PENDAHULUAN
Globalisasi merupakan suatu hal yang tidak bisa dihindari oleh siapapun dan di negara
manapun. Globalisasi merupakan Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari
gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang
akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi
bangsa-bangsa di seluruh dunia. Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi
kehidupan suatu negara termasuk Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu
pengaruh positif dan pengaruh negatif.
Dewasa ini kita tengah memasuki Era Globalisasi yang bercirikan suatu interdependensi,
yaitu suatu era saling ketergantungan yang ditandai dengan semakin canggihnya sarana
komunikasi dan interaksi. Perkembangan dan kemajuan pesat di bidang teknologi dan
informasi memberikan dampak yang amat besar terhadap proses komunikasi dan interaksi
tersebut. Era globalisasi sering pula dinyatakan sebagai era yang penuh dengan tantangan dan
peluang untuk saling bekerja sama. Dalam memasuki tatanan dunia baru yang penuh
perubahan dan dinamika tersebut, keadaan dewasa ini telah membawa berbagai implikasi
terhadap berbagai bidang kehidupan, termasuk tuntutan dan perkembangan bentuk
komunikasi dan interaksi sosial dalam suatu proses kepemimpinan.
Setiap bangsa, nampaknya dipersyaratkan untuk memiliki kualitas dan kondisi kepemimpinan
yang mampu menciptakan suatu kebersamaan dan kolektivitas yang lebih dinamik. Hal ini
dimaksudkan agar memiliki kemampuan bertahan dalam situasi yang semakin sarat dengan
bentuk persaingan, bahkan diharapkan mampu menciptakan daya saing dan keunggulan yang
tinggi. Begitu pula dalam konteks pergaulan dan hubungan yang lebih luas, setiap negara-
bangsa (nation state) dituntut mampu berperan secara aktif dan positif baik dalam lingkup
nasional, regional maupun internasional.. Namun, harus disadari pula bahwa dalam setiap
proses kepemimpinan, kita akan selalu dihadapkan pada suatu mata rantai yang utuh mulai
dari yang paling atas sampai tingkat yang paling bawah dan ke samping. Karena itu,
pemahaman serta pengembangan dalam visi dan perspektif kepemimpinan amat diperlukan
dalam upaya mengembangkan suatu kondisi yang mengarah pada strategi untuk membangun
daya saing, khususnya dalam upaya meningkatkan kualitas dan produktivitas bangsa yang
ditandai oleh semangat kebersamaan dan keutuhan.
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
a. Mengetahui Teori tentang Globalisasi
b. Mengetahui Dampak Globalisasi
c. Mengetahi Teori tentang Pemimpin dan Kepemimpinan
d. Mengetahui Peran Pemimpin dalam menghadapi dampak negatif globalisasi
BAB II
PEMBAHASAN
Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh negara-
negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga
terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuk
yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan
ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing.
Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan
berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama. Theodore Levitte
merupakan orang yang pertama kali menggunakan istilah Globalisasi pada tahun 1985.
Globalisasi adalah keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh
dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk
interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit.
Globalisasi adalah suatu proses di mana antar individu, antar kelompok, dan antar negara
saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan memengaruhi satu sama lain yang melintasi batas
negara.
Dalam banyak hal, globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama dengan
internasionalisasi sehingga kedua istilah ini sering dipertukarkan. Sebagian pihak sering
menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran negara atau
batas-batas negara.
Ketika globalisasi ekonomi terjadi, batas-batas suatu negara akan menjadi kabur dan
keterkaitan antara ekonomi nasional dengan perekonomian internasional akan semakin erat.
Globalisasi perekonomian di satu pihak akan membuka peluang pasar produk dari dalam
negeri ke pasar internasional secara kompetitif, sebaliknya juga membuka peluang masuknya
produk-produk global ke dalam pasar domestik.
Menurut Tanri Abeng, perwujudan nyata dari globalisasi ekonomi antara lain terjadi dalam
bentuk-bentuk berikut:
a. Globalisasi produksi, di mana perusahaan berproduksi di berbagai negara, dengan
sasaran agar biaya produksi menajdi lebih rendah. Hal ini dilakukan baik karena upah buruh
yang rendah, tarif bea masuk yang murah, infrastruktur yang memadai ataupun karena iklim
usaha dan politik yang kondusif. Dunia dalam hal ini menjadi lokasi manufaktur global.
b. Kehadiran tenaga kerja asing merupakan gejala terjadinya globalisasi tenaga kerja.
c. Globalisasi pembiayaan. Perusahaan global mempunyai akses untuk memperoleh
pinjaman atau melakukan investasi (baik dalam bentuk portofolio ataupun langsung) di
semua negara di dunia. Sebagai contoh, PT Telkom dalam memperbanyak satuan sambungan
telepon, atau PT Jasa Marga dalam memperluas jaringan jalan tol telah memanfaatkan sistem
pembiayaan dengan pola BOT (build-operate-transfer) bersama mitrausaha dari manca
negara.
d. Globalisasi tenaga kerja. Perusahaan global akan mampu memanfaatkan tenaga kerja
dari seluruh dunia sesuai kelasnya, seperti penggunaan staf profesional diambil dari tenaga
kerja yang telah memiliki pengalaman internasional atau buruh kasar yang biasa diperoleh
dari negara berkembang. Dengan globalisasi maka human movement akan semakin mudah
dan bebas.
e. Globalisasi jaringan informasi. Masyarakat suatu negara dengan mudah dan cepat
mendapatkan informasi dari negara-negara di dunia karena kemajuan teknologi, antara lain
melalui: TV,radio,media cetak dll. Dengan jaringan komunikasi yang semakin maju telah
membantu meluasnya pasar ke berbagai belahan dunia untuk barang yang sama. Sebagai
contoh : KFC, celana jeans levi's, atau hamburger melanda pasar dimana-mana. Akibatnya
selera masyarakat dunia -baik yang berdomisili di kota ataupun di desa- menuju pada selera
global.
f. Globalisasi Perdagangan. Hal ini terwujud dalam bentuk penurunan dan penyeragaman
tarif serta penghapusan berbagai hambatan nontarif. Dengan demikian kegiatan perdagangan
dan persaingan menjadi semakin cepat, ketat, dan adil.
Thompson mencatat bahwa kaum globalis mengklaim saat ini telah terjadi sebuah
intensifikasi secara cepat dalam investasi dan perdagangan internasional. Misalnya, secara
nyata perekonomian nasional telah menjadi bagian dari perekonomian global yang ditengarai
dengan adanya kekuatan pasar dunia.
Globalisasi sebagai sebuah gejala tersebarnya nilai-nilai dan budaya tertentu keseluruh dunia
(sehingga menjadi budaya dunia atau world culture) telah terlihat semenjak lama. Cikal bakal
dari persebaran budaya dunia ini dapat ditelusuri dari perjalanan para penjelajah Eropa Barat
ke berbagai tempat di dunia ini ( Lucian W. Pye, 1966 ).
Namun, perkembangan globalisasi kebudayaan secara intensif terjadi pada awal ke-20
dengan berkembangnya teknologi komunikasi. Kontak melalui media menggantikan kontak
fisik sebagai sarana utama komunikasi antar bangsa. Perubahan tersebut menjadikan
komunikasi antar bangsa lebih mudah dilakukan, hal ini menyebabkan semakin cepatnya
perkembangan globalisasi kebudayaan.
Berikut ini merupakan dampak positif Globalisasi Kebudayaan :
a. Mudah memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan
b. Mudah melakukan komunikasi
c. Cepat dalam bepergian (mobilitas tinggi)
d. Menumbuhkan sikap kosmopolitan dan toleran
e. Memacu untuk meningkatkan kualitas diri
f. Mudah memenuhi kebutuhan
Sedangkan Dampak Negatif yang diimbulkan dari adanya Globalisasi Kebudayaan antara
lain :
a. Informasi yang tidak tersaring
b. Perilaku konsumtif
c. Membuat sikap menutup diri, berpikir sempit
d. Pemborosan pengeluaran dan meniru perilaku yang buruk
e. Mudah terpengaruh oleh hal yang tidak sesuai dengan kebiasaan atau kebudayaan suatu
negara
2.5 Pengertian Kepemimpinan
Secara sederhana, apabila berkumpul tiga orang atau lebih, salah satu dari ketiga orang
tersebut mempengaruhi kedua temannya untuk melakukan sesuatu aktivitas bersama, dan
mereka melakukannya. Pada pengertian yang sederhana orang tersebut telah melakukan
“kegiatan memimpin” karena ada unsur mempengaruhi, mengkoordinasi, ada teman, kegiatan
dan sasaran. Tetapi dalam merumuskan dan mendefinisikan kepemimpinan bukan suatu hal
yang mudah, banyak ahli dalam kepemimpinan memberikan definisi berdasarkan sudut
pandang mereka antara lain:
a. Koontz & O’donnel, mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses mempengaruhi
sekelompok orang sehingga mau bekerja dengan sungguh-sungguh untuk meraih tujuan
kelompoknya.
b. Wexley & Yuki, kepemimpinan mengandung arti mempengaruhi orang lain untuk lebih
berusaha mengarahkan tenaga, dalam tugasnya atau merubah tingkah laku mereka.
c. George R. Terry, kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang untuk
bersedia berusaha mencapai tujuan bersama.
d. Fiedler, kepemimpinan pada dasarnya merupakan pola hubungan antara individu-
individu yang menggunakan wewenang dan pengaruhnya terhadap kelompok orang agar
bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan
e. Locke et.al. [1991], mendefinisikan kepemimpinan merupakan proses membujuk orang
lain untuk mengambil langkah menuju suatu sasaran bersama Dari kelima definisi ini, para
ahli ada yang meninjau dari sudut pandang dari pola hubungan, kemampuan mengkoordinasi,
memotivasi, kemampuan mengajak, membujuk dan mempengaruhi orang lain.
Dari beberapa definisi diatas, ada beberapa unsur pokok yang mendasari sudut pandang
dalam merumuskan definisi kepemimpinan yaitu :
a. Kemampuan mempengaruhi orang lain
b. Kemampuan mengarahkan atau memotivasi tingkah laku orang lain atau kelompok
c. Adanya unsur kerjasama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Dalam kepemimpinan selain unsur pokok yang mendasari ada sifat-sifat dasar yang berkaitan
dengan kecakapan seorang pemimpin. Sifat-sifat dasar tersebut ada tiga yaitu:
a. Kecakapan memahami individual, artinya mengetahui bahwa setiap manusia
mempunyai daya motivasi yang berbeda pada berbagai saat dan keadaan yang berlainan.
b. Kemampuan untuk menggugah semangat dan memberi inspirasi.
c. Kemampuan untuk melakukan tindakan dalam suatu cara yang dapat mengembangkan
suasana [iklim] yang mampu memenuhi dan sekaligus menimbulkan dan mengendalikan
motivasi-motivasi.
Menurut Tanthowi kriteria kemampuan yang harus ada pada seorang pimpinan adalah
sebagai berikut:
a. Seorang pemimpin harus bisa melihat organisasi secara keseluruhan
b. Seorang pemimpin harus bisa mengambil keputusan
c. Seorang pemimpin harus bisa melakasanakan pendelegasian
d. Seorang pemimpin harus bisa memimpin sekaligus mengabdi
Dari definisi-definisi di atas, paling tidak dapat ditarik kesimpulan yang sama , yaitu masalah
kepemimpinan adalah masalah sosial yang di dalamnya terjadi interaksi antara pihak yang
memimpin dengan pihak yang dipimpin untuk mencapai tujuan bersama, baik dengan cara
mempengaruhi, membujuk, memotivasi dan mengkoordinasi. Dari sini dapat dipahami
bahwa tugas utama seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya tidak hanya
terbatas pada kemampuannya dalam melaksanakan program-program saja, tetapi lebih dari
itu yaitu pemimpin harus mempu melibatkan seluruh lapisan organisasinya, anggotanya atau
masyarakatnya untuk ikut berperan aktif sehingga mereka mampu memberikan kontribusi
yang positif dalam usaha mencapai tujuan.
Kepemimpinan masa depan dituntut memiliki keterampilan berpikir yang metodis dengan
memanfaatkan otak dan hati dalam mengaktualisasikan terobosan cara berpikir dalam
mengikuti pembaharuan. Oleh karena itu sebagai daya dorong untuk meningkatkan
keterampilan kepemimpinan haruslah memiliki wawasan dan imajinasi yang harus ditumbuh
kembangkan kedalam peta pikiran agar ia mampu melihat persoalan-persoalan masa depan
dan bagaimana kita memecahkannya dengan melaksanakan pembaharuan. Pengetahuan yang
diungkapkan oleh para futurist seperti Alvin Toffler, John Naisbit, Frank Feather, Kenichi
Ohmae, Ervin Laszlo, Dimitri Mahayana, dll. dapat kita pergunakan sebagai refrensi untuk
memberi daya dorong dalam proses pemanfaatan otak dan hati untuk berpikir.
Era globalisasi saat ini dapat mendatangkan manfaat dan mudarat.Untuk mendatangkan
manfaat diperlukan kesiapan institusi dari seluruh aspek kehidupan yaitu aspek sosial,
ekonomi, hukum, politik, keamanan, teknologi, administrasi, budaya dan sebagainya.
Kepemimpinan nasional di era global sangat dituntut untuk profesional dan proaktif sehingga
negara menjadi memiliki daya tahan yang kuat terhadap terpaan gelombang globalisasi
dengan ciri adanya perubahan mendadak tanpa dapat diprediksi sebelumnya karena tak
mempunyai sinyal yang jelas. Situasi ketidak pastian ( Uncertainties ) akan memaksa para
pemimpin negara atau satuan wilayah untuk harus dapat dan mampu untuk melakukan
penyesuaian – penyesuaian kreatif ( Latitudes ). Fluktuasi harga komoditi dunia, harga BBM,
kurs mata uang adalah fenomena global yang bisa langsung berdampak positif maupun
negatif terhadap pembangunan, perekonomian, dan tingkat kesejahteraan masyarakat dalam
suatu negara.Ada dua model kepemimpinan saat ini :
Kepemimpinan situasional adalah perilaku seorang pemimpin berasarkan pada tiga hal:
kekuatan dalam diri pemimpin,kekuatan dalam diri orang-orag yang dipimpin, dan kekuatan
dalam situasi. Pertama, ketika tingkat hubungan kerja dan tingkat kematagan staf
dalammelaksanakan tugas tinggi, maka perilaku pemimpin bersifat partisipatif. Dia menjadi
seorang pemimpin yang demokratis. Kedua, ketika hubungan kerja rendah tetapi tingkat
kematangan staf dalam melaksanakan tugas tinggi, maka perilaku pemimpin akan bersifat
delegatif. Dia berperilaku layaknya pemimpin transformatif, yaitu mentransformasikan nilai,
tugas dan wewenang yang dia miliki kepada yang dipimpin setelah sebelumnya membangun
trust dan rasa saling percaya. Namun ketika rasa saling percaya itu rendah, seorang pemimpin
harus banyak melakukan pengecekan, kontrol dan pengawasan. Ketiga, ketika hubungan
kerja tinggi tetapi tingkat kematangan staf dalam melaksanakan tugas rendah, maka perilaku
pemimpin akan bersifat konsultatif, berada di depan dan banyak memberikan contoh dan bisa
juga berperan sebagai seorang konsultan. Dia mungkin akan menjadi pemimpin kharismatik.
Keempat, ketika tingkat hubungan kerja rendah dan tingkat kematangan staf dalam
melaksanakan tugas juga rendah, maka perilaku pemimpin bersifat instruktif.
Kecenderungannya akan menerapkan model kepemimpinan otoriter.
Dalam perspektif sejarah Islam, kepemimpinan spiritual barangkali dapat merujuk kepada
pola kepemimpinan yang diterapkan oleh Muhammad SAW. Dengan integritasnya yang luar
biasa dan mendapatkan gelar sebagai al-amîn (terpercaya), Muhammad SAW mampu
mengembangkan kepemimpinan yang paling ideal dan paling sukses dalam sejarah peradaban
umat manusia. Sifat-sifatnya yang utama yaitu siddîq (integrity), amanah (trust), fathanah
(working smart) dan tabligh (openly, human relation) mampu mempengaruhi orang lain
dengan cara mengilhami tanpa mengindoktrinasi, menyadarkan tanpa menyakiti,
membangkitkan tanpa memaksa dan mengajak tanpa memerintah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Globalisasi merupakan suatu hal yang tidak bisa dihindari oleh siapapun dan di negara
manapun. Globalisasi merupakan Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari
gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang
akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi
bangsa-bangsa di seluruh dunia. Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi
kehidupan suatu negara termasuk Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu
pengaruh positif dan pengaruh negatif.
B. Saran
Saran yang bisa penulis sampaikan dalam makalah ini yakni: Pemimpin yang memiliki
kegesitan, kecepatan serta mampu beradaptasi dalam membawa jalannya organisasi memiliki
peran yang penting dalam menghadapi kondisi organisasi yang senantiasa mengalami
perubahan. Sebab, fleksibilitas organisasi pada dasarnya merupakan karya orang-orang yang
mampu bertindak proaktif, kreatif, inovatif dan non konvensional. Pribadi-pribadi seperti
inilah yang dibutuhkan sebagai pemimpin organisasi saat ini. Seorang pemimpin adalah
inspirator perubahan dan visioner, yaitu memiliki visi yang jelas ke arah mana organisasi
akan di bawa.
DAFTAR PUSTAKA