Anda di halaman 1dari 9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

UU Nomor 5 tahun 2014 menyebutkan bahwa untuk mewujudkan tujuan


nasional, dibutuhkan Pegawai ASN yang dapat menjalankan tugas pelayanan
publik, tugas pemerintahan sebagai pelaksana kebijakan, dan tugas untuk
mempererat persatuan. Dalam menjalankan tugasnya, diharapkan Pegawai ASN
menerapkan nilai-nilai dasar Aparatur Sipil Negara yaitu :

2.1 Substansi ANEKA


2.1 Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai.
Selain itu, akuntabilitas juga memiliki arti lain apabila dikaitkan dengan sebuah
organisasi. Akuntabilitas adalah prinsip dasar bagi organisasi yang berlaku pada
setiap level/unit organisasi sebagai suatu kewajiban jabatan dalam memberikan
pertanggungjawaban laporan kegiatan kepada atasannya. Jadi, akuntabilitas
dianggap penting karena merupakan prinsip dasar untuk melaksanakan suatu
kewajiban dan memberikan pertanggungjawaban atas kewajiban tersebut.
Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu
1) Akuntabilitas personal
Akuntabilitas personal mengacu pada nilai-nilai yang ada pada diri
seseorang seperti kejujuran, integritas, moral dan etika.
2) Akuntabilitas individu
Akuntabilitas individu mengacu pada hubungan antara individu dan
lingkungan kerjanya, yaitu antara PNS dengan instansinya sebagai pemberi
kewenangan.
3) Akuntabilitas Kelompok
Dalam kaitannya dengan akuntabilitas kelompok, maka pembagian
kewenangan dan semangat kerjasama yang tinggi antar berbagai kelompok
yang ada dalam sebuah institusi memainkan peranan yang penting dalam
tercapainya kinerja organisasi yang diharapkan.
4) Akuntabilitas organisasi
Akuntabilitas organisasi mengacu pada hasil pelaporan kinerja yang telah
dicapai, baik pelaporan yang dilakukan oleh individu terhadap
organisasi/institusi maupun kinerja organisasi kepada stakeholders lainnya.
5) Akuntabilitas stakeholder
Akuntabilitas stakeholder adalah tanggungjawab organisasi pemerintah
untuk mewujudkan pelayanan dan kinerja yang adil, responsif dan
bermartabat.

Untuk mewujudkan akuntabilitas, tentunya diperlukan alat yang digunakan


untuk mengukur akuntabilitas. Di Indonesia alat akuntabilitas, antara lain :
1) Perencanaan Strategis (Strategic Plans) yang berupa Rencana Strategis
(Renstra) untuk setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan
Sasaran Kerja Pegawai (SKP) untuk setiap PNS.
2) Kontrak Kinerja, Kontrak kerja yang dibuat untuk tiap tahun ini
merupakan kesepakatan antara pegawai dengan atasan langsungnya.
Kontrak atau perjanjian kerja ini merupakan implementasi dari Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 46 Tahun 2011 tentang Penilaian Prestasi Kerja
PNS
3) Laporan Kinerja yaitu berupa Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP) yang berisi perencanaan dan perjanjian kinerja pada
tahun tertentu, pengukuran dan analisis capaian kinerja, serta akuntabilitas
keuangan.

2.2 Nasionalisme
Nasionalisme berart paham atau ajaran untuk mencintai bangsa dan negara
sendiri. Nasionalisme sangat penting dimiliki oleh setiap pegawai ASN.
Diharapkan dengan nasionalisme yang kuat, maka setiap pegawai ASN memiliki
orientasi berpikir mementingkan kepentingan publik, bangsa dan negara. Prinsip
nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilai-nilai Pancasila yang diarahkan agar
bangsa Indonesia senantiasa: menempatkan persatuan kesatuan, kepentingan dan
keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau kepentingan
golongan; menunjukkan sikap rela berkorban demi kepentingan bangsa dan
negara; bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia serta tidak
merasa rendah diri; mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban
antara sesama manusia dan sesama bangsa; menumbuhkan sikap saling mencintai
sesama manusia; mengembangkan sikap tenggang rasa.

2.3 Etika Publik


Etika merupakan kebiasaan, sikap, cara bergaul, norma, serta nilai yang baik
yang dapat diterapkan atau dilaksanakan. Sedangkan yang dimaksud dengan etika
publik adalah nilai-nilai, sikap, perilaku yang baik yang diterapkan dalam
masyarakat khususnya pelayanan publik. Dalam kaitannya dengan pelayanan
publik, etika publik adalah refleksi tentang standar atau norma yang menentukan
baik atau buruk, benar atau salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk
mengarahkan kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung jawab
pelayanan publik.
Nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang
ASN, yakni sebagai berikut:
1) Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila.
2) Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan
Republik Indonesia 1945.
3) Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
4) Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
5) Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
6) Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
7) Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik.
8) Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah.
9) Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat,
akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
10) Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
11) Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.
12) Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
13) Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
14) Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai
perangkat sistem karir.

Dalam penerapan etika publik hendaknya didasari dengan nilai moral atau
prinsip dari etika yang dikenal dengan six great idea antara lain keindahan
(beauty), persamaan(equality), kebaikan (goodness), keadilan (justice),
kebebasan (liberty), dan kebenaran (truth).

2.4 Komitmen Mutu


Mutu mencerminkan nilai keunggulan produk/jasa yang diberikan kepada
pelanggan (customer) sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya, dan bahkan
melampaui harapannya. Mutu merupakan salah satu standar yang menjadi dasar
untuk mengukur capaian hasil kerja. Mutu juga dapat dijadikan sebagai alat
pembeda atau pembanding dengan produk/jasa sejenis lainnya, yang dihasilkan
oleh lembaga lain sebagai pesaing (competitors). Dalam meningkatkan komitmen
mutu harus didasari dengan konsep efektivitas, efisiensi, dan inovasi. Efektivitas
menunjukkan tingkat ketercapaian target yang telah direncanakan, baik
menyangkut jumlah maupun mutu hasil kerja. Efisiensi merupakan tingkat
ketepatan realisasi penggunaan sumberdaya dan bagaimana pekerjaan
dilaksanakan, sehingga tidak terjadi pemborosan sumberdaya, penyalahgunaan
alokasi, penyimpangan prosedur, dan mekanisme yang ke luar alur. Sedangkan
inovasi yaitu ide yang lahir dari imajinasi pemikiran orang-orang kreatif.
Komitmen mutu berorientasi pada nilai-nilai dasar orientasi mutu yaitu
mengutamakan komitmen, memberikan layanan yang menyentuh hati,
menghasilkan produk atau jasa yang berkualitas tinggi, neradaptasi dengan
perubahan yang terjadi, menggunakan pendekatan yang ilmiah dan inovatif
dalam pemecahan masalah, serta melakukan upaya perbaikan.
Mutu bersifat dinamis, sehingga setiap organisasi dituntut untuk memperbaiki
kinerjanya secara terus menerus. Beberapa metode sederhana yang paling banyak
digunakan bagi setiap organisasi penyedia layanan baik organisasi pemerintah
maupun swasta untuk melakukan perbaikan secara terus menerus antara lain :
1) Metode Plan Do Check Act (PDCA), metode ini digunakan untuk
membantu organisasi dalam melakukan perbaikan secara terus menerus.
Metode ini terdiri empat langkah yaitu Plan atau perencanaan, Do
(melaksanakan), Check (pemeriksaan), Act yaitu melakukan tindakan atau
keputusan
2) Diagram sebab dan akibat (cause and effect diagram), tuk
mengidentifikasi berbagai faktor yang menjadi akar permasalahan yang
dianggap menjadi kendala dalam mutu. Diagram tersebut bisa berbentuk
tulang ikan sehingga biasa disebut dengan fishbone diagram.

2.5 Anti Korupsi


Korupsi berasal dari bahasa latin corruptio yang artinya kerusakan,
kebobrokan, dan kebusukan. Dalam bahasa Yunani corruptio yang artinya
perbuatan yang tidak baik, buruk, curang, dapat disuap, tidak bermoral,
menyimpang dari kesucian, melanggar norma agama, material, mental,dan umum
(Komisi Pemberantasan Korupsi, 2015). Dalam mengaktualisasikan sikap anti
korupsi, ada beberapa nilai-nilai anti korupsi yang harus diinternalisasikan yaitu
kejujuran, kepedulian, kemandirian, kedisiplinan, tanggung jawab, kerja keras,
kesederhanaan, keberanian, serta keadilan.
Seseorang dikatakan anti korupsi apabila seseorang paham dengan
pengetahuan anti korupsi dan sadar akan bahaya yang ditimbulkan, mempunyai
niat melakukan perbaikan dan komit dalam perilaku anti korupsi. Ada 7 jenis
tidakan atau perilaku yang dapat dikategorikan sebagai perilaku korupsi, antara
lain :
1) Merugikan keuangan negara
2) Suap menyuap
3) Penyalahgunaan jabatan
4) Pemerasan
5) Gratifikasi
6) Benturan pengadaan barang dan jasa
2.2 Substansi Peran dan Kedudukan Aparatur Sipil Negara
2.2.1 Managemen Aparatur Sipil Negara
Manajemen Pegawai Negeri Sipil adalah pengelolaan pegawai negeri sipil
untuk menghasilkan pegawai negeri sipil yang profesional, memiliki nilai dasar,
etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan
nepotisme (PP N0. 11 tahun 2017). Pegawai Aparatur Sipil Negara yang
selanjutnya disebut Pegawai ASN adalah pegawai negeri sipil dan pegawai
pemerintah dengan perjanjian kerja yang diangkat oleh pejabat pembina
kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau diserahi
tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundangundangan. Jadi
dapat disimpulkan manajemen Aparatur Sipil Negara (ASN) merupakan
pengelolaan Aparatur Sipil Negara untuk menghasilkan pegawai Aparatur Sipil
Negara yang profesional, memiliki nilai dasar, dan beretika.
Terdapat empat belas (14) hal yang meliputi manajemen PNS, antara lain :
1) penyusunan dan penetapan kebutuhan
2) pengadaan
3) pangkat dan Jabatan
4) pengembangan karier
5) pola karier
6) promosi
7) mutasi
8) penilaian kinerja
9) penggajian dan tunjangan
10) penghargaan
11) disiplin
12) pemberhentian
13) jaminan pensiun dan jaminan hari tua
14) perlindungan
Untuk mewujudkan pegawai Aparatur Sipil Negara yang beretika, maka
dalam melaksanakan tugas harus berlandaskan pada kode etik dan kode perilaku
guna menjaga kehormatan. Adapun kode etik dan kode perilaku Aparatur Sipil
Negara, yaitu :
1) melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggungjawab, dan berintegritas
tinggi
2) melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin
3) melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan
4) melaksnakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
5) melaksnakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang
Berwenang sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan etika pemerintahan menjaga kerahasian yang
menyangkut kebijakan Negara
6) menggunakan kekayaan dan barang milik Negara secara
bertanggungjawab, efektif, dan efisien
7) menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan
tugasnya
8) memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak
lain yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan
9) tidak menyalahgunakan informasi intern Negara, tugas, status, kekuasaan,
dan jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat
bagi diri sendiri atau untuk orang lain
10) memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan
integritas ASN
11) melaksanakan ketentuan peraturan perundangundangan mengenai disiplin
Pegawai ASN

Untuk memperoleh pegawai Aparatur Sipil Negara yang sesuai dengan


pengertian managemen ASN yaitu pegawai yang profesional, beretika, bebas dari
praktik korupsi serta dapat menerapkan kode etik dan kode perilaku, maka dalam
pemilihan pegawai Aparatur Sipil Negara digunakan suatu sistem yang efisien,
efektif, adil, terbuka/transparan, dan bebas dari kepentingan
politik/individu/kelompok tertentu yang disebut dengan sistem merit.
2.2.2 Pelayanan Publik
Penyelenggaraan pelayanan publik sebagaimana termuat dalam Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik, dijelaskan bahwa
pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau
pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik adalah pelayanan yang
diberikan oleh suatu organisasi kepada masyarakat yang berkepentingan sehingga
masyarakat dapat merasakan kepuasan dari layanan yang diberikan. Terdapat 3
unsur penting dalam pelayanan publik, yaitu:
1) unsur pertama, adalah organisasi penyelenggara pelayanan publik
2) unsur kedua, adalah penerima layanan (pelanggan) yaitu orang,
masyarakat atau organisasi yang berkepentingan
3) unsur ketiga, adalah kepuasan yang diberikan dan atau diterima oleh
penerima layanan (pelanggan).

Dalam memberikan layanan publik maka ada prinsip-prinsip yang harus


diterapkan agar memperoleh hasil pelayanan yang maksimal, antara lain :
1) Partisipatif (melibatkan masyarakat dalam merencanakan, melaksanakan,
dan mengevaluasi hasilnya)
2) Transparan (menyediakan akses bagi warga negara untuk mengetahui
segala hal yang terkait dengan pelayanan publik yang diselenggarakan)
3) Responsif (pemerintah wajib mendengar dan memenuhi tuntutan
kebutuhan warga negaranya)
4) Tidak diskriminatif (tidak boleh dibedakan antara satu warga negara
dengan warga negara yang lain)
5) Mudah dan Murah (persyaratan yang dibutuhkan tersebut masuk akal dan
mudah untuk dipenuhi)
6) Efektif dan Efisien (mampu mewujudkan tujuan-tujuan yang hendak
dicapainya)
7) Aksesibel (dapat dijangkau oleh warga negara yang membutuhkan)
8) Akuntabel (menggunakan fasilitas dan sumber daya manusia yang dibiayai
oleh warga negara melalui pajak yang mereka bayar)
9) Berkeadilan (memiliki berbagai tujuan)

2.2.3 Whole of Government (WOG)


Whole of Government (WOG) adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan
pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari
keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna
mencapai tujuantujuan pembangunan kebijakan, manajemen program dan
pelayanan publik.

Anda mungkin juga menyukai