Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Pemilihan Bidang

Setiap organisasi pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai atau diraih, dalam

prosesnya Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu fungsi organisasi,

yang berperan penting dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan organisasi,

sumber daya manusia juga merupakan salah satu faktor penggerak suatu organisasi.

Sumber daya manusia merupakan asset paling penting dalam suatu organisasi

karena merupakan sumber yang mengarahkan organisasi serta mempertahankan

dan mengembangkan organisasi dari berbagai tututan masyarakat dan

perkembangan zaman. Sumber daya manusia sering disebut dengan human asset

merupakan salah satu keniscayaan bagi perusaahaan, keberadaanya memegang

peranan penting dalam pelaksanaan dan pencapaian target bisnis (Bangun, 2012).

Keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuannya bergantung pada

kemampuan SDM nya dalam menjalankan tugas dan fungsi yang telah ditetapkan

dalam organisasi. Penempatan setiap individu dalam posisi yang tepat sesuai

dengan kemampuan dan keahlian yang dimilikinya menjadi faktor keberhasilan

organisasi atau instansi dalam mencapai tujuannya, selain dari faktor bentuk

susunan dan struktur instansi yang lengkap (Belinda Renee Barnet dan Lisa

Bradley,2017).

Pengembangan Karir adalah suatu upaya yangdilaksanakan setiap pegawai

atau organisasi untuk memacu dirinya agar berbuat yang optimal dalam mengabdi

1
2

dan meningkatkan kemampuan/keterampilan pada pelaksanaan tugas pokok dan

fungsi organisasi profit dan nonprofit serta seluruh pekerjaan (Busro, 2018).

Pengembanganadalah suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan teknis, teoritis,

konseptual, moral pegawai sesuai dengan kebutuhan jabatan. Tujuan

pengembangan adalah untuk meningkatkan produktivitas kerja (Hasibuan, 2002:

69).

Sejalan dengan itu, pengembangan mempunyai lingkup yang luas.

Sebagaimana Smith (2002:2) mengemukakan “Development: the growth or

realization of a person ability through conscious or unconscious learning”. Ini

berarti bahwa pengembangan meliputi seuruh aspek peningkatan kualitas pegawai

bukan hanya pendidikan dan pelatihan. Pengembangan lebih terfokus pada

kebutuhan jangka panjang umum organisasi, hasilnya bersifat tidak langsung dan

hanya dapat diukur dalam jangka panjang.

Hasil dari pengembangan karir tersebut diharapkan dapat memberikan

dampak yang baik ditunjukkan dengan meningkatnya kemampuan mereka yang

sesuai dengan tuntutan lingkungan bisnis, dengan tidak saja mampu

mempertahankan eksistensi perubahan, tetapi juga mampu mengembangkan dan

memajukan perubahan (Ignes, 2010).

Penjelasan dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur

Sipil Negara (UU ASN) dikatakan bahwa tujuan nasional dalam alinea ke-4

Pembukaan UUD NRI 1945 dicapai dengan adanya Aparatur Sipil Negara (ASN)

yang profesional dibidangnya, mandiri dan bebas dari intervensi politik, tidak

terlibat dalam praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN), pelayanan publik
3

kepada masyarakat mampu dilaksankan, perekat persatuam dan kesatuan bangsa

dapat melaksanakan berdasarkan Pancasila dan UUD NRI. Demi tercapainya tujuan

nasional tersebut maka negara sangatlah memerlukan sarana prasarana yang

mendukung berupa sumber daya manusia dalam hal ini Aparatur Sipil Negara

maupun sarana yang berbentuk benda karena negara tidak dapat melakukannya

sendiri

Reformasi birokrasi pemerintah diperlukan untuk melakukan perbaikan

pada aspek perampingan organisasi, penyederhanaan tata laksana, dan peningkatan

kompetensi Aparatur Sipil Negara dalam birokrasi pemerintahan menjadi prioritas

yang perlu diperbaiki, khususnya bagi jabatan-jabatan Aparatur Sipil Negara,

karena memiliki peran strategis sebagai penentu jalannya pemerintahan. Disamping

itu pejabat Aparatur Sipil Negara juga bertanggung jawab memimpin serta

memotivasi setiap pegawai Aparatur Sipil Negara melalui kepeloporan dan

keteladanannya.

Salah satu tuntutan dan amanat gerakan reformasi di Indonesia adalah

mewujudkan pemerintahan yang baik dan bersih. Sampai dengan saat ini, birokrasi

pemerintahan tetap menjadi hal yang menarik untuk dicermati, karena kondisi dan

bahkan berbagai macam isu publik (public issues) mengenai birokrasi yang berbau

miring . Birokrasi di Indonesia sering dianggap birokrasi yang statis, dimana kurang

peka terhadap perubahan lingkungan sosialnya dan cenderung resisten pada

pembaharuan . Sehingga berpotensi menimbulkan mal-administrasi yang menjurus

korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Selain itu, birokrasi di Indonesia belum

mampu untuk mendorong terciptanya situasi dan kondisi yang kondusif bagi para
4

investor untuk berinvestasi dengan cepat, nyaman, mudah dan aman.

Tujuan dari reformasi birokrasi sendiri adalah menciptakan birokrasi

pemerintah yang profesional dengan karakteristik, berintegrasi, berkinerja tinggi,

bebas dan bersih KKN, mampu melayani publik, netral, sejahtera, berdidikasi, dan

memegang teguh nilai dasar dan kode etik aparatur negara (Nurwita Ismail: 2019).

Sistem merit merupakan suatu proses rekruitmen, penunjukan dan promosi

pegawai berdasarkan kemampuan untuk melaksanakan pekerjaan. Manajemen

kepegawaian pemerintah di Indonesia menggunakan pendekatan sistem merit

sebagai masintream. Undang-Undang Aparatur Sipil Negara telah menerapkan

prinsip-prinsip sistem merit dalam proses rekruitmen, pengangkatan pegawai,

penempatan, mutasi, promosi, penggajian, penghargaan dan pengembangan

karier hingga pemberhentian. Seluruh aturan-aturan menejemen kepegawaian

yang lebih teknis dibawah naungan Undang-Undang ASN dan sekaligus

merupakan tonggak penting reformasi birokrasi di Indonesia (Ahmad Faiz: 2020).

Merit system adalah penempatan seseorang dalam jabatan berdasarkan

kompetensi, profesionalisme, bersifat terbuka, dan memberi kesempatan, serta

mendukung pada setiap Aparatur Sipil Negara untuk mengembangkan prestasi

yang terbaik bagi organisasi, mewujudkan perubahan sekaligus pembinaan pada

setiap pegawai, dan menciptakan kompetensi dan produktifitas. Implementasi

sistem merit dalam Manajemen Aparatur Sipil Negara sudah di terapkan di negara-

negara maju seperti Cina, Amerika, British, India, dll.

Penerapan sistem merit telah diamanatkan dalam UU ASN Pasal 1 ayat (22).

Selaku lembaga yang berwenang melakukan pengawasan penerapan sistem merit,


5

KASN mengeluarkan Peraturan ketua KASN No. 5 Tahun 2017 tentang Penilaian

Mandiri Penerapan Sistem Merit dalam Manajemen ASN di Instansi Pemerintah

sebagai penjabaran lebih lanjut dari UU ASN. Peraturan tersebut berisikan kriterian

serta tata cara dalam mengukur pencapaian keberhasilan sistem merit pada instansi

pemerintahan. Sistem ini ditunjukan untuk memastikan jabatan yang ada di

birokrasi pemerintah diduduki pegawai yang memenuhi persyaratan kualifikasi dan

kompetensi (KASN, 2018). Lebih lanjut, diterapkannya sistem merit dalam

manajemen ASN yaitu untuk melakukan rekrutmen, seleksi, dan promosi secara

terbuka, melaksanakan hak dan kewajiban ASN dengan adil, serta mengatur segala

sesuatu yang berkaitan dengan penghargaan dan hukuman bagi ASN dengan

berlandaskan perilaku dan integritas yang tinggi dalam rangka mengembangkan

performa ASN (KASN, 2018).

Perubahan regulasi dengan merit system dalam Undang-Undang ASN

meletakan 6 (enam) perubahan mendasar dalam sistem manajemen SDM yang

belum secara tegas terdapat dalam dua kebijakan sebelumnya yaitu undang

Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 8 Tahun 1974

tentang Pokok-pokok Kepegawaian, yakni:

a. Perubahan dari pendekatan pegawai administratif dalam pencatatan

administratif kepegawaian kepada Human Capital Management, dimana

sumber daya dianggap sebagai aset negara yang harus dikelola, dihargai dan

dikembangkan dengan baik.

b. Perubahan pada sistem karir PNS, yakni dari pendekatan close-career system

yang sebelumnya mengutamakan senioritas dan kepangkatan kepada open-


6

career system yang mengedepankan kompetisi dan kinerja dalam pengisian

jabatan.

c. Membentuk lembaga Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) yang secara

khusus bertugas menegakan dan mengawal implementasi sistem merit di

Kementerian/Lembaga Negara dan Pemerintahan Daerah.

d. Menghadirkan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) dalam

sistem kerja yang berkompetensi.

e. Penerapan reward dan punishment berbasis kinerja pegawai yang dihasilkan

yang lebih tegas.

f. Meningkatkan perlindungan ASN dari intervensi politik.

Promosi berbasis sistem merit mempertimbangkan kesinambungan karir

pegawai yang akan menduduki jabatan Aparatur Sipil Negara, yang

diselenggarakan secara objektif, kompetitif, transparan, dan akuntabel. Indikator

utama yang berbasis merit sistem sehingga memberi peluang semua pegawai untuk

meningkatkan kompetisi. Kondisi ini mulai dengan rekrutmen, pengembangan,

penempatan dalam job promosi, sebagaimana isi Undang-Undang Aparatur Sipil

Negara pasal 70 ayat (1) “bahwa setiap pegawai memiliki hak dan kesempatan

untuk mengembangkan kompetensi”, yang artinya setiap pegawai pemerintah

berhak mendapatkan pendidikan baik formal maupun informal.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk menitikberatkan

laporan ini dengan judul “TINJAUAN PENGEMBANGAN KARIR

APARATUR SIPIL NEGARA BERDASARKAN SISTEM MERIT DI PPK

4.1 PROVINSI JAWA BARAT”.


7

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, permasalahan yang ingin bahas

pada laporan Kuliah Praktek Kerja ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana implementasi sistem merit dalam manajemen kepegawaian di

PPK 4.1 Jawa Barat?

2. Manajemen pengembangan karir ASN berbasis sistem merit ?

1.3 Tujuan Kuliah Praktek Kerja (KPK)

Kegiatan Kuliah Praktek Kerja ini secara umum membuka wawasan baru bagi

mahasiswa untuk mengetahui dan memahami bagaimana sistematika pekerjaan yang

terjadi pada instansi pemerintahan, sedangkan secara khusus mempunyai tujuan untuk

mengetahui :

1. Untuk mengetahui bagaimana implementasi sistem merit dalam manajemen

kepegawaian di PPK 4.1 Jawa Barat.

2. Untuk mengkaji manajemen pengembangan karir ASN berbasis sistem

merit.

1.4 Kegunaan Kuliah Praktek Kerja

Secara umum adanya kuliah praktek kerja ini, memberikan gambaran dan

wawasan luas kepada mahasiswa dan mahasiswi dalam kerja lapangan yang

sesungguhnya, baik di perusahaan maupun di instansi pemerintahan. Adapun

kegunaan dari praktek kerja yaitu :

1.4.1. Bagi Peserta KPK

1. Untuk memperoleh ilmu baru dan pemahaman yang belum diperoleh dalam
8

perkuliahan dengan membandingkan antara teori dan praktek dilapangan.

2. Menyesuaikan (menyiapkan) diri dalam menghadapi lingkungan kerja

setelah menyelesaikan studi.

3. Mengetahui atau melihat secara langsung pengunaan atau peranan

teknologi di tempat praktek kerja.

4. Membangun relasi serta sebagai gambaran dan pengalaman untuk

mempersiapkan diri dalam dunia kerja.

5. Terlatih dalam menghadapi serta mengatasi suatau masalah yang muncul

ketika berada di dunia kerja.

6. Menyajikan hasil-hasil yang diperoleh selama praktik kerja dalam bentuk

laporan Kuliah Praktek Kerja (KPK).

1.4.2. Bagi Instansi

1. Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan bahan masukan

yang bermanfaat.

2. Dapat membantu melaksanakan aktivitas rutin para pegawai.

3. Sarana untuk menjembatani anatara perusahaan/instansi dengan institusi

Pendidikan Universitas Pasundan untuk bekerja sama lebih lanjut dengan

yang bersifat akademis atau organisasi.

4. Memberi peluang pada perusahaan dalam penarikan dan seleksi calon

karyawan yang mempunyai kualifikasi yang diminta perusahaan.

5. Perusahaan mendapatkan saran perbaikan pada bidang kerja dimana

mahasiswa melaksanakan Kuliah Praktek Kerja (KPK).


9

1.4.3. Bagi Pihak Lainnya

1. Sebagai tambahan informasi dan referensi bacaan, khususnya bagi

mahasiswa/i yang akan menyusun laporan kuliah praktek kerja.

2. Hasil proyek kerja dapat dijadikan bahan untuk evaluasi terhadap kurikulum

yang berlaku.

1.5 Metode Pelaksanaan Kuliah Praktek Kerja

Kuliah Praktek Kerja ini dilakukan dengan menggunakan metode Block

Realese yaitu penyelenggaraan kuliah praktek kerja yang dilakukan dalam satu

periode tertentu. Artinya pelaksanan kuliah praktek kerja dilakukan dalam waktu

satu bulan dan dilaksanakan pada hari kerja yaitu hari Senin sampai dengan Jumat.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah sebagai berikut:

a. Metode Observasi

Teknik pengumpulan data dengan cara mengamati dan meninjau secara

langsung kegiatan di bagian tata usaha. Dengan cara mengamati dan menganalis

kegiatan – kegiatan yang dilakukan oleh instansi tersebut, sehingga memperoleh

data dari kesimpulan-kesimpulan yang penulis dapatkan selama bekerja.

b. Metode Wawancara

Teknik pengumpulan data penelitian dengan cara mewawancarai atau bertanya

langsung kepada pihak-pihak yang berhubungan langsung atau relevan dengan

objek yang akan diteliti.

c. Metode Dokumentasi

Teknik pengumpulan data dengan cara mencari data mengenai hal-hal berupa:

catatan, buku, arsip, dokumen, tulisan angka, dan gambar berupa laporan serta
10

keterangan yang dapat mendukung penelitian penulis.

d. Metode Studi Kepustakaan

Teknik pengumpulan data dengan mencari dan mempelajari buku-buku referensi

yang dapat mendukung penulisan laporan kuliah praktek kerja.

1.6 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Kuliah Praktek Kerja

Lokasi kuliah praktek kerja yang penulis lakukan adalah bertempat di

Pembuat Komitmen 4.1 Provinsi Jawa barat. Waktu pelaksanaan kuliah praktek

kerja yang dilakukan pada tanggal 17 Juli -1 September 2023. Dengan waktu kerja

pukul 09.00-16.30 WIB.


BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN/ORGANISASI

2.1 Sejarah Kementrian PUPR

Istilah "Pekerjaan Umum" adalah terjemahan dari istilah bahasa Belanda "

Openbare Werken" yang pada zaman Hindia Belanda disebut "Waterstaat

swerken". Di lingkungan Pusat Pemerintahan dibina oleh Dep.Van Verkeer &

Waterstaat (Dep.V&W), yang sebelumnya terdiri dari 2 Dept.Van Guovernements

Bedri jven dan Dept.Van Burgewrlijke Openbare Werken

Dep. V dan W dikepalai oleh seorang Direktur, yang membawahi beberapa

Afdelingen dan Diensten sesuai dengan tugas/wewenang Depertemen ini. Yang

meliputi bidang PU (openbare werken) termasuk afdeling Waterstaat, dengan onder

afdelingen: 1. Lands gebouwen, 2. Wegen, 3. Irrigatie & Assainering, 4. Water

Kracht, 5. Constructie burreau (untuk jembatan).

Disamping yang tersebut di atas, yang meliputi bidang PU (Openbare

Werken) juga afd. Havenwezen (Pelabuhan), afd. Electriciteitswezen

(Kelistrikan)dan afd. Luchtvaart (Penerbangan Sipil). Organisasi P.U (Open-bare

werken) di daerah-daerah adalah sebagai berikut:

1. Di Propinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur urusan

Waterstaat/openbare werken diserahkan pada Pemerintahan Propinsi yang

disebut: Provinciale Waterstaatdienst" dan dikepalai oleh seorang Hoofd

Provinciale Waterstaatsdients (H.P.W)

11
12

2. Diwilayah Gouv, Yogyakarta dan Gouv. Surakarta urusan-urusan Pekerjaan

Umum/Waterstaat dijalankan oleh "Sultanas Werken" (yogya)

"Rijkswerken" (Surakarta), Mangkunegaranwerken". Disamping itu

diwilayah Vorstenlander terdapat 3 organisasi "Waterschap", "s" Lands

gebouwendienst", Regentschap Werken" dan "Gremeente werken"

3. Untuk daerah luar jawa Gouv.Sumatera, Borneo (Kalimantan) dan Grote

Oost (Indonesia Timur) terdapat organisasi "Gewestelijke Inspectie v/d

Waterstaat" dikepalai oleh seorang Inspektur.Diwilayah Residentie terdapat

"Residentie Water Staatsdienst" yang dahulu dikenal dengan nama "Dienst

der B.O.W". dan kepala dinas ini biasa disebut "E. A. Q" (Eerst Aanwzend

Waterstaatsambtenar). Ketentuan yang dikeluarkan pada jaman Hindia

Belanda untuk pedoman dalam pelaksanaan tugas dalam lingkungan

Pekerjaan Umum dapat dibaca dalam "A. W. R". 1936 B.W.R 1934 dan "W.

V. O/W.V.V.".

2.1.1 Jaman Jepang

Setelah Belanda menyerahkan dalam perang pasifik pada tahun 1942,

kepada Jepang, maka daerah Indonesia ini dibagi oleh Jepang dalam 3 wilayah

pemerintahan, yaitu Jawa/Madura, Sumatera dan Indonesia Timur dan tidak ada

Pusat Pemerintahan tertinggi di Indonesia yang menguasai ke 3 wilayah

pemerintahan tersebut.

Dibidang Pekerjaan Umum pada tiap-tiap wilayah organisasi Pemerintahan

Militer Jepang tersebut diatas, diperlukan organisasi Jaman Hindia Belanda dan
13

disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan dari pihak jepang, kantor pusat "V & W".

di Bandung, dinamakan "Kotubu Bunsitsu", sejak saat itu istilah "Pekerjaan

Oemoem" (P.O), Oeroesan Pekerdjaan Oemoem (O.P.O), "Pekerjaan Umum" (PU),

disampinmg "Doboku" lazim dipergunakan.

Kotubu Bonsitsu di Bandung hanya mempunyai hubungan dengan wilayah

Pemerintahan di Jawa/Madura, hubungan dengan luar Jawa tidak ada. Organisasi

Pekerjaan Umum di daerah-daerah, di Karesidenan-Karesidenan pada umumnya

berdiri sendiri-sendiri. Sistem pelaksanaan pekerjaan ada yang mempergunakan

sistem dan nama jaman Ned. Indie, disamping menurut sistem Jepang.

2.1.2 Jaman Indonesia Merdeka

Setelah Indonesia memproklamirkan Kemerdekaan pada tanggal 17-8-

1945, maka semenjak itu Pemuda-pemuda Indonesia mulai berangsur-angsur

merebut kekuasaan Pemerintahan dari tangan Jepang baik di pusat pemerintahan

(Jakarta/Bandung) maupun Pemerintahan Daerah-daerah.

Sesudah Pemerintahan Indonesia membentuk Kabinet yang pertama, maka

pada Menteri mulai menyusun organisasi serta sifatnya. Pekerjaan Umum pada

waktu itu (1945) berpusat di Bandung, dengan mengambil tempat bekas gedung

V.&W. (dikenal dengan nama "Gedung Sate").

Ketika Belanda ingin mengembalikan kekuasaaan pemerintahan di Hindia

Belanda sebelum perang, datang mengikuti Tentara Sekutu masuk ke Indonesia.

Akibat dari keinginan Pemerintahan Belanda ini, terjadilah pertentangan fisik

dengan Pemuda Indonesia yang ingin mempertahankan tanah air berikut gedung-
14

gedung yang telah didudukinya, antara lain "Gedung Sate" yang telah menjadi

Gedung Departemen Pekerjaan Umum pada waktu itu (peristiwa bersejarah itu

dikenal dengan peristiwa "3 Desember 1945").

Pada waktu revolusi fisik dari tahun 1945 s/d 1949, Pemerintah Pusat RI di

Jakarta terpaksa mengungsi ke Purworejo untuk selanjutnya ke Yogyakarta, begitu

juga Kementerian PU.

Sesudah Pemerintahan Belanda tahun 1949 mengakui kemerdekaan

Republik Indonesia maka pusat pemerintahan RI di Yogyakarta, berpindah lagi ke

Jakarta. Sejak tahun 1945 itu, Pekerjaan Umum (PU) telah sering mengalami

perobahan pimpinan dan organisasi, sesuai situasi politik pada waktu itu. Sebagai

gambaran garis besar organisasi PUT diuraikan sebagai berikut:

1. Sebelum tentara Belanda masuk ke Yogyakarta Susunan Kemerdekaan PU.

Perhubungan dapat dibagi menjadi 8 Jawatan dan 4 Balai.

2. Khusus pada masa Republik India Serikat Kementerian Perhubungan dan

POU RIS dibagi dalam beberapa Departemen dan beberapa Jawatan dan

beberapa instansi yang hubungan erat dengan tugas dari dep.PU. RIS.

Kementerian Perhubungan PU.RIS tersebut terdiri atas penggabungan 3

Departemen prae federal yaitu :

1. Departemen Verkeer, Energie dan Mynbouw dulu (kecuali Mynbouw yang

masuk dalam kementerian Kemakmuran).

2. Departemen Van Waterstaat di Wederopbouw.


15

3. Departemen Van Scheepvaart.

Penggabungan dari 3 Departemen dari pemerintahan prae federal dalam satu

Kementerian yaitu Kementerian Perhubungan Tenaga dan PU. RIS dianggap perlu,

supaya hubungan 3 Departemen tersebut satu dengan lain menjadi sangat erat,

terlebih-lebih jika diingat, bahwa untuk pembangunan Negara akan diadakan

koordinasi dan rasionalisasi yang baik dan adanya tenaga ahli dan pula untuk

melancarkan semua tugas yang dibebankan pada Kementerian Perhubungan

Tenaga dan PU. RIS.

Khusus pada permulaan terbentuknya Negara Kesatuan RI, maka susunan

Kementerian berbeda sebagai berikut: Dalam masa proloog G 30 S. PKI terjadilah

dalam sejarah Pemerintahan RI suatu Kabinet yang besar disebut dengan nama

Kabinet DwiKora atau Kabinet 100 Menteri, dimana pada masa ini dibentuk

Koordinator Kementerian. Tidak luput Departemen PUT. yang pada masa itu ikut

mengalami perubahan organisasi menjadi 5 Dept. dibawah Kompartemen PUT

Kabinet Dwikora, dipimpin Jenderal Suprajogi. Adapun Kompartemen PUT ketika

membawahi, antara lain:

1. Departemen Listrik dan Ketenagaan

2. Departemen Bina Marga

3. Departemen Cipta Karya Konstruksi

4. Departemen Pengairan Dasar

5. Departemen Jalan Raya Sumatera


16

Setelah peristiwa G.30S PKI Pemerintah segera menyempurnakan Kabinet

Dwikora dengan menunjuk Ir. Soetami, sebagai menteri PUT untuk memimpin

Kompartemen PUT. Kabinet yang disempurnakan itu tidak dapat lama

dipertahankan.

Kabinet Ampera, sebagai Kabinet pertama dalam masa Orde Baru. Kembali

organisasi PUT dibentuk dengan Ir.Soetami, sebagai Menteri. Dengan Surat

Keputusan Menteri PUT tertanggal 17 Juni 1968 N0.3/PRT/1968 dan dirobah

dengan Peraturan Menteri PUT tertanggal 1 Juni 1970 Nomor 4/PRT/1970.

Departemen PUT telah memiliki suatu susunan struktur Organisasi. Sebagai

gambaran lebih jauh pembagian tugas-tugas dalam lingkungan Dep. PUT, maka

pada waktu itu azas tugas-tugas PU telah diserahkan pada kewenangan daerah itu

sendiri.

2.2 Visi dan Misi Kementrian PUPR

2.2.1 Visi Instansi

Visi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tahun 2015-2019

adalah Terwujudnya Infrastruktur Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Yang Handal

Dalam Mendukung Indonesia Yang Berdaulat, Mandiri, Dan Berkepribadian

Berlandaskan Gotong Royong.

2.2.2 Misi Instansi

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang merupakan

rumusan upaya yang akan dilaksanakan selama periode Renstra 2015 – 2019 dalam
17

rangka mencapai visi serta mendukung upaya pencapaian target pembangunan

nasional, berdasarkan mandat yang diemban oleh Kementerian Pekerjaan Umum

dan Perumahan Rakyat sebagaimana yang tercantum di dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 165 Tahun 2014 tentang Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet

Kerja, amanat RPJMN tahap ketiga serta perubahan kondisi lingkungan strategis

yang dinamis adalah sebagai berikut:

1. Mempercepat pembangunan infrastruktur sumberdaya air termasuk sumber

daya maritim untuk mendukung ketahanan air, kedaulatan pangan, dan

kedaulatan energi, guna menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi

domestik dalam rangka kemandirian ekonomi;

2. Mempercepat pembangunan infrastruktur jalan untuk mendukung

konektivitas guna meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan pelayanan

sistem logistik nasional bagi penguatan daya saing bangsa di lingkup global

yang berfokus pada keterpaduan konektivitas daratan dan maritim;

3. Mempercepat pembangunan infrastruktur permukiman dan perumahan

rakyat untuk mendukung layanan infrastruktur dasar yang layak dalam

rangka mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia sejalan dengan

prinsip ‘infrastruktur untuk semua’;

4. Mempercepat pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan

rakyat secara terpadu dari pinggiran didukung industri konstruksi yang

berkualitas untuk keseimbangan pembangunan antardaerah, terutama di

kawasan tertinggal, kawasan perbatasan, dan kawasan perdesaan, dalam

kerangka NKRI;
18

5. Meningkatkan tata kelola sumber daya organisasi bidang pekerjaan umum

dan perumahan rakyat yang meliputi sumber daya manusia, pengendalian

dan pengawasan, kesekertariatan serta penelitian dan pengembangan untuk

mendukung fungsi manajemen meliputi perencanaan yang terpadu,

pengorganisasian yang efisien, pelaksanaan yang tepat dan pengawasan

yang ketat.

2.3 Tugas dan Fungsi Kementrian PUPR

Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2020

tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Kementerian

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mempunyai tugas menyelenggarakan

urusan pemerintahan di bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat untuk

membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara. Dalam

melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas, Kementerian Pekerjaan Umum

dan Perumahan Rakyat menyelenggarakan fungsi:

a. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengelolaan

sumber daya air, penyelenggaraan jalan, penyelenggaraan sistem

penyediaan air minum, pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan

drainase lingkungan, dan pengelolaan persampahan, penataan bangunan

gedung, pengembangan kawasan permukiman, pengembangan sarana

prasarana strategis, penyelenggaraan perumahan, pelaksanaan pembiayaan

infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan, serta pembinaan jasa

konstruksi;
19

b. koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan

administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian

Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;

c. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat;

d. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Pekerjaan

Umum dan Perumahan Rakyat;

e. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat di daerah;

f. pelaksanaan penyusunan kebijakan teknis dan rencana terpadu program

pembangunan infrastruktur pekerjaan umum dan perumahan rakyat

berdasarkan pendekatan pengembangan wilayah;

g. pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia di bidang pekerjaan

umum dan perumahan rakyat;

h. pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur

organisasi di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

Rakyat; dan

i. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Presiden.

2.4 Logo dan Lambang PPK 4.1 Jawa Barat

Sebuah Perusahaan ataupun instansi baik milik pemerintah maupun swastapasti

memiliki sebuah logo. Logo merupakan suatu bentuk identitas dari suatu perusahaan atau

instansi.
20

Gambar 2.4 Lambang dan Logo PPK 4.1 Jawa Barat

Sebagai suatu bentuk identitas, maka logo tersebut memiliki filosofi dan

juga arti yang mencerminkan perwujudan dari perusahaan. Untuk arti dan filosofi

dari Logo PPK 4.1 Provinsi Jawa Barat yaitu sebagai berikut :

1. Baling-baling menggambarkan dinamika yang stabil atau stabilitas yang

dinamis.

2. Bagian daun baling-baling yang mengarah keatas melambangkan

penciptaan ruangan, bagian lengkungnya dari daun baling-baling

melambangkan pemberian perlindungan untuk ruang kerja dan tempat

tinggal bagi manusia.

3. Bagian daun baling-baling yang mengarah ke kiri dengan bagian

lengkungnya yang telungkup menggambarkan penguasaan bumi dan alam

dan pengusaha untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Garis

Horizontal menggambarkan usaha untuk pembukaan dan pembinaan daerah

4. Baling-baling dengan 3 daun menggambarkan tiga unsur kekayaan

Departemen Umum, Tirta, Wisma (Cipta) dan Marga. Trilogi Departemen

Pekerjaan Umum, Bekerja keras, Bergerak cepat, Bertindak tepat.


21

5. Warna kuning sebagai warna dasar yang melambangkan keagungan yang

mengandung arti Ketuhanan Yang Maha Esa Kedewasaan dan

Kemakmuran.

6. Warna biru kehitam-hitaman, mengandung arti Keadilan Sosial, Keteguhan

Hati, Kesetiaan pada tugas dan ketegasan bertindak.

7. Sillhoute yang membentuk dari warna dasar dan lukisan baling-baling

membentuk huruf-huruf P.U

8. Lambang P.U Menggambarkan fungsi dan peranan Departemen Pekerjaan

Umum dalam pembangunan dan pembinaan prasarana guna

memanfaatkan.

2.5 Struktur Organisasi dan Deskripsi Jabatan

Struktur organisasi merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan

karena dapat dijadikan sebagai gambaran bagi perusahaan untuk membagi

aktivitasnya ke dalam unit-unit terpisah. Unit-unit tersebut memiliki tanggung

jawabnya masing-masing sesuai dengan bidangnya agar tercapai tujuan peusahaan.

PPK 4.1 Jawa Barat dipimpin oleh seorang Pejabat Pembuat Komitmen.

Dalam menjalankan tugasnya, Kepala Pusat dibantu oleh tiga bidang yang

bertanggung jawan kepada Pejabat Pembuat komitmen 4.1 Jawa Barat. Tiga

bidang tersebut adalah :

1. Kaur Tata Usaha

Bagian ini terdiri dari Sub Bagian Pengelola Keuangan, Pengelola BMN,

Pengadministrasi Umum, Pramu Bakti, Pengelola Sarana Kantor.


22

2. Koordinator Pengawai Lapangan

Bagian ini terdiri dari sub bagian Penata Teknik Pengawas Lapangan,

Penata Teknik (Pengadministrasian Teknik).

3. Penilik Jalan

2.5.1 Struktur Organisasi

Gambar 2.5.1 Struktur Organisasi PPK 4.1 Jawa Barat

2.5.2 Deskripsi Jabatan

1. Pejabat Pembuat Komitmen 4.1 Jawa Barat

Pejabat Pembuat Komitmen yaitu pejabat yang ditunjuk untuk

melaksanakan kewenangan KPA berupa melakukan tindakan yang

mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara. Tugas PPK juga

antara lain pengelolaan dan penentuan kebijakan terkait pembangunan


23

infrastruktur jalan dan jembatan, perencanaan dan persiapan pengadaan,

pemilihan penyediaan, pelaksanaan serah terima jabatan serta memastikan

kepatuhan terhadap regulasi yang berlaku.

2. Kaur Tata Usaha

Kaur Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan urusan

administrasi, kepegawaian, organisasi dan tatalaksana, pelaksanaan

pembinaan pegawai, pelaksanaan fasilitas kegiatan organisasi,

perbendaharaan, serta administrasi dan fasilitasi penyelesaian laporan hasil

pemeriksaan dan pengaduan masyarakat, pelaksanaan urusan tata usaha,

kersipan dan rumah tangga, dan lain – lain.

3. Koordinator Pegawai Lapangan

Pejabat Fungsional yaitu ahli madya yang bertanggung jawab dalam

pengelolaan dan koordinasi kegiatan lapangan terkait infrasruktur jalan dan

jembatan, serta memastikan kualitas dan ketepatan waktu dalam proyek.

Tugasnya melibatkan pengawasan dan koordinasi langsung proyek-proyek

konstruksi, pemeliharaan, perbaikan, dan pemantauan, kondisi jalan dan

jembatan.

4. Pengelola Keuangan

Pengelola Keuangan bertanggung jawab untuk mengelola aspek

keuangan, dan pemantauan pengguna dan sesuan kebijakan dan peraturan

yang berlaku. Tugasnya yaitu menyusun rencana anggaran, mengontrol

keuanngan, melakukan audit internal, serta memastikan kepatuhan terhadap

peraturan keuangan pemerintah.


24

5. Pengelola BMN

Pengelola BMN bertanggung jawab atas manajemen dan

pengelolaan barang milik negara yang digunakan dalam proyek – proyek

infrastruktur jalan dan jembatan. Tugasnya mencangkup pencatatan,

pengawasan, dan pemeliharaan, investaris barang, pemantauan asset-aset

negara, serta pelaporan terkait penggunaan dan kondisi barang milik negara.

Selain itu pengelola BMN biasanga bertanggung jawab untuk memastkan

bahwa penggunaan asset negara sesuai dengan peraturan yang berlaku,

mengawasi perolehan, penggunaan, dan penghapusan BMN secara efisien,

serta mengkoordinasikan dengan pihak terkait, termasuk lembaga terkait

dan pihat internal.

6. Pengadministrasi Umum

Pengadministrasi Umum bertanggung jawab dalam melalulan

berbagai tugas administrasi umum. Tugasnya termasuk manajemen arsip,

mengelola, pemeliharaan inventaris, administrasi harian, seperti

penanganan surat-menyurat, pengarsipan, pembuatan laporan, dan

pengelolaan data.

7. Penilik Jalan

Penilik Jalan bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan dan

pemantauan langsung terhadap kondisi jalan yang termasuk dalam proyek-

proyek infrastruktur. Tugasnya mencangkup melakukan inspeksi terhadap

kualitas konstruksi jalan, mengawasi pelaksanaan pekerjaan konstruksi,

memastikan kepatuhan terhadap standar teknis dan spesifikasi yang telah di


25

tetapkan, serta melakukan pemantauan, terhadap perawatan dan

pemeliharaan jalan.

8. Penata Teknik dan Pengawas Lapangan

Penata Teknik dan Pengawas Lapangan bertanggung jawab atas

perencanaan, dan pengawasan, dan pelaksanaan proyek-proyek infastruktur

jalan dan jembatan. Tugasnya mencangkup melakukan desai teknis,

menyusun rencana kerja, dan mengawasi pelaksanaan proyek di lapangan

sesuai dengan standar teknik yang berlaku.

9. Pengadministrasi Teknik

Pengadministrasi Teknik bertanggung jawab dalam mengelola

administrasi yang terkait dengan proyek-proyek infarastruktur jalan dan

jembatan. Tugasnya meliputi koodinasi administrasi proyek, seperti

persiapan dokumen teknis, penyusunan laporan kemajuan proyek,

pengelolaan data teknis, dan mendukung kegiatan pengadaan barang atau

jasa yang diperlukan dalam proyek.

Anda mungkin juga menyukai