Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

HAL HAL YANG MENUNJANG SEORANG PEMIMPIN


UNTUK MENGHADAPI ERA GLOBALISASI

OLEH : ENI SUSILAWATI


NIM : 020842038
MATA KULIAH : ADPU4334/ KEPEMIMPINAN
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Globalisasi merupakan suatu hal yang tidak bisa dihindari oleh siapapun dan di kota
manapun. Globalisasi merupakan Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan
yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai
pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa-bangsa di
seluruh dunia. Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu kota
termasuk Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh
negatif.

Dewasa ini kita tengah memasuki Era Globalisasi yang bercirikan suatu interdependensi,
yaitu suatu era saling ketergantungan yang ditandai dengan semakin canggihnya sarana
komunikasi dan interaksi. Perkembangan dan kemajuan pesat di bidang teknologi dan informasi
memberikan dampak yang amat besar terhadap proses komunikasi dan interaksi tersebut. Era
globalisasi sering pula dinyatakan sebagai era yang penuh dengan tantangan dan peluang untuk
saling bekerja sama. Dalam memasuki tatanan dunia baru yang penuh perubahan dan dinamika
tersebut, keadaan dewasa ini telah membawa berbagai implikasi terhadap berbagai bidang
kehidupan, termasuk tuntutan dan perkembangan bentuk komunikasi dan interaksi sosial dalam
suatu proses kepemimpinan.

Setiap bangsa, nampaknya dipersyaratkan untuk memiliki kualitas dan kondisi


kepemimpinan yang mampu menciptakan suatu kebersamaan dan kolektivitas yang lebih
dinamik. Hal ini dimaksudkan agar memiliki kemampuan bertahan dalam situasi yang semakin
sarat dengan bentuk persaingan, bahkan diharapkan mampu menciptakan daya saing dan
keunggulan yang tinggi. Begitu pula dalam konteks pergaulan dan hubungan, setiap kota atau
provinsi dituntut mampu berperan secara aktif dan positif baik dalam lingkup nasional, regional
maupun internasional.. Namun, harus disadari pula bahwa dalam setiap proses kepemimpinan,
kita akan selalu dihadapkan pada suatu mata rantai yang utuh mulai dari yang paling atas sampai
tingkat yang paling bawah dan ke samping. Karena itu, pemahaman serta pengembangan dalam
visi dan perspektif kepemimpinan amat diperlukan dalam upaya mengembangkan suatu kondisi
yang mengarah pada strategi untuk membangun daya saing, khususnya dalam upaya
meningkatkan kualitas dan produktivitas bangsa yang ditandai oleh semangat kebersamaan dan
keutuhan.

1.2 Perumusan Masalah

Dari Latar Belakang yang telah dikemukakan, penulis mengangkat masalah tentang “Hal
Hal Yang Menunjang Seorang Pemimpin Untuk Menghadapi Era Globalisasi ?”

1.3 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.

a. Mengetahui Teori tentang Globalisasi


b. Mengetahui Dampak Globalisasi
c. Mengetahi Teori tentang Pemimpin dan Kepemimpinan
d. Mengetahui Peran Pemimpin dalam menghadapi dampak era globalisasi
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Globalisasi

Menurut asal katanya, kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah
universal. Achmad Suparman menyatakan Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu
(benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah
Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar definisi kerja (working
definition), sehingga bergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya
sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa
seluruh bangsa dan kota di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan
kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis,
ekonomi dan budaya masyarakat.

Globalisasi adalah keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di
seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk
interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu kota menjadi semakin sempit . Globalisasi adalah
suatu proses di mana antar individu, antar kelompok, dan antar kota saling berinteraksi,
bergantung, terkait, dan memengaruhi satu sama lain yang melintasi batas kota

Kennedy dan Cohen menyimpulkan bahwa transformasi ini telah membawa kita pada
globalisme, sebuah kesadaran dan pemahaman baru bahwa dunia adalah satu. Giddens
menegaskan bahwa kebanyakan dari kita sadar bahwa sebenarnya diri kita turut ambil bagian
dalam sebuah dunia yang harus berubah tanpa terkendali yang ditandai dengan selera dan rasa
ketertarikan akan hal sama, perubahan dan ketidakpastian, serta kenyataan yang mungkin terjadi.
Sejalan dengan itu, Peter Drucker menyebutkan globalisasi sebagai zaman transformasi sosial.

2.2 Globalisasi Perekonomian

Globalisasi perekonomian merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan,


dimana kota-kota di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi dengan
tanpa rintangan batas teritorial kota. Globalisasi perekonomian mengharuskan penghapusan
seluruh batasan dan hambatan terhadap arus modal, barang dan jasa.

2.3 Globalisasi Kebudayaan

Globalisasi memengaruhi hampir semua aspek yang ada di masyarakat, termasuk


diantaranya aspek budaya. Kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang dianut
oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga masyarakat terhadap berbagai hal.
Baik nilai-nilai maupun persepsi berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan/psikologis, yaitu apa
yang terdapat dalam alam pikiran. Globalisasi sebagai sebuah gejala tersebarnya nilai-nilai dan
budaya tertentu keseluruh dunia (sehingga menjadi budaya dunia atau world culture) telah
terlihat semenjak lama. Cikal bakal dari persebaran budaya dunia ini dapat ditelusuri dari
perjalanan para penjelajah Eropa Barat ke berbagai tempat di dunia ini ( Lucian W. Pye, 1966 ).

2.4 Pengertian Kepemimpinan

Dalam merumuskan dan mendefinisikan kepemimpinan bukan suatu hal yang mudah,
banyak ahli dalam kepemimpinan memberikan definisi berdasarkan sudut pandang mereka
antara lain:

a. Koontz & O’donnel, mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses mempengaruhi


sekelompok orang sehingga mau bekerja dengan sungguh-sungguh untuk meraih tujuan
kelompoknya.
b. Wexley & Yuki, kepemimpinan mengandung arti mempengaruhi orang lain untuk lebih
berusaha mengarahkan tenaga, dalam tugasnya atau merubah tingkah laku mereka.
c. George R. Terry, kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang untuk
bersedia berusaha mencapai tujuan bersama.
d. Fiedler, kepemimpinan pada dasarnya merupakan pola hubungan antara individu-
individu yang menggunakan wewenang dan pengaruhnya terhadap kelompok orang agar
bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan

Dari beberapa definisi diatas, ada beberapa unsur pokok yang mendasari sudut pandang dalam
merumuskan definisi kepemimpinan yaitu :

a. Kemampuan mempengaruhi orang lain


b. Kemampuan mengarahkan atau memotivasi tingkah laku orang lain atau kelompok
c. Adanya unsur kerjasama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Dalam kepemimpinan selain unsur pokok yang mendasari ada sifat-sifat dasar yang berkaitan
dengan kecakapan seorang pemimpin. Sifat-sifat dasar tersebut ada tiga yaitu:

a. Kecakapan memahami individual, artinya mengetahui bahwa setiap manusia mempunyai


daya motivasi yang berbeda pada berbagai saat dan keadaan yang berlainan.
b. Kemampuan untuk menggugah semangat dan memberi inspirasi.
c. Kemampuan untuk melakukan tindakan dalam suatu cara yang dapat mengembangkan
suasana [iklim] yang mampu memenuhi dan sekaligus menimbulkan dan mengendalikan
motivasi-motivasi.

Dari definisi-definisi di atas, paling tidak dapat ditarik kesimpulan yang sama , yaitu
masalah kepemimpinan adalah masalah sosial yang di dalamnya terjadi interaksi antara pihak
yang memimpin dengan pihak yang dipimpin untuk mencapai tujuan bersama, baik dengan cara
mempengaruhi, membujuk, memotivasi dan mengkoordinasi. Dari sini dapat dipahami bahwa
tugas utama seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya tidak hanya terbatas pada
kemampuannya dalam melaksanakan program-program saja, tetapi lebih dari itu yaitu pemimpin
harus mempu melibatkan seluruh lapisan organisasinya, anggotanya atau masyarakatnya untuk
ikut berperan aktif sehingga mereka mampu memberikan kontribusi yang positif dalam usaha
mencapai tujuan.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kepemimpinan Di Era Globalisasi

Kepemimpinan masa depan dituntut memiliki keterampilan berpikir yang metodis dengan
memanfaatkan otak dan hati dalam mengaktualisasikan terobosan cara berpikir dalam mengikuti
pembaharuan. Oleh karena itu sebagai daya dorong untuk meningkatkan keterampilan
kepemimpinan haruslah memiliki wawasan dan imajinasi yang harus ditumbuh kembangkan
kedalam peta pikiran agar ia mampu melihat persoalan-persoalan masa depan dan bagaimana
kita memecahkannya dengan melaksanakan pembaharuan. Pengetahuan yang diungkapkan oleh
para futurist seperti Alvin Toffler, John Naisbit, Frank Feather, Kenichi Ohmae, Ervin Laszlo,
Dimitri Mahayana, dll. dapat kita pergunakan sebagai refrensi untuk memberi daya dorong
dalam proses pemanfaatan otak dan hati untuk berpikir. Ada dua model kepemimpinan saat ini :

3.1 Model kepemimpinan situasional.

Kepemimpinan situasional adalah perilaku seorang pemimpin berasarkan pada tiga hal:
kekuatan dalam diri pemimpin,kekuatan dalam diri orang-orag yang dipimpin, dan kekuatan
dalam situasi. Pertama, ketika tingkat hubungan kerja dan tingkat kematagan staf
dalammelaksanakan tugas tinggi, maka perilaku pemimpin bersifat partisipatif. Dia menjadi
seorang pemimpin yang demokratis. Kedua, ketika hubungan kerja rendah tetapi tingkat
kematangan staf dalam melaksanakan tugas tinggi, maka perilakupemimpin akan bersifat
delegatif. Dia berperilaku layaknya pemimpin transformatif, yaitu mentransformasikan nilai,
tugasdan wewenang yang dia miliki kepada yang dipimpin setelah sebelumnya membangun trust
dan rasa saling percaya. Namun ketika rasa saling percaya itu rendah, seorang peimpin harus
banyak melakukan pengecekan, kontrol dan pengawasan. Ketiga, ketika hubungan kerja tinggi
tetapi tingkat kematangan staf dalam melaksanakan tugas rendah, maka perilakupemimpin akan
bersifat konsultatif, berada di depan dan banyak memberikan contoh dan bisa juga berperan
sebagai seorangkonsultan. Dia mungkin akan menjadi pemimpin kharismatik. Keempat, ketika
tingkat hubungan kerja rendah dan tingkatkematagan staf dalam melaksanakan tugas juga
rendah, maka perilaku pemimpin bersifat instruktif. Kecenderungannya akan menerapkan model
kepemimpinan otoriter.

3.2 Model Kepemimpinan Spiritual.

Kepemimpinan spiritual adalah model kepemimpinan yang lebih mengedepankan nilai-


nilai ruhani atau spiritualitas untuk mempengaruhi, mengilhami,mencerahkan dan
memberdayakan orang-orang yang dipimpin. Kata spirit dalam istilah kepemimpinan spiritual
berarti yang ruhani (yang abadi). Dalam kehidupan ini yang abadi hanyalah Allah SWT. Karena
itu kepemimpinan spiritual adalah model kepemimpinan yang meniru atau mencontoh
kepemimpinan Tuhan, terutama lewat sihat-sifat robbaninya. Dalam perspektif Islam, dimensi
spiritualitas senantiasa berkaitan secara langsung dengan realitas Ilahi, Tuhan Yang Maha Esa
(tauhid). Spiritualitas bukan sesuatu yang asing bagi manusia, karena merupakan inti (core)
kemanusiaan itu sendiri. Kalau model kepemimpinan lain perilakunya berdasarkan hal ihwal
yang kasat mata (seen) seperti reward dan punishman,maka kepemimpinan spiritual lebih
mendasarkan pada fenomena yang tidak kasat mata (unseen), yaitu keimanan dan hati nurani.
Perilaku manusia yang kasat mata ini sesungguhnya cerminan dari hati nuraninya. Dalam sebuah
hadis dikatakan bahwa kualitas manusia itu tergantung pada kualitas hatinya, dan pepatah arab
mengatakan bahwa yang lahir (seen) itu merupakan cermin dari yang batin (unseen).
Kepemimpinan spiritual adalah kepemimpinan yang membawa dimensi keduniawian kepada
dimensi spiritual (keilahian).

Dalam perspektif sejarah Islam, kepemimpinan spiritual barangkali dapat merujuk kepada
pola kepemimpinan yang diterapkan oleh Muhammad SAW. Dengan integritasnya yang luar
biasa dan mendapatkan gelar sebagai al-amîn (terpercaya), Muhammad SAW mampu
mengembangkan kepemimpinan yang paling ideal dan paling sukses dalam sejarah peradaban
umat manusia. Sifat-sifatnya yang utama yaitu siddîq (integrity), amanah (trust), fathanah
(working smart) dan tabligh (openly, human relation) mampu mempengaruhi orang lain dengan
cara mengilhami tanpa mengindoktrinasi, menyadarkan tanpa menyakiti, membangkitkan tanpa
memaksa dan mengajak tanpa memerintah.
Laporan Keuangan Tahun 2017
Penjamin Kredit Daerah Sumatera Selatan
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Globalisasi merupakan suatu hal yang tidak bisa dihindari oleh siapapun dan di kota
manapun. Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan,
kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik
kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa-bangsa di seluruh dunia.
Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu kota termasuk
Palembang. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif.

Kepemimpinan di era Globalisasi dituntut memiliki keterampilan berpikir yang metodis


dengan memanfaatkan otak dan hati dalam mengaktualisasikan terobosan cara berpikir dalam
mengikuti pembaharuan. Oleh karena itu sebagai daya dorong untuk meningkatkan keterampilan
kepemimpinan haruslah memiliki wawasan dan imajinasi yang harus ditumbuh kembangkan
kedalam peta pikiran agar ia mampu melihat persoalan-persoalan masa depan dan bagaimana
kita memecahkannya dengan melaksanakan pembaharuan.

4.2 Saran

Saran yang bisa penulis sampaikan dalam makalah ini yakni : Pemimpin yang memiliki
kegesitan, kecepatan serta mampu beradaptasi dalam membawa jalannya organisasi memiliki
peran yang penting dalam menghadapi kondisi organisasi yang senantiasa mengalami perubahan.
Sebab, fleksibilitas organisasi pada dasarnya merupakan karya orang-orang yang mampu
bertindak proaktif, kreatif, inovatif dan non konvensional. Pribadi-pribadi seperti inilah yang
dibutuhkan sebagai pemimpin organisasi saat ini. Seorang pemimpin adalah inspirator perubahan
dan visioner, yaitu memiliki visi yang jelas ke arah mana organisasi akan di bawa
DAFTAR PUSTAKA

Hadari. N. & hadari. M. (1992). Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Yolyakarta.

Gajah Mada

Irawan, P. (2007). Metodologi Penelitian. Modul 1, Pengantar Metode Penelitian, Jakarta,


Universitas Terbuka

I Gusti Ngurah Agung. (1992). Metode Penelitian Sosial Pengertian dan Pemakaian

Praktis. Jakarta. Gramedia

Kontyaraninggrat. (1977). Penulisan Laporan Penelitian dalam Metode-Metode

Penelitian Masyarakat, Ja karta. Gramedia

Arfandi, Asril. http//: www.arfandiasril.blogspot.com

MM UII Angkatan. Kepemimpinan Islam di Era Globalisasi. Http//: www. Mmui.wordpress.com

http//: www. belajarberbagi.com

http//: www. wikipedia.com

http//: www.krumpuls.com

Alia Netra Putri. http//: putri.blogspot.com

http://arwan-tabutty.blogspot.com/2013/06/kepemimpinan-di-era-globalisasi.html

http://www.jamkridasumsel.com/?mod=lk&act=1

Anda mungkin juga menyukai