Anda di halaman 1dari 5

Forum diskusi 7 akan membahas tentang Etika Jabatan dan Kode Etik Penyelenggara

Negara dan Kode Etik PNS. Marilah kita menjawab pertanyaan-pertanyaan diskusi di
bawah ini:

1. Di negara kita pemberantasan korupsi masih banyak mengalami kendala. Coba


Saudara sebutkan apa yang menjadi kendala dalam pemberantasan korupsi tersebut!

(Untuk dapat menanggapi diskusi ini tentunya Anda harus mengetahui perkembangan
pemberantasan korupsi di Indonesia, dan juga sebutkan kendala-kendala yang terjadi
dalam pemberantasan korupsi tersebut. Akan lebih baik apabila Anda mengemukakan
pula upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala yang terjadi)

2. Menurut Nigro dan Nigro ( dalam Joko Widodo, 2001) terdapat delapan bentuk
penyimpangan/perbuatan tidak etis yang sering dilakukan oleh penyelenggara negara.
Jelaskan kedelapan perbuatan tersebut!

(Silahkan Anda pelajari delapan bentuk penyimpanan/perbuatan yang tidak etis dalam
BMP ADPU 4533 Modul 7 Kegiatan Belajar 2, serta RUU Etika Penyelenggara Negara)

3. Jelaskan pengertian etika penyelenggara negara!

(Silahkan Anda pelajari BMP ADPU 4533 Modul 8 Kegiatan Belajar 1, serta pelajari
pula RUU Etika Penyelenggara Negara)

4. Bagaimanakah seharusnya etika PNS dalam bernegara, berorganisasi, dan


bermasyarakat!

(Pahami dan paparkan pemahaman Anda sendiri berdasarkan BMP ADPU 4533 Modul
8, kemudian pelajari pula RUU Etika Penyelenggara Negara dan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2004 Tentang Pembinaan Jiwa Korps Dan Kode
Etik Pegawai Negeri Sipil)
Salam mohon ijin memberikan tanggapan

1. Di negara kita pemberantasan korupsi masih banyak mengalami kendala. Coba


Saudara sebutkan apa yang menjadi kendala dalam pemberantasan korupsi tersebut!

(Untuk dapat menanggapi diskusi ini tentunya Anda harus mengetahui perkembangan
pemberantasan korupsi di Indonesia, dan juga sebutkan kendala-kendala yang terjadi
dalam pemberantasan korupsi tersebut. Akan lebih baik apabila Anda mengemukakan
pula upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala yang terjadi)

para pegawai atau pejabat negara menghadapi beragam situasi yang menguji kejujuran
dan etika pribadi dalam profesi mereka setiap waktu. Namun, sampai saat ini
penerapan sanksi terhadap pelanggaran etika jabatan tidak tegas sehingga ikut andil
menyebabkan munculnya banyak sekali praktik penyelewengan dan praktik-praktik
KKN yang meliputi hampir semua segi praktik pemerintahan antara lain terjadi di
lembaga legislatif eksekutif dan bahkan di lembaga yudikatif.

Dalam hal ini program rogram pemberantasan korupsi sebagai bagian dari upaya untuk
mendorong proses demokratisasi untuk menuju pemerintahan yang bersih, transparan
dan akuntabel  masih sangat bertumpu pada kemauan politik seorang pemimpin.
Selain itu program pemberantasan korupsi masih berada pada format politik lama yang
sewaktu-waktu dapat mengancam momentum pemberantasan korupsi, terutama jika
kemauan politik pemimpin bergeser sesuai dengan kepentingan politiknya. Tentu saja
hal ini juga ikut andil mengakibatkan kinerja pemberantasan korupsi justru berjalan di
tempat bahkan mundur dikarenakan perilaku-perilaku menyimpang yang didasri
kepentingan pribadi, kelompok dan atau golongan. Padahal tidak ada alasan untuk
menghalalkan perilaku tidak etis dalam pelaksanaan pemerintahan. Kecurangan,
pemborosan,dan penyalahgunaan (korupsi) tidak mempunyai tempat dalam
pemerintahan.

2. Menurut Nigro dan Nigro ( dalam Joko Widodo, 2001) terdapat delapan bentuk
penyimpangan/perbuatan tidak etis yang sering dilakukan oleh penyelenggara negara.
Jelaskan kedelapan perbuatan tersebut!

(Silahkan Anda pelajari delapan bentuk penyimpanan/perbuatan yang tidak etis dalam
BMP ADPU 4533 Modul 7 Kegiatan Belajar 2, serta RUU Etika Penyelenggara Negara)

 Delapan bentuk penyimpangan/perbuatan tidak etis yang sering dilakukan oleh


penyelenggara Negara, menurut Nigro dan Nigro ( dalam Joko Widodo, 2001):
1. Ketidakjujuran (Dishonesty)
Ketidakjujuran merupakan suatu tindakan yang tidak jujur. Banyak contoh
ketidakjujuran yang dilakukan oleh para penyelenggara negara, misalnya: a.
Mencantumkan hari bertugas di luar lebih banyak dari yang senyatanya dalam Surat
Perintah Perjalanan Dinas/SPPD (lebih parah lagi tanpa pergi, titip SPPD kepada
teman yang sedang tugas luar).
b. Bentuk lain ketidakjujuran yang tidak secara langsung berhubungan dengan uang,
misalnya memalsu tanda tangan atau cap (stempel) kantor, mengisi presensi secara
tidak benar, melaporkan yang baik-baik saja dan menyembunyikan yang jelek-jelek.
Ketidakjujuran merupakan tindakan penyimpangan yang berbahaya karena dapat
menimbulkan ketidakpercayaan (distruat) dan dalam beberapa kasus sangat merugikan
kepentingan masyarakat dan institusi
2. Perilaku yang Buruk (Unethical Behaviour)
Pegawai mungkin saja melakukan tindakan dalam batas-batas yang diperkenankan
hukum, tetapi tindakan tersebut dapat digolongkan sebagai tidak etis, namun secara
hukum tidak dapat dituntut. Misalnya, Seorang pejabat yang berpengaruh meminta
kepada kepala personalia supaya familinya diluluskan dalam seleksi pegawai. Di sini
semua calon pegawai diseleksi secara sama melalui prosedur formal tertentu. Akan
tetapi, dalam melakukan penilaian dan pengambilan keputusan, bagian personalia
meloloskan calon bosnya meskipun secara objektif nilai tesnya tidak memenuhi syarat
kelulusan. Walaupun dalam kasus ini bos atau bagian personalia tidak mungkin dituntut
karena permintaan bos diajukan secara lisan (tidak ada bukti tertulis), tetapi juga tidak
ada unsur penyogokan, mungkin pula kalimat yang digunakan bos sangat tersamar
(misalnya, "aku titip keponakanku"), tetapi tindakan demikian jelas tidak etis karena
mengorbankan objektivitas penilaian dalam seleksi pegawai.
3. Mengabaikan Hukum (Disregard of The Law)
Pegawai dapat mengabaikan hukum atau membuat tafsiran hukum yang
menguntungkan kepentingannya. Misalnya, Pegawai A menggunakan mobil dinas
untuk mengantar sekolah anaknya, meskipun ia tahu bahwa keluarga pegawai tidak
berhak menggunakan fasilitas kantor yang secara hukum hanya diperuntukkan
pegawai negeri dan hanya untuk kepentingan dinas.
4. Favoritisme dalam Menafsirkan Hukum
Pejabat atau pegawai suatu instansi tetap mengikuti hukum yang berlaku, tetapi hukum
tersebut ditafsirkan untuk menguntungkan kepentingan tertentu. Misalnya, Seorang
pejabat menyatakan bahwa gubernur harus bersikap netral dalam pemilu, tetapi
sebagai kader partai A maka yang bersangkutan harus merasa terpanggil untuk
memenangkan partai tersebut.
5. Perlakuan yang Tidak Adil terhadap Pegawai
Tindakan tidak etis lainnya adalah memperlakukan pegawai secara tidak adil
Contohnya, Pemimpin suatu instansi menghambat karier bawahannya yang berprestasi
karena merasa disaingi. Sebaliknya, ia memperlakukan seorang pegawai lainnya
secara istimewa karena bawahan tersebut pandai "melayani" kemauan pemimpin
tersebut.
6. Inefisiensi Bruto (Gross Inefficiency) Kadang-kadang para pegawai suatu instansi
melakukan inefisiensi bruto dengan menggunakan celah-celah kelemahan suatu
peraturan, misalnya Pejabat melakukan pemborosan dana secara berlebihan meskipun
tidak melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku.
7. Menutupi Kesalahan
Pimpinan atau pegawai negeri kadang-kadang menutupi kesalahan sendiri atau
kesalahan bawahannya atau melarang pers meliput kesalahannya atau instansinya.
Contohnya Sikap para pejabat dalam kasus Marsinah.
8. Gagal Menunjukkan Inisiatif
Sebagian pegawai kadang-kadang gagal membuat keputusan yang positif atau
menggunakan diskresi (keleluasaan) yang diberikan hukum kepadanya. Contohnya,
setelah keluarnya suatu peraturan, beberapa pejabat tidak berani mengambil inisiatif
dalam mengatasi suatu permasalahan menurut peraturan tersebut dan cenderung
menunggu juklak atau juknis dari instansi induknya.

3. Jelaskan pengertian etika penyelenggara negara!

(Silahkan Anda pelajari BMP ADPU 4533 Modul 8 Kegiatan Belajar 1, serta pelajari
pula RUU Etika Penyelenggara Negara)

Etika penyelenggara negara adalah nilai-nilai moral (berakhlak mulia, tepat janji, jujur,
adil, arif, disiplin, taat hukum, tanggung jawab dan akuntabel, sopan santun, kehati-
hatian dan kesetaraan) yang menjadi pedoman bagi penyelenggara negara dalam
menunaikan tugas dan kewajibannya.

4. Bagaimanakah seharusnya etika PNS dalam bernegara, berorganisasi, dan


bermasyarakat!

(Pahami dan paparkan pemahaman Anda sendiri berdasarkan BMP ADPU 4533 Modul
8, kemudian pelajari pula RUU Etika Penyelenggara Negara dan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2004 Tentang Pembinaan Jiwa Korps Dan Kode
Etik Pegawai Negeri Sipil)

Etika PNS dalam Bernegara (pasal 8 PP No.. 42 Tahun 2004) meliputi,

1.   Melaksanakan sepenuhnya Pancasila dan Undang – Undang Dasar 1945


2.   mengangkat harkat dan martabat bangsa dan negara,
3.   menjadi perekat dan pemersatu bangsa dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia;
4.  menaati semua peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam
melaksanakan tugas,
5.  akuntabel dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan pemerintahan yang
bersih dan berwibawa;
6.    tanggap, terbuka, jujur, dan akurat, serta tepat waktu dalam melaksanakan
setiap kebijakan dan program Pemerintah.
7.   menggunakan atau memanfaatkan semua sumber daya Negara secara efisien
dan efektif,
8.    tidak memberikan kesaksian palsu atau keterangan yang tidak benar.

Etika PNS dalam berorganisasi (Pasal 9 PP No. 42 Tahun 2004) terdiri atas:

1. melaksanakan tugas dan wewenang sesuai ketentuan yang berlaku;


2. menjaga informasi yang bersifat rahasia;
3.  melaksanakan setiap kebijakan yang ditetapkan oleh pejabat yang berwenang:
4. membangun etos kerja untuk meningkatkan kinerja organisasi;
5. menjalin kerja sama secara kooperatif dengan unit kerja lain yang terkait
6.  dalam rangka pencapaian tujuan; f memiliki kompetensi dalam pelaksanaan
tugas;
7. patuh dan taat terhadap standar operasional dan tata kerja;
8.  mengembangkan pemikiran secara kreatif dan inovatif dalam rangka
peningkatan kinerja organisasi;
9.  berorientasi pada upaya peningkatan kualitas kerja.

Etika PNS dalam bermasyarakat (Pasal 10 PP No. 42 Tahun 2004).meliputi:

1.   mewujudkan pola hidup sederhana;


2.    memberikan pelayanan dengan empati hormat dan santun tanpa pamrih dan
tanpa unsur pemaksaan;
3.    memberikan pelayanan secara cepat, tepat, terbuka, dan adil serta tidak
4.   tanggap terhadap keadaan lingkungan masyarakat.

Sekian tanggapan dari saya, mohon maaf jika terdapat kekeliruan.

Terima kasih.

Sumber referensi : BMP ADPU4533

Anda mungkin juga menyukai