Anda di halaman 1dari 6

NAMA : CHATERINA

NIM : 020528403

TUGAS 3 : KEPEMIMPINAN

“MAKAHLAH TENTANG STRATEGI KEPEMIMPINAN KEPALA DESA


PANGKALBULUH DI ERA GLOBALISASI”

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Globalisasi merupakan suatu hal yang tidak bisa dihindari oleh siapapun dan di
negara, atau daerah manapun. Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari
gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang
akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama
bagi bangsa-bangsa di seluruh dunia. Kehadiran globalisasi tentunya membawa
pengaruh bagi kehidupan suatu negara termasuk didaerah – daerah seperti di desa
pangklabuluh. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh
negatif.
Dewasa ini kita tengah memasuki Era Globalisasi yang bercirikan suatu
interdependensi, yaitu suatu era saling ketergantungan yang ditandai dengan semakin
canggihnya sarana komunikasi dan interaksi. Perkembangan dan kemajuan pesat di
bidang teknologi dan informasi memberikan dampak yang amat besar terhadap proses
komunikasi dan interaksi tersebut. Era globalisasi sering pula dinyatakan sebagai era
yang penuh dengan tantangan dan peluang untuk saling bekerja sama.
Dalam memasuki tatanan dunia baru yang penuh perubahan dan dinamika
tersebut, keadaan dewasa ini telah membawa berbagai implikasi terhadap berbagai
bidang kehidupan, termasuk tuntutan dan perkembangan bentuk komunikasi dan
interaksi sosial dalam suatu proses kepemimpinan. Setiap bangsa, nampaknya
dipersyaratkan untuk memiliki kualitas dan kondisi kepemimpinan yang mampu
menciptakan suatu kebersamaan dan kolektivitas yang lebih dinamik. Hal ini
dimaksudkan agar memiliki kemampuan bertahan dalam situasi yang semakin sarat
dengan bentuk persaingan, bahkan diharapkan mampu menciptakan daya saing dan
keunggulan yang tinggi. Begitu pula dalam konteks pergaulan dan hubungan yang lebih
luas, setiap negara-bangsa (nation state) dituntut mampu berperan secara aktif dan
positif baik dalam lingkup nasional, regional maupun internasional. Namun, harus
disadari pula bahwa dalam setiap proses kepemimpinan, kita akan selalu dihadapkan
pada suatu mata rantai yang utuh mulai dari yang paling atas sampai tingkat yang paling
bawah dan ke samping. Karena itu, pemahaman serta pengembangan dalam visi dan
perspektif kepemimpinan amat diperlukan dalam upaya mengembangkan suatu kondisi
yang mengarah pada strategi untuk membangun daya saing, khususnya dalam upaya
meningkatkan kualitas dan produktivitas bangsa yang ditandai oleh semangat
kebersamaan  dan keutuhan.

1.2 Perumusan Masalah


Rumusan masalah yang akan dibahas adalah “Bagaimana Peran Kepala Desa
Pangkalbuluh Sebagai Pemimpin Dalam Menghadapi Dampak Negatif Globalisasi di
Desanya ?”

1.3  Tujuan
a. Mengetahui Teori tentang Globalisasi
b. Mengetahi Teori tentang Pemimpin dan Kepemimpinan
d. Mengetahui Peran Kepala Desa sebagai Pemimpin dalam menghadapi dampak
negatif globalisasi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Globalisasi

Menurut asal katanya, kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang
maknanya ialah universal. Achmad Suparman menyatakan Globalisasi adalah suatu
proses menjadikan sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di
dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan,
kecuali sekedar definisi kerja (working definition), sehingga bergantung dari sisi mana
orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses
sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia
makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan
ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya
masyarakat.
Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung
oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau
curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme
dalam bentuk yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan
mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena
tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap
perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya
dan agama. Theodore Levitte merupakan orang yang pertama kali menggunakan istilah
Globalisasi pada tahun 1985..
Globalisasi adalah suatu proses di mana antar individu, antar kelompok, dan
antar negara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan memengaruhi satu sama lain
yang melintasi batas negara.
Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama
dengan internasionalisasi sehingga kedua istilah ini sering dipertukarkan. Sebagian
pihak sering menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya
peran negara atau batas-batas negara.

2.2 Pengertian Kepemimpinan


Secara sederhana, apabila berkumpul tiga orang atau lebih, salah satu dari ketiga orang
tersebut mempengaruhi kedua temannya untuk melakukan sesuatu aktivitas bersama,
dan mereka melakukannya. Pada pengertian yang sederhana orang tersebut telah
melakukan “kegiatan memimpin” karena ada unsur mempengaruhi, mengkoordinasi,
ada teman, kegiatan dan sasaran. Tetapi dalam merumuskan dan mendefinisikan
kepemimpinan bukan suatu hal yang mudah, banyak ahli dalam kepemimpinan
memberikan definisi berdasarkan sudut pandang mereka antara lain:
a. Koontz & O’donnel, mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses
mempengaruhi sekelompok orang sehingga mau bekerja dengan sungguh-
sungguh untuk meraih tujuan kelompoknya.
b. Wexley & Yuki, kepemimpinan mengandung arti mempengaruhi orang lain
untuk lebih berusaha mengarahkan tenaga, dalam tugasnya atau merubah
tingkah laku mereka.
c. George R. Terry, kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang
untuk bersedia berusaha mencapai tujuan bersama.
d. Fiedler, kepemimpinan pada dasarnya merupakan pola hubungan antara
individu-individu yang menggunakan wewenang dan pengaruhnya terhadap
kelompok orang agar bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan.
e. Locke et.al. [1991], mendefinisikan kepemimpinan merupakan proses
membujuk orang lain untuk mengambil langkah menuju suatu sasaran bersama 
Dari kelima definisi ini, para ahli ada yang meninjau dari sudut pandang dari
pola hubungan, kemampuan mengkoordinasi, memotivasi,  kemampuan
mengajak, membujuk dan mempengaruhi orang lain.

Dari beberapa definisi diatas, ada beberapa unsur pokok yang mendasari sudut pandang
dalam merumuskan definisi kepemimpinan yaitu :
a. Kemampuan mempengaruhi orang lain
b. Kemampuan mengarahkan atau memotivasi tingkah laku orang lain atau
kelompok
c. Adanya unsur kerjasama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Dalam kepemimpinan selain unsur pokok yang mendasari ada sifat-sifat dasar
yang berkaitan dengan kecakapan seorang pemimpin

Dari definisi-definisi di atas, paling tidak dapat ditarik kesimpulan yang sama,
yaitu masalah kepemimpinan adalah masalah sosial yang di dalamnya terjadi interaksi
antara pihak yang memimpin dengan pihak yang dipimpin untuk mencapai tujuan
bersama, baik dengan cara mempengaruhi, membujuk, memotivasi dan
mengkoordinasi.  Dari sini dapat dipahami bahwa tugas utama seorang pemimpin dalam
menjalankan kepemimpinannya tidak hanya terbatas pada kemampuannya dalam
melaksanakan program-program saja, tetapi lebih dari itu yaitu pemimpin harus mempu
melibatkan seluruh lapisan organisasinya, anggotanya atau masyarakatnya untuk ikut
berperan aktif sehingga mereka mampu memberikan kontribusi yang positif dalam
usaha mencapai tujuan.

3.1 Kepemipinan di Era Globalisasi

Kepemimpinan masa depan dituntut memiliki keterampilan berpikir yang


metodis dengan memanfaatkan otak dan hati dalam mengaktualisasikan terobosan cara
berpikir dalam mengikuti pembaharuan. Oleh karena itu sebagai daya dorong untuk
meningkatkan keterampilan kepemimpinan haruslah memiliki wawasan dan imajinasi
yang harus ditumbuh kembangkan kedalam peta pikiran agar ia mampu melihat
persoalan-persoalan masa depan dan bagaimana kita memecahkannya dengan
melaksanakan pembaharuan. Apalagi memimpin di daerah pedesaan. Seorang kepala
desa harus bisa mengontrol para masyarakat dalam era globalisasi ini. Pengetahuan
yang diungkapkan oleh para futurist seperti Alvin Toffler, John Naisbit, Frank Feather,
Kenichi Ohmae, Ervin Laszlo, Dimitri Mahayana, dll. dapat kita pergunakan sebagai
refrensi untuk memberi daya dorong dalam proses pemanfaatan otak dan hati untuk
berpikir.
Ilmu (informasi) dan pengetahuan (pengalaman) memberikan ruang gerak
kepemimpinan dalam menggerakkan otak dan hati dalam proses berpikir untuk
memotivasi semangat baru kepemimpinan dalam mengantisipasi perubahan-perubahan
dengan memahami situasi permasalahan dalam era globalisasi dan perubahan
lingkungan seperti gelombang politik, ekonomi dunia, timbulnya blok-blok ekonomi,
globalisasi pemasaran, pencemaran lingkungan, teknologi, standard kehidupan, modal
intelektual, sumber daya yang terbatas dan perubahan-perubahan faktor internal.
Dengan memiliki kompetensi dalam manajemen berdasarkan informasi,
mengelola dengan pandangan internasional, mengelola teknologi, mengelola kelugasan
organisasi, maka kepemimpinan dalam pembaharuan dapat melangkah melaksanakan
pembaharuan dengan perencanaan perubahan yang berencana.
Era globalisasi saat ini dapat mendatangkan manfaat dan mudarat.Untuk
mendatangkan manfaat diperlukan kesiapan institusi dari seluruh aspek kehidupan yaitu
aspek sosial, ekonomi, hukum, politik, keamanan, teknologi, administrasi, budaya dan
sebagainya. Kepemimpinan nasional di era global sangat dituntut untuk profesional dan
proaktif sehingga negara menjadi memiliki daya tahan yang kuat terhadap terpaan
gelombang globalisasi dengan ciri adanya perubahan mendadak tanpa dapat diprediksi
sebelumnya karena tak mempunyai sinyal yang jelas. Situasi ketidak pastian
( Uncertainties ) akan memaksa para pemimpin negara atau satuan wilayah untuk harus
dapat dan mampu untuk melakukan penyesuaian – penyesuaian kreatif ( Latitudes ).
Fluktuasi harga komoditi dunia, harga BBM, kurs mata uang adalah fenomena global
yang bisa langsung berdampak positif maupun negatif terhadap pembangunan,
perekonomian, dan tingkat kesejahteraan masyarakat dalam suatu negara.

Ada dua model kepemimpinan yang telah diterpakan Kepala Desa Pangkalbuluh
saat ini :

1. Model kepemimpinan situasional.

Kepemimpinan situasional adalah perilaku seorang pemimpin berasarkan


pada tiga hal: kekuatan dalam diri pemimpin,kekuatan dalam diri orang-orag
yang dipimpin, dan kekuatan dalam situasi.
Pertama, ketika tingkat hubungan kerja dan tingkat kematagan staf
dalammelaksanakan tugas tinggi, maka perilaku pemimpin bersifat
partisipatif. Dia menjadi seorang pemimpin yang demokratis.
Kedua, ketika hubungan kerja rendah tetapi tingkat kematangan staf
dalam melaksanakan tugas tinggi, maka perilaku pemimpin akan bersifat
delegatif. Dia berperilaku layaknya pemimpin transformatif, yaitu
mentransformasikan nilai, tugas dan wewenang yang dia miliki kepada yang
dipimpin setelah sebelumnya membangun trust dan rasa saling percaya.
Namun ketika rasa saling percaya itu rendah, seorang pemimpin harus
banyak melakukan pengecekan, kontrol dan pengawasan.
Ketiga, ketika hubungan kerja tinggi tetapi tingkat kematangan staf
dalam melaksanakan tugas rendah, maka perilaku pemimpin akan bersifat
konsultatif, berada di depan dan banyak memberikan contoh dan bisa juga
berperan sebagai seorang konsultan. Dia mungkin akan menjadi pemimpin
kharismatik. Keempat, ketika tingkat hubungan kerja rendah dan tingkat
kematangan staf dalam melaksanakan tugas juga rendah, maka perilaku
pemimpin bersifat instruktif. Kecenderungannya akan menerapkan model
kepemimpinan otoriter.

2. Model Kepemimpinan Spiritual.

Kepemimpinan spiritual adalah model kepemimpinan yang lebih


mengedepankan nilai-nilai ruhani atau spiritualitas untuk mempengaruhi,
mengilhami,mencerahkan dan memberdayakan orang-orang yang
dipimpin. Kata spirit dalam istilah kepemimpinan spiritual berarti yang
ruhani (yang abadi). Dalam kehidupan ini yang abadi hanyalah Allah
SWT. Karena itu kepemimpinan spiritual adalah model kepemimpinan
yang meniru atau mencontoh kepemimpinan Tuhan, terutama lewat
sihat-sifat robbaninya. Dalam perspektif Islam, dimensi spiritualitas
senantiasa berkaitan secara langsung dengan realitas Ilahi, Tuhan Yang
Maha Esa (tauhid). Spiritualitas bukan sesuatu yang asing bagi manusia,
karena merupakan inti (core) kemanusiaan itu sendiri. Kalau model
kepemimpinan lain perilakunya berdasarkan hal ihwal yang kasat mata
(seen) seperti reward dan punishman, maka kepemimpinan spiritual lebih
mendasarkan pada fenomena yang tidak kasat mata (unseen), yaitu
keimanan dan hati nurani. Perilaku manusia yang kasat mata ini
sesungguhnya cerminan dari hati nuraninya. Dalam sebuah hadis
dikatakan bahwa kualitas manusia itu tergantung pada kualitas hatinya,
dan pepatah arab mengatakan bahwa yang lahir (seen) itu merupakan
cermin dari yang batin (unseen). Kepemimpinan spiritual adalah
kepemimpinan yang membawa dimensi keduniawian kepada dimensi
spiritual (keilahian).
Dalam perspektif sejarah Islam, kepemimpinan spiritual barangkali
dapat merujuk kepada pola kepemimpinan yang diterapkan oleh
Muhammad SAW. Dengan integritasnya yang luar biasa dan
mendapatkan gelar sebagai al-amîn (terpercaya), Muhammad SAW
mampu mengembangkan kepemimpinan yang paling ideal dan paling
sukses dalam sejarah peradaban umat manusia. Sifat-sifatnya yang utama
yaitu siddîq (integrity), amanah (trust), fathanah (working smart) dan
tabligh (openly, human relation) mampu mempengaruhi orang lain
dengan cara mengilhami tanpa mengindoktrinasi, menyadarkan tanpa
menyakiti, membangkitkan tanpa memaksa dan mengajak tanpa
memerintah.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Globalisasi merupakan suatu hal yang tidak bisa dihindari oleh siapapun
dan di negara manapun. Terutama di desa ataupun daerah. Globalisasi pada
hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian
ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik
kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa-bangsa di
seluruh dunia. Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi
kehidupan suatu negara termasuk Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi
yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif.
Kepemimpinan di era Globalisasi  dituntut memiliki keterampilan
berpikir yang metodis dengan memanfaatkan otak dan hati dalam
mengaktualisasikan terobosan cara berpikir dalam mengikuti pembaharuan. Oleh
karena itu sebagai daya dorong untuk meningkatkan keterampilan
kepemimpinan haruslah memiliki wawasan dan imajinasi yang harus ditumbuh
kembangkan kedalam peta pikiran agar ia mampu melihat persoalan-persoalan
masa depan dan bagaimana kita memecahkannya dengan melaksanakan
pembaharuan.

B. Saran

Saran yang bisa penulis sampaikan dalam makalah ini yakni: Pemimpin
yang memiliki kegesitan, kecepatan serta mampu beradaptasi dalam membawa
jalannya organisasi memiliki peran yang penting dalam menghadapi kondisi
organisasi yang senantiasa mengalami perubahan. Sebab, fleksibilitas organisasi
pada dasarnya merupakan karya orang-orang yang mampu bertindak proaktif,
kreatif, inovatif dan non konvensional. Pribadi-pribadi seperti inilah yang
dibutuhkan sebagai pemimpin organisasi saat ini. Seorang pemimpin adalah
inspirator perubahan dan visioner, yaitu memiliki visi yang jelas ke arah mana
organisasi akan di bawa.

C. DAFTAR PUSTAKA
Arfandi, Asril. http//: www.arfandiasril.blogspot.com
MM UII Angkatan. Kepemimpinan Islam di Era Globalisasi. Http//: www.
Mmui.wordpress.com
http//: www. belajarberbagi.com
http//: www. wikipedia.com
http//: www.krumpuls.com
Alia Netra Putri. http//: putri.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai