Anda di halaman 1dari 7

Pelanggaran Prinsip Merit dalam Rekrutmen Polri: Dampak dan Upaya Penanganannya

Disusun oleh:
Antonio Risandra Ryan Puruhuita (20/455035/HK/22282)
Nabila Rizkita Putri Sutrisno (20/455081/HK/22328)
Stevanus Hizkhia Gunawan (20/455107/HK/22354)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2023
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang (Aryan)
Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah warga negara yang bekerja di lingkungan
instansi pemerintah baik di lembaga pusat maupun daerah, ASN bertugas untuk
melaksanakan tugas pemerintah, pembangunan dan pelayanan publik.1 ASN sendiri telah
diatur dalam UU No.5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Dalam menjalankan
tugasnya ASN harus patuh kepada peraturan perundang-undangan mengenai kode etik,
jabatan, asas, prinsip, dan hak dan kewajiban mengenai ASN itu sendiri karena, ASN
mengemban tugas yang besar sebagai pelaksana tugas pemerintah, pembangunan , dan
pelayanan publik tersebut, sehingga dapat dikatakan bahwa kinerja ASN memiliki peran
sebagai salah satu perwujudan tujuan negara Indonesia dan dirasa perlu adanya Seleksi
ASN yang memastikan jabatan yang diisi adalah oleh orang yang memiliki kualifikasi,
kompetensi, dan pengalaman yang sesuai dengan kebutuhan organisasi.2
Mengingat urgensi seleksi ASN tersebut, salah satu prinsip seleksi ASN yang
krusial untuk diimplementasikan adalah Prinsip Merit3. Seleksi berdasarkan sistem merit
menekankan pemilihan calon ASN berdasarkan keterampilan, kualifikasi, dan
pengalamannya yang sesuai dengan menganalisis kompetensi pekerjaan dan melalui
prosedur pengajuan jabatan secara terbuka4. Menurut Zaman, M.S, seorang psikolog,
tidak ada kriteria atau sistem rekrutmen yang dapat mengalahkan sistem merit baik dalam
pemilihan personel dalam tingkat swasta maupun publik, karena untuk mencapai suatu
tujuan organisasi atau instansi baik dalam jangka panjang atau pendek dibutuhkan tenaga
kerja yang efisien, maksud dari efisien ini adalah perekrutan yang sesuai dengan
keterampilan, kualifikasi, dan pengalamannya.5 Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa
sistem merit memungkinkan proses yang adil bagi para kandidat dan juga
1
Herman. (2012). Meritokrasi dalam Pengisian Jabatan Pegawai Negeri Sipil di Indonesia. Disertasi:
FISIP Universitas Indonesia, Depok.
2
Ibid
3
Mccourt, W. (2007). The Merit System and Integrity in The Public Service. Conference on Public
Integrity and Anticorruption in the Public Service, 29–30 May 2007, Bucharest
4
Herman. (2012). Meritokrasi dalam Pengisian Jabatan Pegawai Negeri Sipil di Indonesia. Disertasi:
FISIP Universitas Indonesia, Depok.
5
Zaman, M. S. (2015). Merit-based recruitment: the key to effective public administration in Bangladesh.
Journal of Public Administration and Governance, 5(3), 96–119.
memaksimalkan peluang suatu instansi pemerintah tersebut untuk mewujudkan tugasnya
sehingga dapat mengemban tujuan negara dan pelayanan publik. Meskipun tidak ada
Undang-Undang secara spesifik dan eksplisit membahas tentang prinsip sistem merit,
namun dalam Pasal 76 ayat (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 menyebutkan
bahwa ASN dinilai kinerjanya secara terbuka, transparan, objektif, dan akuntabel,
sehingga sistem merit sesuai dengan Pasal a quo.6
Polri atau Kepolisian Republik Indonesia merupakan salah satu lembaga
pemerintah, dan memiliki tugas utama untuk menjaga keamanan dan ketertiban
masyarakat atau (Kamtibmas) di seluruh Indonesia, hal ini sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.7
In casu a quo mengartikan bahwa Polri juga salah satu lembaga yang turut mewujudkan
tujuan negara Indonesia dan karena merupakan lembaga pemerintah, maka pegawai yang
berada di bawah Polri adalah bagian dari ASN dan dalam menjalankan tugasnya tunduk
pada kode etik, jabatan, asas, prinsip, dan hak dan kewajiban mengenai ASN itu sendiri,
termasuk juga dengan kompetensi masing-masing anggotanya dan rekrutmennya. Namun
dalam kenyataannya, penerapan prinsip merit di dalam lingkup Polri seringkali
mengalami kendala dan pelanggaran dengan adanya praktik-praktik nepotisme,
favoritisme, dan keterlibatan pengaruh politik dalam proses seleksi dan promosinya

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pelaksanaan prinsip merit dalam Rekrutmen Polri?
2. Bagaimana dampak dari pelanggaran prinsip merit dalam rekrutmen Polri
terhadap kualitas dan kredibilitas institusi Polri serta pelayanan publik?
3. Upaya apakah yang dapat dilakukan untuk menangani pelanggaran prinsip merit
dalam proses rekrutmen polri?
C. Tujuan Penelitian
Berikut tiga tujuan yang hendak dicapai penulis dalam paper berikut ini, antara lain :
1. Menganalisis transparansi dan akuntabilitas pada sistem rekrutmen Polri;

6
Pasal 76 ayat (2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014
7
Arnaz, F. (2018). Arief Effect: Setahun Revolusi Senyap di Dapur Polri. Yogyakarta: Diandra Kreatif.
2. Menganalisis dampak sistem rekrutmen serta keberhasilan regenerasi Polri; dan
3. Mendorong adanya perbaikan pada sistem rekrutmen Polri.

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Meritokrasi (Stev)
Asal usul kata Meritokrasi berasal daripada kata merit yang bermaksud keunggulan atau
kecemerlangan sedangkan kratos berasal dari bahasn Latin yang bermakna pemerintahan
atau sistem administrasi sebuah negara (Ibrahim Abu Shah, 2001)
Dalam konteks tulisan ini, Meritokrasi yang dimaksud adalah suatu bentuk atau proses
penunjukan orang terbaik untuk pekerjaan terkait.8 Sehingga pekerjaan atau jabatan
haruslah diisi oleh orang-orang yang terbaik karena kualitas dan kemampuannya, dan
tidak menggunakan indikator subjektif seperti kesukuan, agama, kepentingan satu
kelompok. Pun juga sejalan dengan meritokrasi yang tidak menyepakati adanya unsur
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme dalam sebuah rekrutmen kepegawaian.

B. Rekrutmen ASN (nebs)


Edwin B. Flippo (1984) mendefinisikan rekrutmen sebagai penarikan calon pegawai atau
tenaga kerja adalah proses pencarian tenaga kerja yang dilakukan secara seksama,
sehingga dapat merangsang mereka untuk mau melamar jabatan–jabatan tertentu yang
ditawarkan oleh organisasi.9 Negara dalam melaksanakan tujuannya membutuhkan ASN
sebagai pelaksana tugas pemerintah, dan dalam proses pengadaannya juga membutuhkan
sistem rekrutmen yang jelas dan akuntabel. Rekrutmen ASN adalah salah satu
mekanisme untuk memenuhi kebutuhan kepegawaian yang dicapai dengan proses
pengadaan pegawai dimulai dari persiapan, pengumuman atau publikasi, pelamaran,
tahapan Seleksi Administrasi, SKB, pengangkatan CPNS sampai dengan pengangkatan
CPNS (Aryuni, 2010)10.

8
UNGIRWALU, S. (2013). Meritokrasi dalam Promosi Jabatan pada Sekretariat Daerah Kabupaten
Merauke (Doctoral dissertation, Universitas Hasanuddin).
9
Edwin, Flippo B. "Personnel management." New Delhi: Mac Graw Hill (1984).
10
Aryuni, w. (2010). Peranan Badan Kepegawaian Daerah Dalam Pelaksanaan Rekrutmen Pegawai
Negeri Sipil (Studi Pada Badan Kepegawaian Daerah Kota Pematangsiantar)
C. Polri (nebs)
Polri sebagai instansi pemerintah yang dibentuk untuk mewujudkan tujuan negara dalam
hal keamanan menjadikan pegawai di bawah Polri tersebut berstatus sebagai Aparatur
Sipil Negara. ASN dipilih dan diangkat untuk menjalankan tugas-tugas pemerintahan dan
digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan, dalam hal pegawai Polri dipilih dan
diangkat untuk memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; menegakkan hukum;
dan memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Lebih
lanjut, pasca lahirnya UU ASN, ruang lingkup administrasi seluruh lembaga negara
termasuk institusi kepolisian tunduk dan patuh kepada undang-undang aparatur sipil
negara, karena bagaimanapun aparatur kepolisian masuk dalam kategori PNS yang mana
secara tidak langsung dapat ditafsirkan masuk dalam ranah ASN yang tunduk pada UU
ASN. (Budisetyowati, 2017)11

III. Pembahasan
A. Pengertian Prinsip Merit
1. Penerapan Prinsip Merit dalam Rekrutmen Pegawai Negeri Sipil dan Polri
2. Kasus pelanggaran prinsip merit dalam rekrutmen Polri
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya pelanggaran prinsip merit dalam rekrutmen
Polri

B. Dampak Pelanggaran Prinsip Merit dalam Rekrutmen Polri


1. Dampak terhadap kualitas anggota Polri
2. Dampak terhadap kinerja Polri

C. Upaya Penanganan Pelanggaran Prinsip Merit dalam Rekrutmen Polri


1. Regulasi dan aturan yang berlaku
2. Peningkatan pengawasan dalam proses rekrutmen Polri
3. Pemberian sanksi bagi pelaku pelanggaran prinsip merit

11
Budisetyowati, Dwi Andayani. "Kedudukan Pegawai Negeri Polisi Dalam Undang-Undang Aparatur Sipil
Negara." Civil Service Journal 11.1 Juni (2017).
IV. Kesimpulan dan Saran

V. Daftar Pustaka

Arnaz, F. (2018). Arief effect: setahun revolusi senyap di dapur Polri. Diandra Kreatif.
Yogyakarta

Aryuni, W. (2010). Peranan Badan Kepegawaian Daerah dalam Pelaksanaan Rekrutmen


Pegawai Negeri Sipil (Studi pada Badan Kepegawaian Daerah Kota Pematangsiantar)
(Doctoral dissertation, Universitas Sumatera Utara).

Budisetyowati, D. A. (2017). Kedudukan Pegawai Negeri Polisi Dalam Undang-Undang


Aparatur Sipil Negara. Civil Service Journal, 11(1 Juni).

Flippo, E. B. (1980). Personnel management. McGraw-Hill Companies. New Delhi

Herman. (2012). Meritokrasi dalam Pengisian Jabatan Pegawai Negeri Sipil di Indonesia.
Disertasi: FISIP Universitas Indonesia. Depok.

McCourt, W. (2007). The merit system and integrity in the public service. In Public
Integrity and Anti-corruption in the Public Service Conference, Bucharest (Vol. 29, p. 30).

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara

Ungirwalu, S. (2013). Meritokrasi dalam Promosi Jabatan pada Sekretariat Daerah


Kabupaten Merauke (Doctoral dissertation, Universitas Hasanuddin).

Zaman, M. S. (2015). Merit-based recruitment: the key to effective public administration in


Bangladesh. Journal of Public Administration and Governance, 5(3), 96-119.

Anda mungkin juga menyukai