Anda di halaman 1dari 8

MANAJEMEN KUALITAS

Pengertian Manajemen Kualitas

Manajemen kualitas memiliki arti sebagai tindakan mengawasai semua kegiatan dan tugas-
tugas yang diperlukan untuk mempertahankan tingkat keunggulan yang diinginkan. Ini
termasuk penentuan kebijakan mutu, menciptakan dan menerapkan perencanaan mutu dan
jaminan dan kontrol kualitas dan peningkatan kualitas. Kualitas yang diawasi tidak hanya
terbatas pada kualitas produk tetapi juga kualitas perusahaan secara keseluruhan. Mulai dari
kualitas karyawan yang dipekerjakan, bahkan hingga kualitas perusahaan dimata para
konsumen.

Pendekatan Manajemen Kualitas

Terdapat beberapa pendekatan yang dapat dilakukan sebelum melakukan manajemen kualitas
ini. Davis menegaskan bahwa kualitas bukan hanya menekankan pada aspek akhir yaitu
produk dan jasa tetapi juga menyangkut kualitas manusia, kualitas proses dan kualitas
lingkungan. Sangatlah mustahil menghasilkan produk dan jasa yang berkualitas tanpa melalui
manusia dan produk yang berkualitas. Davis mengidentifikasikan lima pendekatan perspektif
kualitas yang dapat digunakan oleh para praktisi bisnis yaitu:

1. Transcendental Approach

Kualitas dalam pendekatan ini ialah sesuatu yang dapat dirasakan, tetapi sulit didefinisikan
dan dioperasionalkan maupun diukur.

2. Product-based Approach

Kualitas dalam pendekatan ini ialah suatu karakteristik atau atribut yang dapat diukur.
Perbedaan kualitas mencerminkan adanya perbedaan atribut yang dimiliki produk secara
objektif, tetapi pendekataan ini tidak dapat menjelaskan perbedaan dalam selera dan
preferensi individual.

3. User-based Approach
Kualitas dalam pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas tergantung pada
orang yang memandangnya dan produk yang paling memuaskan preferensi seseorang atau
cocok dengan selera “fitnes foe used” merupakan produk yang berkualitas paling tinggi.

4. Manufacturing-based Approach

Kualitas dalam pendekatan ini adalah bersifat supply-based atau dari sudut pandang produsen
yang mendefinisikan kualitas sebagai sesuatu yang sesuai dengan pesyaratan “conformance
quality” dan prosedur. Pendekatan ini berfokus pada kesesuaian spesifikasi yang ditetapkan
perusahaan secara internal. Oleh karena itu, yang menentukan kualitas ialah standar-standar
yang ditetapkan perusahaan, dan bukan konsumen yang menggunakannya.

5. Value-based Approach

Kualitas dalam pendekatan ini ialah memandang kualitas dari segi nilai dan harga, kualitas
didefinisikan sebagai “affordable ascellence”. Oleh karena itu kualitas dalam pandangan ini
bersifat relatif, sehingga produk yang memiliki kualitas paling tinggi belum tentu produk
yang paling bernilai. Produk yang paling bernilai ialah produk yang paling tepat beli.

Kriteria Manajemen Kualitas

Manajemen kualitas dikatakan berhasil jika aa yang dikelolanya telah memenuhi beberapa
kriteria. Pendapat ini dikemukakan oleh Garvin. Menurutnya kriteria tersebut ialah:

 Peformance “kinerja” yaitu karakteristik pokok dari produk inti.

 Features yaitu karakteristik pelengkap atau tambahan.

 Reliability “kehandalan” yaitu kemungkinan tingkat kegagalan pemakian.

 Conformance “kesesuaian” yaitu sejauh mana karakteristika desain dan operasi


produk memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya.

 Durabilty “daya tahan” yaitu mengukur berapa lama suatu umur teknis maupun umur
ekonomis suatu produk.

 Serviceability “pelayanan” yaitu mudah untuk diperbaiki, yang meliputi kecepatan,


kompetensi, kenyaman, fasilitas, dalam pemeliharaan dan penanganan keluahan yang
memuaskan.
 Aesthetics “estetika” yaitu menyangkut pola, rasa dan daya tarik produk.

 Percived Quality yaitu menyangkut Citra atau reputasi produk serta tanggung jawab
perusahaan terhadap produk.

Prinsip Manajemen Kualitas

Berikut ini terdapat beberapa prinsip manajemen kualitas, terdiri atas:

1. Prinsip 1: Fokus Pada Pelanggan

Organisasi tergantung pada pelanggan mereka. Karena itu, manajemen organisasi harus
memahami kebutuhan pelanggan sekarang dan akan datang, harus memenuhi kebutuhan
pelanggan dan giat berusaha melebihi harapan pelanggan.

2. Prinsip 2: Kepemimpinan

Pimpinan puncak organisasi menetapkan kesatuan tujuan dan arah dari organisasi. Mereka
harus menciptakan dan memelihara lingkungan internal agar orang-orang dapat menjadi
terlibat secara penuh dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi.

3. Prinsip 3: Pelibatan Orang

Orang pada semua tingkat merupakan faktor yang sangat penting dari suatu organisasi dan
keterlibatan mereka secara penuh akan memungkinkan kemampuan mereka digunakan untuk
manfaat organisasi.

4. Prinsip 4: Pendekatan Proses

Suatu hasil yang diinginkan akan tercapai secara lebih efisien, apabila aktivitas dan sumber-
sumber daya yang berkaitan dikelola sebagai suatu proses. Suatu proses mengubah masukan
(input) terukur kedalam keluaran (output) terukur melalui sejumlah langkah berurutan yang
terorganisasi.

5. Prinsip 5: Pendekatan Sistem Pada Manajemen


Pengidentifikasian, pemahaman dan pengelolaan dari proses-proses yang saling berkaitan
sebagai suatu sistem akan memberikan kontribusi pada efektivitas dan efisiensi organisasi
dalam mencapai tujuan-tujuannya.

6. Prinsip 6: Perbaikan Berkesinambung

Perbaikan berkesinambung dari kinerja organisasi secara keseluruhan harus menjadi tujuan
tetap dari organisasi. Perbaikan berkesinambung didefinisikan sebagai suatu proses yang
berfokus pada upaya terus-menerus meningkatkan efektivitas dan/atau efisiensi organisasi
untuk memenuhi kebijakan dan tujuan dari organisasi itu. Perbaikan berkesinambung
membutuhkan langkah-langkah konsolidasi yang progresif, merespon perkembangan
kebutuhan dan ekspektasi pelanggan sehingga akan menjamin suatu evolusi dinamis dari
sistem manajemen mutu.

7. Prinsip 7: Pendekatan Fakta Pada Pengambilan Keputusan

Keputusan yang efektif adalah yang berdasarkan pada analisis data dan informasi untuk
menghilangkan akar penyebab masalah, sehingga masalah-masalah mutu dapat terselesaikan
secara efektif dan efisien. Keputusan manajemen organisasi sebaiknya ditujukan untuk
meningkatkan kinerja organisasi dan efektivitas implementasi sistem manajemen mutu.

8. Prinsip 8: Hubungan Yang Saling Menguntungkan Dengan Pemasok

Suatu organisasi dan pemasoknya adalah saling tergantung, dan suatu hubungan yang saling
menguntungkan akan meningkatkan kemampuan bersama dalam menciptakan nilai
tambah.ISO memperbaharui standarnya pada tahun 2000 menjadi lebih seperti sistem
manajemen kualitas yang lebih terperinci dan disebut ISO 9001:2000.

Syarat Penggunaan dalam Quality Management

Ada beberapa bagian yang mana digunakan dalam management kualitas. Dalam konteks
konstruksi beberapa akan di jelaskan.

1. Inspeksi
Inspeksi merupakan alat untuk mengukur kegiatan proses konstruksi untuk memeriksa
apakah standard spesifikasi udah di capai.

2. Quality control

Pengendalian Mutu (Quality Control) adalah teknik dan aktivitas operasi yang digunakan
agar mutu tertentu yang dikehendaki dapat dicapai. Aktivitasnya mencakup monitoring,
mengeliminir problem yang diketahui, mengurangi penyimpangan/perubahan yang tidak
perlu serta usaha-usaha untuk mencapai efektivitas ekonomi.

Mutu (kualitas) dalam kerangka ISO-9000 didefinisikan sebagai “ciri dan karakter
menyeluruh dari suatu produk atau jasa yang mempengaruhi kemampuan produk tersebut
untuk memuaskan kebutuhan tertentu”. Hal ini berarti bahwa kita harus dapat
mengidentifikasikan ciri dan karakter produk yang berhubungan dengan mutu dan kemudian
membuat suatu dasar tolok ukur dan cara pengendaliannya.

Tahapan Manajemen Kualitas

Berikut ini terdapat beberapa tahapan manajemen kualitas, terdiri atas:

a. Perencanaan Kualitas

Proses mengidentifikasi standar kualitas yang relevan dengan proyek yang sedang dikerjakan,
dan menentukan bagaimana agar dapat memenuhi standar kualitas tsb.

b. Penjaminan Kualitas

Menjalankan apa yang sudah direncanakan untuk menjamin bahwa tim proyek sudah
menjalankan semua proses yang dibutuhkan untuk memenuhi standar kualitas yang relevan.

c. Mengendalikan Kualitas
Memonitor hasil-hasil proyek yang spesifik untuk memeriksa apakah sudah memenuhi
kualifikasi standar relevan yang sudah disepakati dan mengidentifikasi cara untuk
meningkatkan kualitas secara menyeluruh.

Konsep

Singkatnya, konsep manajemen kualitas memiliki 3 pilar utama:

1. Fokus kepada pelanggan (Customer Focus)

2. Peningkatan berkesinambungan dengan berbasis fakta (Continuous Improvement


Based on Facts) – yang diambil konsep Kaizen dan siklus PDCA (Plan Do Check
Action)

3. Partisipasi Menyeluruh dari semua tingkatan SDM (Total Participation)

Model

Model adalah mirip dengan Idola/Model-Acuan (Role Model). Secara pribadi kita mungkin
mengidolakan orang-orang besar atau sukses, dan kita tentunya ingin banyak belajar dari
mereka. Secara tidak sadar, kita membandingkan diri dengan mereka dan membuat analisa
kesenjangan (gap analysis) antara diri kita dengan diri mereka. Kenapa kok mereka bisa
sukses? Ciri-cirinya apa? Apakah saya memiliki ciri-ciri tersebut? Jika tidak bagaimana
caranya saya memiliki ciri-ciri itu?

Dalam tatanan manajemen organisasi, kita juga mengenal organisasi-organisasi kelas dunia
yang terkenal akan kesuksesannya dan dicoba dibedah dengan berbagai macam buku: Apple,
Starbucks, GE, dsb. Konsep Benchmarking (Patok Duga) juga menggunakan pendekatan
model, sehingga organisasi dapat memperbaiki dirinya dengan merefleksikan dirinya dengan
organisasi lain. Salah satu kekuatan konsep ini adalah dari sebuah logika sederhana: kalau
ada orang lain bisa kenapa kita tidak bisa. Konsep ideal terkadang nun jauh diatas awan,
sehingga kita terkadang berpikir: apakah mungkin kita bisa mencapainya?

Model membantu kita untuk melihat apa yang sebaiknya kita perbaiki. Salah satu sumber
model adalah standard-standard dunia seperti ISO 9000 atau MBNQA. Standard-standard
dunia ini menggunakan sebuah model organisasi yang ideal untuk menjelaskan konsepnya.
Untuk MBNQA misalnya mengatakan bahwa sebuah organiasi yang berorientasi dengan
kualitas harus memiliki 7 ciri-ciri : Leadership; Strategic Planning; Customer and Market
Focus; Measurement, Analysis, and Knowledge; Management; Workforce Focus; Process
Management; dan Results. Dengan mendapatkan pengakuan ini (terlepas pro dan kontra
konsep “ideal” yang diajukan), kita merasa telah mirip atau sama dengan model kita.

Metode

Metode utama dalam kualitas sebenarnya tidak berubah sejak dikenalkan di Jepang tahun
1945 yaitu adalah siklus PDCA (Plan Do Check Action). Dalam mengoperasionalkan konsep
ini, kita mengenal 2 jalur utama yaitu 7 Langkah Peningkatan Kualitas Berkesinambungan
atau disingkat 7 Langkah saja dan Six Sigma (saya suka membedakannya dengan jalur jepang
dan jalur amerika). Kedua konsep ini memiliki ciri yang sama dengan kekuatan dan
kelemahannya, ciri yang sama adalah penekanan kepada Plan dalam keduanya.

Alat

Alat atau Tools adalah salah satu kekuatan dalam manajemen kualitas. Alat membantu kita
bekerja lebih efisien dan efektif, tergantung dari apa yang bisa dibantu dengan alat tersebut.
Kita membutuhkan informasi yang lebih terstruktur dan mudah dipahami dari sebuah koleksi
data, ada alat yang membantu mengolah data misalnya beberapa alat dalam 7 Tools of
Quality.

Tipsnya adalah formulasikanlah kebutuhan anda dalam sebuah pertanyaan dan kira-kira
jawaban apa yang anda harapkan. Jawaban ini tentunya dapat dihasilkan oleh alat tertentu.
Alat terkadang memiliki metodologi mini yang harus anda kuasai

Jadi milikilah koleksi alat yang membantu anda, kuasai bagaimana menggunakannya,
pahamilah manfaat, kekuatan dan kelemahannya. Ada pepatah yang mengatakan: “if you only
have a hammer, everything looks like a nail“.

Sistem Pengawasan Kualitas Statistikal dan Model Jepang

 Terdapat 2 elemen yang perlu dilakukan pengawasan (dilihat dari sistem operasi) yaitu:

1. Pengawasan input → yang dilakukan dengan sampling penerimaan (acceptance sampling).


Untuk menentukan diterima/ditolaknya suatu item, seperti dalam menerima bahan baku,
komponen atau sub komponen.
2. Pengawasan proses transformasi → dilakukan dengan pengawasan proses (process
control). Dilakukan secara teratur pada saat proses sedang berlangsung untuk menentukan
apakah elemen sistem mengalami kerusakan atau salah fungsi.

Tipe pengawasan yang bisa digunakan baik pada pengawasan proses maupun sampling
penerimaan adalah melakukan:

a) Pemeriksaan terhadap variabel (control by variable) → berkaitan dengan berat, panjang,


derajat, intensitas atau variabel lain yang dapat diskala.

b) Pemeriksaan terhadap atribut (control by attribute) → mempertimbangkan variable


dikotomi, seperti benar-salah, baik-cacat, tepat waktu-terlambat, berat-ringan, panas-dingin,
lemah-kuat, panjang-pendek, dan karakteristik lain yang tidak perlu diukur dengan ketepatan
yang lebih selain ya atau tidak.

Pada dasarnya manajemen kualitas (Quality Management) atau manajemen kualitas terpadu
(total quality management) didefinisikan sebagai suatu cara untuk meningkatkan performansi
secara terus menerus (continuous performance improvement) pada setiap level operasi atau
proses, dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi, dengan menggunakan semua
sumber daya manusia dan modal yang tersedia.

Manajemen Kualitas adalah fundamental dalam sebuah strategi perusahaan.  Ketika


Organisasi selalu bermain dalam lingkungan kualitas yang baik, maka hasil dan kinerja akan
berlaku untuk jangka panjang.

SUMBER : https://www.dosenpendidikan.co.id/manajemen-kualitas/#:~:text=Manajemen
%20kualitas%20memiliki%20arti%20sebagai,kontrol%20kualitas%20dan%20peningkatan
%20kualitas.

https://hidayatno.id/2008/03/27/konsep-model-metode-dan-alat-dalam-manajemen-kualitas/

http://diarymanajemen22.blogspot.com/2017/10/makalah-manajemen-kualitas.html

Anda mungkin juga menyukai