sedikit terbantu. Aktivitas pasar tetap berjalan.
Karena menurut saya, sistem ekonomi apapun ruhnya terletak pada kegiatan pasar yang
berkesinambungan. Sehingga akan berbahaya jika pasar mengalami kelesuan, apalagi
stagnan. Seperti yang terjadi pada Great Depression tahun 1929.
Brazil sebagai negara pertama di dunia yang menciptakan program bantuan tunai
menunjukkan keberhasilan dengan membantu 26 persen penduduk miskinnya. Program
tersebut berjalan sejak tahun 1990an dan kini menjadi program bantuan tunai terbesar di
dunia. Sepertinya itulah yang mendorong Presiden SBY saat kenaikan BBM dunia di tahun
2009 untuk turut mengimplementasikan program BLT. Tentu, menurut saya BLT memiliki
dampak positif. Hanya saja, BLT juga punya dampak negatifnya.
Dalam pembangunan ekonomi, pembentukan modal sosial di masyarakat tidak sedikit
dipengaruhi oleh variabel ekonomi. Penelitian dari Hossain et al (2010) misalnya, melihat
dampak dari bantuan langsung tunai terhadap ikatan dan hubungan sosial di tingkat
komunitas. Dalam jangka panjang, skema bantuan langsung ke masyarakat dapat
memperdalam perpecahan sosial karena anggota komunitas yang semakin egoistik dan
individualistis (Forde et al, 2011). Dampak negatif juga terjadi jika masyarakat telah terbiasa
dengan segala jenis bantuan langsung tanpa syarat dan menciptakan sikap yang tidak aktif,
hilang kreativitas, dan semangat berwirausaha. Hal tersebut karena masyarakat sudah terlalu
dimanjakan oleh bermacam bantuan.
Dalam konsep reinventing government, pemerintahan yang baik adalah pemerintah
yang lebih menginjeksi persaingan baik di dalam swasta maupun masyarakat, dibandingkan
memberikan tenaga besar untuk menyediakan seluruh pelayanan. Berkaca dari konsep ini,
menurut saya pemerintah sebaiknya membatasi baik penerima maupun ketentuannya. Jadi
tidak ada lagi bantuan tanpa syarat yang akan me-‘ninabobo’-kan masyarakat. Bantuan
langsung tunai sebaiknya disertakan dengan syarat-syarat tertentu yang akan mendorong
penerimanya secara mandiri melakukan perubahan. Misalnya, persyaratkan bahwa sekian
persen dari bantuan tersebut harus diarahkan kepada imunisasi anak.

Referensi:
Dadang. (2022). “Problematika Subsidi Energi: Tidak Tepat Sasaran”,
https://www.its.ac.id/news/2013/01/22/problematika-subsidi-energi-tidak-tepat-
sasaran/. Diakses pada tanggal 15 Oktober 2022, pukul 13.44 WIB.
Hughes, Owen E. (1989). Public Management and Administration: An Introduction. New
York: PALGRAVE.
Kharisma, Bayu. (2019). “Apakah Transfer Tunai Pemerintah Memperburuk Modal Sosial?
Kasus di Indonesia”, dalam Jurnal Ekonomi Kuantitatif Terapan, Vol. 12, No. 2 (hal.
137-153). Bandung: Universitas Padjadjaran.
Uly, Yohanes Artha. (2022). “Pemerintah Bakal Bagikan BLT Rp 600.000 Untuk 20,65 Juta
Keluarga Penerima”,
https://money.kompas.com/read/2022/08/29/150540626/pemerintah-bakal-bagikan-blt-
rp-600000-untuk-206-juta-keluarga?page=all#:~:text=Secara%20rinci%2C
%20anggaran%20BLT%202022,oleh%20Kementerian%20Sosial%20(Kemensos).
Diakses pada tanggal 15 Oktober 2022, pukul 13.49 WIB.

Manajemen Proyek
Coba anda diskusikan, Menurut Anda pada tahapan mana biasanya permasalahan proyek itu
lebih sering terjadi? Silahkan ditanggapi dengan disertai contohnya!

Jawab:
Secara umum tahapan proyek akan melalui:
(1) Inisiasi Proyek (Project Initiation)
(2) Perencanaan (Planning)
(3) Pelaksanaan (Execution)
(4) Pemantauan dan Pengendalian (Monitoring and Controlling), dan
(5) Penutupan (Closing)
Model tahapan di atas disebut dengan IPECC (Initiation, Planning, Execution, Control,
and Closing). Pada seluruh tahapan tersebut stakeholder akan kerap menjumpai berbagai
jenis permasalahan. Pada tahapan inisiasi proyek misalnya, permasalahan yang kerap muncul
adalah kesulitan dalam mengidentifikasi lingkup awal dan penentuan sumber pendanaan
proyek. Atau pada tahapan perencanaan, permasalahan timbul dari kegagalan awal dalam
mengidentifikasi tujuan dan aksi yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.
Tetapi, dari kelima tahapan tersebut, permasalahan biasanya paling banyak timbul pada
tahap pelaksanaan. Proses pelaksanaan perlu melibatkan koordinasi pelaksana dan sumber
daya, mengelola harapan stakeholder, integrasi kegiatan proyek sesuai dengan perencanaan
(Susanti & Runiawati, 2022: 2.7). Semakin besar proyek maka semakin besar pula usaha
koordinasi dan sinkronisasinya. Diperlukan pengetahuan manajer untuk memantau dan
mengendalikan setiap tahapan pekerjaan proyek.
Identifikasi oleh PMBOK Guide (2013) menetapkan ada sembilan area pengetahuan
dalam manajemen proyek. Kesembilan area tersebut wajib dimiliki pengetahuannya oleh
manajer.
Selain itu ada lagi beberapa permasalahan yang kerap muncul pada tahap pelaksanaan.
Pertama, tidak jarang proyek menemui kendala dalam memperoleh sumber daya keuangan.
Padahal, pelaksanaan sedang berjalan. Hal itu dijumpai karena perencanaan yang tidak tepat,
atau ada semacam kejadian-kejadian tidak terduga atau force majeure yang menambah beban
biaya proyek.
Kedua, vendor penyedia (supplier) barang kebutuhan proyek wanprestasi dalam
menyediakan barang tepat waktu. Keterlambatan dalam suplai berarti keterlambatan dalam
eksekusi proyek. Ini adalah prinsip supply chain management.
Di luar permasalahan eksternal, proyek juga kerap menjumpai permasalahan internal.
Misalnya, kendala dalam mengelola tim proyek, dan mengakhiri konflik yang mungkin
terjadi. Misalnya, para pekerja menuntut penyesuaian gaji atau insentif atas bertambahnya
beban kerja. Meskipun beban kerja ini bertambah karena kejadian tidak terduga. Konflik-
konflik internal semacam ini perlu tim human resources dan humas yang andal dalam
negosiasi.

Referensi:
Susanti, Elisa & Runiawati, Nunung. (2022). Materi Pokok Manajemen Proyek. Tangerang
Selatan: Universitas Terbuka.

Manajemen Logistik Organisasi Publik


Terdapat dua pertanyaan yang perlu didiskusikan dalam Diskusi 2;
1. Apa keunggulan dan kelemahan strategi pembelian barang dan jasa mencakup
membuat sendiri (make) atau membeli (buy), menyewa (leasing) dan cara just in
time!
2. Hampir 80 persen kasus korupsi yang ditangani oleh Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) berasal dari sektor pengadaan barang dan jasa (Kompas.com, 28/9/17). Hal ini
menunjukkan bahwa sektor pengadaan barang dan jasa adalah titik rawan tindak
pidana korupsi, di samping sektor lainnya. Jika dikaitkan dengan Peraturan
Pemerintah tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, apakah regulasi tersebut
efektif untuk meningkatkan tata kelola di bidang pengadaan barang dan jasa
pemerintah serta menekan angka kasus korupsi pengadaan barang dan jasa di
Indonesia?
Jawab:
Membuat sendiri (make)
Keunggulan: biaya yang lebih murah daripada membeli; dapat disesuaikan dengan
peralatan/unit yang telah ada; kerahasiaan terjaga; dapat mengantisipasi kekosongan
barang di vendor.
Kelemahan: biaya lebih besar jika barang-barang tersebut merupakan produksi massal;
quality control belum terjamin; keterbatasan bahan baku.

Membeli (buy)
Keunggulan: barang dapat dikuasai sepenuhnya dan digunakan kapan saja; tidak ada
biaya quality control seperti yang dikeluarkan ketika membuat sendiri; after sales masih
dapat dimanfaatkan.
Kelemahan: biaya perawatan bertambah; harus menjaga ketersediaan spare part; break
event point (BEP) tidak tercapai jika proyek hanya berlangsung pendek.

Menyewa (leasing)
Keunggulan: biaya maintainance tidak ada; spare part tersedia setiap saat; biaya
pengadaan tidak terlalu tinggi; fleksibel terutama untuk proyek-proyek jangka pendek.
Kelemahan: tidak dapat dijadikan aset; proyek terganggu jika barang tidak tersedia;

Just-In-Time (JIT)
Keunggulan: gudang persediaan tidak terlalu penuh barang; kualitas terjaga karena
persediaan sesuai kontrak.
Kelemahan: tidak dapat dilaksanakan di wilayah yang terpencil atau sulit dijangkau;

Pengadaan barang dan jasa menjadi salah satu usaha pemerintah untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat. Sebagai negara kesejahteraan (welfare state), pemerintah RI selaku
stakeholder pembangunan perlu mewujudkan keadaan yang makmur dan berkeadilan. Dalam
prinsip good governance, untuk mewujudkannya dapat melalui kegiatan pengadaan barang
dan jasa yang transparan dan akuntabel. Sejak tahun 2010, dalam rangka memenuhi aspek
transparan dan akuntabel tersebut, pemerintah mulai menerapkan e-procurement.
Menurut Davila, et al. (2003) e-procurement adalah teknologi yang dirancang untuk
memfasilitasi pengadaan barang melalui internet dan manajemen seluruh aktivitas pengadaan
secara elektronik. Aktivitas secara elektronik itu pada dasarnya hanya bagian dari untuk
menjaga transparansi dan akuntabilitas kegiatan pemerintahan. Pengadaan yang dilakukan
lewat sistem pemerintahan berbasis elektronik (SPBE) dapat memperkecil peluang fraud.
Karena lewat SPBE, seluruh pihak, bahkan masyarakat dapat melakukan pengawasan atas
pelaksanaan pemerintahan.
Dari segi biaya, menurut Panayitou, et al (2004) e-procurement dapat mengurangi
bebannya hingga 20% cost per tender. Artinya, e-procurement mampu mencapai efisiensi dan
efektivitas. Dua aspek yang menjadi jiwa manajemen good governance.
Sayangnya, sistem e-procurement bukan tanpa masalah. Masih banyak terdapat
pengadaan di pemerintahan yang nilainya melebihi harga di pasaran. Secara yuridis, menurut
saya sistem penyelenggaraan pengadaan barang dan jasa di pemerintahan telah mampu
membatasi adanya fraud. Para pejabat pengadaan (PA, PPK, Pejabat Penerima Hasil
Pekerjaan) dalam melakukan hubungan hukum di bidang perjanjian bertindak secara
individual. Sehingga bila terdapat kerugian negara, maka yang bersangkutan
bertanggungjawab untuk ganti rugi (Pane, 2017). Hal tersebut sesuai dengan Pasal 18 Ayat
(3) UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan:
“Pejabat yang menandatangani dan/atau mengesahkan dokumen yang
berkaitan dengan surat bukti yang menjadi dasar pengeluaran atas beban
APBN/APBD bertanggungjawab atas kebenaran material dan akibat yang
timbul dari penggunaan surat bukti dimaksud.”
Masih tingginya kecurangan dalam e-procurement dikarenakan pejabat pengadaan dan
vendor masih memainkan celah dalam penentuan harga. Misalnya, harga satu unit sepeda
motor di pasaran berkisar 20-30 Juta. Tetapi, pejabat pengadaan dan vendor sepakat untuk
memasukkan harga di atas harga pasaran tersebut ke dalam sistem e-procurement.
Untuk menanggulangi hal tersebut, pengawasan dan pengendalian pemerintah perlu
ditingkatkan lagi. Lewat penentuan harga maksimum pasar misalnya.

Referensi:
Pane, Musa Darwin. (2017). “Aspek Hukum Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Suatu
Tinjauan Yuridis Peraturan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah”, dalam Jurnal
Media Hukum, Vol. 24, No. 2 (hlm. 147-155). Bandung: FH UNIKOM.

Sistem Ekonomi Indonesia


Setelah mempelajari materi tentang Sistem Ekonomi Kapitalisme dan Komunisme,
kemukakan pendapat Saudara,

1. Bagaimanakah suatu negara dikatakan memiliki paham komunisme? Negara mana


yang sampai dengan saat ini menganut paham komunisme? Berikan penjelasan
disertai alasan Anda!
2. Apa perbedaan sistem ekonomi komunisme dengan sistem ekonomi sosialisme
liberal? Berikan penjelasan disertai alasan Anda!

Jawab:
Suatu negara dikatakan berpaham komunisme jika sistem politik dan ekonominya
sesuai dengan definisi komunisme. Mengutip Marcello Musto (dalam Sihombing, 2020) visi
Marx tentang komunisme adalah ‘perserikatan individu-individu merdeka, yang bekerja
dengan menggunakan alat-alat produksi yang dimiliki bersama...’ sehingga negara berpaham
komunisme jika menjalankan moda produksinya atas dasar kolektivisme, menekan
persaingan usaha, dan menghapus kepemilikan tunggal.
Setidaknya masih ada lima negara yang masih mempertahankan komunismenya, yaitu
Rusia, Tiongkok, Kuba, Vietnam, dan Korea Utara. Yang menjadi perhatian saya adalah
kesuksesan negara Kuba sebagai negara komunis. Kuba telah menjalankan sistem
komunisme sejak Partai Komunis Kuba berkuasa tahun 1959. Di bidang kesehatan, Kuba
merupakan negara pionir yang mengembangkan sistem kesehatan universal yang dapat
dijangkau seluruh masyarakat, dan dengan teknologi kesehatan yang modern.
Pada tahun 2006 lewat laporan bertajuk Progress for Children, A Report Card on
Nutrition, UNICEF mengungkapkan bahwa Kuba telah bebas dari kasus gizi buruk.
Alasan mengapa Kuba disebut sebagai negara komunis diantaranya karena sistem
ekonominya bersifat komando pusat. Setiap kebijakan pasar ditentukan oleh peraturan
perundang-undangan yang dikeluarkan pemerintah Kuba. Sektor tenaga kerja masih lebih
banyak di pemerintahan dibanding swasta. Hingga tahun 2016, sektor tenaga kerja swasta di
Kuba hanya sebesar 10%.
Perbedaan dari sistem ekonomi dengan sistem ekonomi sosialisme liberal adalah jika
yang pertama mengimplementasikan ekonomi terencana dan dipusatkan, meniadakan
persaingan, tidak ada kepemilikan individu terhadap alat produksi, dan melarang penimbunan
nilai lebih (surplus value) yang disebut sebagai keuntungan. Karena menurut Karl Marx –
tokoh pencetus komunisme – nilai lebih adalah sumber utama permasalahan sosial di
masyarakat kapitalis.
Sedangkan sistem ekonomi sosialisme liberal merupakan tahap penyempurnaan dari
sistem ekonomi komunisme. Penganut sosialisme liberal melihat bahwa komunisme terlalu
jauh dalam menghilangkan hak-hak individu, seperti kebebasan berpendapat, kebebasan
memilih usaha yang diinginkan, atau hak memilih pekerjaan. Untuk yang disebut terakhir,
sebagai perbandingan, dalam sistem ekonomi komunisme, ketersediaan tenaga kerja masih
ditentukan oleh negara. Sedangkan dalam sistem sosialisme liberal, tenaga kerja muncul atas
keinginan individu masing-masing. Sehingga satu-satunya hal yang tidak dikuasai penuh oleh
negara sosialisme liberal adalah tenaga kerja.

Referensi:
_____________. 2011. “Kuba Mulai Terapkan Ekonomi Pasar?”,
https://www.liputan6.com/global/read/369357/kuba-mulai-terapkan-ekonomi-pasar.
Diakses pada tanggal 15 Oktober 2022, pukul 18.29 WIB
Sihombing, Daniel. 2020. “Konsepsi Marx tentang Komunisme (Bag. II)”,
https://indoprogress.com/2020/04/konsepsi-marx-tentang-komunisme-bagian-ii/.
Diakses pada tanggal 14 Oktober 2022, pukul 21.12 WIB.
Samuel, Raymond. 2022. “63 Tahun Revolusi Kuba, Ini 10 Prestasinya yang Diakui Dunia”,
https://www.berdikarionline.com/63-tahun-revolusi-kuba-ini-10-prestasinya-yang-
diakui-dunia/. Diakses pada tanggal 14 Oktober 2022, 21.28 WIB.

Tugas Akhir Program


BERBAGAI LAPORAN PEMERINTAHAN DAERAH
Laporan pemerintahan daerah merupakan salah satu inidkator terciptanya transparansi dan
akuntabilitas publik. Artinya laporan pemerintahan daerah memuat capaian kinerja
penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pelaksanaan tugas pembantuan.
Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah mempertegas hubungan
dan kewenangan antara susunan pemerintahan berdasarkan asas kesatuan dan administrasi.
Pemerintah Pusat berhak mengevaluasi jalannya pemerintah daerah; sedangkan pemerintahan
daerah wajib mempertanggungjawabkan penyelenggaraan pemerintahan daerah kepada
pemerintah pusat, DPRD, dan masyarakat. Kewajiban dan mekanisme pelaporan ini juga
diatur dalam Pasal 22, Pasal 66 ayat (1) huruf a, dan Pasal 69 Undang-Undang No. 23 Tahun
2014.
Mekanismenya, pada setiap awal tahun paling lambat pada bulan Maret; Kepala Daerah
menyampaikan laporan pertanggungjawaban kegiatan tahun sebelumnya kepada:

1. Presiden melalui Menteri Dalam Negeri dalam bentuk Laporan Penyelenggaraan


Pemerintahan Daerah (LPPD);
2. DPRD dalam bentuk Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ);
3. Masyarakat dalam bentuk Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
(ILPPD). Ini merupakan hasil evaluasi mandiri pemerintah daerah terhadap berbagai
aspek kinerja pemerintahan yang telah berjalan.
Jika dirunut berdasarkan urusan atau kewenangan yang ada di Daerah, maka tabel
pelaporannya sebagai berikut:
Dengan demikian ada tiga bentuk laporan pemerintahan daerah yang harus
dipertanggungjawabkan setiap tahunnya oleh Kepala Daerah paling lambat pada setiap awal
pada tahun berikutnya.
(Sumber: Pudjianto, WS. Pendekatan Baru Perencanaan Pembangunan Daerah. 2019: 51-53).
PERTANYAAN
Kepala Daerah wajib melaporkan pertanggungjawaban kinerja daerah menurut mekanisme
yang telah ditetapkan pada setiap awal tahun paling lambat pada bulan Maret.
Analisalah dampak mekanisme laporan pertanggungjawaban ini terhadap perencanaan
pembangunan daerah! Mohon analisa Anda dikaitkan dengan strategi mewirausahakan
birokrasi.
Perhatian:
Silakan menanggapi arahan diskusi berdasarkan analisis sendiri. Anda tidak diperkenankan
untuk melakukan copy paste dari jawaban teman yang lain dan tidak diperkenankan
melakukan copy paste dari link internet tanpa mencantumkan sumber dan tanpa
mengemukakan pendapat anda sendiri. Tanggapan tidak diperkenankan hanya berisi “ucapan
terima kasih kepada tutor” (tidak perlu dan harus dihindari).

Jawab:
Pada Pasal 27 Ayat (2) UU Nomor 32 Tahun 2004 dijelaskan bahwa kepala daerah
berkewajiban menyampaikan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (LPPD)
kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) kepada DPRD, dan
menginformasikan LPPD kepada masyarakat. Hal tersebut sebagai bentuk dari transparansi
dan akuntabilitas. Prinsip-prinsip dari good governance menghendaki pemerintahan
senantiasa mampu menyediakan pelaporan yang transparan dan akuntabel. Model pelaporan
itu juga berfungsi sebagai instrumen perencanaan pembangunan daerah. Lewat laporan
penyelenggaraan pemerintahan daerah, masyarakat dapat melihat apakah kebijakan
pembangunan yang dilaksanakan pemerintah selama ini telah sesuai dengan perencanaan
yang sebelumnya telah melibatkan partisipasi warga dalam perumusannya.
Dalam model entrepreneurial government – yang sukses diimplementasikan di
Selandia Baru – pemerintah bergerak sebagai katalisator, mengarahkan kegiatan warga
negara agar terlibat lebih aktif dalam pembangunan dan bukan menjadi pengayuh belaka
(steering not rowing). Dengan begitu warga negara akan semakin memiliki common sense
terhadap pembangunan. Bukan sebaliknya menjadi apatis karena keterlibatan pemerintah
yang terlalu besar. Karena pada dasarnya stakeholder terbesar bagi pembangunan daerah
adalah masyarakat di daerah itu sendiri. Masyarakatlah yang lebih mengetahui apa
sebenarnya diperlukan dalam pembangunan daerah.
Kepala daerah, yang dalam UU No. 23 Tahun 2014 telah diberikan kewenangan
mengatur daerah yang dipimpinnya harus dapat menggunakan potensi ini untuk menggali dan
memajukan aspek lokalitas dalam pembangunan daerah. LPPD yang disediakan oleh kepala
daerah dapat menjadi bahan evaluasi oleh pemerintah bagi dukungan terhadap aspek lokalitas
tersebut. Dalam konsep New Public Management (NPM), LPPD dapat menjadi bagian dari
sistem pengukuran kinerja pemerintahan yang efektif dan efisien. Dua aspek tersebut –
efektif dan efisien – adalah ‘ruh’ bagi penyelenggaraan pemerintahan.
Dampak dari mekanisme laporan pertanggungjawaban tersebut adalah pemerintahan
daerah dapat dievaluasi dan perencanaan baku tersusun berdasarkan hasil dari evaluasi
tersebut. Lewat LKPJ, DPRD dapat memvalidasi kesesuaian antara realisasi pemerintahan
dengan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD. Rahmanurrasjid (2008: 141) menulis:
“Dokumen LKPJ Kepala Daerah dan Raperda tentang
Pertanggungjawaban Pelaksanaan DPRD merupakan dua dokumen yang saling
berkaitan sebagai dokumen pendukung dalam melakukan penilaian terhadap
kinerja Pemerintah Daerah. Dengan terpisahnya penyampaian kedua dokumen
ini mengakibatkan dalam mensingkronkan kedua dokuemn tersebut. Hal ini
menyebabkan akuntabilitas kinerja pemerintah daerah dalam satu tahun sulit
dinilai.”
Dengan begitu, baik antara eksekutif daerah dengan Pemerintah, maupun dengan DPRD
terdapat titik pandang yang sama atas evaluasi hasil pembangunan.

Referensi:
Rahmanurrasjid, Amin. (2008). Akuntabilitas dan Transparansi dalam Pertanggungjawaban
Pemerintah Daerah Untuk Mewujudkan Pemerintahan yang Baik di Daerah. Tesis.
Semarang: Universitas Diponegoro.

Anda mungkin juga menyukai