Anda di halaman 1dari 11

Modul 1

Perubahan Organisasi
Mirrian Sofjan (2005:1.10) menyatakan teori modern memandang organisasi
sebagai sesuatu system yang berproses. System adalah bagian bagian dari
organisasi yang berhubungan satu sama lain menjadi satu kesatuan secara
keseluruhan. Bagian bagian itu terdiri dari factor luar dan factor dalam
organisasi. Factor luar adalah faltor lingkungan dimana organisasi itu berada,
seperti factor politik, ekonomi, sosial, dan budaya, teknologi hukum, demografi
dan sebagainya. Sedangkan factor dalam adalah factor orang orang yang
bekerja, tugas dan tanggung jawab, hubungan kerja, dana, dan alat alat
peraturan dan prosedurkerja dan lainnya.
Sebagai system yang berproses, artinya organisasi tidaklah statis tetapi dinamis.
Dinamisnya organisasi dapat diartikan bahwa organisasi tersebut “hidup”,
’bergerak’ dapat merespon lingkungan sekitarnya dan memiliki peluang untuk
melakukan perubahan atas masukan ataupun pengaruh tersebut.
Sebagai suatu system yang terbuka, organisasi memiliki karakteristik sebagai
berikut :
1. Setiap organisasi memasukan energi dari lingkungan
2. Transformasi orgnaisasi
3. Setiap organisasi memberikankeluaran untuk digunakan oleh masyarakat
sekietarnya.
4. Setiap organisasi selalu mempunyai lingkungan yang disebut tapal batas.
5. Setiap organisasi memasukan energi dari memberikan keluaran ke
lingkungan
6. suatu organisasi pada dasarnya adalag merupakan suatu system yang
terbuka, karena setiap organisasi selalu melkukan transasksi dengan
lingkungannya.
7. Entropy. Agar suatu organisasi dapat bertahan hidup, maka ia berusaha
agar unsur-unsurnya tidak mengalami proses kematian.
8. Penyesuaian secara dinamis. Walaupun selalu terdapat kecenderungan
untuk selalu ada pertukaran energi, suatu organisasi selalu juga
mempunyai kecenderungan untuk mempertahankan diri.
9. Sebagai suatu sistem, maka organisasi dapat kita lihat dari berbagai macam
sudut pandang. Kita dapat melihatnya dari sudut pandang fungsional yaitu
dengan memperhatikan fungsi-fungsi yang dilakukan organisasi tersebut. Kita
juga dapat membedakan sub-subsistemnya menurut tingkatan manajerial dan
lain sebagainya
1. Masukan (Input)
Usaha memasukkan energi dari lingkungan terjadi melalui interaksi dengan
berbagai macam subsistem:
A. Subsistem Teknologi. Subsistem in mencakup aspek-aspek teknologi,
mesin-mesin, proses dan metoda yang digunakan dalam memproses suatu
masukan menjadi suatu hasil produksi berupa barang atau jasa.
B. Subsistem Manajerial. Jenjang organisasi, termasuk susunan atau kerangka
peranan dan tanggung jawab, merupakan unsur penting dari suatu subsistem
manajerial.
C. Subsistem Manusia. Pada dasarnva subsistem manusia akan menentukan
subsistem teknologi dan manajerial yang dipergunakan.
D. Subsistem Budaya. Sebagai hasil dari. interaksi dari ketiga subsistem tadi,
maka organisasi akan mengembangkan subsistem budaya tertentu yaitu suatu
budaya yang mungkin hanya berlaku dalam organisasi tersebut.
2. Variabel Antara
Selain terdapat proses dan mekanisme transformasi juga terdapat berbagai
macam variabel yang memberikan tekanan pengaruh pada perilaku manusia,
yang kemudian juga mempengaruhi hasil produksi yang dipasarkan ole
organisasi tersebut kepada lingkungan sekitarnya.
pengembangan organisasi (PO) pada hakikatnya adalah perubahan organisasi,
sebab di dalam pengembangan selalu terindikasi adanya perubahan.
Karenanya ketika kita membahas pengembangan organisasi, maka secara tidak
langsung yang kita bahas adalah perubahan itu sendiri. Konsepsi
pengembangan organisasi berkembang dari berbagai macam bidang ilmu
pengetahuan yang mempelajari usaha-usaha untuk mengadakan perubahan
sehingga dapat lebih mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan perubahan.
Pusat perhatian pengembangan organisasi adalah pada perubahan dan inovasi.
Warren Bennis mengemukakan, pengembangan organisasi adalah suatu
jawaban terhadap perubahan, suatu strategi pendidikan yang rumit yang
dimaksudkan untuk mengubah kepercayaan, nilai-nilai dan struktur dari suatu
organisasi, sehingga organisasi tersebut dapat lebih mampu menyesuaikan diri
dengan teknologi, pasar, dan tantangan baru, sera perputaran yang sangat cepat
dari perubahan itu sendiri.
Richard Beckhart mengemukakan rumusan sebagai berikut:
Pengembangan organisasi adalah suatu usaha berencana, mencakup organisasi
secara keseluruhan, dikelola dari atas, untuk meningkatkan efektifitas dan
kesehatan organisasi melalui intervensi berencana terhadap proses yang terjadi
dalam organisasi, dengan mempergunakan pengetahuan yang berasal dari ilmu
perilaku.
Wendell French mengatakan PO merupakan suatu usaha jangka panjang untuk
meningkatkan kecakapan suatu organisasi dalam memecahkan persoalan dan
kemampuannya untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi pada
lingkungannya melalui bantuan dari konsultan, atau sering disebut juga agen
pembaharu, baik yang berasal dari luar maupun yang berasal dari dalam
sendiri. Konsultan tersebut berasal dari kelompok penganut ilmu Perilaku.
McGill (1982), menyatakan bahwa pengembangan organisasi adalah suatu
proses yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk mengembangkan
kemampuan suatu organisasi sehingga dapat mencapai dan mempertahankan
suatu tingkat optimum prestasi, yang diukur berdasarkan efisiensi, efektivitas
dan kesehatan (organisasi).

Modul 2
Diagnosis
Diagnosis adalah proses untuk mengerti suatu fungsi dari arus sistem, yang
pada kegiatan tersebut melibatkan pengumpulan informasi bersangkutan
tentang operasi organisasi yang sedang berjalan, meneliti data tersebut, dan
menggambarkan penarikan kesimpulan untuk peningkatan dan perubahan yang
potensial. Hail diagnosis yang efektif menyediakan pengetahuan yang
sistematis bag organisasi untuk mendesain intervensi yang sesuai. Banyak
organisasi-organisasi lainnya dalam melakukan pengembangan dan perubahan
organisasi tidak melakukan diagnosis organisasi secara benar, shingga
menyebabkan keterhambatan dalam proses perubahan dan perkembangan.
Apapun bentuk dari perubahan yang dilakukan ole organisasi, baik itu secara
Radical Change ataupun Incremental Change, kebutuhan akan mendiagnosis
organisasi perlu untuk merencanakan langkah selanjutnya yang lebih strategis.
Diagnosis adalah suatu proses mengerti bagaimana fungi organisasi saat ini
dan menyediakan informasi yang diperlukan untuk mendesain intervensi
perubahan. Kegiatan diagnosis ini biasanya dilakukan setelah adanya proses
entering dan contracting yang dilakukan ole organisasi untuk melakukan
perencanaan perubahan, yang pada kedua proses tersebut organisasi telah
menetapkan langkah untuk menindak lanjuti hasil diagnosis yang berhasil.
Hal yang perlu dipersiapkan dalam melakukan diagnosis organisasi, agar
adanya suatu kesuksesan dalam melakukan diagnosis, serta mendapatkan hasil
yang optimal dalam melakukan perubahan dan pengembangan. Pertama, nilai
dan kepercayaan etis yang mendasari pengembangan organisasi menyatakan
bahwa anggota organisasi seluruhnya dan age perubahan harus dilibatkan
dalam menemukan faktor penentu dari efektivitas organisasi sekarang.
Dalam pengembangan organisasi, diagnosis digunakan dengan sangat luas
seperti dalam yang digunakan dalam definisi medis. Diagnosis organisasi,
merupakan proses kolaborasi antara anggota organisasi dan konsultan
pengembangan organisasi dalam mengumpulkan informasi yang bersangkutan,
menganalisa, dan menggambarkan kesimpulan untuk perencanaan aksi dan
intervensi. Jadi proses organisasi adalah kerjasama dalam mengumpulkan data
dalam organisasi tersebut, sebagai langkah strategik ke depan dari organisasi.
Masuk dalam proses perubahan dan melakukan proses kontrak dalam
perubahan sebagai hasil dalam suatu kebutuhan untuk mengerti juga suatu
sistem utuh atau beberapa bagian, atau corak organisasi.
Sondang P. Siagian menyatakan diagnosis merupakan sarana untuk
menemukan sumber penyakit yang diderita dan tidak hanya mengenali gejala-
gejala yang segera tampak.
Pendiagnosis di dalam PO biasanya disebut sebagai Konsultan.
Konsultan dalam melakukan diagnosis diharapkan seorang konsultan yang
tangguh dan selalu berpikir dalam konteks sebab akibat. Artinya dalam
diagnosis yang dilakukannya a selalu berupaya untuk mengidentifikasikan
berbagai implikasi dari perubahan-perubahan yang terjadi dalam suatu faktor
terhadap faktor-faktor lainnya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa karena pentingnya proses diagnosis,
konsultan dan klien harus sama-sama sepakat bahwa ciri-ciri diagnosis yang
harus terdapat ialah sebagai berikut:
1. Kesederhanaan,
2. Kejelasan
3. Keterlibatan
4. identifikasi faktor utama
5. menyodori faktor kritikal
6. penumbuhan rasa urgensi.
Diagnosis organisasi yang baik tidak hanya memberikan informasi yang teat
tentang hakikat sistem organisasi klien, akan tetapi juga bermanfaat dalam
merancang bangun dan memperkenalkan alternatif tindakan untuk
memperbaiki situasi problematik yang dihadapi. Artinya diagnosis yang
dilakukan harus memperkuat pandangan tentang perlunya perubahan
diwujudkan dan berbagai manfaat yang akan diperoleh apabila perubahan itu
diwujudkan.

Modul 3
Pendektan pengelolaan perubahan organisasi di era globalisasi
Abad ke-21 merupakan abad teknologi informasi dan komunikasi, yang
mendorong terjadinya berbagai perubahan penting atau krusial secara
mendasar pada elemen-elemen kehidupan manusia.
Dalam perkembangannya, revolusi teknologi komunikasi dan informasi
memiliki beberapa tahapan perkembangan. Untuk teknologi komunikasi, ada 3
generasi . Generasi pertama atau 1G dimulai ketika ditemukannya telpon
dengan menggunakan kabel yang ditemukan Alexander Graham Bell.
Generasi kedua atau 2G berkembang setelah ditemukan telpon wireless atau
ponsel oleh Martin Cooper pada 3 April 1973 ketika ia bekerja di Motorola.
Generasi kedua in atau 2G tambah berkembang lagi sekitar tahun 1992 ketika
mulai digunakannya SMS (Short Message Service). Adapun generasi ketiga
atau 3G, berkembang pada akhir tahun 1990-an. Generasi 3G memfasilitasi
video streaming, download music, file besar lainnya, dan surfing Web pada
browser HTML penuh.
Revolusi teknologi informasi dan komunikasi tersebut, mendorong terjadinya
perubahan sosio-ekonomi bagi masyarakat dunia. Perubahan universal tersebut
secara serentak terjadi tapa dapat diceah merupakan gejala (fenomena)
globalisasi.
Perubahan teknologi informasi dan komunikasi yang canggih serta sukar
dielakkan bagi seluruh subsistem dunia menjadi pemicu (trigger) bagi setiap
komponen untuk harus meningkatkan kemampuannya mengelola perubahan.
Jika subsistem-subsistem dunia tersebut (negara, organisasi, dan individu)
tidak mampu dan tidak mau melakukan pengelolaan perubahan lingkungan
maka subsistem-subsistem dunia itu akan mengalami ketidakstabilan bahkan
kehancuran (ekonomi, politik, budaya, sosial, dan lainnya) yang tragis. Untuk
itu, setiap organisasi perl mempunyai keputusan-keputusan strategis untuk
mengelola perubahan lingkungan. Menurut Pearce dan Robinson (1997:21-
23), masalah-masalah (isu-isu) strategis mempunyai dimensi-dimensi, antara
lain sebagai berikut:
1. Isu strategis membutuhkan keputusan dari manajemen puncak.
2. Is strategis membutuhkan sumber daya perusahaan atau organisasi dalam
jumlah yang besar.
3. Isu strategis sering kali mempengaruhi kesejahteraan jangka panjang
perusahaan atau organisasi.
4. Isu strategis biasanya mempunyai konsekuensi multi fungi atau multi bisnis.
5. Isu strategis mengharuskan organisasi ataupun perusahaan
mempertimbangkan lingkungan eksternal.
Lingkungan organisasi terdiri atas lingkungan internal (dalam) organisasi dan
lingkungan eksternal (luar). Adanya globalisasi menyebabkan kedua jenis
lingkungan organisasi tersebut juga mengalami tuntutan perubahan untuk
dapat mengakomodasi perubahan yang terjadi dengan fleksibel jika organisasi
tersebut ingin tetap memiliki keberlangsungan hidup (survive).
Globalisasi berdampak pada seluruh ukuran organisasi (besar atau kecil)
dan tipe organisasi (sederhana, fungsional atau divisional) yang ada di dunia.
Dunia sebagai suatu suprasistem, terbentuk dari sistem-sistem (negara-negara,
ideologi, agama, sosial, politik, dan sebagainya) yang saling
melengkapi, saling membutuhkan, saling bergantung dan saling
mempengaruhi satu sama lainnya. Seperti halnya jaringan listrik yang dapat
mengalirkan energi listrik ke segala arah salurannya. Keanekaragaman
tuntutan kerja (work force) menuntut manajer harus mampu mengenali dan
memahami perbedaan pekerjanya. Kewirausahaan menjadi hal yang penting
bagi masyarakat dunia. Tentunya seluruh tipe dan ukuran organisasi pun akan
membutuhkan kewirausahaan agar tiap organisasi tersebut sukses. Manajer
perlu mengenali dan menyadari kenyataan dari dinamika dan booming-nya
dunia maya (e-world) saat ini, yang akan mempengaruhi input pembuatan
keputusan dan hasil output dari organisasinya. Hal tersebut dikarenakan oleh
adanya kenyataan bahwa organisasi yang sukses akan membutuhkan inovasi,
fleksibilitas atau keluwesan sehingga manajer harus mendorong lahirnya dan
adanya inovasi maupun fleksibilitas dalam organisasinya. Selain itu,
persaingan utama yang terjadi akibat globalisasi berfokus pada persaingan
kompetensi dan proses.
Menurut Ashmos dan Duchon dalam Robins dan Coulter (2002:49) pengertian
yang terkandung dalam workplace spirituality adalah a recognition of an inner
life that nourishes and is nourished by meaningful work that takes place in the
context of community. Artinya, spiritualitas tempt keria (workplace
spirituality) merupakan aktivitas pengenalan batiniah individu terhadap
pekerjaannya yang menyegarkan dan menginspirasi individu tersebut sehingga
dapat meningkatkan sense of responsibility, sense of belonging terhadap
pekerjaan dan mengenali mana terdalam dari pekerjaannya yang penuh nilai
dan bermanfaat bagi masyarakat.
Lebih lanjut Darwin dkk (2002: 156-157), menyatakan ada perbedaan antara
pendekatan postmodern dengan pendekatan modern dalam manajemen, yakni
jika perubahan strategis yang absah dalam pendekatan modern menekankan
organisasi rasional yang dianggap dapat menjamin peningkatan kinerja dan
sebagainya, sebaliknya pendekatan postmodern mengikis anggapan in dengan
menerapkan antarwacana diri (metanarratives) dengan melakukan beberapa
tugas yang saling terkait untuk mengidentifikasi cara-cara tertentu untuk
menentukan pilihan dalam melihat dan bertindak sesuai wacana mana yang
diambil dan mana yang dikecualikan. Untuk itu, upaya-upaya organisasi
menurut wacana postmodernis yang berkaitan dengan strategi organisasi
adalah (I) melalui dekonstruksi; (2) melalui silsilah, dan (3) mengkaji efek
kebenaran.

Modul 4
Intervensi organisasi
Moekiyat (1986) menyatakan istilah intervensi menunjukkan serangkaian
kegiatan programmatic terencana yang di dalamnya klien dan konsultan
mengambil bagian selama berjalannya program pengembangan organisasi.
Kegiatan kegiatan tersebut dimaksudkan dalam rangka menata dan
memperbaiki kembali fungi organisasi dengan memberikan kesempatan
kepada anggota organisasi untuk bekerja dalam tim ataupun mereka mengelola
suatu tim serta memelihara (sustainable) organisasi agar tetap dapat berialan
dengan baik sesuai dengan tujuan organisasi.
Menurut Miftah Thoha (1997) intervensi dimaksudkan untuk menetapkan
cara-cara apakah yang patut digunakan untuk merencanakan perbaikan
berdasarkan masala yang ditemukan dalam proses diagnosis dan pemberian
umpan balik. Intervensi berarti keikutsertaan klien dan konsultan bersama-
sama merencanakan proses perbaikan berdasarkan atas masalah yang dijumpai
dalam proses diagnosis.
Warner W. Burke (1982) menyatakan intervensi sebagai suatu kegiatan
perbaikan yang terencana dalam proses Pengembangan Organisasi.
Sedangkan C. Argyris (1970) merumuskan agak lebih terinci di mana
pengertian intervensi adalah merupakan kegiatan yang mencoba masuk ke
dalam suatu sistem tata hubungan yang sedang berjalan, hadir berada di antara
orang-orang, kelompok ataupun objek dengan tujuan untuk membantu mereka.
Selanjutnya Argyris berkata bahwa suatu intervensi dapat dikatakan efektif
apabila terdapat informasi yang benar dan bermanfaat, kebebasan memilih,
dan keterikatan di dalam.
Siagian (1995) menyatakan berbagai bentuk intervensi dalam PO dimaksudkan
bukan terutama untuk meningkatkan kemampuan dan produktivitas kerja para
anggota organisasi secara individual akan tetapi individu sebagai anggota
kelompok, kerja sama antarindividu, produktivitas tim, dan kerja sama
antartim. Pada akhirnya kegiatan tersebut diharapkan dapat mewujudkan
organisasi yang lebih baik dalam arti lebih adaptif, lebih produktif, dan lebih
efektif menghadapi berbagai tantangan dan tuntutan yang timbul secara
internal dalam organisasi sendiri dan dalam lingkungan eksternal organisasi
yang bersangkutan.

Menurut Miftah Thoha (1997) yang perlu mendapat perhatian dalam


merencanakan Kegiatan intervensi adalah berikut ini:
1. Kesiapan Klien untuk Melakukan Perubahan
2. Kepastian bahwa Perubahan Tersebut Mash dalam
Batas Kekuasaan dan Kewenangan Organisasi
3. Kesiapan Sumber-sumber Internal untuk Membantu Mengatur, Memonitor,
dan Memelihara Proses Perubahan

Modul 5
Fungsi perencanaan strategis dan implementasinya
Perencanaan strategis merupakan bagian dari manajemen strategi.
Perencanaan strategi mencakup perumusan strategi, dan tidak mencakup aspek
implementasi, evaluasi, dan pengendalian strategi. Arti penting perencanaan
bagi suatu organisasi, oleh Steiner (1979:48) dijelaskan sebagai
berikut:
Planning can simulate the future on paper, a practice that not only is
comparatively inexpensive but also permits a company to make better
decisions about what to do now about future opportunities and threats than
waiting until events just happen. Planning itself clarifies the opportunities and
threats that lie ahead for a company.
Sedangkan pemikiran tentang strategi, ole Mintzberg (1994:3-4) dibagi
menjadi sepuluh jenis aliran yang dikelompokkan menjadi 2 karakteristik,
yakni berikut ini.
1. Karakteristik prescriptive, artinya karakteristik dari aliran strategi yang
sifatnya memberikan petunjuk, terdiri atas:
a.
aliran desain (design school) merupakan aliran yang mempertimbangkan
pembuatan strategi sebagai proses pembuatan konsep yang informal yang ada
dalam pikiran sadar sebagai pemimpin. Aliran ini banyak menggunakan
analisis SWOT (untuk menggali kekuatan-kelemahan internal dan peluang-
peluang, serta ancaman-ancaman atau hambatan-hambatan dari eksternal
organisasi);
b. aliran perencanaan (planning school);
C. aliran memposisikan (positioning school).
2. Karakteristik descriptive, artinya karakteristik dari aliran strategi yang
sifatnya menjabarkan mengapa sesuatu hal dapat terjadi dan mengapa
diperlukan penggunaan aliran strategis tertentu,
Menurut Steiner (1979:13), pengertian perencanaan formal strategis sama
dengan perencanaan perusahaan menyeluruh (comprehensive corporate
planning), perencanaan manajerial menyeluruh (comprehensive managerial
planning), perencanaan jangka panjang (long-range planning), perencanaan
formal (formal planning), perencanaan keseluruhan total (total overall
planning), perencanaan terpadu menyeluruh (comprehensive integrated
planning), perencanaan perusahaan (corporate planning), dan perencanaan
strategis (strategic planning).
Steiner (1979:13-15), mendefinisikan perencanaan strategis sebagai sejumlah
keputusan akan masa dean sehingga perencanaan strategis akan melihat rantai
penyebab dan dampak sesuatu keputusan.
Berikut ini, faktor-faktor yang perlu diperhitungkan dalam merancang sistem
perencanaan, yaitu:
1. besar atau kecilnya organisasi;
2. gaya manajemen;
3. kompleksitas lingkungan;
4. kompleksitas proses produksi;
5. hakikat masalah;
6. tujuan dari sistem perencanaan.
Menurut Siagian (1951) suatu organisasi atau perusahaan yang dikelola baik
harus mencerminkan tiga hal sekaligus, yakni kesinambungan keberadaan
organisasi, kemampuan meraih keuntungan pada tingkat wajar, dan
pertumbuhan. Oleh sebab itu, organisasi harus dapat menguatkan
keberlangsungan hidupnya serta harus dapat berkembang.
Setiap organisasi membutuhkan keberlangsungan kehidupan yang bernilai
sehingga setiap organisasi, berlomba-lomba untuk meningkatkan mutu
kehidupan dan lingkungannya melalui strategi peningkatan kualitas dan daya
saing. Strategi tersebut diwujudkan dengan meningkatkan keunggulan
bersaing, yang kemudian dikenal sebagai upaya peningkatan core competence
(keunggulan utama). Seperti yang disampaikan oleh
Richard Eko Indrajit (2003) berikut.
Menurut Zakiyah, berdasarkan perkembangan dan tuntutan lingkungan industri
seperti di atas maka Yoshinori lizuka beserta tim pakar manajemen mutu yang
diketuainya, menyusun "New Quality Management System (QMS)
Model" untuk ISO 9004. Apabila model QMS dalam ISO 9004 versi tahun
2000 merupakan suatu model perbaikan berkelanjutan yang didasarkan pada
informasi internal dan pelanggan maka dalam usulan a New QMS Model ISO
9004 (ditargetkan dapat dilaksanakan tahun 2008) adalah suatu "model
pertumbuhan berkelanjutan" yang dilandasi pada pembelajaran dan inovasi
(sustainable growth based on learning and innovation)". Konsep-konsep sistem
manajemen mutu tersebut, antara lain berikut ini.

Modul 6
Teknologi dan struktur kerja
Perkembangan besar dalam bidang teknologi telah diramalkan sejak akhir
tahun 60-an. Sektor yang paling pest perkembangannya adalah sektor
teknologi pengolahan data yang sekarang lebih dikenal sebagai teknologi
informasi, serta sektor komunikasi; baik komunikasi suara (audio) dengan
berkembang pesatnya berbagai telepon bergerak yang semakin canggih,
komunikasi tertulis (facsimile, e-mail, dan lain-lain) dan komunikasi data.
Perkembangan teknologi pengolahan data dan kata menghasilkan kantor yang
sudah tidak membutuhkan kertas karena semua komunikasi tertulis dapat
dilakukan tapa berbentuk kertas tetapi cukup dibaca di layar monitor komputer
atau alat sejenis yang punya kemampuan sama.
Senada dengan Griffin, Hessel menyatakan teknologi menyangkut mekanisme
suatu organisasi untuk mengubah masukan mentah menjadi keluaran jadi.
Teknologi dapat memiliki berbagai bentuk, termasuk variasi-variasi dalam
proses mekanisme yang digunakan dalam produksi, dan variasi dalam
pengetahuan teknis yang dipakai untuk menunjang kegiatan menuju sasaran.
Sedangkan pengertian teknologi menurut Kast & Rosenzweig bukan hanya
hal-hal fisik dari teknologi, seperti teknologi mesin, mekanisasi alat-alat
produksi barang dan jasa-jasa, penggantian tenaga manusia. Pengertian
teknologi adalah penerapan pengetahuan untuk pelaksanaan tugas atau
kegiatan tertentu secara lebih efektit.
Organisasi besar membutuhkan berbagai jenis keahlian dan sumber daya pada
masing-masing sistem dan subsistemnya untuk memproduksi barang atau jasa.
Tentunya, organisasi besar membutuhkan seperangkat teknologi yang rumit
berupa perangkat gabungan antara mesin dan manusia yang bersama-sama
menghasilkan barang atau jasa yang menjadi output-nya.
Perkembangan organisasi besar merupakan suatu konsekuensi kemajuan
teknologi sosial. Keberhasilannya terletak pada kesanggupan menyatukan
manusia, material, dan sumber day potensial lainnya untuk melaksanakan
pekerjaan-pekerjaan yang rumit. Tentunya hal in adalah suatu pencapaian dan
prestasi besar. Bagian dari teknologi sosial dalam perkembangan organisasi
besar in meliputi pengembangan struktur dan sistem informasi yang sesuai,
proses perencanaan dan pengawasan terpadu, dan program-program untuk
seleksi, latihan, pengembangan dan motivasi yang efektif untuk para peserta
manusia.
Sekarang in juga berkembang klasifikasi organisasi berdasarkan teknologi.
Untuk organisasi industri yang menghasilkan barang, klasifikasi menurut
borongan kecil, produksi massal dan proses keberlanjutan merupakan suatu
kontinum teknologi umum. Klasifikasi organisasi juga bisa berdasarkan
kompleksitas dan dinamika. Hal in berangkat dari asumsi bahwa tingkat
kompleksitas teknologi yang dibutuhkan dalam proses transformasi dan tingkat
stabilitas dalam kejadian, tugas atau keputusan yang dihadapi organisasi itu.
Jadi, sejumlah kombinasi di antara sejumlah kontinum itu.
Temuan lainnya dalam studi tersebut adalah pada tingkat vertikal manajemen
dalam produksi meningkat dengan majunya teknik dari produksi unit ke proses
kontinu. Selain itu, juga ditemukan rentang kontrol eksekutif meningkat dari
medium 4 dalam produksi unit ke-7 dalam borongan besar dan produksi
massal, serta ke- 10 dalam proses kontinu. Ditemukan pula ada hubungan
antara teknologi suatu perusahaan dengan besar kelompok manajemennya,
juga kelompok tata usaha dan administrasi secara proporsional lebih besar
dalam perusahaan-perusahaan yang maju.
Temuan Woodward, kemudian diperkuat ole studi Universitas Aston, Inggris.
Studi Aston dilakukan terhadap 46 organisasi yang berbeda-beda, tetapi tetap
berfokus pada hubungan teknologi dengan struktur. Aston mengelompokkan
teknologi ke dalam 3 komponen, yaitu teknologi operasi, teknologi material
dan teknologi pengetahuan. Teknologi operasi adalah teknik yang dipakai
dalam aktivitas-aktivitas arus kerja. Teknologi material adalah sifat bahan
yang dipakai dalam proses transformasi. Dan teknologi pengetahuan adalah
ciri-ciri pengetahuan yang dipakai dalam organisasi itu.
Dalam hubungannya dengan teknologi, mengacu pada Kast & Rosenzweig ada
dua sistem manajerial yang dikenal selama ini. Pertama, sistem manajerial
mekanik yakni sistem manajerial yang sesuai untuk teknologi yang stabil.
Cirinya adalah ia memiliki struktur organisasi yang ditetapkan secara stabil,
uraian pekerjaan dirumuskan dengan jelas, metode dan kewenangan
dihubungkan dengan fungsi dan peran masing-masing yang sudah ditentukan.
Model interaksi dalam sistem manajemen in bersifat vertikal antara atasan dan
bawahan alias hierarki yang kuat.

Anda mungkin juga menyukai