Anda di halaman 1dari 5

1.

Karakteristik dan Perilaku Manusia


a. Ketiga pendekatan tersebut antara lain Pendekatan Kognitif, Pendekatan Kepuasan, dan
Pendekatan Psikoanalitis. Perbedaan kontras diantara ketiga pendekatan ini adalah :
 Pendekatan kognitif berasal dari teori psikologi dan ilmu pengetahuan perilaku lainnya,
dan cenderung bersifat individual. Psikologi adalah sumber utama dari teori-teori
kognitif dan perilaku manusia. Teori kognitif ini melihat cara variabel-variabel
terbentuknya kognitif yang menyebabkan terbentuknya perilaku tertentu. Seseorang
mengatur pengalamannya ke dalam kegiatan untuk mengetahui (cognition) dan kemudian
memasukkan ke dalam kognitifnya. Susunan ini akan menentukan jawaban. Singkatnya,
seseorang mengetahui adanya rangsangan, memprosesnya ke dalam kognisi, dan
menghasilkan suatu jawaban. Kita melihat jawaban tersebut sebagai perilaku.
 Pendekatan kepuasan menunjukkan bahwa seseorang akan merasa puas apabila
kebutuhannya dapat terpenuhi dan pekerjaan yang diterimanya menarik dan menantang
kemampuannya. Teori ini menaruh perhatian pada faktor-faktor dalam diri seseorang
yang menguatkan (energize), mengarahkan (direct), mendukung (sustain), dan
menghentikan (stop) perilakunya. Mendampingi teori kepuasan, adalah teori proses yang
menguraikan dan menganalisis bagaimana perilaku tersebut dikuatkan, diarahkan,
didukung, dan dihentikan. Menurut Gibson, dkk. (1982, 1989), kedua teori tersebut
sebenarnya berhubungan dengan proses motivasi seseorang. Ada tiga teori yang penting
berkaitan dengan kepuasan, yaitu “Teori Hierarki Kebutuhan” oleh Abraham H. Maslow,
“Teori Dua-Faktor” oleh Frederick Herzberg dan “Teori Prestasi” atau “Teori Kebutuhan
yang Dipelajari” oleh David McClelland.
 Pendekatan psikoanalitis menunjukkan bahwa perilaku manusia dikuasai oleh
kepribadiannya atau personalitasnya. Selanjutnya, dijelaskan bahwa Sigmund Freud
sebagai pelopor psikoanalitis menyatakan bahwa hampir semua kegiatan mental manusia
tidak dapat diketahui secara mudah, padahal kegiatan mental tersebut dapat
mempengaruhi kegiatan manusia. Freud becermin dari konsep konflik dan perilaku
manusia yang juga diyakini oleh paham Barat. Menurut konsepsi tersebut, raga manusia
selalu diperebutkan oleh konflik dan perjuangan antara yang baik dan yang buruk.

b. Sikap merupakan faktor yang sangat menentukan dalam pembentukan perilakukarena sikap
berhubungan dengan persepsi, kepribadian, belajar dan motivasi.Sikap adalah kesiap-
siagaan mental, yang diorganisasi melalui pengalaman, yangmempunyai pengaruh tertentu
terhadap tanggapan seseorang terhadap orang lain,objek dan situasi yang berhubungan
dengannya. Sikap kita terbentuk sejak kita lahirmelalui keluarga, teman dan lingkungan
masyarakat sesuai dengan nilai-nilai yangberlaku di masyarakat. Dalam kaitannya dengan
perilaku, sikap merupakan dasarseseorang untuk berperilaku. Sikap adalah kecenderungan
seseorang untukberperilaku. Perilaku adalah pencerminan sikap kita dan sikap
adalahkecenderungan perilaku. Jadi perilaku dapat ditangkap oleh indera namun sikaptidak
tetapi kita dapat mengetahui sikap seseorang melalui perilaku yang ia lakukanatau
tunjukkan.

c. Ketiga pendekatan yang digunakan dalam memahami kepribadian manusia antara lain
pendekatan ciri (traits approach), teori psikodinamik (psychodynamic theories), dan teori
humanistik (humanistic theories). Perbedaan diantara ketiga pendekatan ini adalah :
 Pendekatan Ciri (Traits Approach)
Gordon Allport (1966) ciri (traits) adalah kecenderungan yang dapat diduga,
mengarahkan perilaku individu pada konsistensi dan khas, sifat menetap dengan
jangkauan umum dan luas, bagian yang membentuk kepribadian, petunjuk jalan
tindakan, dan sumber keunikan. 3 asumsi ciri : (1) membuat berbagai stimulus (S)
berfungsi sama, (2) penyebab perilaku dan alat menjelaskan/mengurai perilaku, (3)
pembentukan ciri terpisah secara kultural.
 Pendekatan Psikodinamik
yaitu teori Sigmund Freud tentang id, ego, dan superego. Kepribadian dibentuk dari
pengalaman ketika kecil, proses mental sehingga 3 unsur itu menyusun. Konflik
membentuk 3 unsur itu maka konflik membentuk kepribadian. Freud mengemukakan
bahwa kepribadian manusia ditentukan unsur-unsur id dan superego yang merupakan
alam ketidaksadaran manusia, dan ego merupakan alam kesadaran manusia yang mampu
memperlunak id dan superego dalam persaingannya.
 Teori Humanistik (Humanistic Theories)
Teori humanistik ini menekankan kepada arti penting cara manusia memersepsikan
dunianya dan kekuatan yang mempengaruhinya. Teori ini juga menekankan kepada
perkembangan dan perwujudan diri seseorang. Carl Rogers (1977), harus mendengar apa
yang dikatakan orang lain mengenai diri kita, mempersepsikan dunia dan kekuatan yang
mempengaruhi, kemudian mengaktualisasi diri sebagai usaha terus-menerus mewujudkan
potensi dengan cara berpusat pada masalah, kreatif, demokratis, mengadakan hubungan
pribadi, dan menerima orang lain apa adanya. Kelemahannya : condong ke individualis.

2. Pengertian Budaya, Budaya Organisasi dan Kinerja, serta Teori dan Proses
Organisasi.
a. Menurut Kotter dan Hesket (1992) budaya organisasi merupakan norma-norma dan nilai-
nilai yang berlaku di dalam organisasi. Norma mencerminkan pola perilaku individu dalam
organisasi. Sedangkan nilai mencerminkan keyakinan atau kepercayaan individu terhadap
pelanggan. Oleh karena itu, efektivitas budaya organisasi sangat mempengaruhi efektivitas
pelaksanaan tugas dan peran manajemen perusahaan. Efektivitas budaya organisasi
mempunyai relasi positif dengan kinerja seluruh individu yang terdapat dalam organisasi
tersebut. Bagi organisasi, budaya organisasi merupakan tekanan normatif pada setiap
individu yang ada dalam organisasi untuk memiliki perilaku tertentu. Perilaku tersebut
antara lain perilaku untuk setia/loyal pada organisasi. Outcome-nya, loyalitas tersebut
selanjutnya akan menciptakan komitmen yang tinggi pada organisasi.
b. Ada tiga gagasan yang sangat penting berkaitan dengan kekuatan budaya organisasi dan
kinerja menurut Kotter & Heskett yaitu :
 Penyatuan tujuan. Dalam budaya yang kuat, karyawan cenderung bekerja sederap dan
seirama mengikuti pemimpinnya.
 Tingkat motivasi yang luar biasa. Dalam budaya yang kuat terciptalah motivasi
karyawan yang tinggi. Motivasi tinggi tersebut muncul karena ada nilai-nilai yang
dianut bersama dan menimbulkan perilau yang dapat membuat orang merasakan
adanya kenyamanan bekerja, dan ada penghargaan baginya.
 Adanya struktur dan kontrol yang dibutuhkan. Dalam budaya kuat terdapat
strukturvdan kontrol yang diperlukan bagi karyawan tanpa harus tergantung pada
aturan birokrasi yang ketat yang dapat menekan munculnya motivasi dan inovasi.
c. Organisasi sebagai sistem terbuka adalah organisasi yang berinteraksi dengan lingkungan
dengan kata lain organisasi yang menerima sesuatu dari suatu sistem dan melepaskannya
kepada sistem yang lain. Organisasi merupakan suatu sistem terbuka karena selalu
berinteraksi dengan lingkungannya agar dapat tetap tegak berdiri (survive). System terbuka
adalah “sistem yang berhubungan dan terpengaruh dengan lingkungan luarnya”. Sistem ini
menerima masukan dan menghasilkan keluaran untuk lingkungan luar atau subsistem yang
lainnya, sehingga harus memiliki sistem pengendalian yang baik. Lingkungan dapat
dilakukan dengan dua arah yaitu organisasi dipenuhi perubahan dan sebaliknya lingkungan
dipengaruhi oleh organisai. Adapun lingkungan organisasi terdiri atas lingkungan mikro dan
makro. Organisasi sebagai sistem terbuka membutuhkan input dari lingkungan, dan akan
menjual produk ke lingkungan sekitarnya. Dalam menganalisis lingkungan, kompleksitas
lingkungan perlu diperhatikan. Kompleksitas lingkungan merupakan estimasi besarnya
problem dan kesempatan dalam lingkungan organisasi. Kompleksitas ini dipengaruhi oleh 3
faktor, yaitu : tingkat kekayaan, tingkat interdependensi, dan derajat ketidakpastian. Pada
sistem terbuka, lingkungan dianggap dinamis, berubah-ubah, sulit diramalkan dan dianggap
mempunyai masalah yang rumit sehingga organisasi perlu selalu beradaptasi dengan
lingkungannya karena mau tidak mau ia harus berinteraksi dengan lingkungan. Dengan kata
lain. organisasi dengan sistem terbuka berarti organisasi yang selalu berproses, baik secara
internal maupun eksternal. Ia selalu memerlukan masukan (input) dan balikan (feedback)
yang sangat penting untuk berlangsungnya proses dengan baik.

3. Gaya Kepemimpinan
a. Empat teori kepemimpinan yang dapat menjelaskan perilaku kepemimpinan
seseorang yaitu :
 Teori Orang Hebat (Great Man Theory)
Great Man Theory atau Teori Orang Hebat ini berasumsi bahwa sifat kepemimpinan
dan bakat-bakat kepemimpinan ini dibawa dari sejak orang tersebut dilahirkan. Great
Man Theory ini berkembang sejak abad ke-19. Meskipun tidak dapat diidentifikasikan
dengan kepastian ilmiah tentang karakteristik dan kombinasi manusia seperti apa yang
dapat dikatakan sebagai pemimpin hebat, namun semua orang mengakui bahwa
hanya satu orang diantara mereka yang memiliki ciri khas sebagai pemimpin hebat.
Great Man Theory ini menyatakan bahwa pemimpin hebat itu ditakdirkan lahir untuk
menjadi pemimpin. Teori tersebut juga menganggap seorang pemimpin hebat akan
muncul saat dalam menghadapi situasi tertentu. Teori tersebut dipopulerkan oleh
Thomas Carlyle dalam bukunya yang berjudul “On Heroes, Hero-Worship, and the
Heroic in History”.
 Teori Sifat Kepribadian (Trait Theory)
Teori Sifat Kepribadian atau Trait Theory ini mempercayai bahwa orang yang
dilahirkan atau dilatih dengan kepribadian tertentu akan menjadikan mereka unggul
dalam peran kepemimpinan. Artinya, kualitas kepribadian tertentu seperti keberanian,
kecerdasan, pengetahuan, kecakapan, daya tanggap, imajinasi, fisik, kreativitas, rasa
tanggung jawab, disiplin dan nila-nilainya lainnya dapat membuat seseorang menjadi
pemimpin yang baik. Teori kepemimpinan ini berfokus pada analisis karakteristik
mental, fisik dan sosial untuk mendapatkan lebih banyak pemahaman tentang
karakteristik dan kombinasi karakteristik yang umum diantara para pemimpin.
Keberhasilan seseorang dalam kepemimpinan sangat tergantung pada sifat
kepribadiannya dan bukan saja bersumber dari bakat namun juga berasal dari
pengalaman dan hasil belajarnya.
Menurut penelitian dari McCall dan Lombardo (1983), terdapat empat sifat
kepribadian utama yang menjadi penentu keberhasilan atau kegagalan seorang
pemimpin.
 Stabilitas dan ketenangan emosional : Tenang, percaya diri dan dapat diprediksi
terutama pada saat mengalami tekanan.
 Mengakui Kesalahan : Tidak menutupi kesalahan yang telah dibuat tetapi
mengakui kesalahan tersebut.
 Keterampilan Interpersonal yang baik : mampu berkomunikasi dan menyakinkan
orang lain tanpa menggunakan taktik yang negatif dan paksaan.
 Pengetahuan yang luas (Intelektual) : Mampu memahami berbagai bidang
daripada hanya memahami bidang-bidang tertentu ataupun pengetahuan tertentu
saja.
 Teori Perilaku (Behavioural Theory)
Sebagai reaksi dari Teori Sifat Kepribadian, Teori Perilaku atau Behavioural Theories
ini memberikan perspektif baru tentang kepemimpinan. Teori ini berfokus pada
perilaku para pemimpin daripada karakteristik mental, fisik dan sosial mereka.
Keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh perilakunya dalam melaksanakan
fungsi-fungsi kepemimpinan dan perilaku tersebut dapat dipelajari atau dilatih. Teori
Perilaku ini bertolak belakang dengan Teori Great Man (Teori Orang Hebat) yang
mengatakan seorang pemimpin adalah dibawa dari lahir dan tidak dapat dipelajari.
Teori Perilaku ini menganggap bahwa kepemimpinan yang sukses adalah didasarkan
pada perilaku yang dapat dipelajari dan bukan hanya dari bawaan sejak lahir.
 Teori Kontingensi atau Contingency Theory beranggapan bahwa tidak ada cara yang
paling baik untuk memimpin dan menyatakan bahwa setiap gaya kepemimpinan harus
didasarkan pada situasi dan kondisi tertentu. Berdasarkan Teori Kontingensi ini,
seseorang mungkin berhasil tampil dan memimpin sangat efektif di kondisi, situasi
dan tempat tertentu, namun kinerja kepemimpinannya akan menurun apabila
dipindahkan ke situasi dan kondisi lain atau ketika faktor di sekitarnya telah berubah.
Teori Kontingensi atau Contingency Theory ini juga sering disebut dengan Teori
Situasional. Beberapa Model Teori Kontingensi atau Situasional yang terkenal
diantaranya adalah Teori Kepemimpinan Kontigensi Fiedler, Teori Kepemimpinan
Situasional Hersey-Blanchard, Teori Kepemimpinan Kontigensi Vroom-Yetten, Teori
Kontingensi Path-Goal Robert House dan Teori Kontigensi Strategis.
Menurut saya secara mendasar perbedaan antara teori kepemimpinan ini adalah pada
dasarnya menekankan kepemimpinan yang perlu memotivasi para bawahannya untuk
melakukan tanggung jawab mereka lebih dari yang mereka harapkan (membaca kondisi
bawahan) dan memandang kepemimpinan dengan gaya atau perilaku tertentu yang
disesuaikan dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi
dengan memperhitungkan faktor waktu dan ruang (membaca situasi kerja).
b. Kepemimpinan Situasional
 Teori kepemimpinan situasional dikembangkan oleh Paul Hersey dan Kenneth
Blanchard. kepemimpinan situasional menurut Harsey dan Blanchard adalah didasarkan
pada saling berhubungannya diantara hal-hal berikut: jumlah petunjuk dan pengarahan
yang diberikan oleh pemimpin, jumlah dukungan sosioemosional yang diberikan oleh
pimpinan dan tingkat kesiapan atau kematangan para pengikut yang ditunjukkan dalam
melaksanakan tugas khusus, fungsi atau tujuan tertentu. (Thoha, 1983:65). Teori
Kepemimpinan Situasional ini adalah suatu pendekatan terhadap kepemimpinan yang
menganjurkan pemimpin untuk memahami perilaku bawahan, dan situasi sebelum
menggunakan perilaku kepemimpinan tertentu. Pendekatan ini menghendaki pemimpin
untuk memiliki kemampuan diagnosa dalam hubungan antara manusia (Monica, 1998).
Teori ini muncul sebagai reaksi terhadap teori perilaku yang menempatkan perilaku
pemimpin dalam dua kategori yaitu otokratis dan demokratis. Dalam teori ini dijelaskan
bahwa seorang pemimpin memilih tindakan terbaik berdasarkan variabel situasional.
Menurut pandangan perilaku, dengan mengkaji kepemimpinan dari beberapa variabel
yang mempengaruhi perilaku akan memudahkan menentukan gaya kepemimpinan yang
paling cocok. Teori ini menitikberatkan pada berbagai gaya kepemimpinan yang paling
efektif diterapkan dalam situasi tertentu. Keefektifan kepemimpinan tidak tergantung
pada gaya tertentu terhadap suatu situasi, tetapi tergantung pada ketepatan pemimpin
berperilaku sesuai dengan situasinya.
 Pendekatan kepemimpinan Situasional fokus pada fenomena kepemimpinan di dalam
suatu situasi yang unik. Premis dari pendekatan ini adalah perbedaan situasi
membutuhkan gaya kepemimpinan yang berbeda. Dari cara pandang ini, seorang
pemimpin agar efektif harus mampu menyesuaikan gaya mereka terhadap tuntutan
situasi yang berubah-ubah. Pendekatan kepemimpinan situasional menekankan bahwa
kepemimpinan terdiri atas dimensi arahan dan dimensi dukungan. Setiap dimensi harus
diterapkan secara tepat dengan memperhatikan situasi yang berkembang. Guna
menentukan apa yang dibutuhkan oleh situasi khusus, pemimpin harus mengevaluasi
pekerja mereka dan menilai seberapa kompeten dan besar komitmen pekerja atas
pekerjaan yang diberikan.
Pendekatan Kepemimpinan Situasional yang saya pahami adalah pendekatan
kontingensi model fiedler yaitu tentang kekuasaan posisi (kekuasaan jabatan). Tingkat
posisi kekuasaan ini memungkinkan seorang manajer memperoleh kekuasaan atas
bawahan agar bawahan mau mengikuti perintahnya. Kekuasaan posisi ini diperoleh
melalui otoritas formal. Yang penting disini adalah manajer lebih mudah memperoleh
kepatuhan bawahan dibanding bila ia tidak mempunyai kekuasaan posisi. Kekuasaan
atas bawahan diperoleh manajer karena ia menduduki jabatan.
Contohnya, antara lain kekuasaan memberikan tingkat hukuman, penghargaan, pangkat,
disiplin dan teguran kepada anggota organisasi. Pemimpin mempunyai kekuasaan yang
lebih besar apabila ia mampu memberi penghargaan dan mampu menjatuhkan
hukuman.

Anda mungkin juga menyukai