Anda di halaman 1dari 6

LEARNING JOURNAL AGENDA 2

SENIN, 02 Agustus 2021


- Membuat Learning Journal Dari Semua Mata Pelatihan Agenda Nilai-Nilai Dasar ANEKA

PROGRAM PELATIHAN : LATSAR CPNS 2021


ANGKATAN : 18 KELOMPOK 2
NAMA MATA PELATIHAN : AGENDA 2 NILAI-NILAI DASAR PNS (ANEKA)
NAMA PESERTA : GITHA AYU PRAMESWARI,A.Md.Gz
NOMOR DAFTAR HADIR : 20
LEMBAGA PENYELENGGARA
PELATIHAN : BPSDM JAWA BARAT

A. POKOK PIKIRAN

Untuk dapat mewujudkan fungsi Aparatur Sipil Negara (ASN) sebagai pelaksana
kebijakan publik, pelayan publik, serta perekat dan pemersatu bangsa, maka diperlukan ASN
yang profesional, kompeten dan berintegritas yang berkarakter ANEKA. Karakter ANEKA yaitu
mempunyai nilai-nilai dasar Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan
Anti Korupsi. Adapun inti penjelasan terkait nilai-nilai ANEKA adalah sebagai berikut

1. Akuntabilitas

Akuntabilitas hampir memiliki kesamaan makna dengan responsibilitas atau tanggung


jawab. Namun, keduanya memiliki konsep yang berbeda. Akuntabilitas adalah kewajiban
pertanggungjawaban yang harus dicapai, sedangkan responsibilitas adalah kewajiban
untuk bertanggungjawab.Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu,
kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya.
Amanah seorang Aparat Sipil Negara (ASN) adalah menjamin terwujudnya nilai - nilai
publik. Nilai - nilai publik tersebut antara lain adalah:
a. Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi konflik kepentingan,
antara kepentingan publik dengan kepentingan sektor, kelompok, dan pribadi;
b. Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan mencegah keterlibatan
PNS dalam politik praktis;
c. Memperlakukan warga negara secara sama dan adil dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan pelayanan publik;
d. Menunjukan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat diandalkan sebagai
penyelenggara pemerintahan.
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama, yaitu menyediakan kontrol demokratis,
mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan, serta meningkatkan efisiensi dan
efektivitas. Pengambilan keputusan secara akuntabel dan beretika berarti dapat membuat
keputusan dan tindakan yang tepat dan akurat. Sebuah keputusan yang akuntabel dan
beretika sangat penting dalam menjaga kepercayaan dan keyakinan terhadap masyarakat
dalam pekerjaan pemerintahan. Dalam praktiknya, penempatan kepentingan umum
berarti bahwa memastikan tindakan dan keputusan yang berimbang dan tidak bias;
bertindak adil dan mematuhi prinsip – prinsip ; Akuntabel dan transparan; melakukan
pekerjaan secara penuh, efektif dan efisien; berperilaku sesuai dengan standar sektor
publik, kode sektor publik etika sesuai dengan organisasinya; serta mendeklarasikan
secara terbuka bila terjadi adanya potensi konflik kepentingan.Untuk menciptakan
lingkungan organisasi yang akuntabel, maka diperlukan beberapa aspek yang merupakan
indikator dari nilai dasar akuntabilitas, antara lain kepemimpinan, integritas, tanggung
jawab, keadilan, kepercayaan, keseimbangan, kejelasan, dan konsistensi.Sementara itu,
indikator adanya akuntabilitas pada pelaksanaan pemerintahan antara lain:
a. Terciptanya komunikasi antara pemerintah dan masyarakat;
b. Terwujudnya masyarakat madani yang berintegrasi dengan pemerintah;
c. Terciptanya Good Governance dan tercapainya tujuan nasional yakni Indonesia Jaya;
d. Adanya dukungan serta legitimasi masyarakat terhadap Pemerintah;
e. Adanya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah;
f. Masyarakat mendukung dan melaksanakan kebijakan Pemerintah

2. Nasionalisme
Nasionalisme adalah pemahaman mengenai nilai-nilai kebangsaan. Nasionalisme
memiliki pokok kekuatan dalam menilai kecintaan individu terhadap bangsanya.
Salah satu cara untuk menumbuhkan semangat nasionalisme adalah dengan
menanamkan dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila
 Sila 1 (Ketuhanan Yang Maha Esa)
 Sila 2 (Kemanusiaan yang adil dan beradab)
 Sila 3 (Persatuan Indonesia)
 Sila 4(Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan)
 Sila 5 (Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia)

3. Etika Publik

Etika Publik adalah refleksi tentang standar/norma yang menentukan baik atau
buruk, benar atau salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan
publik dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik. Etika merupakan
sistem penilaian perilaku serta keyakinan untuk menentukan perbuatan yang pantas guna
menjamin adanya perlindungan hak - hak individu, mencakup cara - cara dalam
pengambilan keputusan untuk membantu membedakan hal - hal yang baik dan yang
buruk serta mengarahkan apa yang seharusnya dilakukan sesuai nilai - nilai yang dianut.
Kode Etik adalah aturan - aturan yang mengatur tingkah laku dalam suatu kelompok
khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan pada hal - hal prinsip dalam bentuk ketentuan
- ketentuan tertulis. Nilai – nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam pasal 4
Undang - undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN, yakni:
a. Memegang teguh nilai - nilai dalam ideologi Negara Pancasila;
b. Setia dan mempertahankan Undang - Undang Dasar Negara Kesatuan Republik
Indonesia 1945 serta pemerintah yang sah;
c. Mengabdi kepada Negara dan rakyat Indonesia;
d. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak;
e. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian;
f. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif;
g. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur;
h. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik;
i. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah;
j. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat,
berdaya guna, berhasil guna, dan santun;
k. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi;
l. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama;
m. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai;
n. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan; dan
o. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai perangkat
sistem karir.
Kode etik dan kode perilaku sesuai dengan pasal 5 Undang - undang Nomor 5 Tahun
2014 tentang ASN, bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan ASN. Kode etik
mengatur perilaku agar pegawai ASN:
a. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggungjawab, dan berintegritas tinggi;
b. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
c. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
d. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – Undangan
e. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau pejabat yang berwenang
sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang - undangan dan
etika pemerintahan;
f. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan Negara ;
g. Menggunakan kekayaan dan barang milik Negara secara bertanggungjawab, efektif,
dan efisien;
h. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya;
i. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan;
j. Tidak menyalahgunakan informasi intern Negara, tugas, status, kekuasaan, dan
jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri
atau untuk orang lain;
k. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas ASN;
dan
l. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang - undangan mengenai disiplin pegawai
ASN

4. Komitmen Mutu
Standar penjaminan mutu pada setiap organisasi tentulah tidak sama mengingat visi
dan arah yang akan dituju berbeda tetapi ada beberapa nilai yang harus ada pada
komitmen mutu seperti :
 Efektif (tepat sasaran) yaitu tingkat ketercapaian target yang telah
direncanakan baik menyangkut jumlah maupun mutu hasil kerja.
 Efisien (tepat guna) yaitu tingkat ketepatan realisasi penggunaan sumber daya
dan bagaimana pekerjaan dilaksanakan sehingga tidak terjadi pemborosan
sumber daya, penyalahgunaan alokasi, penyimpangan prosedur, dan
mekanisme yang keluar alur.
 Inovatif yaitu perubahan yang diciptakan untuk mencapai keadaan yang lebih
baik di masa yang akan datang.
 Berorientasi mutu yaitu setiap kegiatan atau program yang dilakukan
diarahkan untuk pencapaian standar mutu.

5. Anti Korupsi

Setiap negara mempunyai undang - undang yang berbeda terkait dengan Tindak Pidana
Korupsi. Menurut UU No. 31/1999 jo No. UU 20/2001, terdapat 7 kelompok tindak
pidana korupsi yang terdiri dari:
(1) Kerugian keuangan negara,
(2) Suap - menyuap,
(3) Pemerasan,
(4) Perbuatan Curang,
(5) Penggelapan dalam Jabatan,
(6) Benturan Kepentingan dalam Pengadaan,
(7) Gratifikasi.
Semua jenis tersebut merupakan delik - delik yang diadopsi dari KUHP (pasal1 ayat 1
sub c UUno.3/71). Jenis – jenis korupsi Ada tujuh jenis korupsi menurut Syed Husein
Alatas:
1. Korupsi Transaktif , yaitu korupsi yang menunjukkan adanya kesepakatan timbal
balik antara pemberi dan penerima demi keuntungan bersama.
2. Korupsi Ekstroaktif , adalah korupsi yang menyertakan bentuk – bentuk koersi
(tekanan) tertentu dimana pihak pemberi dipaksa untuk menyuap guna mencegah
kerugian yang mengancam diri, kepentingan, orang - orangnya, atau hal – hal yang
dihargai.
3. Korupsi Investif , yaitu korupsi yang melibatkan suatu penawaran barang atau jasa
tanpa adanya pertalian langsung dengan keuntungan bagi pemberi. Keuntungan
diharapkan akan diperoleh dimasa yang akan datang.
4. Korupsi Nepotistik , adalah korupsi berupa pemberian perlakuan khusus kepada
teman atau yang mempunyai kedekatan hubungan dalam rangka menduduki jabatan
publik, dimana perilaku pengutamaan dalam segala bentuk yang bertentangan dengan
norma atau peraturan yang berlaku.
5. Korupsi Autogenik, yaitu korupsi yang dilakukan individu karena mempunyai
kesempatan untuk mendapatkan keuntungan dari pengetahuan dan pemahamannya
atas sesuatu yang hanya diketahui sendiri.
6. Korupsi Suportif, adalah korupsi yang mengacu pada penciptaan suasana yang
kondusif untuk melindungi atau mempertahankan keberadaan tindak korupsi yang
lain.
7. Korupsi Defensif, yaitu korupsi yang terpaksa dilakukan dalam rangka
mempertahankan diri dari pemerasan.

Nilai – nilai dasar anti korupsi KPK bersama dengan para pakar telah melakukan
identifikasi nilai – nilai dasar anti korupsi, dan dihasilkan sebanyak 9 nilai anti korupsi
sebagai berikut:
1) Kejujuran : ucapan yang lurus, tidak berbohong dan tidak curang.
2) Kepedulian : mengindahkan, memperhatikan dan menghiraukan. Rasa kepedulian
dapat dilakukan terhadap lingkungan sekitar.
3) Kemandirian : berdiri di atas kaki sendiri, artinya tidak banyak bergantung kepada
orang lain dalam berbagai hal.
4) Kedisiplinan : ketaatan/kepatuhan kepada peraturan.
5) Tanggung Jawab : keadaan wajib menanggung segala sesuatu.
6) Kerja keras : adanya kemauan di dalam kemauan terkandung ketekadan, ketekunan,
daya tahan, daya kerja, pendirian keberanian.
7) Kesederhanaan: gaya hidup yang sederhana yaitu dibiasakan untuk tidak hidup boros.
8) Keberanian : Dapat diwujudkan dalam bentuk berani mengatakan dan membela
kebenaran.
9) Keadilan : sama berat, tidak berat sebelah dan tidak memihak. Menempatkan segala
sesuatu pada tempatnya.
.

B. PENERAPAN
Nilai-nilai ANEKA tentu dapat diterapkan dalam lingkungan kerja saya sehari-hari
sebagai Tenaga Gizi atau Nutrisionis di Puskesmas Cileungsi yang erat kaitannya
dengan pelayanan gizi bagi masyarakat. Tenaga Gizi dapat menerapkan nilai-nilai
ANEKA seperti berikut :
1. Akuntabilitas .
Sebagai Tenaga Gizi kita harus bisa bertanggung jawab dengan tugas-tugas
yang diberikan agar tercapainya lingkungan masyarakat yang sehat dengan
berbagai kegiatan preventif, promotive, serta kuratif. Dan juga kita harus
datang tepat waktu ke tempat kerja serta dapat menggunakan waktu luang
untuk tetap produktif.
2. Nasionalisme.
Rasa Nasionalisme merupakan rasa cinta kepada tanah air demi persatuan dan
kesatuan bangsa. Salah satu tantangan yang harus dihadapi tenaga gizi di
puskesmas yakni menangani kelompok balita stunting yang kini juga tengah
menjadi permasalahan nasional. Untuk itu usaha dalam menanganinya
merupakan bukti keterlibatan dalam wujud cinta tanah air.
Dalam pelayanan yang diberikan kita sebagai ASN juga harus menerapkan
sila Pancaila yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab, dengan memberikan
pelayanan kepada masyarakat tanpa membeda-bedakan golongan, suku dan
ras.
3. Etika Publik
Sebagai seorang pelayan masyarakat kita harus selalu bisa memberikan
pelayanan yang terbaik, misalnya ketika memberi penjelasan saat konsultasi
gizi atau penyuluhan gizi, diharuskan menggunakan tutur kata yang baik dan
sopan, serta memberikan penjelasan yang mudah dimengerti oleh pasien dan
masyarakat .
4. Komitmen Mutu
Mampu bekerja secara efektif dan efisien adalah kunci dalam menjalankan
tugas agar terlaksana dengan baik dan tepat waktu serta melakukan evaluasi
dan inovasi sebagai langkah untuk kemajuan bangsa dan Negara, terutama
saat di tempat kerja.
5. Anti Korupsi
Dapat diterapkan dalam keseharian di lingkungan kerja tenaga gizi, yaitu
dalam bentuk pertanggungjawaban pengelolaan obat-obatan gizi dan PMT
(Pemberian Makanan Tambahan) di Puskesmas. Pengelolaan obat gizi dan
PMT ini rawan sekali terjadinya tidak sampai ke sasaran yang tepat atau balita
gizi kurang/buruk yang benar – benar membutuhkan. Oleh karena itu petugas
gizi harus mengontrol dan mengendalikan hal-hal tersebut agar tidak terjadi
karena dapat merugikan Puskesmas dan tentunya merugikan Negara.

Anda mungkin juga menyukai