Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Manusia merupakan sumber daya yang penting bagi suatu lembaga atau

organisasi untuk mencapai tujuan dan meraih keberhasilan/ kesuksesan, maka

dengan demikian diperlukan suatu pola manajemen sumber daya manusia yang

efektif. Peningkatan kompetensi dan kualitas sumber daya manusia bagi setiap

lembaga atau organisasi, menjadi hal penting demi meningkatkan mutu produk

ataupun layanan jasa yang lebih baik kepada masyarakat.

Sumber daya manusia (SDM) yang diartikan sebagai keseluruhan orang

yang terikat dalam sebuah lembaga untuk memberikan kontribusi terbaik terhadap

jalannya organisasi tersebut, tentu membutuhkan manajemen yang baik agar setiap

orang dapat menjalankan tugasnya dengan baik sekaligus menunjang organisasi

dengan motivasi, bakat, kreatifitas, karya, dan inovasi dari mereka masing-masing.

(Yusmiar 2014)

Human resource is an important asset in any organization. Therefore,

organizations need not only attract experienced and talented employees to the

organization, but they also need to keep them for a long time, yang berarti Sumber

daya manusia merupakan aset penting dalam setiap organisasi. Oleh karena itu,

organisasi tidak hanya perlu menarik karyawan yang berpengalaman dan berbakat

ke dalam organisasi, tetapi mereka juga perlu mempertahankannya untuk waktu

yang lama. (Ashraf Elsafty & Mahmoud Oraby,2022)

1
Manusia dalam mencapai tujuan hidupnya senantiasa berorientasi agar

tujuan tersebut dapat tercapai secara cepat, tepat dan efektif, sebagai mahluk sosial

dalam melakukan kegiatan sehari-harinya tidak lepas dari kegiatan sehari-harinya

tidak lepas dari kegiatan organisasi. Organisasi pada dasarnya merupakan bentuk

kerja sama antara individu, dan proses penggabungan pekerja atau aktivitas kerja

sama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.(Haninun,2020)

Adapun manajemen adalah proses aktifitas yang mencakup

perencanaan,pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian terhadap

penggunaan sumber daya yang dimiliki, baik berupa manusia maupun material

non manusia untuk mencapai Tujuan (Schermerhorn,2011),

Manajemen SDM merupakan kemampuan mendayagunakan dan

memberdayakan orang lain secara manusiawi agar terintegrasi dengan sumber

daya lainnya untuk mewujudkan tujuan-tujuan sekaligus mengembangkan

eksistensi organisasi sesuai dinamika yang meliputinya.

Setiap organisasi berupaya agar memiliki SDM berkualitas dan memenuhi

persyaratan kompetensi yang dibutuhkan, demi segala usahanya merealisasikan

visi, misi, dan pencapaian tujuan organisasi untuk jangka pendek, menengah,

maupun jangka panjang. Karena itu setiap SDM dalam suatu organisasi harus

memiliki ciri atau karakteristik, antara lain sebagai berikut :

1. Memiliki pengetahuan atas tugas, tanggung jawab, dan wewenangnya.

2. Memiliki pengetahuan (knowledge) yang diperlukan, terkait dengan

pelaksanaan tugasnya secara penuh.

2
3. Mampu melaksanakan tugas-tugas yang dilakukannya karena memiliki

keahlian, keterampilan yang dibutuhkan.

4. Bersikap kreatif, produktif, inovatif, dapat bekerjasama dengan orang

lain, amanah, dan loyal (Sutrisno, 2014).

Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No.5 Tahun 2014 Tentang

Aparatur Sipil Negara dan Peraturan Menteri Pemberdayagunaan Aparatur Negara

dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor. 52 Tahun 2014, Tentang

Pembangunan dan Evaluasi Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi

dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani di Instansi Pemerintah. Zona

Integritas ( ZI ) merupakan Instansi Pemerintah yang pimpinan dan jajarannya

telah berkomitmen untuk mewujudkan Wilayah Bebas dari Korupsi/ Wilayah

Birokrasi Bersih dan Melayani melalui reformasi birokrasi, khususnya dalam hal

mewujudkan pemerintah yang bersih dan akuntabel serta pelayanan public yang

prima.

Korupsi yang terjadi pada penyelenggaraan pemerintah tersebut menjadi

kejahatan yang luar biasa. Kerugian pada perekonomian negara merupakan akibat

dari adanya kejahatan korupsi yang sering kali terjadi dalam instansi pemerintah

baik pusat maupun daerah. Tindakan kasus korupsi, suap, serta mal administrasi

merupakan tindakan yang dilakukan oleh para pemangku kebijakan, yang dimana

hal ini dapat menyebabkan pelayanan public terhadap masyarakat tidak

berkualitas. Kasus korupsi di Indonesia masih terus terjadi. Berdasarkan Indeks

Persepsi Korupsi 2021, Indonesia berada di peringkat 96 dari 180 negara.

Sementara itu berdasarkan survei dari Badan Pusat Statistik (BPS) di tahun 2021,

3
Indeks Perilaku Anti Korupsi berada di kisaran 3,88%. Total Asset Recovery ini

terdiri dari Rp248,01 miliar yang merupakan pendapatan uang sitaan hasil korupsi,

Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU), dan uang pengganti yang telah

diputuskan atau ditetapkan oleh pengadilan. Lalu, Rp 41,5 miliar berasal dari

pendapatan denda dan penjualan hasil lelang korupsi dan TPPU, serta Rp24,2

miliar berasal dari penetapan status penggunaan dan hibah. Capaian asset recovery

ini meningkat 83,2% jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun

sebelumnya. Pada Semester I 2021, angka asset recovery KPK senilai Rp.171,23

miliar .(Issha Harruma,2022, diakses tanggal 21/09/2022)

Untuk mempercepat pencapaian sasaran reformasi birokrasi yang bersih dan

akuntabel, dan pelayanan public yang prima, perlu peningkatan kualitas

pembangunan Zona Integritas pada unit kerja/satuan kerja pada Lembaga

Pemerintahan. Banyak masalah yang terjadi khususnya pada Lembaga

Pemasyarakatan, Adapun contoh Kasus dalam masalah ini yaitu Kasus yang

terjadi pada Tahun 2018 dimana Kepala Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin

Wahid Husein. Wahid yang baru empat bulan menjabat di sana terjerat operasi

tangkap tangan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi karena diduga menerima

suap untuk pemberian fasilitas mewah bagi penghuni di Lembaga Pemasyarakatan

Sukamiskin. Terungkapnya praktik jual-beli fasilitas dalam penjara pada akhirnya

menunjukkan bahwa praktik korupsi di penjara bukanlah isapan jempol semata.

Bahkan, hal ini sudah menjadi rahasia umum dan terjadi sejak lama. Pada 2001

silam, Indonesia Corruption Watch (ICW) pernah melakukan penelitian tentang

praktik korupsi di lembaga peradilan, termasuk yang terjadi di penjara. Hasil

4
penelitian menunjukkan bahwa praktik korupsi ditemukan merata pada sejumlah

penjara yang ada di enam kota, yaitu Medan, Jakarta, Yogyakarta, Surabaya,

Makassar, dan Samarinda.

Pelaku korupsi di penjara mulai dari pejabat di Kemenkumham, kepala penjara,

pegawai atau sipir penjara, advokat, perantara, hingga napi lain yang menjadi kaki

tangan oknum petugas. Pola umum korupsi dalam penjara adalah suap-menyuap

dan pemerasan. Selain untuk memperkaya diri, munculnya korupsi dalam penjara

dipengaruhi beberapa faktor, antara lain keterbatasan fasilitas dalam penjara,

lemahnya pengawasan, dan minimnya kesejahteraan para petugas di penjara.

Peningkatan kualitas pelayanan publik merupakan suatu upaya untuk

meningkatkan kualitas dan inovasi pelayanan publik pada masing-masing instansi

pemerintah secara berkala sesuai kebutuhan dan harapan masyarakat. Peningkatan

kualitas pelayanan publik juga dilakukan untuk membangun kepercayaan

masyarakat terhadap penyelenggaraaan pelayanan publik dalam rangka

peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan menjadikan keluhan masyarakat

sebagai sarana untuk melakukan perbaikan dan pelayanan publik. Contoh Kasus

Pelayanan Publik Pada Lembaga Pemasyarakatan yaitu Terdapat stigma dalam

masyarakat yang mengatakan bahwa pengurusan masa percobaan dengan

Pembebasan Bersyarat (PB) dan Cuti Bersyarat (CB) narapidana membutuhkan

uang atau biasa disebut dengan 'uang pelicin'. Stigma yang ada dalam Lembaga

Pemasyarakatan di Indonesia telah mandarah daging dengan menyebutkan bahwa

terdapat pungutan liar. Dari adanya fakta empiris yang menunjukkan bahwa

pelayanan publik di lembaga pemasyarakatan banyak yang dipungut biaya. Hal

5
tersebut memberikan pandangan buruk tentang pemasyarakatan dalam

masyarakat.

Pelayanan publik yang baik dapat menghasilkan kualitas dalam pelayanan

tersebut, sebaliknya kualitas pelayanan yang rendah dapat berdampak buruk

terhadap keberhasilan pelayanan publik. Di Indonesia kasus korupsi oleh para

pemangku birokrasi selalu terjadi setiap tahunnya. Banyaknya praktik korupsi

yang terjadi di Indonesia, hal ini mendorong pemerintah untuk lebih giat lagi

memberlakukan regulasi baru. Salah satunya adalah pengenalan Grand Design

Reformasi Birokrasi Nasional melalui Perpres No.81 Tahun 2010, yang dapat di

fokuskan dan dipertahankan pada upaya reformasi birokrasi, Untuk mencapai

target hasil tersebut, Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi Republik Indonesia, menerbitkan Peraturan Menteri Pemberdayagunaan

Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 90 Tahun 2021. Tentang

Pembangunan dan Evaluasi Zona Integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi

dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani di Instansi Pemerintah.

Dalam Rangka membangun Zona Integritas Lembaga Pemasyarakatan Kelas

IIA Bandar Lampung adalah Melakukan Perubahan yang meliputi 6 (Enam) Area

Zona Integritas yang meliputi : Area 1 Manajemen perubahan, Area 2 Penataan

Tatalaksana, Area 3 Penataan Manajemen SDM, Area 4 Penguatan Akuntabilitas

Kinerja, Area 5 Penguatan Pengawasan, dan Area 6 Peningkatan Kualitas

Pelayanan Publik. 

Salah satu Instansi Pemerintah yang sudah menerapkan Zona Integrasi

menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan

6
Melayani (WBBM) adalah Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA

Bandar Lampung. Reformasi birokrasi dengan meningkatkan kualitas pelayanan

publik serta memudahkan dan mendekatkan pelayanan kepada masyarakat. Agar

masyarakat merasakan hasil percepatan Reformasi Birokrasi yang telah dilakukan

pemerintah, terutama pada unit kerja Kementerian Pemberdayagunaan Aparatur

Negara dan Reformasi Birokrasi (Kementerian PAN RB) telah menerbitkan

Peraturan Menteri Pemberdayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Nomor. 90 Tahun 2021 Tentang Pedoman Pembangunan dan Evaluasi Zona

Integritas.

Pembangunan Zona Integritas dianggap sebagai role model Reformasi Birokrasi

dalam penegakan Integritas dan Pelayanan berkualitas. Dengan demikian

pembangunan Zona Integritas menjadi aspek penting dalam hal pencegahan

korupsi di pemerintahan.

Ada 3 (tiga) komponen yang harus diperhatikan dalam penerapan Zona

Integritas itu sendiri, yaitu :

a. Zona Integritas (ZI) adalah predikat yang diberikan kepada instansi

pemerintah yang dipimpin dan jajarannya mempunyai komitmen untuk

mewujudkan Wilayah Bebas dari Korupsi / Wilayah Birokrasi Bersih dan

Melayani (WBK / WBBM) melalui reformasi birokrasi, khususnya dalam

hal pencegahan korupsi dan peningkatan kualitas pelayanan publik.

b. Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi yang selanjutnya di singkat menuju

WBK adalah predikat yang diberikan kepada suatu unit kerja/ kawasan yang

memenuhi sebagian besar manajemen perubahan, penataan tatalaksana,

7
penataan system manajemen SDM, Penguatan pengawasan dan penguatan

akuntabilitas kinerja.

c. Menuju Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani yang selanjutnya disingkat

Menuju WBBM adalah predikat yang diberikan kepada suatu unit kerja/

kawasan yang memenuhi sebagian besar manajemen perubahan, penataan

tatalaksana, penataan system manajemen SDM, penguatan pengawasan,

penguatan akuntabilitas kinerja, dan penguatan kualitas pelayanan publik.

Peningkatan kualitas pelayanan publik yang baik terhadap masyarakat adalah

hal yang sangat penting untuk terus dilakukan dan diperbaharui. Upaya yang

dilakukan Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Bandar Lampung

sebagai salah satu instansi yang melakukan pelayanan administrasi publik,

diharapkan bisa menjadi Lembaga Pemasyarakatan yang Professional, Akuntabel,

Sinergi, Transfarmasi dan Inovatif (PASTI). Birokrasi cepat, tepat dan anti korupsi

(WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM) menjadi target

Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Bandar Lampung dalam rangka

mengabdi untuk negeri. Disamping itu, dari hasil evaluasi bahwa Lapas

Perempuan Klas IIA Bandar Lampung telah lolos di tingkat Penilaian Internal

Kementerian Hukum dan HAM namun di tingkat Kementerian Pendayagunaan

Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi selaku penilai nasional belum

memberikan predikat WBK WBBM.

Berangkat dari permasalahan diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian terkait dengan Implementasi Zona Integritas tersebut khususnya upaya

meraih Predikat Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan

8
Melayani di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Bandar Lampung,

maka peneliti tertarik mengadakan penelitian yang berjudul “Implementasi

Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Pembangunan Zona Integritas di

Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Bandar Lampung”.

1.2. Batasan Penelitian

Batasan Penelitian ini adalah, peneliti hanya melakukan penelitian didalam

Lingkungan Kantor Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Bandar

Lampung. Penelitian hanya berfokus membahas terkait Implementasi Manajemen

Sumber Daya Manusia dalam Pembangunan Zona Integritas di kantor Lembaga

Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Bandar Lampung.

1.3. Identifikasi Masalah dan Permasalahan

1.3.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dari penelitian ini maka identifikasi

masalah dalam penelitian ini adalah :

Implementasi Manajemen dan Sumber Daya Manusia dalam Pelaksanaan

Pembangunan Zona Integritas di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA

Bandar Lampung masih mengalami hambatan dibidang penataan

Manajemen Sumber Daya Manusia dimana Lembaga Pemasyarakatan

Perempuan Kelas IIA Bandar Lampung belum memperoleh predikat WBK

dan WBBM.

9
1.3.2 Permasalahan

1.3.2.1. Bagaimanakah Implementasi Manajemen Sumber Daya Manusia

dalam Pembangunan Zona Integritas di Lembaga Pemasyarakatan

Perempuan Kelas IIA Bandar Lampung

1.3.2.2. Apakah faktor-faktor pendukung dan penghambat Implementasi

Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Pembangunan Zona

Integritas di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA

Bandar Lampung ?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah yang telah

dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan

menganalisis

1.4.1 Memberikan gambaran tentang implementasi manajemen sumber daya

manusia dalam pembangunan Zona integritas di Lembaga

Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Bandar Lampung

1.4.2 Memberikan gambaran tentang faktor-faktor pendukung dan penghambat

implementasi manajemen sumber daya manusia dalam pembangunan

Zona Integritas di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Bandar

Lampung.

10
1.5 Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat berupa :

1.5.1 Manfaat teoritis, sebagai bahan acuan dalam implementasi manajemen

Sumber Daya Manusia untuk mewujudkan tujuan-tujuan sesuai dinamika

mewujudkan zona integritas .

1.5.2 Manfaat praktis, dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pilihan

program dalam upaya manajemen sumber daya manusia yang efektif untuk

mewujudkan tercapainya zona integritas .

11

Anda mungkin juga menyukai