Anda di halaman 1dari 3

DPRD memiliki kewenangan terhadap pengawasan pelaksanaan APBD sebagai

pengawasan keuangan eksternal tingkat kabupaten. Seperti halnya pada pengawasan


pelaksanaan, dalam pengawasan keuangan DPRD provinsi/kabupaten/kota dalam
melakukannya melalui dengar pendapat, kunjungan kerja, dan pembentukan panitia khusus.

APIP adalah Aparat Pengawasan Intern Pemerintah. APIP merupakan instansi


pemerintah yang dibentuk untuk melaksanakan tugas pengawasan intern (internal audit) di
lingkungan pemerintah pusat dan/atau pemerintah daerah, yang terdiri dari Badan Pengawas
Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Inspektorat Jendral Kementerian, Inspektorat/unit
pengawasan intern pada Kementerian Negara, Inspektorat Utama/Inspektorat Lembaga
Pemerintah NonKementerian, Inspektorat/unit pengawasan intern pada Kesekretariatan
Lembaga Tinggi Negara dan Lembaga Negara, Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota, dan
unit pengawasan intern pada Badan Hukum Pemerintah lainnya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.

 Pengawasan adalah bagian yang penting dalam pengelolaan keuangan pemerintah


baik di daerah maupun pusat. Pengawasan terhadap pengelolaan keuangan pemerintah
merupakan proses pengamatan dari seluruh kegiatan organisasi guna lebih menjamin bahwa
semua pekerjaan yang sedang dikerjakan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan
sebelumnya. Lingkungan pengawasan yang baik haruslah dikembangkan dengan mengawali
pembangunan berbagai instrumen pengawasan yaitu : a. Standar hasil yang ingin dicapai.
          b. Laporan.
          c. Auditing.
          d. Anggaran.
(Sumber bacaan : Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Pemerintah Daerah: Konsep dan
Praktek Oleh Bambang Pamungkas)
Pemerintah melakukan pembinaan dan pengawasan pengelolaan keuangan daerah kepada
pemerintah daerah yang dikoordinasikan oleh Menteri Dalam Negeri. Pembinaan
sebagaimana dimaksud meliputi pemberian pedoman, bimbingan, supervisi, konsultasi,
pendidikan, pelatihan, serta penelitian dan pengembangan.
            Pemberian pedoman sebagaimana yang dimaksud mencakup perencanaan dan
penyusunan APBD, penatausahaan, pertanggung jawaban keuangan daerah, pemantauan dan
evaluasi, dan juga kelembagaan pengelolaan keuangan daerah. Pembinaan untuk
kabupaten/kota dikoordinasikan oleh gubernur selaku wakil dari pemerintah.
Mengenai pengawasan keuangan daerah pada masing-masing tingkat daerah dilakukan oleh
aparat pengawas intern dari daerah yang bersangkutan. Sedangkan pengawasan ekstern
dilakukan oleh pemerintah pusat, dalam hal ini adalah kementerian dalam negeri dan
kementerian keuangan. Aparat pengawasan pemerintah pusat ini dalam melaksanakan
tugasnya berdasarkan pada semua peraturan perundang-undangan yang berlaku tentang
keuangan dan kekayaan daerah/negara. Sehingga dalam melaksanakan pengawasan itu
terkandung unsur penelitian dan penilaian selain ditujukan kepada peraturan perundang-
undangannya juga pada materi dan penggunaan keuangan dan kekayaan daerah.
Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) sebagai badan atau lembaga otonom yang adanya
ditetapkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 dalam undang-undang pendiriannya ditetapkan
memiliki kewenangan juga untuk mengadakan pengawasan kepada keuangan/kekayaan
daerah.
Pengelolaan keuangan daerah pasca otonomi daerah menuntut adanya perubahan dalam mekanisme
penganggaran dan sistem akuntansi. Mulai tahun anggaran 2004, seluruh Pemerintah Daerah sudah harus
menerapkan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 29 Tahun 2003 tentang Anggaran Berbasis Kinerja dan
metode double entry di dalam Sistem Akuntansi Keuangan Daerah.

Penelitian mengenai ?Kajian Aspek Manajerial Pengawasan Terhadap Pengelolaan Keuangan Daerah?
bertujuan untuk menjawab problematika tentang bagaimana pengawasan terhadap pengelolaan keuangan daerah
dilaksanakan, dengan mengidentifikasi permasalahan yang berkaitan dengan aspek-aspek manajerial
pengawasan. Dalam penelitian ini aspek manajerial yang diteliti meliputi: aspek perencanaan dan pengendalian
pengawasan, aspek supervisi, dan aspek pendidikan dan pelatihan.

Hasil penelitian terhadap aspek perencanaan dan pengendalian pengawasan terhadap pengelolaan keuangan
daerah menunjukkan bahwa perencanaan dan pengendalian pengawasan masih belum memadai.
a. Perumusan tujuan pengawasan dan penetapan area audit belum mencerminkan tujuan pengawasan terhadap
pengelolaan keuangan daerah sebagaimana yang seharusnya. Penetapan area audit masih bersifat umum, belum
difokuskan pada aspek-aspek penting pengelolaan keuangan daerah yang mencakup perencanaan APBD,
pelaksanaan APBD, serta pertanggungjawaban dan pengendalian APBD.
b. Penetapan prioritas audit dan identifikasi sumber daya belum memiliki dasar pertimbangan yang memadai,
terutama karena kebijakan pengawasan terhadap pengelolaan keuangan daerah belum mengacu kepada
kebijakan pengawasan yang ditetapkan oleh instansi pembina (Departemen Dalam Negeri).
c. Pengendalian terhadap rencana audit dilakukan melalui reviu, namun belum menggunakan formulir atau
metode lainnya sebagai media, karena belum ada ketentuan atau pedoman yang mengatur mengenai formulir
yang baku sebagai media pengendalian.

Hasil penelitian terhadap aspek supervisi menunjukkan bahwa pelaksanaan supervisi belum berjenjang, tetapi
langsung dilakukan oleh Kepala Bawasda karena dalam struktur penugasan tim audit tidak ada fungsi supervisi.
Hal ini disebabkan terutama oleh kurangnya tenaga auditor yang memiliki kualifikasi sebagai supervisor.

Hasil penelitian terhadap aspek pendidikan dan pelatihan (Diklat) menunjukkan bahwa jenis diklat yang
diperoleh dan diselenggarakan oleh Badan Diklat Daerah pada masing-masing Bawasda masih kurang relevan
dengan pelaksanaan tugas, khususnya yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan daerah berdasarkan
mekanisme anggaran berbasis kinerja. Diklat sertifikasi dan diklat substansi teknis audit yang diperoleh auditor
saat ini masih sangat minim dalam menunjang pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya. Hal ini terkait erat
dengan kurangnya komitmen Kepala Daerah dalam upaya mengoptimalkan peran Bawasda dalam PKD melalui
penyediaan anggaran yang memadai untuk diklat.

Untuk lebih meningkatkan efektivitas pengawasan terhadap pengelolaan keuangan daerah, disarankan:
 

1. Agar Bawasda menetapkan tujuan, area audit, dan sasaran audit yang mencakup aspek pengelolaan
keuangan daerah secara menyeluruh (perencanaan, pelaksanaan, maupun pertanggungjawaban APBD),
dengan menetapkan prioritas audit berdasarkan kebijakan pengawasan yang ditetapkan oleh instansi
pembina (Departemen Dalam Negeri dan/atau Kementerian PAN).
2. Perlu ditingkatkan kerjasama dan koordinasi antara Badan Pengawasan Daerah dengan APIP lainnya
baik dalam penyusunan rencana audit maupun pelaksanaan audit dalam rangka mengatasi keterbatasan
sumber daya yang dimiliki Badan Pengawasan Daerah.
3. Dalam struktur penugasan audit Bawasda agar menerapkan supervisi berjenjang dengan menggunakan
media yang formal.
4. Kepala Daerah agar meningkatkan komitmen untuk mendukung efektifitas pengawasan terhadap
pengelolaan keuangan melalui penyediaan anggaran pengawasan yang memadai, termasuk anggaran umtuk
penyelenggaraan Diklat bagi auditor di Bawasda.
5. Agar Bawasda memberikan kesempatan yang luas kepada auditor untuk mengikuti diklat sertifikasi,
diklat keahlian khusus, dan diklat substansi teknis lainnya.

Anda mungkin juga menyukai