Anda di halaman 1dari 5

VIDEO DISKUSI ISU AKTUAL

PESERTA LATSAR MAJALENGKA ANGKATAN 4


KELOMPOK 3 A

Anggota Kelompok

1) dr. Intan Fitri Ramdani


2) Esti Tri Lestari, S.Kep.,Ners
3) Yayan Heryanto, S.Kep., Ners
4) apt. Fikry Dwi Anjani, S.Farm.
5) Yasinta Nurfadillah, S.Tr.TEM

Tutor : Drs. Deden Thosin Waskita, M.Pd.

Link video dapat dilihat di :

abcdefg
SCRIPT VIDEO DISKUSI ISU AKTUAL
APAKAH PENGHAPUSAN TENAGA HONORER (DI INSTANSI MASING MASING) SEJALAN DENGAN
CITA CITA SMART GOVERNANCE

A. SMART GOVERNANCE
Smart governance adalah sebuah tata kelola pemerintahan yang cerdas yang bertujuan
untuk meningkatkan kinerja pelayanan publik, kinerja birokrasi pemerintah dan kinerja efisiensi
kebijakan publik melalui inovasi dan pemanfaatan teknologi terkini.
Terdapat 3 unsur penting dalam smart governance yaitu :
1) Pelayanan publik
Penggunaan teknologi dalam melakukan pelayanan publik. Contohnya pengunaan SiLANCAR
(Sistem Layanan Administrasi Kependudukan Cepat dari Rumah) yang sudah digunakan oleh
Disdukcapil Majalengka.
2) Manajemen birokrasi yang efisien
Menyediakan sumber daya manusia dengan kuantitas dan kualitas yang memadai sesuai
kebutuhan pelayanan publik.
3) Efisiensi kebijakan publik
Peningkatan partisipasi masyarakat melalui optimalisasi layanan aduan

B. MANAJEMEN ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang
professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik
korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan profesi
pegawai sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya aparatur sipil Negara yang unggul
selaras dengan perkembangan jaman. Manajemen ASN bertujuan untuk dapat mengetahui
kedudukan, peran, hak dan kewajiban, dan kode etik ASN dan mekanisme pengelolaan ASN.

C. DASAR HUKUM
Peraturan Pemerintah No. 49 tahun 2018 pasal 99 ayat 1 dan ayat 2 yang menerangkan
setelah 5 tahun peraturan ini diundangkan harus dilaksanakan yaitu tenaga honorer masih
diperbolehkan bekerja sampai 2023 namun setelahnya akan dihapuskan.
D. LATAR BELAKANG / SITUASI DI LAPANGAN
Kedudukan honorer yang masih menjadi dilema dalam arti apakah mereka masih diperlukan
atau bahkan mungkin sudah tidak diperlukan lagi. Jumlah tenaga honorer bidang kesehatan cukup
banyak. Sistem penggajian/pengupahan bagi tenaga honorer belum jelas, bahkan kerap kali dibawah
UMR, pembagian kerja yang belum jelas terkadang beban kerja yang diberikan tidak sebanding
dengan gaji yang didapatkan. Tenaga honorer direkrut secara mandiri langsung melalui masing-
masing instansi.
Kondisi saat ini, jumlah tenaga honorer bidang kesehatan baik itu di puskesmas dan rumah
sakit cukup banyak. Jika tenaga honorer di RS sudah jelas untuk sistem penggajian, tupoksi dan jam
kerja karena sebelumnya ada perjanjian awal antar kedua belahpihak. Sedangkan, berdasarkan
pengamatan dilapangan untuk tenaga honorer yang bekerja di puskesmas bersifat sukarela sehingga
penggajian pun tidak jelas dan tidak ada perjanjian awal saat akan mulai bekerja. Upaya untuk
mensiasatinya pihak puskesmas menyesuaikan jam kerja dengan upah yang akan diterima.
Diharapkan dengan adanya surat edaran tersebut tenaga honorer atau non-ASN dapat ditata lebih
baik dan segera mendapatkan kejelasan status kepegawaiannya.

E. PERAN ASN DAN HONORER DI TEMPAT KERJA


Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokraksi
Republik Indonesia No 35 Tahun 2019 Tentang Jabatan Fungsional perawat dimana perawat
memiliki tugas dan fungsi yang sama baik itu perawat PNS maupun honor misalnya dalam
memberikan asuhan keperawatan kemudian diliat dari penamaan tenaga honor RS dan Puskesmas
tenaga honorer di RS biasanya disebut dengan tenaga kontral/BLUD dimana untuk pengupahannya
sudah jelas kebijakannya sedangkan kalau di Puskesmas sendiri tenaga honernya biasa disebut
sukwan (sukarelawan) dalam hal kesejahteraan masih belum jelas kemudian pengupahannya pun di
bawah UMR daerah.

F. KATEGORI HONORER
Di lapangan sendiri banyak istilah yang digunakan untuk pegawai Non ASN seperti tenaga
kontrak BLUD, Sukarelawan, Tenaga Harian Lepas, Magang dan lain lain. Hal ini sesuai yang
disebutkan dalam youtube DPR RI Komisi IX dalam rapat Komisis IX DPR RI Rapat Panja Tenaga
Honorere dan Tenaga PLKB Non PNS.
G. KEBERLANGSUNGAN TENAGA HONORER SETELAH TAHUN 2023
Berkenaan dengan surat edaran dari kemenpan RB yang akan menghapuskan tenaga
honorer pada tahun 2023 maka pejabat pembina kepegawaian diminta melakukan pemetaan
pegawai non-ASN di lingkungan instansi masing-masing dan bagi yang memenuhi syarat dapat
diikutsertakan kesempatan mengikuti seleksi calon PNS maupun PPPK.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 48 tahun 2005 tentang pengangkatan tenaga
honorer menjadi calon pegawai negeri sipil. Terdapat beberapa kriteria tenaga honorerer dapat
diangkat menjadi CPNS yaitu :
1) Usia 46 tahun dengan masa kerja 10-20 tahun secara terus menerus
2) Usia 40 tahun dengan masa kerja 5-10 tahun secara terus menerus
3) Usia 35 tahun dengan masa kerja 1-5 tahun secara terus menerus.
Namun, instansi pemerintah membutuhkan tenaga lain seperti pengemudi, tenaga kebersihan, dan
satuan pengamanan dapat dilakukan melalui Tenaga Ahli Daya (Outsourcing) oleh pihak ketiga dan
status Tenaga Ahli Daya (Outsourcing) tersebut bukan merupakan Tenaga Honorer pada instansi
yang bersangkutan.

H. SISDMK (Sistem Informasi Sumber Daya Manusia Kesehatan)


SISDMK merupakan serangkaian susbsistem informasi yang menyeluruh, terkoordinasi dan
terintegrasi dari berbagai sumber, di tingkat Pusat dan Daerah, baik Pemerintah dan Swasta, yang
menghasilkan informasi akurat dan terkini dalam mendukung pengembangan dan pemberdayaan
SDM Kesehatan. SIDMK ini merupakan sistem yang membantu menganalisis kebutuhan dan jumlah
sumber daya manusia dibidang kesehatan yang dibutuhkan setiap instansi yang berpedoman pada
permeneks No 33 Tahun 2015 tentang pedoman penyususunan perencanaan kebutuhan sumbet
daya manusia kesehatan.

I. PERBEDAAN PNS DAN PPPK


ASN terdiri dari PPPK dan PNS. Adapun perbedaan dari keduanya yaitu PNS berstatus
pegawai tetap, memiliki jabatan dan jenjang karir yang jelas, memiliki batas usia maksimal (35
tahun) untuk menjadi ASN dan mendapatkan jaminan hari tua dan proses selesi PNS harus melalui 3
kali proses seleksi yakni Seleksi Administrasi, Seleksi Kompetensi Dasar, dan Seleksi
Kompetensi Bidang Sedangkan, PPPK berstatus pegawai kontrak, tidak memiliki jabatan dan
jenjang karir, tidak ada usia maksimal untuk menjadi ASN, tidak mendapatkan jaminan hari tua
namun saat ini sedang diupayakan dengan bank daerah (BJB) untuk bekerjasama menyiapkan dana
pensiun yang diambil dari gaji tiap bulannya. Proses seleksi PPPK meliputi seleksi Administrasi dan
Seleksi Kompetensi.
J. KESIMPULAN :
Pengadaan tenaga honorer di instansi pemerintah daerah (kabupaten majalengka) tidak
sejalan dengan prinsip Smart Governance yaitu menyediakan sumber daya manusia dengan
kuantitas dan kualitas yang memadai sesuai kebutuhan pelayanan publik. Jumlah tenaga honorer
dibidang kesehatan cukup banyak tidak diimbangi dengan tingkat kesejahteraannnya dan status
kepegawainnya pun belum jelas. Diharapkan dengan adanya surat edaran tersebut dapat
memperjelas status kepegawainnya non ASN apakah dapat diangkat menjadi ASN atau tidak karena
mereka juga mempunyai kontribusi terhadap pelayanan masyarakat selama ini.

Anda mungkin juga menyukai