Anda di halaman 1dari 13

NAMA : NABILLA DWI AMALIA

NIM : 042247951

PERTANYAAN

A. Proses Komunikasi dan Pengambilan Keputusan

1. Apa yang Saudara pahami tentang Komunikasi Organisasi dan unsur-unusur yang terkait
didalamnya. Jelaskan
2. Jelaskan langkah-langkah dalam proses pengambilan keputusan.
3. Kohler mengemukakan tiga model dalam pengambilan keputusan. Menurut penilaian
Saudara manakah model pengambilan keputusan yang terbaik. Mengapa ? Jelaskan.

B. Motivasi dan Prosesnya

1. Motivasi berkaitan dengan proses psikologi dan menjadi alasan utama orang berperilaku
dengan cara-cara tertentu. Jelaskan pernyataan tersebut .
2. Apa yang Saudara ketahui tentang Teori Kebutuhan, Teori ERG, Teori Harapan, dan
Teori Persepsi dalam Motivasi. Jelaskan keempat teori yang dimaksud dan jelaskan
perbedaannya.

C. Dinamika Kelompok

1. Apa yang Saudara ketahui tentang dinamika kelompok dan arti pentingnya dinamika
kelompok didalam organisasi ? Jelaskan.
2. Apa yang saudara ketahui tentang konflik dan bagaimana seorang manajer dapat secara
efektif menyelesaikan konflik di dalam organisasinya ? Jelaskan
JAWABAN

A. 1. Komunikasi merupakan intisari organisasi, dan merupakan unsur yang mampu


menyatukan bagian-bagian organisasi yang keberadaannya sangat tidak saling tergantung
satu sama lain, masing-masing berdiri sendiri namun dapat menjadi satu sistem bersama.
Tanpa komunikasi, maka tidak ada kegiatan dalam organisasi, karena organisasi adalah
tempat interaksi para anggotanya untuk mencapai suatu tujuan organisasi.
Kegiatan untuk menggerakkan dan mempengaruhi bawahan hanya mungkin bila
manajer menggunakan komunikasi. Chester I. Barnard (1938: 8) menekankan bahwa
komunikasi menjadi proses organisasi yang utama, sehingga penyusunan struktur,
pengembangan dan jenis kegiatan organisasi ditentukan oleh teknik-teknik komunikasi.
Unsur unsur komunikasi :
a. Komunikator
Komunikator adalah seseorang yang mengirimkan pesan kepada orang lain, dan
adalah seseorang yang mengadakan komunikasi. Dalam kerangka organisasi,
komunikator adalah orang (karyawan bawah atau atas) yang mempunyai gagasan atau
informasi dan mengadakan komunikasi.
b. Pesan
Gagasan yang ada di dalam alam pikiran seseorang yang harus diterjemahkan ke
dalam simbol-simbol yang dapat dimengerti oleh penerima pesan. Kegiatan membuat
simbol disebut dengan menyandi (encoding). Hasil dan bentuk menyandi adalah pesan.
Pesan tersebut disampaikan kepada penerima dalam bentuk bahasa.
c. Jalur (Medium)
Alat untuk menyampaikan pesan adalah jalur atau medium. Pimpinan
menyampaikan pesan atau informasi dengan pelbagai macam cara, antara lain tatap muka,
memo, pertemuan kelompok, dan lain-lain. Agar pesan dalam dapat cepat dimengerti oleh
penerima, maka di dalam organisasi, penggunaan medium ini proses komunikasi dapat
dilakukan dengan berbagai cara secara bersamaan atau berurutan.
d. Penerima
Penerima menerima pesan dari komunikator. Setelah pesan tersebut diterima, ada
kegiatan dalam diri penerima, yaitu mengurai pesan agar dapat dimengerti maknanya.
Mengurai pesan ini disebut decoding. Penerima menguraikan sandi terhadap pesan
menurut pengalaman dan keyakinannya sendiri, dan dalam kerangka referensinya (frame
of references). Bila komunikasi tersebut berorientasi kepada penerima, maka seorang
komunikator akan membuat pesan yang mendekati referensi penerima. Sedangkan
penerima akan berusaha menguraikan pesan mendekati keinginan komunikator. Apabila
proses komunikasi ini terjadi, maka dapat dikatakan bahwa proses komunikasi tersebut
efektif.
e. Umpan Balik/Balikan (Feedback).
Proses komunikasi memerlukan umpan balik. Apabila umpan balik tidak ada,
maka dapat dikatakan komunikasi telah gagal. Bahkan dalam komunikasi satu arah, selalu
ada umpan balik, hanya saja wujudnya yang berbeda atau waktunya tertunda. Dalam
organisasi, umpan balik dapat berbentuk keluhan, saran atau lainnya, baik lisan maupun
tulisan. Akan tetapi, juga ada umpan balik dalam bentuk nonverbal, misal produktivitas
yang menurun, banyaknya karyawan yang membolos, dan lain-lain, yang menunjukkan
ada kemacetan komunikasi.
f. Gangguan (Noise)
Dalam setiap proses komunikasi sering ditemukan adanya gangguan. Gangguan
ini dapat terjadi di pelbagai unsur komunikasi. Dalam diri komunikator dan penerima
pesan, gangguan dapat terjadi karena latar belakang pengirim dan penerima pesan yang
berbeda, secara ekonomi, sosiologis, psikis, dan antropologis, atau berbeda
pendidikannya, pengalamannya dan kemampuannya.
Perbedaan-perbedaan pada diri pelaku komunikasi tersebut akan memperlambat
proses pemberian makna oleh penerima pesan. Gangguan teknologi, iklim/cuaca, alat dan
lain-lain, akan mengganggu proses komunikasi yang sedang berlangsung.

2. Langkah-langkah dalam proses pengambilan keputusan meliputi :

a. Menentukan tujuan dan mengukur hasilnya.


Dalam proses penyusunan perencanaan, organisasi memerlukan tujuan, dan
sasaran yang jelas. Hal ini akan mempengaruhi hasil yang harus dicapai secara efektif.
Tujuan dan sasaran yang jelas akan menjadi parameter untuk mengetahui apakah
pelaksanaan tugas dapat diselenggarakan secara efektif dan efisien. Bila tidak, maka hal
ini merupakan masalah yang harus dibuat keputusan.
b. Mengidentifikasi Masalah
Penyusunan tujuan dan sasaran yang jelas dan terukur, akan memungkinkan
diadakan evaluasi apakah telah timbul masalah. Jika ada perbedaan antara rencana
tujuan dan sasaran dan hasil karya yang seharusnya dicapai, maka terdapat masalah.
Tingkat keseriusan masalah ditentukan oleh seberapa perbedaan yang ada. Oleh karena
itu, perlu ditetapkan standar pencapaian hasil agar dapat diketahui seberapa besar
masalah yang dihadapi.
c. Mengembangkan Alternatif
Menghadapi masalah, kita harus mencari, menyediakan, dan mengembangkan
alternatif yang mungkin untuk memecahkan masalah. Alternatif-alternatif yang ada perlu
dievaluasi lebih dahulu. Evaluasi alternatif meliputi pertimbangan konsekuensi apabila
salah satu diambil, baik konsekuensi bagi organisasi, maupun konsekuensi penggunaan
sumber daya. Informasi yang mungkin diperoleh, baik yang berasal internal maupun dari
eksternal, disarankan digunakan sebaik-baiknya
c. Mengevaluasi Alternatif-alternatif
Langkah berikutnya, adalah menilai pelbagai alternatif yang diperoleh dalam
usaha memecahkan masalah. Salah satu evaluasi alternatif, adalah memilih yang paling
menguntungkan dalam segala segi dan paling memenuhi syarat untuk mencapai tujuan.
d. Memilih Alternatifd
Pemilihan alternatif dilakukan setelah ada kegiatan evaluasi terhadap pelbagai
alternatif yang tersedia. Pemilihan alternatif bertujuan memecahkan masalah yang
berkaitan dengan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Tahap pemilihan alternatif
adalah tahap yang paling penting, karena keputusan yang diambil akan mendatangkan
konsekuensi tertentu.
e. Melaksanakan Keputusan
Suatu pilihan atas alternatif disebut dengan keputusan. Pilihan terhadap alternatif harus
dilaksanakan agar masalah yang ada sehubungan dengan usaha mencapai tujuan dapat
dihilangkan, atau paling sedikit diperkecil hambatannya. Pelaksanaan keputusan juga
harus memikirkan dampak negatif.
f. Pengendalian dan Evaluasi
Penyimpangan terhadap hasil nyata suatu perencanaan adalah masalah. Apabila
ditemukan masalah, harus segera mengadakan perubahan, apakah itu melalui suatu
keputusan, staukah melalui evaluasi kembali strategi selama ini yang menyebabkan
adanya penyimpangan. Pemecahan masalah pada hakikatnya merupakan jalan ke luar
agar sasaran atau tujuan dapat dicapai. Untuk itu diperlukan standar yang dapat diukur.
Apabila sudah dipilih alternatif masih saja belum dapat dicapai tujuannya, maka
mungkin saja pelaksanaan keputusan tersebut belum berjalan dengan baik.

3. Menurut saya pengambilan keputusan oleh Kohler et. Al,. ialah model normatif .
Model ini merupakan model yang menggunakan pedoman dan aturan tentang prosedur
the mengambil keputusan. Prosedur ini mengikuti proses yang berkaitan dengan

1) ada Tatu atau tidak ada syarat kualitas,


2) ketersediaan data dan informasi yang cukup,
3) terstruktur atau tidaknya masalah yang dihadapi,
4) keputusan dianggap penting atau nuolat tidak oleh bawahan,
5) manfaat atau tidak bagi bawahan terhadap pencapaian tujuan,
6) pemecahan masalah akan menimbulkan konflik atau tidak, dan
7) kecukupan informasi dan kemampuan bawahan melaksanakan keputusan.

Bagaimanapun kompleksnya situasi dan keterbatasan kemampuan manusia untuk


mengambil keputusan, setiap manajer yang dihadapkan kepada masalah harus mengambil
tindakan yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dan melaksanakan
keputusan yang telah dibuatnya. Lingkungan juga menjadi kan pengambilan keputusan
efektif karena lingkungan di mana keputusan diambil, memiliki karakteristik
ketidakpastian, mengandung risiko, rumit, dan keterbatasan sumber daya yang diperlukan.
B. 1. Motivasi akan terjadi karena seseorang ingin memenuhi motif. Motif muncul karena
adanya kebutuhan hidup. Kebutuhan hidup seseorang dikelompokkan menjadi dua jenis,
yaitu 1) kebutuhan primer, atau kebutuhan fisiologis, yang menjaga manusia tetap hidup
dan survive, misalnya makanan, minuman, tidur, dan lain-lain; dan 2) kebutuhan
sekunder, yaitu kebutuhan yang bersifat sosial, misalnya berkawan, berinteraksi, dan
lain-lain, serta kebutuhan yang bersifat psikologis, misalnya penghargaan aktualisasi
diri, dan lain-lain. Hakikat atau intisari dari motivasi terdiri dari berbagai macam hal,
yaitu sebagai berikut :
a. Faktor kebutuhan sehari hari, yakni kebutuhan akan hidup yang jika diuraikan lebih
luas lagi memiliki cakupa yang lebih sempit seperti uang, makanan, hubungan sosial,
kasih sayang, dan sebagainya yang semua itu merupakan kebutuhan dasar manusia
untuk dapat hidup di dunia ini.
b. Tujuan positif yang ingin dicapai seperti ingin membahagiakan atau membanggakan
orang lain, tujuan positif selalu memberikan motivasi yang besar sebab membuat
orang yang melakukan memiliki keinginan yang kuat untuk terus melanjutkan
perjuangan dan selalu memiliki harapan dan kekuatan untuk segera mencapai tujuan
yang diimpikan tersebut.
c. Mastery Oriented Ialah sebuah karater yang memiliki arti untuk berorientasi pada
kemampuan yang dimiliki, yakni keinginan untuk mencapai segala sesuatu karena
usahanya sendiri dan karena ingin membuktikan kekuatan yang dimilikinya sendiri
tanpa menggunakan bantuan orang lain terlalu berlebihan atau tanpa bergantung pada
suatu apapun. Sebab itu orang dengan tipe ini memiliki peluang untuk sukses jauh
lebih besar.
d. Prestasi yang berarti sebuah pembuktian, jika ia merupakan anak sekolah, maka
prestasi dapat menjadi kesungguhannya dalam memperhatikan pelajaran dan jika ia
seorang karyawan, prestasi akan membawanya menjadi sosok yang lebih dihargai
dan mendapat kesempatan serta masa depan yang jauh lebih cerah.
e. Peningkatan Diri. Hakikat motivasi dalam psikologi ialah keinginan untuk
meningkatkan diri sendiri menjadi sosok yang jauh lebih porsitif, hal itu merupakan
salah satu dasar dari motivasi yang terdalam dan berasal dari dalam dirinya sendiri,
keinginan untuk meningkatkan diri akan menjadikan orang tersebut menjadi sosok
yang selalu bersemangat dan selalu melakukan instropeksi diri.
f. Rasa takut juga bisa menjadi motivasi bagi seseorang, misalnya ialah rasa takut akan
sakit, maka hal itu akan menjadi motivasi baginya untuk menjaga kesehatan dengan
cara menerapkan pola makan yang sehat dan melakukan olahraga rutin.
Kesehariannya akan jauh lebih positif dan menjadikan seseorang yang mampu
diandalkan oleh dirinya sendiri dan orang lain.
g. Investasi. Masa depan ialah sesuatu yang penuh misteri, terkadang jika hari ini kita
berada dalam kondisi yang cukup dan penuh kenyamanan, belum tentu esok hari
akan mengalami hal yang sama. Hal itulah yang menjadi salah satu hakikat motivasi
dalam psikologi yakni melakukan investai untuk masa depan ketika berada dalam
kondisi yang tidak memungkinkan diharapkan akan tetap memiliki sesuatu yang bisa
diandalkan.
h. Sikap dan Sosial
Sikap ialah sesuatu yang berhubungan dengan tindakan dalam keseharian seseorang,
sikap dapat menjadi hakikat motivasi dalam psikologi ketika sikap yang dibentuk
memiliki tujuan untuk menjadi bermanfaat bagi orang lain, misalnya ialah mengikuti
adat istiadat yang ada di lingkungannya atau mengikuti perintah orang tua yang
dianutnya. Sikap menjadi motivasi untuk bisa tampil sebaik mungkin di hadapan
orang lain.
Sedangkan sosial berhubungan dengan maslaah pertemanan atau kemasyarakatan.
Misalnya ialah dalam suatu lingkungan sekolah ada seorang siswa yang mengikuti
pelajaran dan peraturan dengan disiplin untuk bisa diterima dalam lingkungan sosial
dimana ia berada, yakni oleh pendidik dan teman teman di sekitarnya.
2. a. Teori Kebutuhan
Abraham H. Maslow mengemukakan teorinya yang disebut dengan "Teori
Kebutuhan" yang kemudian melahirkan hierarki kebutuhan dan dinamakan "Lima
Jenjang Kebutuhan".
AH Maslow membuat hierarki kebutuhan, mulai dari kebutuhan dasar sampai
dengan kebutuhan atas, yang disebut "Lima Jenjang Kebutuhan" (Five Hierarchies of
Need), yaitu:
1) Kebutuhan Faali (fisiologis): rasa lapar dan haus (makan dan minum),
perlindungan (pakaian dan rumah), sex, dan kebutuhan fisil ;lainnya.
2) Kebutuhan Keamanan: keselamatan dan perlindungan terhadap kerugian fisik
dan emosional (bebas dari ancaman, aman bekerja).
3) Kebutuhan Sosial: rasa memiliki, cinta, persahabatan, afiliasi, interaksi.
4) Kebutuhan Penghargaan: rasa hormat internal, misalnya harga diri, prestasi,
dan otonomi, serta rasa hormat eksternal, status/prestise, dan perhatian.
5) Kebutuhan Aktualisasi/Realisasi diri: menjadi apa yang ia mampu menjadi,
pertumbuhan, mencapai potensialnya, dan pemenuhan diri (terbaik, terpandai).

Kebutuhan tersebut tertata secara hierarkis menunjukkan bahwa orang akan


memenuhi lebih dahulu kebutuhan untuk hidup dan pelestarian kehidupannya,
misalnya, makan, minum, baju, rumah dan sex. Apabila kebutuhan ini telah
terpenuhi, meskipun belum tentu semuanya, manusia akan mencari kebutuhan
berikutnya, yaitu rasa aman, baik bagi dirinya maupun bagi keluarganya ketika
ditinggal untuk bekerja. Setelah itu kebutuhan sosialisasi, misal berkawan atau
dicintai, dan lain-lain. Kemudian muncul kebutuhan yang lebih tinggi, yaitu
penghargaan, antara lain penghargaan terhadap prestise/status sosialnya dan
penghargaan terhadap prestasinya. Bila semua kebutuhan tersebut telah dipuaskan,
maka seseorang akan mencari kebutuhan yang paling tinggi, yaitu aktualisasi diri,
misalnya, ingin menjadi yang terbaik, yang paling pandai, dan lain-lain.
b. Teori ERG
Clayton Alderfer mempelajari hierarki kebutuhan yang disampaikan oleh AH
Maslow. Ia berpendapat bahwa kebutuhan manusia tidak dapat berjalan mulai dari
yang rendah dahulu, yang setelah terpuaskan, manusia baru maju menuju kepada
kebutuhan yang di atasnya. Alderfer juga menyangkal bahwa seseorang akan tetap
berada pada suatu tingkat kebutuhan tertentu sampai kebutuhan tersebut dapat
dipenuhi. Ia mengatakan bahwa apabila manusia menemui halangan dalam upayanya
memenuhi kebutuhannya, maka ia akan mencari kebutuhan lainnya yang mungkin
dapat dipenuhinya.
Misalnya, bila seseorang tidak mampu memuaskan kebutuhan sosialnya,
kemungkinan besarnya, adalah orang tersebut akan meningkatkan keinginannya
mencari uang yang banyak, atau menginginkan kondisi kerja yang lebih baik.
Alderfer berpendapat bahwa manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan ganda, yang
akan berlaku sebagai motivator-motivator baginya. Kebutuhan yang tidak dapat
dipuaskan, akan segera diganti dengan usaha memenuhi kebutuhan lainnya yang
lebih rendah.
Dalam penjelasan teorinya, yang disebut dengan teori ERG, lebih lanjut
Alderfer (1972) mengatakan bahwa manusia mempunyai tiga kategori kebutuhan,
yaitu Existence (E) atau eksistensi, Relatedness (R) atau keterkaitan, dan Growth (G)
atau pertumbuhan.
c. Teori Harapan
Pada tahun 1964, Vroom mengembangkan teori motivasi yang didasarkan pada
jenis-jenis pilihan yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan, dan disebutnya
sebagai teori harapan (expectancy theory). Teori ini menjelaskan bahwa
kecenderungan seseorang untuk berperilaku dalam suatu cara tertentu bergantung
pada kekuatan suatu pengharapan bahwa tindakannya akan diikuti oleh suatu
keluaran (output) tertentu dan pada daya tarik keluaran (output) tersebut bagi
seseorang tersebut. Jelasnya, seorang karyawan akan termotivasi untuk bekerja lebih
giat lagi, dengan berbagai upaya tertentu apabila ia yakin bahwa upaya-upaya yang ia
lakukan akan menghasilkan kinerja yang baik, dan penilaian yang baik kemudian,
akan mendorong datangnya ganjaran organisasional seperti bonus/insentif, promosi,
kenaikan gaji, dan lain-lain.
d. Teori Persepsi
Ketika kita mengamati para karyawan akan terlihat ada yang menunjukkan vitalitas
tinggi, dan ada yang loyo dan kekurangan vitalitas. Faktor apa yang menimbulkan
kegairahan bekerja, dan faktor apa yang menurunkan antusiasme untuk bekerja, dan
faktor apa yang dapat meningkatkan vitalitas kerja. Dari pengalaman hidup
berorganisasi dan beberapa penelitian, memberikan hasil bahwa ada empat anggapan
dasar yang berkaitan dengan vitalitas (Pace & Faules, 1998: 126-136), yaitu:
1) Seberapa jauh harapan karyawan dipenuhi oleh organisasi.
2) Apa yang dipikirkan karyawan tentang peluangnya dalam organisasi.
3) Bagaimana pendapat karyawan mengenai seberapa banyak pemenuhan yang
diperoleh dari pekerjaan dalam organisasi.
4) Bagaimana persepsi karyawan mengenai kinerja mereka dalam organisasi.
C. 1. Dinamika Kelompok, adalah metode dan proses yang bertujuan
meningkatkan nilai kerja sama kelompok, yang dilandasi terutama oleh prinsip-
prinsip 1) "gestalt psychology", yaitu "keseluruhan lebih besar dari pada
penjumlahan bagian-bagiannya" ("the whole is greater than the sum of its parts");
dan 2) nilai kerja sama kelompok bergantung pada interaksi dan perilaku para
anggotanya.
Dinamika kelompok penting dalam organisasi karena merupakan
kekuatan atau gerak yang timbul sendiri dari dalam kelompok. Artinya gerak maju
yang muncul oleh adanya interaksi antaranggota kelompok, sehingga setiap
anggota saling memahami satu sama lain. Dinamika kelompok, adalah metode
dan proses yang bertujuan meningkatkan kerja sama antara sesama anggota
kelompok. Jadi, arti penting dinamika kelompok, adalah meningkatkan kerja
sama.
Di dalam lingkungan organisasi, kelompok dapat mempengaruhi perilaku
individu. Meskipun demikian, untuk memahami perilaku keorganisasian, kita
harus mempunyai pendirian bahwa perilaku keorganisasian bukanlah penjumlahan
atau perkalian perilaku individu, karena perilaku keorganisasian, perilaku
individu, dan perilaku kelompok merupakan suatu fenomena yang sangat
kompleks dan rumit yang disebabkan oleh adanya interaksi di dalamnya.
Keberadaan interaksi menyebabkan adanya perubahan- perubahan, baik perubahan
perilaku individu, perilaku kelompok, maupun perubahan perilaku keorganisasian.

2. Konflik adalah suatu pertentangan, mungkin antara seseorang dan orang lain
(konflik antarpribadi), atau antara kelompok yang satu dan kelompok lainnya. Konflik
antarkelompok dapat merupakan proses yang bersifat instrumental dalam pembentukan,
penyatuan, dan pemeliharaan struktur sosial dalam kelompok. Dalam organisasi konflik
ini dapat berwujud dalam ketidakcocokan tujuan, perbedaan dalam penafsiran fakta,
ketidaksepakatan yang didasarkan pada pengharapan perilaku, dan lain-lain.

Konflik sering dipandang sebagai sesuatu yang merugikan bagi kelompok,


terutama bagi pihak-pihak yang konflik. Akan tetapi, sebenarnya tidak seluruhnya sejelek
itu. Bagi manajer, menangani konflik dapat mengurangi kerugian sekaligus dapat
memetik keuntungannya.
Ada beberapa keuntungan memahami dan mengatasi konflik:

1) kita dapat mencari pendekatan baru yang dapat memberikan hasil yang
terbaik;
2) masalah yang semula tersembunyi dapat diangkat ke permukaan untuk
diselesaikan;
3) pemahaman yang lebih baik antara pihak yang terlibat dapat
dikembangkan.

Sedangkan beberapa kerugian adanya konflik, adalah:

1) kerja sama antara anggota tim atau kelompok menjadi rusak;


2) muncul ketidakpercayaan di antara anggota yang seharusnya bekerja sama;
3) bagi mereka yang merasa dikalahkan akan menderita citra diri yang jelek
dan motivasi kerjanya akan menurun.

Dalam setiap konflik diperlukan penggunaan pihak ketiga, karena dapat


membantu mereka yang berkonflik menyelesaikan dan memecahkan masalah-
masalah yang menjadi sumber konflik secara adil, tidak memihak, dan memberikan
alternatif yang dapat dipilih melalui penalaran oleh pihak yang berkonflik. Dalam
usaha menyelesaikan konflik, ada beberapa peran yang dijalankannya, antara lain
sebagai penengah (mediator), wasit (arbitrator), perujuk (konsiliator), dan konsultan
(J.A. Wall & M.W. Blum dalam Stephen P. Robbins, 1996: 144).
Sumber Referensi
Suharyanto, arby. Hakikat Motivasi dalam Psikologi. 2018. Dosenpsikologi. Diakses pada
3 Juni 2023
Muharto, Darmanto. Perilaku Kepemimpinan (Ed.3 Cet.1). 2022. Universitas Terbuka.
Tangerang Selatan

Anda mungkin juga menyukai