Anda di halaman 1dari 18

Ali Moertopo menyatakan bahwa proses pembangunan harus disertai dengan kestabilan.

Bagaimana Anda menilai hubungan antara stabilitas politik yang dijaga oleh pemerintahan Orde
Baru dengan upaya pembangunan ekonomi dan sosial pada saat itu?

Jawab :

Pemerintahan Orde Baru di Indonesia di bawah Soeharto sering kali dianggap berhasil dalam
menciptakan stabilitas politik. Stabilitas ini, bagaimanapun, terkadang dicapai melalui otoriterisme
dan pengendalian yang ketat, yang dapat menekan oposisi politik, kebebasan sipil, dan kebebasan
berekspresi.

Dalam beberapa kasus, pendekatan ini dapat menciptakan lingkungan yang relatif stabil untuk
pembangunan ekonomi. Beberapa kebijakan yang dilaksanakan, seperti pertumbuhan ekonomi yang
stabil, industrialisasi, dan peningkatan infrastruktur, mampu memberikan dampak positif dalam
menggerakkan pertumbuhan ekonomi. Namun, ini juga sering kali terjadi di tengah praktik korupsi,
ketimpangan sosial yang meningkat, dan eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan. Dalam
konteks ini, dapat dikatakan bahwa stabilitas politik yang dijaga oleh pemerintahan Orde Baru
memungkinkan terjadinya pembangunan ekonomi dan sosial yang pesat pada saat itu. Namun,
stabilitas politik yang dijaga oleh pemerintahan Orde Baru juga diiringi dengan pelanggaran hak asasi
manusia dan kebebasan sipil. Oleh karena itu, sementara pembangunan ekonomi dan sosial pada
masa Orde Baru berhasil mencapai hasil yang signifikan, hal tersebut juga diiringi dengan dampak
negatif pada masyarakat Indonesia.

Memang dalam konteks itu, ada diskusi yang terus-menerus tentang apakah stabilitas politik yang
dijaga oleh pemerintahan Orde Baru mengimbangi atau bahkan mungkin menghambat
pembangunan ekonomi dan sosial jangka panjang. Kestabilan politik yang ditegakkan seringkali tidak
selaras dengan keterbukaan politik dan inklusi sosial yang diperlukan untuk pembangunan
berkelanjutan dan inklusif.

Penting untuk diakui bahwa sementara ada kemajuan dalam pembangunan ekonomi selama periode
Orde Baru, pendekatan tersebut juga memiliki dampak negatif yang cukup signifikan terhadap hak
asasi manusia, kebebasan berekspresi, dan demokrasi. Evaluasi terhadap hubungan antara stabilitas
politik dan pembangunan pada masa itu seringkali mencakup perdebatan yang kompleks dan
kontekstual.

apa saja program-program yang ada di Indonesia terkait pembangunan masyarakat!

Jawab :

Di Indonesia, ada sejumlah program yang diimplementasikan untuk pembangunan masyarakat.


Program-program ini mencakup berbagai bidang, mulai dari kesehatan, pendidikan, pengentasan
kemiskinan, hingga infrastruktur. Berikut beberapa di antaranya :

Kesehatan :

 Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) : Memberikan akses layanan kesehatan kepada
masyarakat secara luas.
 Program Imunisasi : Melindungi anak-anak dari penyakit menular dengan penyediaan vaksin
secara massal.

Pendidikan :

 Program Indonesia Pintar (PIP) : Membantu biaya pendidikan bagi anak-anak dari keluarga
miskin.

 Gerakan Literasi Nasional : Mendorong minat baca dan akses pendidikan di seluruh lapisan
masyarakat.

Pengentasan Kemiskinan :

 Program Keluarga Harapan (PKH) : Memberikan bantuan langsung tunai kepada keluarga
miskin untuk memenuhi kebutuhan dasar.

 Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) : Membantu keluarga miskin dengan memberikan
bantuan pangan berupa kartu yang bisa digunakan untuk membeli kebutuhan pangan.

Infrastruktur :

 Program Infrastruktur : Pembangunan jalan, jembatan, dan fasilitas infrastruktur lainnya


untuk meningkatkan konektivitas dan aksesibilitas.

Kewirausahaan dan Ekonomi :

 Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) : Memberikan akses permodalan bagi pelaku usaha kecil
dan menengah.

 Program Pembinaan dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (P2EM) : Membantu


mengembangkan usaha mikro dan menengah di tingkat lokal.

Perlindungan Lingkungan :

 Program Penanaman Pohon Nasional : Mendorong penanaman pohon dan konservasi


lingkungan.

 Program Pengelolaan Sampah : Memperbaiki manajemen sampah untuk menjaga


lingkungan yang bersih.

Program-Program Sosial :

 Program Bantuan Sosial : Berbagai program bantuan bagi kelompok rentan seperti
penyandang disabilitas, lansia, dan lainnya.

 Program Rehabilitasi Sosial : Untuk membantu reintegrasi mantan narapidana ke dalam


masyarakat.

Program-program ini merupakan bagian dari upaya pemerintah Indonesia dalam membangun dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh. Implementasi dan efektivitas program-
program ini dapat bervariasi tergantung pada faktor-faktor seperti alokasi anggaran, manajemen,
dan dukungan dari masyarakat serta pihak terkait lainnya.

Setelah mempelajari modul 8 BMP, diskusikan tentang program-program pembangunan politik


yang tepat di Indonesia, baik yang sudah dilakukan atau belum dilakukan!

Jawab :

Program pembangunan politik yang tepat di Indonesia bisa mencakup berbagai bidang untuk
meningkatkan kualitas demokrasi, partisipasi masyarakat, dan penguatan institusi. Beberapa
program yang telah dilakukan dan yang mungkin perlu diperhatikan adalah :
1. Pendidikan Politik dan Kewarganegaraan :
Meningkatkan kurikulum pendidikan untuk mengajarkan nilai-nilai demokrasi, hak asasi manusia,
partisipasi politik, dan keterampilan berpikir kritis. Mungkin salah satunya dengan mengintegrasikan
pendidikan politik, kewarganegaraan, dan keterampilan pemecahan masalah ke dalam kurikulum
sekolah.
2. Reformasi Sistem Pemilu :
Terus melakukan evaluasi terhadap sistem pemilu untuk meningkatkan representasi dan
akuntabilitas politik.
3. Pemberdayaan Perempuan dan Minoritas :
Program untuk meningkatkan partisipasi perempuan dan kelompok minoritas dalam politik dan
pemerintahan.
4. Transparansi dan Akuntabilitas :
Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam institusi pemerintahan untuk mengurangi
korupsi dan membangun kepercayaan masyarakat.
5. Partisipasi Publik:
Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam proses pengambilan keputusan dengan mengadopsi
mekanisme seperti anggaran partisipatif dan forum diskusi publik. Mungkin salah satunya dengan
Membuka ruang diskusi terbuka antara pemerintah dan masyarakat untuk memfasilitasi partisipasi
publik dalam proses kebijakan.
6. Penguatan Institusi Hukum :
Melakukan reformasi hukum untuk memastikan independensi lembaga-lembaga hukum dan
memperkuat sistem peradilan untuk mengatasi korupsi dan meningkatkan keadilan.
7. Otonomi Daerah yang Efektif :
Mendukung otonomi daerah yang efektif dengan memberikan sumber daya, pelatihan, dan
dukungan teknis kepada pemerintah lokal.
8. Keseimbangan Pembangunan Ekonomi dan Sosial :
Membangun program pembangunan yang mengurangi kesenjangan sosial-ekonomi antara wilayah
dan golongan masyarakat.
9. Perlindungan Hak Asasi Manusia:
Program untuk melindungi hak asasi manusia, termasuk hak sipil, politik, ekonomi, sosial, dan
budaya.
10. Inovasi Digital dalam Pelayanan Publik :
Mengadopsi teknologi dan inovasi dalam pelayanan publik untuk meningkatkan akses, efisiensi, dan
transparansi. Salah satu langkahnya dengan mengembangkan layanan publik yang mudah diakses
dan diawasi secara digital untuk meningkatkan aksesibilitas.
Program-program ini dapat ditingkatkan, diperluas, atau dikembangkan lebih lanjut untuk
memastikan bahwa pembangunan politik di Indonesia bergerak menuju perbaikan yang
berkelanjutan. Pentingnya adaptasi dan evaluasi terus menerus terhadap program-program ini juga
menjadi kunci dalam memperbaiki dan menyesuaikan kebijakan politik dengan kebutuhan
masyarakat.Pengajar komunikasi politik di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Gun Gun Heryanto,
mengatakan, penurunan kepuasan publik merupakan peringatan bagi pemerintah agar segera
memperbaiki kinerja. Tidak hanya pada penanganan Covid-19, tetapi juga penguatan demokrasi
secara kelembagaan. Jelaskan faktor yang perlu diperhatikan dan memiliki prinsip utama dalam
pelayanan publik!

Jawab :

Penurunan kepuasan publik memang dapat menjadi sinyal yang penting bagi pemerintah untuk
memperbaiki kinerja, terutama dalam penanganan Covid-19 dan penguatan demokrasi
kelembagaan. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan adalah :

1. Transparansi dan Akuntabilitas : Pemerintah harus menjaga keterbukaan informasi dan


bertanggung jawab atas keputusan dan tindakan yang diambil. Ini membangun kepercayaan
masyarakat.

2. Partisipasi Publik : Melibatkan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan dapat


meningkatkan legitimasi kebijakan. Mendengarkan dan mempertimbangkan aspirasi
masyarakat adalah prinsip penting.

3. Peningkatan Kualitas Pelayanan : Fokus pada peningkatan kualitas layanan publik, mulai
dari layanan kesehatan hingga fasilitas publik lainnya, merupakan aspek penting untuk
meningkatkan kepuasan masyarakat.

4. Efisiensi dan Responsif : Menjadi responsif terhadap kebutuhan dan masalah yang dihadapi
masyarakat serta menjalankan pelayanan secara efisien adalah kunci. Pemerintah harus
mampu menyediakan solusi secara cepat dan efektif.

5. Keadilan dan Kesetaraan : Membangun sistem yang adil dan merata dalam memberikan
akses dan pelayanan kepada semua lapisan masyarakat, tanpa diskriminasi, sangat penting.

Prinsip utama dalam pelayanan publik mencakup :

 Pelayanan yang Berorientasi pada Kebutuhan : Memahami dan menyesuaikan pelayanan


sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

 Keterbukaan dan Komunikasi yang Efektif : Berkomunikasi secara terbuka dan jelas dengan
masyarakat mengenai kebijakan, langkah-langkah, dan pertanggungjawaban.

 Kualitas dan Efisiensi : Menjamin kualitas layanan yang baik dan menjalankan proses secara
efisien.

 Partisipasi dan Keterlibatan Masyarakat : Mendorong partisipasi masyarakat dalam proses


pengambilan keputusan dan evaluasi pelayanan.
 Keberlanjutan dan Perbaikan Berkelanjutan : Selalu berupaya untuk meningkatkan
pelayanan publik dan menjaga kesinambungan dalam perbaikan.

Dengan fokus pada prinsip-prinsip utama dalam pelayanan publik dan memperhatikan faktor-
faktornya tersebut (yang telah disebutkan diatas), bisa membantu pemerintah dalam meningkatkan
kinerja pelayanan publik dan memperbaiki kepuasan masyarakat.

Mari kita melanjutkan Diskusi kita, dengan topik efektivitas organisasi dalam pelayanan publik.
Ada pernyataan yang menyatakan bahwa besar kecilnya unit kerja berpengaruh terhadap
efektivitas organisasi dan tingkat kepuasan layanan yang diberikan.

Diskusikan, apakah unit kerja pelayanan umum pada banyak kasus di negara kita terlalu gemuk?

Apakah hal itu pula yang membuat organisasi pelayanan umum menjadi kurang efektif dan kurang
memberikan kepuasan maksimal kepada pengguna layanan umum? Ataukah ada faktor lainnya?

Jawab :

Unit kerja yang terlalu besar dalam konteks layanan publik bisa memiliki beberapa dampak yang
mungkin merugikan. Dalam banyak kasus, ukuran yang besar dapat mengakibatkan birokrasi yang
kompleks, lambatnya pengambilan keputusan, dan kesulitan dalam memberikan layanan yang
responsif.

Di banyak negara, unit kerja pelayanan umum memang cenderung memiliki struktur yang besar dan
kompleks, yang bisa membuat mereka kurang responsif terhadap kebutuhan masyarakat. Namun,
penting untuk diingat bahwa ukuran itu sendiri bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan
efektivitas sebuah unit kerja. Manajemen yang efisien, fleksibilitas, dan kualitas dari tenaga kerja
serta sistem yang digunakan juga memiliki peran besar dalam menentukan sejauh mana sebuah unit
kerja dapat memberikan layanan yang baik.Mengenai ukuran unit kerja, seringkali memecahnya
menjadi unit yang lebih kecil dapat membantu dalam meningkatkan fleksibilitas, responsivitas, dan
kemampuan untuk fokus pada tugas-tugas tertentu. Namun, hal ini juga harus seimbang dengan
koordinasi yang baik antar unit, agar tidak menimbulkan masalah baru dalam hal komunikasi dan
kolaborasi. Dan evaluasi terus-menerus terhadap struktur organisasi, ukuran unit kerja, serta
penyesuaian terhadap kebutuhan aktual masyarakat sangat penting. Tujuannya adalah agar layanan
publik bisa lebih efektif, efisien, dan responsif terhadap perubahan kebutuhan masyarakat.

Perlu disadari pula ada banyak aspek yang bisa mempengaruhi efektivitas organisasi pelayanan
umum, bukan hanya ukuran unit kerja. Solusi terbaik seringkali melibatkan kombinasi perbaikan
dalam struktur organisasi, budaya, teknologi, serta manajemen yang efisien.

Memang, dalam banyak kasus, unit kerja pelayanan umum di banyak negara dapat menjadi terlalu
gemuk atau terlalu besar. Ukuran yang besar bisa mengakibatkan beberapa masalah, seperti :

1. Ketidakefisienan : Semakin besar unit kerja, semakin sulit untuk menjalankan tugas-tugas
secara efisien. Proses pengambilan keputusan dan koordinasi menjadi lebih rumit.
2. Biaya yang Tinggi : Unit yang besar memerlukan lebih banyak sumber daya, termasuk biaya
operasional dan administratif yang tinggi.

3. Keterlambatan dalam Pengambilan Keputusan : Dalam unit besar, keputusan bisa tertunda
karena adanya proses yang lebih panjang dan melibatkan banyak pihak.

4. Kurangnya Responsivitas : Dalam unit yang besar, seringkali respon terhadap kebutuhan
masyarakat atau perubahan lingkungan bisa menjadi lambat.

Meski demikian, hal ini tidak selalu berlaku di semua kasus. Beberapa unit besar mungkin efisien
tergantung pada bagaimana struktur, manajemen, dan pengorganisasian dilakukan. Terkadang, ada
kebutuhan akan ukuran besar untuk menangani kompleksitas tugas yang dihadapi.

Perlu evaluasi menyeluruh untuk memastikan bahwa ukuran unit kerja pelayanan umum sesuai
dengan tuntutan tugas dan kebutuhan masyarakat. Terkadang, restrukturisasi atau penyesuaian
ukuran unit kerja dapat meningkatkan efisiensi dan kepuasan layanan.

Evaluasi program pembangunan yang sedang dikerjakan adalah merupakan langkah kritis untuk
memastikan keberhasilan dan efisiensi pelaksanaannya. Melakukan evaluasi program pembangunan
dengan cermat adalah langkah kunci untuk memastikan bahwa sumber daya, diarahkan dengan
efektif dan bahwa program mencapai dampak yang diinginkan. Evaluasi program pembangunan yang
sedang dikerjakan atau masih berjalan melibatkan serangkaian langkah untuk menilai sejauh mana
program tersebut mencapai tujuannya dan memberikan manfaat yang diinginkan. Berikut adalah
beberapa langkah umum untuk melakukan evaluasi program pembangunan yang sedang berjalan:

1. Tentukan Tujuan Evaluasi:

 Jelaskan tujuan utama dari evaluasi program.

 Tentukan pertanyaan evaluasi yang ingin dijawab.

2. Identifikasi dan Tinjau Dokumen Program:

 Amati dokumen program, termasuk rencana, laporan kemajuan, dan dokumen lainnya.

 Tinjau tujuan, target, dan strategi pelaksanaan.

3. Klarifikasi Kerangka Evaluasi:

 Rancang atau klarifikasi kerangka evaluasi yang mencakup tujuan, indikator, output, dan
outcome.

 Tentukan metode dan alat evaluasi yang sesuai.

4. Kumpulkan Data:

 Gunakan metode pengumpulan data yang sesuai dengan sifat program, seperti wawancara,
survei, observasi, atau analisis dokumen.
 Kumpulkan data tentang output, outcome, dan faktor-faktor pelaksanaan.

5. Analisis Data:

 Lakukan analisis data untuk menilai sejauh mana program mencapai tujuan dan targetnya.

 Identifikasi tren, pola, dan perubahan yang mungkin terjadi.

6. Evaluasi Proses Pelaksanaan:

 Tinjau proses pelaksanaan program.

 Identifikasi faktor-faktor pendukung dan hambatan dalam pelaksanaan.

7. Konsultasi dengan Pihak Terkait:

 Libatkan pihak terkait, termasuk pelaksana program, penerima manfaat, dan pemangku
kepentingan lainnya.

 Dapatkan wawasan dan masukan dari perspektif mereka.

8. Evaluasi Outcome dan Dampak:

 Tinjau dampak program pada tingkat individu, kelompok, atau masyarakat.

 Evaluasi perubahan yang terjadi sebagai hasil dari program.

9. Evaluasi Keberlanjutan:

 Pertimbangkan potensi keberlanjutan program setelah masa pelaksanaan.

 Identifikasi faktor-faktor yang dapat mendukung atau menghambat keberlanjutan.

10. Bandingkan dengan Standar atau Benchmark:

 Bandingkan hasil program dengan standar atau benchmark yang relevan.

 Evaluasi apakah program telah mencapai standar yang diinginkan atau memenuhi
ekspektasi.

11. Rapikan dan Presentasikan Hasil:

 Susun temuan evaluasi dalam laporan yang jelas dan terstruktur.

 Sajikan hasil evaluasi kepada pemangku kepentingan.

12. Berikan Rekomendasi:

 Berikan rekomendasi untuk perbaikan atau pengembangan lebih lanjut berdasarkan temuan
evaluasi.

 Rencanakan tindak lanjut dan perbaikan.

13. Komunikasikan Temuan:


 Komunikasikan temuan evaluasi kepada seluruh pemangku kepentingan.

 Fasilitasi diskusi dan pemahaman bersama terhadap hasil evaluasi.

14. Iterasi dan Pembelajaran:

 Gunakan hasil evaluasi untuk melakukan perubahan atau penyesuaian pada program yang
sedang berjalan.

 Terapkan pembelajaran dari evaluasi pada program-program selanjutnya.

Evaluasi program pembangunan yang sedang berjalan membantu memastikan bahwa sumber daya
digunakan secara efektif dan mencapai dampak yang diinginkan. Melibatkan pihak-pihak terkait dan
menggunakan pendekatan yang holistik akan meningkatkan validitas dan relevansi evaluasi

Menurut Saya jelas Ya, isu-isu politik seperti korupsi, konflik, dan ketidakstabilan politik dapat
memiliki dampak yang signifikan terhadap kesuksesan pelaksanaan pembangunan nasional jangka
panjang. Berikut penjelasnya isu-isu politik tersebut dapat mempengaruhi pembangunan :

1. Korupsi :

 Alokasi Sumber Daya yang Tidak Efektif : Korupsi dapat menyebabkan alokasi sumber daya
yang tidak efektif, dengan dana pembangunan yang seharusnya digunakan untuk proyek-
proyek yang bermanfaat malah digunakan untuk kepentingan pribadi atau kelompok kecil.

 Tingkat Kepuasan dan Persepsi Masyarakat Menurun : Korupsi dapat menyebabkan


ketidakpuasan masyarakat terhadap pemerintah, karena dana publik yang seharusnya
digunakan untuk kepentingan bersama malah disalahgunakan.

2. Konflik :

 Menghambat Pembangunan Infrastruktur : Konflik bersenjata atau ketegangan politik


dapat menghambat pembangunan infrastruktur karena sumber daya dialokasikan untuk
kepentingan militer atau pengamanan daripada untuk pembangunan sosial dan ekonomi.

 Mengganggu Pelaksanaan Program Pembangunan : Konflik dapat mengganggu pelaksanaan


program pembangunan karena kesulitan logistik, perpindahan penduduk, dan ketidakpastian
keamanan.

3. Ketidakstabilan Politik :

 Tidak Konsistennya Kebijakan : Ketidakstabilan politik dapat menyebabkan ketidakpastian


kebijakan, yang dapat menghambat investasi dan mengurangi kepercayaan investor dalam
jangka panjang.

 Ketidakpastian Hukum dan Regulasi : Pembangunan memerlukan kepastian hukum dan


regulasi yang stabil. Ketidakstabilan politik dapat menciptakan ketidakpastian ini, yang
merugikan bagi pengembangan sektor bisnis dan investasi.

4. Dampak Sosial dan Ekonomi :


 Ketidaksetaraan dan Ketidakadilan : Isu-isu politik dapat memperkuat ketidaksetaraan dan
ketidakadilan dalam distribusi sumber daya dan manfaat pembangunan.

 Penurunan Investasi Asing : Ketidakstabilan politik dan ketidakpastian kebijakan dapat


membuat investor asing enggan menanamkan modalnya dalam jangka panjang.

5. Gangguan terhadap Perencanaan Strategis :

 Gangguan terhadap Rencana Pembangunan Jangka Panjang: Isu-isu politik dapat


mengganggu perencanaan strategis pembangunan jangka panjang karena pemerintahan
yang tidak stabil mungkin lebih fokus pada kelangsungan politiknya daripada implementasi
rencana pembangunan.

Stabilitas politik dan pengelolaan isu-isu politik jelas mempengaruhi dalam mencapai tujuan
pembangunan nasional jangka panjang. Negara yang menghadapi isu-isu politik biasanya akan
mengalami kesulitan dalam menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pertumbuhan ekonomi,
pengurangan kemiskinan, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, penanganan
isu-isu politik ini menjadi suatu hal yang sangat penting dalam memastikan kesuksesan pelaksanaan
pembangunan nasional.

1. Apa hubungan pengadaan barjas pemerintah secara elektronik dengan manajemen modern dalam
penyelenggaraan pelayanan umum?

Jawab : Pengadaan barang dan jasa pemerintah secara elektronik (e-procurement) sebagai bagian
dari upaya reformasi birokrasi memiliki hubungan yang erat dengan manajemen modern dalam
penyelenggaraan pelayanan umum. Berikut adalah penjelasan hubungannya :

1. Efisiensi dan Transparansi :

 E-procurement memungkinkan proses pengadaan yang lebih efisien : Dengan


menggunakan teknologi, pengadaan barang dan jasa dapat dilakukan secara lebih cepat dan
efisien, mengurangi waktu dan biaya administratif.

 Transparansi dalam proses pengadaan : Sistem e-procurement dapat meningkatkan


transparansi dengan menyediakan akses terbuka ke informasi tentang proses pengadaan,
sehingga pihak yang berkepentingan dapat memantau dan menilai keadilan dan kepatuhan
terhadap aturan.

2. Peningkatan Akuntabilitas :

Pelacakan dan pelaporan yang lebih baik : Dengan adopsi e-procurement, pemerintah
dapat dengan mudah melacak setiap tahap pengadaan, memudahkan proses pelaporan, dan
meningkatkan akuntabilitas pelaksanaan anggaran.

3. Pengendalian Korupsi :

Mengurangi risiko korupsi : Sistem e-procurement dapat membantu mengurangi risiko


praktik korupsi dengan menciptakan jejak digital yang dapat diperiksa dan dilacak.
Transparansi dalam proses pengadaan juga dapat mengurangi peluang terjadinya korupsi.
4. Penghematan Biaya :

Minimalkan biaya administrative : E-procurement dapat mengurangi biaya administratif


terkait dengan proses pengadaan tradisional, seperti pengurangan biaya cetak, distribusi,
dan penyimpanan dokumen fisik.

5. Peningkatan Kualitas dan Kecepatan Layanan :

 Aksesibilitas informasi secara instan : Penggunaan e-procurement dapat memberikan akses


instan ke informasi terkait pengadaan, memungkinkan pengambilan keputusan yang lebih
cepat.

 Peningkatan kualitas pelayanan : Dengan efisiensi dan transparansi yang ditingkatkan,


layanan umum dapat ditingkatkan dalam hal kualitas dan kecepatan.

6. Peningkatan Kompetitivitas Vendor :

Memberikan peluang yang lebih adil : Dengan menggunakan e-procurement, pelaku usaha
kecil dan menengah dapat memiliki akses yang lebih adil dan transparan terhadap peluang
pengadaan, meningkatkan kompetitivitas vendor.

7. Penyederhanaan Proses :

Pengelolaan informasi dalam satu platform : E-procurement memungkinkan


penyederhanaan proses dengan mengelola semua informasi terkait pengadaan dalam satu
platform terintegrasi.

8. Peningkatan Manajemen Risiko :

Analisis data dan pelaporan risiko : Melalui sistem e-procurement, pemerintah dapat
melakukan analisis data untuk mengidentifikasi dan mengelola risiko dengan lebih baik,
termasuk risiko terkait kepatuhan dan kinerja kontraktor.

9. Penyelarasan dengan Tren Manajemen Modern :

Penyelarasan dengan pendekatan manajemen berbasis teknologi : E-procurement


merupakan bagian dari strategi manajemen modern yang berfokus pada pemanfaatan
teknologi informasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas.

Dengan mengintegrasikan e-procurement sebagai bagian dari reformasi birokrasi, pemerintah dapat
memajukan praktik manajemen modern dalam penyelenggaraan pelayanan umum. Ini akan
membawa dampak positif terhadap akuntabilitas, efisiensi, dan transparansi dalam pengadaan
barang dan jasa pemerintah.

2. Faktor-faktor apakah yang menunjang keberhasilan pelaksanaan pengadaan barjas pemerintah


secara elektronik?

Jawab : Keberhasilan pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pemerintah secara elektronik (e-
procurement) sebagai bagian dari upaya reformasi birokrasi dapat sangat dipengaruhi oleh beberapa
faktor kunci. Berikut adalah beberapa faktor kunci yang dapat menunjang keberhasilan
implementasi e-procurement dalam konteks reformasi birokrasi :

1. Kepemimpinan yang Kuat :

Kepemimpinan yang kuat dan berkomitmen dari puncak organisasi untuk mendorong
perubahan dan memastikan keberlanjutan implementasi.

2. Peraturan dan Kebijakan yang Mendukung :

Adanya regulasi dan kebijakan yang mendukung penggunaan e-procurement sebagai bagian
dari reformasi birokrasi.

3. Transparansi dan Akuntabilitas :

Mendorong transparansi dan akuntabilitas dalam seluruh proses pengadaan, dari


perencanaan hingga pelaporan, untuk meningkatkan integritas dan kepercayaan publik.

4. Pendidikan dan Pelatihan :

Program pendidikan dan pelatihan yang efektif untuk meningkatkan keterampilan dan
pemahaman personel terkait e-procurement.

5. Teknologi dan Infrastruktur yang Memadai :

Ketersediaan infrastruktur teknologi yang memadai dan sistem e-procurement yang dapat
diandalkan.

6. Partisipasi Pemangku Kepentingan :

Dukungan dan partisipasi aktif dari seluruh pemangku kepentingan, termasuk pemasok,
organisasi masyarakat sipil, dan masyarakat umum.

7. Budaya Organisasi yang Terbuka terhadap Inovasi :

Budaya organisasi yang terbuka terhadap perubahan dan inovasi, serta kemauan untuk
meninggalkan praktik lama yang tidak efisien.

8. Keamanan dan Perlindungan Data :

Sistem keamanan informasi yang kuat dan perlindungan data untuk mengatasi risiko terkait
keamanan dan privasi.

9. Integrasi dengan Sistem Lain :

Integrasi yang efektif dengan sistem lain yang ada di dalam organisasi untuk memastikan
kelancaran operasional dan pertukaran informasi yang efisien.

10. Keterlibatan Pihak Eksternal :

Keterlibatan pihak eksternal seperti auditor independen atau lembaga pengawas untuk
memastikan transparansi dan kepatuhan terhadap regulasi.
11. Sistem Monitoring dan Evaluasi :

Adanya sistem monitoring dan evaluasi yang efektif untuk mengukur kinerja e-procurement
dan memberikan umpan balik untuk perbaikan terus-menerus.

12. Fleksibilitas dalam Implementasi :

Fleksibilitas dalam implementasi, memungkinkan adaptasi terhadap perubahan kondisi dan


kebutuhan organisasi.

13. Peningkatan Berkelanjutan:

Komitmen untuk perbaikan berkelanjutan dan peningkatan efisiensi dalam pengadaan


barang dan jasa.

14. Pendekatan Bertahap :

Penerapan e-procurement secara bertahap, memungkinkan organisasi untuk menyesuaikan


diri dan mengatasi hambatan secara efektif.

15. Kemitraan dengan Sektor Swasta :

Kemitraan yang baik dengan sektor swasta untuk meningkatkan kemampuan dan kualitas
pelayanan.

Keberhasilan e-procurement dalam konteks reformasi birokrasi membutuhkan strategi yang


komprehensif dan pendekatan holistik terhadap perubahan organisasional, teknologi, dan budaya.
Integrasi e-procurement sebagai bagian dari reformasi birokrasi dapat membantu meningkatkan
efisiensi, akuntabilitas, dan transparansi dalam pengelolaannya.

IPEM4433.14

Setelah mempelajari modul 9 BMP, diskusikan mengenai prospek pembangunan politik di


Indonesia secara komprehensif berdasarkan konsep-konsep yang telah dipelajari!

Prospek pembangunan politik di Indonesia dapat dilihat dari beberapa aspek yang mencakup kondisi
politik, reformasi, partisipasi masyarakat, tata kelola, dan hubungan internasional. Berikut adalah
gambaran umum mengenai prospek pembangunan politik di Indonesia secara komprehensif:

1. Demokrasi dan Pemilu:

 Stabilitas Politik: Meskipun Indonesia telah mencapai kemajuan besar dalam konsolidasi
demokrasinya sejak Reformasi 1998, stabilitas politik tetap menjadi faktor kunci untuk
pembangunan politik yang berkelanjutan.

 Pemilihan Umum: Pemilihan umum yang berjalan dengan baik dan berlangsung secara adil
dan transparan mendukung pembangunan politik yang inklusif.

2. Reformasi Birokrasi:
 Upaya Peningkatan Tata Kelola: Reformasi birokrasi terus menjadi prioritas dengan upaya
meningkatkan tata kelola, efisiensi, dan peningkatan layanan publik.

 Pemberantasan Korupsi: Upaya pemberantasan korupsi dan peningkatan akuntabilitas


publik terus diperkuat melalui lembaga-lembaga seperti Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK).

3. Partisipasi Masyarakat:

 Peran Aktif Masyarakat: Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan


keputusan dan advokasi untuk kepentingan publik menjadi prospek positif.

 Pentingnya Ruang Ekspresi Masyarakat: Pembangunan politik akan didukung oleh


terjaganya ruang ekspresi masyarakat, termasuk kebebasan berpendapat dan berkumpul.

4. Polarisasi Politik dan Toleransi:

 Polarisasi Politik: Menyikapi polarisasi politik dan memperkuat budaya toleransi dan dialog
konstruktif merupakan tantangan yang harus diatasi untuk mendukung pembangunan politik
yang stabil dan inklusif.

5. Peran Perempuan dalam Politik:

 Peningkatan Representasi Perempuan: Pembangunan politik yang inklusif memerlukan


peningkatan representasi perempuan dalam posisi kebijakan dan kepemimpinan politik.

6. Hubungan Internasional:

 Kemitraan dan Diplomasi: Mempertahankan kemitraan yang kuat dengan negara-negara


lain dan berperan aktif dalam diplomasi regional dan global dapat memperkuat posisi
Indonesia di mata internasional.

7. Pembangunan Ekonomi dan Sosial:

 Keseimbangan Pembangunan: Keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan sosial


dengan distribusi yang adil dari manfaatnya menjadi penting untuk stabilitas politik.

8. Ketahanan Politik dan Keamanan:

 Manajemen Konflik: Kemampuan manajemen konflik dan keamanan dalam negeri akan
mendukung pembangunan politik yang stabil.

9. Penguatan Sistem Hukum:

 Penguatan Hukum: Penguatan sistem hukum, kepastian hukum, dan independensi lembaga
peradilan merupakan aspek penting dari pembangunan politik yang berbasis aturan.

10. Teknologi dan Inovasi dalam Politik:

 Pemanfaatan Teknologi: Pemanfaatan teknologi informasi dan inovasi dalam proses politik,
termasuk e-partisipasi dan e-government, dapat meningkatkan transparansi dan efisiensi.
11. Kehidupan Berpolitik yang Bermartabat:

 Budaya Politik yang Bermartabat: Membangun budaya politik yang bermartabat,


menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi, toleransi, dan partisipasi yang sehat.

Penting untuk dicatat bahwa prospek pembangunan politik selalu berfluktuasi dan dipengaruhi oleh
dinamika internal dan eksternal. Selain itu, penguatan lembaga demokratis, peningkatan partisipasi
publik, dan penegakan hukum yang adil akan terus mendukung pembangunan politik yang
berkelanjutan di Indonesia.

Prospek pembangunan politik di Indonesia secara komprehensif dapat dilihat dari berbagai konsep
dan prinsip yang menjadi landasan pembangunan politik yang berkelanjutan. Prospek pembangunan
politik di Indonesia dapat dilihat dari beberapa aspek yang mencakup kondisi politik, reformasi,
partisipasi masyarakat, tata kelola, dan hubungan internasional. Berikut adalah gambaran umum
mengenai prospek pembangunan politik di Indonesia secara komprehensif berdasarkan konsep-
konsep yang relevan :

1. Demokrasi dan Partisipasi :

Prospek Positif : Meningkatnya partisipasi publik dalam proses politik dan pemilihan umum,
bersama dengan konsolidasi demokrasi, menjadi prospek positif. Penegakan prinsip
demokrasi, seperti kebebasan berpendapat dan hak asasi manusia, menjadi landasan kuat.

2. Good Governance (Tata Kelola Baik) :

Prospek Positif : Peningkatan tata kelola baik melalui transparansi, akuntabilitas,


responsivitas, dan partisipasi publik dapat memperkuat pembangunan politik yang
berkelanjutan.

3. Rule of Law (Pemerintahan Berdasarkan Hukum) :

Prospek Positif : Penguatan pemerintahan berdasarkan hukum, perlindungan hak asasi


manusia, dan independensi lembaga peradilan mendukung pembangunan politik yang stabil
dan adil.

4. Pemantapan Sistem Multi-Partai :

Prospek Positif : Pembangunan politik di Indonesia didukung oleh sistem multi-partai yang
semakin matang, menciptakan keberagaman pandangan dan pilihan politik.

5. Partisipasi Perempuan dalam Politik :

Prospek Positif : Peningkatan partisipasi perempuan dalam politik, baik di level legislatif
maupun eksekutif, dapat meningkatkan keadilan gender dan memberikan kontribusi positif
terhadap kebijakan.

6. Konsolidasi Reformasi Birokrasi :

Prospek Positif : Upaya terus menerus dalam konsolidasi reformasi birokrasi dapat
meningkatkan efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas pelayanan publik.
7. Penanggulangan Korupsi :

Prospek Positif : Upaya pemberantasan korupsi melalui lembaga-lembaga seperti KPK dan
peningkatan kesadaran masyarakat terhadap dampak buruk korupsi menjadi faktor positif.

8. Penguatan Identitas dan Kedaulatan Bangsa :

Prospek Positif : Pembangunan politik di Indonesia dapat dikuatkan melalui penguatan


identitas nasional, keberagaman budaya, dan kedaulatan bangsa.

9. Pemberdayaan Masyarakat :

Prospek Positif : Pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan politik dan partisipasi dalam
pengambilan keputusan dapat memperkuat fondasi demokrasi.

10. Kepemimpinan yang Berkarakter :

Prospek Positif : Kepemimpinan politik yang berkarakter, berintegritas, dan berkomitmen


pada kesejahteraan rakyat dapat memberikan arah yang positif untuk pembangunan politik.

11. Inovasi Teknologi dan E-Government :

Prospek Positif : Pemanfaatan inovasi teknologi dan e-government dapat meningkatkan


efisiensi dan transparansi dalam penyelenggaraan pelayanan publik dan proses politik.

12. Dialog dan Toleransi Politik :

Prospek Positif : Pembangunan politik yang berkelanjutan memerlukan dialog politik yang
konstruktif dan budaya toleransi untuk mengelola perbedaan pandangan.

13. Kemitraan Internasional :

Prospek Positif : Keterlibatan aktif Indonesia dalam kemitraan internasional dan diplomasi
dapat memperkuat peran negara ini di tingkat global.

14. Peningkatan Kualitas Pendidikan Politik :

Prospek Positif : Peningkatan kualitas pendidikan politik dapat membentuk masyarakat yang
lebih terinformasi dan partisipatif dalam proses politik.

15. Adaptasi Terhadap Tantangan Global :

Prospek Positif : Kemampuan Indonesia untuk beradaptasi dengan tantangan global, seperti
perubahan iklim dan pandemi, akan memainkan peran penting dalam pembangunan politik
yang berkelanjutan.

Penting untuk diingat bahwa pembangunan politik adalah proses yang dinamis, dan faktor-faktor ini
saling terkait. Proses ini memerlukan kerja sama dan keterlibatan seluruh elemen masyarakat untuk
mencapai pembangunan politik yang inklusif, adil, dan berkelanjutan.
Sumber: Nico Natanail Bangun dalam laman https://ombudsman.go.id/artikel/r/artikel--
pentingnya-komunikator-pelayanan-publik-dalam-meningkatkan-kualitas-informasi-terkait-
covid-19, akses tanggal 8 Maret 2021

Perbaikan kinerja menjadi program aksi nyata karena sudah memasuki paruh kedua periode
pemerintahan Jokowi. Tak hanya kebijakan terkait pandemi Covid-19 baik di sektor ekonomi
maupun kesehatan, komunikasi kebijakan publik yang lebih baik dan penguatan peran
pemerintah dari sisi perorangan dan kelembagaan perlu dibenahi.

Analisislah dan uraikan kategori nilai berikut yang berperan membimbing perilaku pembuat
kebijakan : Political Values, Organizational Values, Personal Values, Policy Values dan
Ideological Values. Kategori nilai manakah yang cenderung menunjukkan kepuasan publik
terhadap kinerja pemerintahan?

Berdasarkan kutipan yang diberikan tersebut, kita dapat menganalisis kategori nilai yang berperan
membimbing perilaku pembuat kebijakan sebagai berikut :

1. Political Values (Nilai Politik) :

Pernyataan tersebut mencerminkan nilai-nilai politik yang mendasari perbaikan kinerja


sebagai program aksi selama paruh kedua pemerintahan Jokowi. Nilai-nilai politik ini
mencakup tujuan-tujuan politik terkait dengan pandemi Covid-19, baik di sektor ekonomi
maupun kesehatan.

2. Organizational Values (Nilai Organisasi) :

Penekanan pada "komunikasi kebijakan publik yang lebih baik" dan "penguatan peran
pemerintah dari sisi perorangan dan kelembagaan" mencerminkan nilai-nilai organisasi yang
menyoroti transparansi, akuntabilitas, dan peningkatan efektivitas pelayanan publik.

3. Personal Values (Nilai Personal) :

Pernyataan tersebut menunjukkan nilai-nilai personal pemimpin, yaitu Joko Widodo


(Jokowi), yang mencakup komitmen untuk perbaikan kinerja dan penguatan peran
pemerintah. Nilai-nilai seperti integritas, tanggung jawab, dan fokus pada pelayanan
masyarakat mungkin memainkan peran penting.

4. Policy Values (Nilai Kebijakan) :

Pernyataan tersebut menggarisbawahi kebijakan terkait pandemi Covid-19 di sektor


ekonomi dan kesehatan sebagai bagian dari program aksi. Nilai-nilai kebijakan mencakup
efektivitas, keadilan, dan kesejahteraan masyarakat.

5. Ideological Values (Nilai Ideologis) :


Meskipun tidak secara eksplisit diuraikan, pernyataan tersebut dapat mencerminkan nilai-
nilai ideologis yang mendasari tindakan pemerintah, seperti pandangan terhadap peran
negara dalam pembangunan dan penanganan krisis.

Kategori Nilai yang Mungkin Menunjukkan Kepuasan Publik :

Berdasarkan konteks pernyataan, kategori nilai yang cenderung menunjukkan kepuasan publik
terhadap kinerja pemerintah mungkin termasuk :

 Policy Values (Nilai Kebijakan) : Kepuasan dapat timbul jika kebijakan yang
diimplementasikan berhasil merespon tantangan pandemi dan memberikan dampak positif
pada sektor ekonomi dan kesehatan.

 Personal Values (Nilai Personal) : Kepuasan dapat terkait dengan pengakuan terhadap nilai-
nilai personal pemimpin, seperti komitmen terhadap perbaikan kinerja dan pelayanan
masyarakat.

Namun, perlu diingat bahwa kepuasan publik adalah hal kompleks dan dapat dipengaruhi oleh
berbagai faktor, termasuk persepsi masyarakat, realisasi kebijakan, dan situasi kontekstual pada saat
tertentu.

Jawaban Lain :

Berdasarkan kutipan yang diberikan, kita dapat menganalisis kategori nilai yang memandu perilaku
pembuat kebijakan. Selanjutnya, kita akan mengevaluasi kategori nilai yang mungkin berkontribusi
pada kepuasan publik terhadap kinerja pemerintahan.

Analisis Kategori Nilai :

1. Political Values (Nilai Politik) :

Analisis : Nilai politik mencakup orientasi pemerintah terhadap pembangunan dan


penanganan pandemi Covid-19. Pernyataan menyoroti upaya pemerintah untuk
memperkuat kinerja selama paruh kedua periode pemerintahan Jokowi, yang dapat
dihubungkan dengan orientasi politik mereka.

2. Organizational Values (Nilai Organisasi) :

Analisis : Pernyataan menekankan pentingnya komunikasi kebijakan publik yang lebih baik
dan penguatan peran pemerintah dari sisi perorangan dan kelembagaan. Ini mencerminkan
nilai-nilai organisasi yang menekankan transparansi, akuntabilitas, dan peningkatan
efektivitas pelayanan publik.

3. Personal Values (Nilai Personal) :

Analisis: Pembuat kebijakan, terutama Presiden Jokowi, menunjukkan nilai-nilai personal


seperti komitmen terhadap perbaikan kinerja, pelayanan masyarakat, dan responsibilitas
terhadap pandemi. Nilai-nilai ini dapat memengaruhi persepsi publik terhadap kinerja
pemerintah.
4. Policy Values (Nilai Kebijakan) :

Analisis : Fokus pada kebijakan terkait pandemi Covid-19, baik di sektor ekonomi maupun
kesehatan. Peningkatan kepuasan publik dapat terkait dengan efektivitas dan relevansi
kebijakan yang diimplementasikan.

5. Ideological Values (Nilai Ideologis) :

Analisis : Meskipun tidak secara eksplisit diuraikan, pernyataan tersebut dapat


mencerminkan nilai-nilai ideologis yang mendasari tindakan pemerintah, terutama terkait
dengan pandangan mereka tentang peran negara dalam pembangunan.

Kategori Nilai yang Cenderung Menunjukkan Kepuasan Publik :

Berdasarkan konteks, kategori nilai yang cenderung berkontribusi pada kepuasan publik terhadap
kinerja pemerintahan mungkin melibatkan kombinasi Political Values (Nilai Politik), Organizational
Values (Nilai Organisasi), dan Personal Values (Nilai Personal). Jika pembuat kebijakan dapat
memahami dan mengakomodasi nilai-nilai ini dengan baik, termasuk efektivitas kebijakan dan
pelayanan publik, maka kemungkinan besar kepuasan publik akan meningkat.

Namun, penting untuk dicatat bahwa kepuasan publik adalah hasil dari berbagai faktor dan
kompleksitas masyarakat. Oleh karena itu, implementasi kebijakan yang berhasil dan responsif
terhadap kebutuhan masyarakat secara luas akan menjadi kunci dalam meningkatkan kepuasan
publik.

Anda mungkin juga menyukai