Anda di halaman 1dari 10

Nama : OKsip

NIM : 043

UPBJJ : Jakarta, Universitas Terbuka

Prodi : Ilmu Administrasi Negara

Tahun : 2023.1

Tugas 1

1. Karakteristik dan Perilaku Manusia

a. Untuk memahami perilaku manusia di dalam organisasi, para


ahli menggunakan tiga pendekatan.  jawab ketiga pendekatan yang dimaksud.
Adakah perbedaan kontras diantara ketiga pendekatan tersebut.
Jawab:
Pendekatan yang digunakan untuk memahami perilaku manusia diantaranya
pendekatan kognitif, pendekatan kepuasan, dan pendekatan psikoanalisis.
1) Pendekatan kognitif memanfaatkan munculnya perilaku sebagai jawaban
(respons) dari adanya rangsangan (stimulus) yang diterima orang-orang.
(Littlejohn, 1992)
2) Pendekatan kepuasan mengemukakan bahwa seseorang akan merasa puas
apabila kebutuhannya dapat terpenuhi dan pekerjaan yang diterimanya
menarik dan menantang kemampuannya.
3) Sementara pendekatan psikoanalisis, diketahui ada tiga unsur yang dapat
menyebabkan perilaku seseorang yaitu id (das es), ego, dan super ego
yang masing-masing dapat saling bertentangan. Id (das es) merupakan
unsur yang menyebabkan munculnya perilaku tanpa mempedulikan unsur
yang lain. Akan tetapi, dua unsur yang lain juga dapat saling mendukung
atau saling menolak terhadap keinginan id. Interaksi ketiga unsur tersebut
mengakibatkan munculnya perilaku tertentu.

Terdapat perbedaan kontras diantara ketiga pendekatan di atas, yaitu terletak


pada parameter dalam menentukan pemahaman perilaku manusia.
b. Sikap merupakan faktor yang sangat menentukan dalam pembentukan
perilaku. Jelaskan pendapat Saudara.
Jawab:
Sikap merupakan faktor yang sangat menentukan dalam pembentukan perilaku
karena sikap berhubungan dengan persepsi, kepribadian, belajar dan motivasi.
Sikap adalah kesiap-siagaan mental, yang diorganisir melalui pengalaman,
yang memiliki pengaruh tertentu terhadap tanggapan seseorang terhadap orang
lain, objek dan situasi yang berhubungan dengannya. Sikap kita terbentuk
sejak kita lahir melalui keluarga, teman dan lingkungan masyarakat sesuai
dengan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Dalam kaitannya dengan
perilaku, sikap merupakan dasar seseorang untuk berperilaku. Sikap adalah
kecenderungan seseorang untuk berperilaku. Perilaku adalah pencerminan
sikap kita dan sikap adalah kecenderungan perilaku. Jadi perilaku dapat dibaca
oleh indera namun sikap tidak, tetapi kita dapat mengetahui sikap seseorang
melalui perilaku yang ia lakukan atau tunjukkan.

c. Diskusikan tiga pendekatan yang digunakan didalam memahami kepribadian


manusia. Adakah perbedaan   diantara ketiga pendekatan tersebut. Jelaskan
pendapat Saudara.
Jawab:
Ketiga pendekatan yang digunakan dalam memahami kepribadian manusia
yakni pendekatan ciri (traits approach), teori psikodinamik (psychodynamic
theories), dan teori humanistik (humanistic theories) :
1) Pendekatan ciri dapat menunjukkan kecenderungan konsistensi perilaku
seseorang sebab ciri dianggap bagian yang membentuk kepribadian dan
penunjuk perilaku.
2) Teori psikodinamik (psychodynamic theories) meyakini bahwa
kepribadian manusia ditentukan unsur-unsur id dan superego yang
merupakan alam ketidaksadaran manusia dan ego merupakan alam
kesadaran manusia yang mampu memperlunak id dan superego dalam
persaingannya. Id bekerja tidak rasional dan secara impulsive
menyebabkan perilaku tanpa memikirkan norma yang berlaku. Superego
dikenal sebagai hati nurani. Superego adalah nilai-nilai individu, termasuk
moral dan norma yang dibentuk oleh lingkungan masyarakat. Ego
merupakan alam logika yang memberikan gambaran fisik tentang
kenyataan yang dihadapi seseorang. Menurut teori ini pengalaman
kehidupan ketika manusia masih kecil mempunyai pengaruh besar
terhadap perilaku seseorang ketika ia telah besar dan dewasa.
3) Sementara teori humanistik lebih menekankan kepada arti penting cara
manusia mempersiapkan dunianya dan kekuatan yang mempengaruhinya.
Teori ini juga menekankan kepada perkembangan dan perwujudan diri
seseorang.

2. Pengertian Budaya, Budaya Organisasi dan Kinerja, serta Teori dan Proses Organisasi

a. Jelaskan pengertian Budaya Organisasi dan tingkatan budaya sebagaimana


yang diutarakan Kotter & Heskett (1992)
Jawab:
Kotter & Heskett (1992) berpendapat bahwa budaya organisasi dapat dilihat
dalam dua tingkatan yang berbeda, yaitu dilihat dari sisi kejelasan dan sisi
ketahanan organisasi terhadap perubahan. Pada tingkatan yang lebih dalam
dan kurang terlihat, budaya organisasi merujuk pada nilai-nilai yang dianut
bersama oleh orang dalam kelompok dan cenderung bertahan sepanjang waktu
bahkan meskipun anggota kelompok sudah berubah. Pemahaman ini
mencakup tentang apa yang penting dalam kehidupan berorganisasi. Ada yang
mengutamakan perolehan uang, dan ada yang mementingkan inovasi
teknologi dan kesejahteraan karyawan. Pada tingkatan ini budaya sangat sulit
berubah, karena Sebagian besar anggota sering tidak sadar terhadap nilai-nilai
yang mengikat mereka. Pada tingkatan yang lebih terlihat, budaya
menggambarkan pola perilaku individu dalam suatu organisasi, sehingga
karyawan baru cenderung dan terdorong mengikuti perilaku para sejawat
senior.
Contohnya, para senior yang selalu bekerja keras selama bertahun-tahun,
maka juniornya akan mengikuti mereka sebagai pekerja keras juga. Pada
tingkatan ini budayalebih mudah berubah. Hal yang patut diingat adalah setiap
tingkatan budaya, secara alamiah, memiliki kecenderungan mempengaruhi
tingkatan budaya lainnya, baik yang berada pada tingkatan lapisan atas yang
mudah tertangkap oleh indera, maupun yang berada pada lapisan terdalam
yang sulit tertangkap oleh indra manusia

b. Menurut Kotter & Heskett, ada tiga gagasan yang sangat penting berkaitan
dengan kekuatan budaya organisasi dan kinerja. Jelaskan ketiga gagasan
tersebut
Jawab:
Ketiga gagasan yang dikemukakan oleh Kotter & Heskett berkaitan dengan
kekuatan budaya organisasi dan kinerja yaitu :
1) Penyatuan tujuan. Dalam budaya yang kuat, karyawan cenderung bekerja
sederap dan seirama mengikuti pemimpinnya.
2) Tingkat motivasi yang luar biasa. Dalam budaya yang kuat terciptalah
motivasi karyawan yang tinggi. Motivasi tinggi tersebut muncul karena
ada nilai-nilai yang dianut bersama dan menimbulkan perilaku yang dapat
membuat orang merasakan adanya kenyamanan bekerja, dan ada
penghargaan baginya.
3) Adanya struktur dan kontrol yang dibutuhkan. Dalam budaya kuat
terdapat struktur dan kontrol yang diperlukan bagi karyawan tanpa harus
tergantung pada aturan birokrasi yang ketat yang dapat menekan
munculnya motivasi dan inovasi.

c. Memasuki abad ke-21 ini, organisasi sebagai sebuah sistem terbuka


senantiasa berhadapan dengan dinamika    perubahan lingkungan. Jelaskan
pernyataan.
Jawab:
Suatu organisasi, dalam era global, tentunya harus beradaptasi dengan era
global tersebut yang tentunya penuh dengan perubahan yang cepat dan
dinamis serta persaingan yang semakin kompleks. Beberapa hal yang dihadapi
organisasi memasuki abad 21 adalah kompetisi global yaitu persaingan dengan
negara-negara di dunia, desain organisasi yaitu organisasi yang ramping
strukturnya serta organisasi yang adaptif strukturnya, memotivasi sumber daya
manusia yaitu bagaimana cara memperlakukan para anggota organisasi,
tuntutan pendistribusian produk sampai ke konsumen dengan cepat disertai
jumlah dan mutu yang bagus, serta teknologi komunikasi untuk memudahkan
komunikasi antarkaryawan untuk mempersingkat waktu dan mempersempit
jarak. Untuk itu ada beberapa strategi yang harus dimainkan oleh organisasi
agar tetap bertahan (survive) dan berkembang, antara lain perubahan yang
harus dilakukan dalam lingkup internal dan eksternal, desain organisasi yang
adaptif, dan luwes serta dinamis dalam menghadapi perubahan, termasuk
bagaimana organisasi dapat beroperasi secara efektif dan efisien.
Bagaimana cara memotivasi orang-orangnya, peningkatan mutu dan jumlah
produk serta kecepatan pelayanan kepada para pelanggan. Perlu
memperhatikan juga perkembangan teknologi komunikasi, karena berkaitan
dengan ketersediaan, keakuratan, dan kecepatan memperoleh informasi. Selain
itu, sangat perlu memperhatikan sikap dan perilaku anggota organisasi dan
keterkaitannya dengan kinerja. Kepuasan para anggota organisasi akan
mempengaruhi kinerja organisasi secara keseluruhan.

3.     Gaya Kepemimpinan

a. Ada empat teori kepemimpinan yang dapat menjelaskan perilaku


kepemimpinan seseorang. Sebut dan jelaskan   Keempat teori tersebut dan apa
perbedaan dari keempat teori tersebut didalam menjelaskan perilaku
kepemimpinan seseorang.
Jawab:
Menurut Koontz, Harold dan Weihrich, Heinz ada empat teori yang dapat
menjelaskan perilaku dan gaya kepemimpinan seseorang, yaitu :
1) Gaya kepemimpinan berdasarkan penggunaan wewenang
Ada tiga gaya dasar yang dapat menjelaskan gaya berdasarkan
penggunaan wewenang yaitu otokratif, demokratif atau partisipatif, dan
bebas (free-rein)
 Gaya tokratif menitikberatkan penggunaan sistem imbalan dan
hukuman (reward and punishment) terhadap para pengikutnya.
Selain itu, ia menggunakan cara komando tanpa pertanyaan lebih
lanjut dari bawahan. Semua kegiatan kerja ditentukan oleh atasan,
termasuk adanya pengawasan yang ketat.
 Gaya demokratis atau partisipatif menekankan kepada cara
konsultasi dengan bawahannya tentang kegiatan mendatang,
pengambilan keputusan, danmendorong tumbuhnya peran serta
bawahan. Dalam gaya kepemimpinan partisipatif ini, arus
komunikasi berlangsung dalam dua arah, atas-bawah dan bawah-
atas. Gaya ini akan menghasilkan kinerja yang sangat baik, karena
kalangan pimpinan dan bawahan akan memberikan komitmen
terhadap kinerjanya.
 Gaya bebas (free-rein) menggunakan sedikit kewenangannya
terhadap bawahannya. Semua keputusan diserahkan kepada
bawahan, sehingga atasan sangat bergantung kepada bawahan dalam
hal pengambilan keputusan, penetapan tujuan, dan cara
mencapainya sehingga gaya ini tidak efektif.

2) Sistem kepemimpinan model likert


Teori ini menguraikan empat sistem manajemen dan kepemimpinan
yaitu:
 Sistem 1 : Otokrasi eksploitif (exploitive authoritative)
Sistem ini menimbun pengendalian, pengarahan, dan pengambilan
keputusan di manajemen paling puncak, sehingga sering disebut
sebagai model penguasa mutlak. Motivasi kerja muncul oleh adanya
rasa ketakutan, karena besarnya kekuasaan atasan, dan karena
adanya kebutuhan uang.
 Sistem 2 : Otokrasi bijak (benevolent authoritative)
Sistem ini hampir mirip dengan sistem 1. Bedanya, tidak semua
pengambilan keputusan dilakukan oleh manajemen puncak.
Kebijakan umum dibuat oleh manajemen puncak, sedangkan
beberapa keputusan pelaksanaan dibuat oleh tingkat lebih bawah.
Motivasi yang didasarkan karena adanya rasa takut umumnya sudah
berkurang dibandingkan pada sistem 1. Masih ada organisasi
informal, namun demikian, rasa ketidakpercayaan masih ada pada
sistem 2 ini.
 Sistem 3 : Konsultatif (Consultative
Sistem 3 ini merupakan perbaikan sistem 2. Dalam pembuatan
kebijakan dan pengambilan keputusan yang bersifat umum
dilakukan oleh manajemen tingkat atas. Keputusan-keputusan
khusus dibuat oleh manajemen tingkat di bawahnya. Informasi yang
tersedia untuk pengambilan keputusan cukup akurat dan banyak.
Pengambilan keputusan dilakukan oleh kelompok. Namun
demikian, masih terdapat organisasi informal, meskipun
terbentuknya hanya dalam derajat yang kecil.
 Sistem 4 : Kelompok partisipatif (participative group)
Sistem empat ini merupakan sistem yang paling demokratis, efektif,
dan
paling baik. Dalam sistem ini pengambilan keputusan dilakukan di
seluruh tingkat atau jenjang organisasi, dan dihubungkan dalam
kelompok yang dibuat untuk maksud tersebut. Karena tujuan dibuat
oleh kelompok, maka tanggungjawab untuk menyelesaikan tugas
juga disepakati dan memperoleh komitmenoleh para anggota
organisasinya. Informasi mengalir secara bebas ke segala arah.

Kesimpulan dari keempat sistem Likert ini adalah bahwa efektivitas


gaya kepemimpinan atau manajemen didasarkan beberapa kriteria,
yaitu bagaimana komunikasi berlangsung, bagaimana motivasi dapat
terjadi, bagaimana pengaruh kepemimpinan terhadap proses kerja,
bagaimana proses pengambilan keputusan, dan lain-lainnya.

3) Kisi-kisi kepemimpinan model blake dan mouton


Model Blake dan Mouton didasarkan pada dua sisi, yaitu sisi produksi
dan sisi manusia. Pertama, kisi-kisi tersebut berasal dari hal-hal yang
mendasari perhatian manajer atau pimpinan pada tugas atau pada
segala hal yang telah direncanakan untuk dilaksanakan dan
diselesaikan oleh organisasi. Kedua, didasarkan perhitungan manajer
pada anggota-anggota organisasi dan unsur-unsur organisasi yang
mempengaruhi para anggotanya. Manajer memikirkan secara bersama
segala aspek yang berkaitan dengan produksi dan manusia yang
berproduksi tersebut. Manajer harus memahami tentang orang-orang
yang bekerja dengannya.

4) Kepemimpinan yang didasarkan rentang kekuasaan dan pengaruh


Model gaya kepemimpinan yang didasarkan pada rentang kekuasaan
dan pengaruh ini disebut sebagai kepemimpinan kontinum. Konsep
gaya kepemimpinan kontinum ini menunjukkan bahwa ketepatan
kepemimpinan ditentukan oleh pemimpin itu sendiri, bawahan, dan
situasi. Unsur paling penting yang dapat mempengaruhi gaya
kepemimpinan seorang manajer dapat dilihat dalam kontinum:
 Kekuatan dan kepribadian manajer, termasuk sistem nilai yang
dianutnya, rasa percaya pada bawahan, inklinasi ke arah gaya
kepemimpinan, dan rasa aman dalam situasi-situasi yang tidak pasti.
 Kekuatan bawahan, misalnya kesediaan untuk mau bertanggung jawab,
pengetahuan dan pengalamannya, dan toleransi kepada rekan lainnya,
yang semuanya akan membentuk perilaku manajer.
 Kekuatan dalam situasi, misalnya nilai-nilai dan tradisi organisasi,
keefektifan kerja bawahan sebagai unit, sifat masalah dan
pendelegasian kepada bawahan untuk mengatasi masalah, dan tekanan
waktu.

b. Apa yang Saudara pahami tentang Kepemimpinan Situasional ? Jelaskan salah


satu Pendekatan Kepemimpinan Situasional yang Saudara pahami sertai
dengan contoh konkrit.
Jawab:
Menurut teori gaya kepemimpinan situasional pemimpin merupakan hasil dari
adanya situasi tertentu. Teori the great man berpendapat bahwa orang yang
dilahirkan sebagai pemimpin kelak akan menjadi pemimpin, tidak peduli
apakah ia mempunyai sifat atau tidak sebagai pemimpin.Sifat kepemimpinan
dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman, atau dari situasi tertentu
yang membentuknya. Salah satu pendekatan kepemimpinan situasional adalah
pendekatan kontingensi model fiedler. Pendekatan yang dikemukakan oleh
Fred E. Fiedler didasarkan oleh dugaan bahwa orang menjadi pemimpin tidak
hanya disebabkan oleh kepribadiannya saja, tetapi juga oleh faktor-faktor
situasional dan interaksi antara pemimpin dan anggota kelompoknya. Fiedler
menguraikan tiga dimensi kritik situasi kepemimpinan yang dapat membantu
menentukan gaya kepemimpinan yang paling efektif, yaitu kekuasaan posisi
(kekuasaan jabatan), struktur tugas, dan hubungan/relasi pemimpin-anggota.
Contoh :
Tindakan yang harus dilakukan jika terjadi keadaan darurat di pelabuhan
sesuai dengan prosedur darurat yang ada di kapal yakni dengan menggunakan
komando atau task oriented.
Tindakan-tindakan jika terjadi di pelabuhan :
 Segera menghentikan segala kegiatan kapal
 Bunyikan general alarm
 Menggerakkan organisasi keadaan darurat
 Semua kru melaksanakan tugas dan tanggung jawab sesuai sijil darurat
 Memperhitungkan kemungkinan bahaya yang timbul
 Prinsip mengurangi resiko yang bertindak jika menemukan situasi
bahaya
 Memaksimalkan seluruh kekuatan peralatan
 Melihat situasi dan keadaan bila perlu : tutup pintu kedap air (water
tight door) dan pintu-pintu kebakaran otomatis ditutup
 Jika malam segera nyalakan lampu pemerang deck
 Perhatikan komando/perintah pimpinan
 Monitor radio dan kirim berita bahaya jika situasi semakin parah
 Selalu koordinasi dengan pihak Pelabuhan
 Jika perlu persiapan mesin untuk olah gerak

Dari penjabaran di atas, kasus tersebut merupakan contoh dari situasi yang
sangat tidak menguntungkan, sebab hubungan dengan bawahan buruk, tugas
tidak terstruktur, dan kekuasaan posisi rendah ketiga variabel situasi tersebut,
dikaitkan dengan teori yang berorientasi pada tugas, hal ini tergantung pada
situasi yang ada pada saat tertentu. Kombinasi antara situasi yang dihadapi
oleh pemimpin dengan perilaku kepemimpinan yang tepat akan menentukan
efektifitas kepemimpinan. Yang dimaksud perilaku yang tepat adalah dalam
situasi apa perilaku pemimpin berorientasi pada tugas dan dalam situasi apa
perilaku pemimpin berorientasi pada hubungan. Perilaku pemimpin yang
berorientasi pada hubungan akan efektif dalam situasi yang moderat misalnya
pemimpin yang menghadapi situasi Ketika derajat variabel situasi hubungan
pemimpin dan bawahan rendah, tetapi kedua variabel yang lain derajatnya
tinggi. Atau dalam situasi lain yaitu variabel posisi kewenangan pemimpin
derajatnya rendah tetapi variabel yang lain derajatnya tinggi. Dapat
disimpulkan bahwa model kepemimpinan kontingensi, perilaku pemimpin
yang efektif tidak berpola dari satu gaya tertentu, melainkan dimulai dengan
mempelajari situasi tertentu pada satu saat tertentu. Yang dimaksud dengan
situasi tertentu adalah adanya tiga variabel yang dijadikan dasar sebagai
perilaku kepemimpinan yang berorientasi pada tugas dan hubungan, tetapi
tidak berarti bahwa tugas tidak pernah berorientasi pada hubungan.

Referensi:
Toha, Muharto dan Darmanto., 2022., Perilaku Organisasi Edisi-3., Tangerang
Selatan:Universitas Terbuka
BMP ADPU4431 Modul 1-3

fheihdklasndjeujebcjkbckjbkjceuibkjwbjkguiekbdksbiuebukebduefd

Anda mungkin juga menyukai