Anda di halaman 1dari 6

Diskusi 1

Ekonomi Pemerintahan
1. Pengertian penerimaan negara (dengan menyebutkan 2 sumber dan referensinya. Kemudian
buat lah definisi pengeluaran negara dengan bahasa Anda sendiri.
2. Bagaimana pandangan saudara tentang kondisi penerimaan negara/pajak di Indonesia
serta berikan solusi dari upaya peningkatkan penerimaan negara/pajak paling efektif!

Jawab:
Menurut Adya Barata Atep (2004:51) yang dimaksud dengan penerimaan negara adalah
semua penerimaan kas umum, baik kas pemerintah pusat atau kas pemerintah daerah, dari
berbagai sumber yang sah, yang menambah ekuitas dana dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan yang menjadi hak pemerintah pusat atau daerah.
Sedangkan menurut Ibnu Syamsi (1994: 85) penerimaan negara adalah pemasukan negara
meliputi pajak, retribusi, keuntungan perusahaan negara, denda, sumbangan masyarakat, dan
lain-lain yang digunakan sebagai sumber pendanaan kegiatan.
Dari kedua pendapat tersebut, saya membangun kesimpulan bahwa penerimaan negara
adalah seluruh pemasukan kas negara, baik kepada pemerintah pusat maupun pemerintah daerah,
dari sektor pajak maupun non pajak yang ditentukan pada periode tahun anggaran berjalan.
Penerimaan negara biasanya diproyeksikan dalam suatu anggaran pendapatan negara. Pada saat
berjalannya, proyeksi ini akan selalu dimonitoring apakah tercapai realisasinya. Di Indonesia,
perubahan proyeksi penerimaan negara dapat dilihat pada APBN-P.
Yang menarik menurut saya adalah realisasi penerimaan negara di tahun 2020 yang
terlampau jauh dari perkiraan yang telah disusun dalam outlook APBN. Hal ini dikarenakan
meluasnya dampak pandemi kepada masyarakat. Sehingga banyak pengeluaran yang diarahkan
untuk penanggulangan Covid-19.

Referensi:
Atep, Adya Barata & Bambang Trhihartanto. (2004). Kekuasaan Pengelolaan Keuangan
Negara/Daerah (hlm. 51). Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Syamsi, Ibnu. (1994). Dasar-Dasar Kebijakan Keuangan Negara (hlm. 85). Jakarta: Rineka
Cipta.
Manajemen Proyek
1. Apa yang saudara ketahui terkait Mata kuliah Manajemen Proyek, seberapa pentingkah
mempelajari MK ini?
2. Apa manfaat dengan mempelajari manajemen proyek dalam kehidupan sehari-hari .

Jawab:
Dari yang saya ketahui melalui Modul ADPU4338, mata kuliah Manajemen Proyek adalah
mata kuliah yang mempelajari manajemen di sisi proyek, mulai dari pengertiannya, karakteristik,
perbedaan yang terdapat pada proyek sektor publik dan sektor privat, dan tujuan dari proyek
sektor publik.
Menurut saya, matkul Manajemen Proyek memiliki nilai penting, khususnya bagi saya yang
bekerja di pemerintahan, untuk memahami apa dan bagaimana seharusnya sektor publik
direncanakan, diimplementasikan, diawasi, hingga evaluasinya dengan menerapkan konsep-
konsep manajemen yang modern sesuai dengan prinsip-prinsip good governance. Sejak
bergulirnya reformasi di tahun 1998, praktis sektor publik harus mengedepankan nilai-nilai yang
diusung oleh reformasi seperti demokrasi, transparansi, dan akuntabilitas.
Tidak seperti di masa Orde Baru, maka, proyek-proyek pemerintahan yang tujuan utamanya
adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat di masa reformasi ini harus mengusung nilai-nilai
reformasi tadi.
Pada kehidupan sehari-hari, manfaat dari mempelajari Manajemen Proyek adalah
membangun kesadaran kita dan sikap kritis kitas serta dibantu dengan wawasan mengenai
pembangunan di sektor publik sehingga kita dapat secara efektif mengawasi jalannya
pembangunan tersebut. Dengan memahami Manajemen Proyek kita sebagai warga negara dapat
melakukan pengawasan atas dasar transparansi dan akuntabilitas. Pembangunan di negara ini
dilakukan lewat pajak yang telah kita bayar sebagai warga negara, sehingga kita turut memiliki
hak untuk mengontrol pembangunan sektor publik.
Misalnya, Kassel (dalam Susanti & Runiawati, 2021: 2.8) dalam model “A Strategic
Framework for Public Sector Project Management” mengajukan pertanyaan penting dalam
mengelola proyek adalah “bagaimana cara paling penting untuk menjaga proyek sektor publik
agar sesuai jadwal dan menghindari biaya lebih...?” jawabannya adalah dengan rencana kerja
yang bagus. Dari MK Manajemen Proyek kita dapat mengetahui bahwa rencana terbaik untuk
pembangunan sektor publik adalah dengan membuka partisipasi publik itu sendiri. Karena pada
dasarnya publik lah yang lebih tahu akan kebutuhannya.

Referensi:
Susanti, Elisa, dan Runiawati, Nunung. (2021). Materi Pokok Manajemen Proyek. Tangerang
Selatan: Universitas Terbuka.
Manajemen Logistik Organisasi Publik
1. Apa perbedaan siklus pengelolaan aset pada KB 1 dengan siklus pengelolaan aset pada
PP 27 Tahun 2017
2. Mengapa diperlukan manajemen logistik dalam organisasi publik?
3. Bagaimana persamaan dan perbedaan manajemen aset, manajemen logistik dan
manajemen rantai pasokan?

Jawab:
Pada siklus pengelolaan aset seperti yang diuraikan dalam KB1, tahapannya dimulai dari
perencanaan kebutuhan aset, pengadaan aset, inventarisasi aset, legal audit, penilaian, operasi
dan pemeliharaan, penghapusan, peremajaan, dan terakhir pengalihan aset. Jika melihat dari
tahapan tersebut, maka ada perbedaan dengan siklus pengelolaan aset pada PP No. 27/2014,
yaitu pada tahap peremajaan aset. Di mana aset yang telah usang baik dari sisi pemanfaatan
maupun umur ekonomis dapat diperbaharui kembali.
Tahap peremajaan aset tidak terdapat dalam siklus pengelolaan aset pada PP No. 27/2014.
Berkaitan dengan sisi pemanfaatan maupun umur ekonomis, maka pengelolaan aset pada PP No.
27/2014 menghendaki adanya pemanfaatan melalui sewa ke pihak luar atau jika umur ekonomis
telah habis, aset hanya dapat dilakukan penghapusan, tanpa ada peremajaan kembali.
Ketiadaan tahap peremajaan aset pada PP No. 27/2014 menurut saya karena menilai
efektivitas kegunaan aset untuk menyokong tujuan organisasi. Aset yang telah habis umur
ekonomisnya biasanya telah jauh berkurang nilai kegunaannya, selain itu biaya pemeliharaan
semakin membesar. Jadi, sebaiknya memang perlu dihapuskan saja.
Organisasi publik adalah organisasi yang kegiatannya ditujukan untuk pemenuhan
kebutuhan masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka organisasi publik
mengadakan kegiatan logistik yang menjamin ketersediaan barang dan penyalurannya sejak dari
gudang hingga ke tangan masyarakat. Sehingga dari situlah bermula perlunya manajemen
logistik.
Manajamen logistik publik adalah “proses perencanaan, implementasi, dan pengendalian
dari seluruh proses kegiatan logistik, mulai dari pengumpulan, pengadaan, penyimpanan, dan
pendistribusian untuk pelayanan kebutuhan masyarakat” (Kusumastuti & Sugiama, 2021: 1.23).
Dengan manajemen logistik, aktivitas-aktivitas logistik dapat diarahkan demi pencapaian tujuan.
Aktivitas tersebut terdiri dari pelayanan pelanggan, pengemasan, persediaan, lintas dan
transportasi, hingga logistik reverse, yang kesemua aktivitas tersebut tersusun dengan tahapan-
tahapan yang telah diatur sedemikian rupa.
Persamaan di antara manajemen aset, manajemen logistik, dan manajemen rantai pasokan
adalah ketiganya memiliki kegiatan perencanaan kebutuhan. Perencanaan merupakan langkah
awal dalam setiap bentuk manajemen.
Sedangkan perbedaan di antara ketiganya adalah terletak pada unsur teknologi, ruang
lingkup, dan tujuan. Manajemen logistik mengandalkan teknologi perangkat. Manajemen supply
chain mengandalkan teknologi SDM. Sedangkan manajemen aset mengandalkan baik teknologi
hardware dan software maupun skills SDM yang mumpuni. Ruang lingkup manajemen logistik
adalah lokasi tujuan, gudang penyimpanan, transportasi, dan sistem distribusi. Manajemen
supply chain terdiri atas aspek keterampilan SDM, teknologi informasi dan komunikasi, dan
perilaku pelanggan. Sedangkan manajemen aset memiliki ruang lingkup internal organisasi, yaitu
penatausahaan barang-barang yang menjadi aset sebagai penopang tujuan organisasi.

Referensi:
Kusumastuti, Dyah dan A. Gima Sugiama. (2021). Materi Pokok Manajemen Logistik
Organisasi Publik. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Sistem Ekonomi Indonesia
1. Mengapa dalam suatu negara yang mempunyai sistem ekonomi yang sama, mempunyai
masalah ekonomi yang berbeda?
2. Bagaimana upaya untuk memecahkan permasalahan ekonomi pada negara yang
menganut sistem ekonomi liberal maupun komunis? Berikan penjelasan disertai alasan
Anda!

Jawab:
Suatu negara yang memiliki sistem ekonomi sama, dapat mengalami masalah
ekonomi yang berbeda. Hal itu dikarenakan sistem ekonomi turut dipengaruhi oleh sosial,
politik, dan pranata lainnya yang ada di negara tersebut. Artinya, masalah sosial dan politik yang
berbeda memunculkan masalah ekonomi yang berbeda pula. Menurut Theodore Margan sistem
ekonomi merupakan “... part of constellation of economic, social, and political institution and
ideas and can be understood oly as part of this whole.” Sistem ekonomi terdiri atas sub-sub
sistem yang disebut dengan pranata ekonomi, pranata sosial, pranata, politik, dan pranata ide-ide.
Indonesia pada masa Demokrasi Terpimpin bereksperimen dengan sistem ekonomi
terpusat (komando), yang menurut saya lebih mirip dengan ekonomi terpusat ala komunisme.
Tetapi, eksperimen ini menghasilkan permasalahan ekonomi yang pelik seperti inflasi mencapai
600 persen. Rentannya kekuatan sosial politik pada masa itu, misalnya maraknya pemberontakan
di berbagai daerah, berpengaruh terhadap lemahnya konsolidasi kekuatan ekonomi nasional.
Berbeda misalnya dengan negara Tiongkok Cina yang sukses dengan ekonomi terpusat ala
komunismenya. Hari ini Tiongkok Cina merupakan kekuatan ekonomi terbesar kedua setelah
Amerika Serikat. Hal itu karena secara sosial politik Tiongkok Cina mencapai konsolidasi penuh
di bawah Partai Komunis Cina. Juga faktor-faktor lain seperti tersedianya tenaga kerja terampil
yang banyak.
Uraian di atas menurut saya juga artinya menolak teori yang disampaikan Karl Marx
bahwa ekonomi merupakan suprastruktur yang membentuk bangunan sosial dan politik suatu
negara. Karena dari dua contoh yang disebutkan di atas, yaitu Indonesia pada periode Demokrasi
Terpimpin dan Tiongkok Cina di masa kini, terdapat bangunan sosial dan politik berbeda
meskipun keduanya menjalankan sistem ekonomi yang sama.
Upaya pemecahan masalah ekonomi di antara negara-negara ekonomi liberal dan
komunis memerlukan pendekatan yang berbeda. Pada negara-negara berhaluan liberal,
perekonomian yang terlalu diserahkan kepada mekanisme pasar menimbulkan permasalahan
ketimpangan pendapatan di antara penduduk. Kapitalisme mendongkrak pendapatan para
pemilik modal dengan di saat bersamaan menekan kesejahteraan para pekerja. Meskipun di sisi
produksi barang dan jasa negara-negara di Amerika Utara dan Eropa yang telah kokoh ekonomi
liberalnya mampu mencapai tingkat efisiensi yang luar biasa berkat teknologi terkini (lates
technology), tetapi ketimpangan tetap terjadi di mana para pekerja yang memproduksi barang
dan jasa bahkan tidak dapat membelinya.
Sementara di negara-negara berhaluan komunisme yang umumnya adalah negara
berkembang, permasalahan ekonomi terjadi pada seputar efisiensi. Rentang kendali (span of
control) atas roda perekonomian yang terlalu sentralistik menciptakan pasar yang tidak memiliki
kompetisi.
Menurut saya, solusi atas masalah ekonomi di negara liberal adalah dengan meningkatkan
peran negara melalui pemerintahan yang kuat penegakan hukumnya (law enforcement). Dengan
perangkat hukum negara mampu merekayasa ketimpangan sosial yang diakibatkan oleh
ketimpangan pendapatan. Pemerintah misalnya dapat menerapkan subsidi silang, atau membuat
regulasi yang lebih melindungi kelas pekerja dan meningkatkan kesejahteraan mereka. Di
Indonesia hal tersebut dilakukan melalui BPJS Ketenagakerjaan.
Sedangkan masalah inefisiensi yang dihadapi oleh negara komunis dapat diupayakan
pemecahannya dengan desentralisasi ekonomi. Kekuasaan tingkat daerah diperbolehkan
menerapkan sistem ekonomi dengan beradaptasi terhadap lokalitasnya.
Referensi:
Suharyono & Niam Sovie. (2021). Materi Pokok Sistem Ekonomi Indonesia. Tangerang Selatan:
Universitas Terbuka.

Tugas Akhir Program


1. Diskusikan dengan rekan mahasiswa di kelas Anda tentang lingkup materi matakuliah
pendukung TAP yang menurut Anda sulit dan perlu dipelajari lebih intensif! Sertakan alasan
mengapa Anda menganggap materi Buku Materi Pokok (BMP) tersebut sulit?

2. Silakan ringkas BMP ADPU4410 Kebijakan Publik dan menjadi tugas diskusi sesi pertama
yang harus Anda posting dalam rumah diskusi 1 selain poin 1 diatas...

Jawab:
Dari kelima mata kuliah pendukung TAP, Manajamen Pemerintahan adalah mata kuliah
pendukung yang menurut saya perlu dipelajari lebih intensif. Pertama, mata kuliah tersebut
menggabungkan dua konsep terpenting dalam ilmu pemerintahan, yaitu manajemen dan
pemerintahan. Bagi saya ini adalah inti dari ilmu pemerintahan. Manajemen memiliki unsur-
unsur perencanaan, pengawasan, pengendalian, koordinasi, dan kepemimpinan. Unsur-unsur tadi
perlu dimiliki oleh setiap organisasi, terutama organisasi publik. Sedangkan pemerintahan adalah
bagaimana membangun hubungan antara pemerintah dengan rakyat demi mencapai tujuan
bernegara.
Mata kuliah manajemen pemerintahan memiliki banyak konsep dan alat analisis yang
menurut saya juga menjadi alasan perlunya untuk dipelajari lebih dalam lagi. Konsep dan teori di
dalam Manajemen Pemerintahan diantaranya New Public Management, dinamika kelompok,
konflik, pendekatan sistem, dan rentang kendali dalam organisasi publik. Konsep-konsep dan
teori-teori tersebut sangat perlu dipelajari lebih intensif lagi karena mengingat pemerintahan
merupakan aktivitas yang memasuki hampir seluruh aspek kehidupan manusia.

Ringkasan BMP ADPU4410 (Kebijakan Publik):


Kebijakan publik adalah disiplin ilmu yang menggabungkan konsep-konsep dan teori-teori
dari berbagai cabang ilmu. Dalam usahanya untuk menganalisis suatu kebijakan, maka disiplin
ilmu kebijakan publik sedikitnya akan menggunakan lebih dari satu konsep dan analisis di
berbagai bidang ilmu. Secara etimologis, kebijakan publik berasal dari istilah bahasa Inggris
‘public policy’ yang lebih tepat diterjemahkan sebagai ‘kebijakan publik’. Pengertian yang
paling terkenal mengenai kebijakan publik mungkin adalah definisi yang disampaikan oleh
Thomas R. Dye, yaitu “public policy is whatever governments choose to do or not to do.”
Yang menarik dari pernyataan Dye di atas adalah bahwa kebijakan pemerintah tidak hanya
sebatas apa yang dilakukannya, tetapi juga apa yang pemerintah pilih untuk tidak dilakukan.
Karena menurut Dye antara yang dilakukan pemerintah dengan yang tidak dilakukan memiliki
dampak yang sama. Tetapi, definisi dari Dye ini tidak menjelaskan secara detil siapa
aktor/subjek dalam perumusan kebijakan publik. William J. secara jelas menyebut aktor tersebut
adalah aktor politik (political actor), yaitu pemerintah maupun nonpemerintah seperti lembaga
privat, NGO, media, atau civil society.
Kebijakan yang dihasilkan oleh pemerintah turut dipengaruhi oleh kepentingan publik di
sekitarnya. Kepentingan publik dibentuk oleh berbagai nilai yang hidup di masyarakat (shared
values). Karena begitu banyaknya nilai yang hidup di masyarakat, tentu akan ada pertentangan.
Di sinilah letak peran krusial pemerintah dalam perumusan kebijakan publik, yaitu bagaimana
mengartikulasikan dan menganalisis nilai-nilai yang saling bertentangan yang muncul pada saat
pemecahan masalah. Ini adalah peran pemerintah selain dari perumusan masalah dan
menetapkan pemecahan masalah. Menurut Anderson (1979) secara umum nilai-nilai yang
berperan dalam membentuk kebijakan antara lain: 1) Political Values; 2) Organizational Values;
3) Personal Values; 4) Policy Values; dan 5) Ideological Values.
Proses perumusan kebijakan publik tidak dapat menghindari benturan (turbulence) antar
nilai tadi. Hanya saja, para aktor diusahakan untuk mencari mana yang paling relevan dalam
pemecahan masalah.
Setelah mengetahui pengertian dan ruang lingkup kebijakan publik, maka selanjutnya
adalah mengenal beberapa model/pendekatan dalam kebijakan publik. Secara umum, pendekatan
kebijakan publik terdiri dari dua kelompok (Henry, 1975). Pendekatan yang deskriptif
menggambarkan perilaku politik para aktor perumus kebijakan, misalnya pendekatan sistem,
pendekatan kelembagaan, dan pendekatan elit. Kedua adalah pendekatan yang preskriptif.
Pendekatan ini lebih banyak menilai hasil dan dampak suatu kebijakan. Menurut James E.
Anderson ada lima pendekatan kebijakan publik, antara lain 1) teori sistem; 2) teori kelompok;
3) teori elit; 4) teori proses fungsional; dan 5) teori institusional.
Dalam kajian kebijakan publik, perbedaan pendapat yang sering menjadi perhatian adalah
apakah kebijakan publik murni kegiatan pemerintah, atau ada proses politik di dalam
pembentukannya. Menurut Portney (1986) kebijakan publik bukan dampak dari keputusan yang
telah diambil, melainkan cerminan atas segala yang terjadi di dalam proses perumusan kebijakan
publik. Sedangkan menurut Muh. Irfan Islamy (2021), mahasiswa yang sedang mendalami kajian
kebijakan publik sebaiknya jangan beranggapan bahwa kebijakan publik adalah proses
“teknokratis, linear, ataupun fungsional”, melainkan ia adalah proses yang “sarat dengan tarik-
menarik berbagai kepentingan”.
Model yang melihat kebijakan publik sebagai proses yang kedua, salah satunya adalah
Model Demokratis yang disampaikan oleh Paul A. Sabatier dan H.C. Jenkins-Smith dengan
sebutan “Advocacy Coalition Approach”. Pendekatan ini memulai dengan premis “policy
subsystem” sebagai unsur perumusan kebijakan. Policy subsystem ialah “mereka yang berasal
dari pelbagai organisasi baik publik maupun swasta yang berkepentingan dan berpikir secara
aktif tentang satu masalah atau isu kebijakan.” Jenkins-Smith menyebut pihak-pihak ini sebagai
the iron triangle, yaitu: 1) kelompok kepentingan; 2) birokrasi; dan 3) politisi, akademisi,
peneliti, wartawan dan pejabat pemerintah. Ketiga kelompok inilah yang memberi corak pada
kebijakan publik.
Konsep penting dalam model demokratis ini adalah “argumentative turn”, yaitu aktivitas
kreatif dari para aktor dalam policy subsystem dalam mencari, menemukan, menilai, dan
mendefinisikan masalah kebijakan dan alternatif pemecahannya (Islamy, 2019: 3.23).
Identifikasi masalah kebijakan publik dimulai dengan menentukan karakteristik suatu
masalah kebijakan. Memahami karakteristik masalah kebijakan akan mengantar aktor perumus
kebijakan dalam menentukan alternatif pemecahan masalah yang tepat. Karena menurut Russell
L. Ackoff (1974) kegagalan suatu kebijakan lebih sering disebabkan oleh pemecahan masalah
yang keliru. Keberhasilan dalam pemecahan masalah akan ditentukan oleh dua faktor: 1)
mendefinisikan masalah dengan benar, 2) menentukan alternatif masalah yang benar pula.

Referensi:

Anda mungkin juga menyukai