Anda di halaman 1dari 28

BAB III

RANCANGAN AKTUALISASI

A. LANDASAN TEORI
1. Nilai – Nilai Dasar ANEKA
Berdasarkan pada nilai-nilai dasar ANEKA yaitu Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi yang harus
diterapkan dan ditanamkan pada Aparatur Sipil Negara (ASN), maka perlu
diketahui indikator-indikator dari kelima dasar tersebut yaitu:
a. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kewajiban pertanggung jawaban yang harus
dicapai. Akuntabilitas merujuk kepada kewajiban setiap individu, kelompok,
atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya.
Amanah seorang PNS adalah menjamin terwujudnya nilai-nilai publik.
Akuntabilitas tidak akan terwujud apabila tidak ada alat akuntabilitas.
Alat akuntabilitasnya berupa perencanaan strategis (strategic plans), kontrak
kinerja, dan laporan kinerja. Dalam menciptakan lingkungan kerja akuntabel,
ada beberapa nilai dasar yang harus diperhatikan, yaitu:
1) Kepemimpinan: Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke bawah
dimana pimpinan memainkan peranan yang penting dalam menciptakan
lingkungannya.
2) Transparansi: Keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang
dilakukan oleh individu maupun kelompok/instansi.
3) Integritas: adalah adalah konsistensi dan keteguhan yang tak
tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan.

4) Tanggung Jawab: adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau


perbuatannya yang di sengaja maupun yang tidak di sengaja tanggung
jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan
kewajiban.
5) Keadilan: adalah kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu
hal, baik menyangkut benda atau orang.
6) Kepercayaan: Rasa keadilan akan membawa pada sebuah kepercayaan.
Kepercayaan ini yang akan melahirkan akuntabilitas.
7) Keseimbangan: Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan kerja,
maka diperlukan keseimbangan antara akuntabilitas dan kewenangan,
serta harapan dan kapasitas.
8) Kejelasan: Pelaksanaan wewenang dan tanggungjawab harus memiliki
gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi tujuan dan hasil yang
diharapkan.
9) Konsistensi: adalah sebuah usaha untuk terus dan terus melakukan
sesuatu sampai pada tercapai tujuan akhir.

b. Nasionalisme
Nasionalisme, adalah dasar bagi ASN untuk mengaktualisasikan dalam
menjalankan fungsi dan tugasnya dengan orientasi mementingkan
kepentingan publik, bangsa, dan negara di atas kepentingan pribadi dan
golongan. Nilai dasar dari nasionalisme antara lain;
a. Implementasi nilai-nilai Pancasila
b. ASN sebagai pelaksana kebijakan publik
1) Berintegritas Tinggi;
2) Menjunjung Tinggi Nilai-nilai Kejujuran, Keadilan, Tidak Korupsi,
Transparan, Akuntabel, Dan Memuaskan Publik;
3) Mengutamakan Kepentingan Publik Dan Masyarakat Luas;
4) Mengutamakan Pelayanan Yang Berorientasi Pada Kepentingan Publik.
c. ASN sebagai pelayan publik
1) Profesional
2) Yang Melayani Publik
3) Berdasarkan SPP
4) Memenuhi Hak-hak Pelanggan (Pasal 18 Undang-Undang No 25 Tahun
2009 tentang pelayanan publik.
5) Berintegritas Tinggi
d. ASN sebagai perekat dan pemersatu bangsa
1) Pemersatu Bangsa (Dilandasi Nilai-nilai Semangat Sumpah Pemuda
dan Bhineka Tunggal Ika);
2) Menjaga Kondisi Damai.
c. Etika Publik
Etika publik merupakan refleksi tentang standar atau norma yang
mentukan baik-buruk, benar-salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk
mengarahkan kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung jawab
pelayanan publik.
Kode etik profesi dimaksudkan untuk mengatur tingkah laku/etika suatu
kelompok khusus dalam masyarakat melalui ketentuan-ketentuan tertulis
yang diharapkan dapat dipegang teguh oleh sekelompok profesional tertentu.
Nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam undang-
undang ASN, memiliki indikator sebagai berikut :
1) Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila.
2) Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan
Republik Indonesia 1945.
3) Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
4) Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
5) Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
6) Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
7) Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik.
8) Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah.
9) Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat,
akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
10) Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
11) Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.
12) Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
13) Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
14) Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai
perangkat sistem karir.
d. Komitmen Mutu
Komitmen Mutu, merupakan pelaksanaan pelayanan publik dengan
berorientasi pada kualitas dari hasil pelayanan. Adapun nilai-nilai komitmen
mutu diantaranya mengedepankan komitmen terhadap kepuasan klien dan
menghasilkan produk/jasa yang berkualitas tinggi: tanpa cacat, tanpa
kesalahan, dan tidak ada pemborosan.
Komitmen mutu menghargai efektivitas, efisiensi, inovasi dan kinerja
yang berorientasi mutu dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan
publik.
Nilai dasar komitmen mutu antara lain;
a. Efektivitas dan efisiensi;
b. Inovasi ;
c. Mengedepankan komitmen terhadap kepuasan customers/ clients;
d. Memberikan layanan yang menyentuh hati, untuk menjaga dan memelihara
agar customers/clients tetap setia;
e. Menghasilkan produk/jasa yang berkualitas tinggi: tanpa cacat, tanpa
kesalahan, dan tidak ada pemborosan;
f. Beradaptasi dengan perubahan yang terjadi, baik berkaitan dengan
pergeseran tuntutan kebutuhan customers/clients maupun perkembangan
teknologi;
g. Menggunakan pendekatan ilmiah dan inovatif dalam pemecahan masalah
dan pengambilan keputusan;
h. Melakukan upaya perbaikan secara berkelanjutan melalui berbagai cara,
antara lain: pendidikan, pelatihan, pengembangan ide kreatif, kolaborasi,
dan benchmark.

e. Anti Korupsi
Anti korupsi adalah tindakan atau gerakan yang dilakukan untuk
memberantas segala tingkah laku atau tindakan yang melawan norma-norma
dengan tujuan memperoleh keuntungan pribadi, merugikan negara,
masyarakat baik secara langsung ataupun tidak langsung. Tindak pidana
korupsi yang terdiri dari kerugian keuangan negara, suap-menyuap,
pemerasan, perbuatan curang, penggelapan dalam jabatan, benturan
kepentingan dalam pengadaan atau gratifikasi.
Nilai dasar anti-korupsi antara lain;
1) Integritas
2) Nilai dasar hasil identifikasi oleh KPK; jujur, peduli, mandiri, disiplin,
tanggung jawab, kerja keras, sederhana, berani dan adil.

2. Peran dan Kedudukan PNS dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia


PNS wajib mengetahui peran dan kedudukannya dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) agar dapat memahami peran dan kedudukan PNS
dalam NKRI.
a. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan
pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari
intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Berikut
beberapa konsep yang ada dalam UU No.5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara.
1) Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas: Pegawai Negeri Sipil
(PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK)
2) Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur Negara yang menjalankan
kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah dan serta
harus bebas dari pengaruh dan intervensi semua golongan dan politik.
3) Kedudukan ASN berada di pusat, daerah, dan luar negeri. Namun
demikian merupakan satu kesatuan.
4) Fungsi pegawai ASN adalah: pelaksana kebijakan publik, pelayan publik,
serta perekan dan pemersatu bangsa.
5) Pegawai ASN bertugas:
a) Melaksanakan kebijakan dari Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
b) Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas
c) Mempererat persatuan dan kesatuan NKRI.
Agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan baik,
dapat meningkatkan produktivitas, menjamin kesejahteraan ASN dan
akuntabel, maka setiap ASN diberikan hak. Setelah mendapatkan haknya
maka ASN juga berkewajiban sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya
(Fatimah & Irawati, 2016).
b. Whole of Government
Whole of Governement (WoG) adalah sebuah pendekatan
penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif
pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup kordinasi yang
lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan pembangunan kebijakan, manajemen
program, dan pelayanan publik. WoG juga dikenal sebagai pendekatan
interagency,
yaitu pendekatan yang melibatkan sejumlah kelembagaan yang terkait
dengan urusan-urusan yang relevan (Suwarno. & Sejati, 2016). Praktek WoG
dalam Pelayanan Publik, yaitu:
1) Berdasarkan jenis: pelayanan yang bersifat administrative, pelayanan jasa,
pelayanan barang, dan pelayanan regulative
2) Berdasarkan pola: pelayanan teknis fungsional, pelayanan satu atap,
pelayanan satu pintu, pelayanan terpusat, dan pelayanan elektronik.
3) Prasyarat Best Practice dan penerapan WoG: budaya dan filosofi, cara
kerja yang baru, akuntabilitas dan insentif, serta cara baru pengembangan
kebijakan, mendesain program dan pelayanan collegate approach.
c. Pelayanan Publik
Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam
rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai peraturan perundang-
undangan bagi setiap warga Negara dan penduduk atas barang, jasa,
dan/atau pelayanan administratif yang disediakan penyelenggara pelayanan
publik. Unsur penting pelayanan adalah:
1) Unsur pertama, adalah organisasi penyelenggara pelayanan.
2) Undur kedua, adalah penerima layanan (pelanggan) yaitu orang atau
masyarakat atau organisasi yang berkepentingan.
3) Unsur ketiga, adalah kepuasan yang diterima oleh penerima layanan
(pelanggan).
Menurut Purwanto, dkk., (2016), terdapat 12 unsur pelayanan publik,
yaitu: 1). Kepentingan umum; 2). Kepastian hukum; 3). Kesamaan hak; 4).
Keseimbangan hak dan kewajiban; 5). Keprofesionalan; 6). Parsitipatif; 7).
Persamaan perlakuan atau tidak diskriminatif; 8). Keterbukaan; 9).
Akuntabilitas; 10). Fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan; 11).
Ketepatan waktu; 12). Kecepatan, kemudahan dan keterjangkauan.
Dimensi pelayanan publik yaitu:
1). Ketepatan waktu; 2). Akurasi; 3). Kesopanan dan keramahan; 3).
Tanggung jawab; 4). Kelengkapan; 5). Kemudahan; 6). Variasi model; 7).
Pelayanan pribadi; 8) Kenyamanan (Purwanto,dkk.,2016)

3. Instalasi Rawat inap


a. Pengertian pelayanan rawat inap
Pelayanan rawat inap adalah suatu bentuk perawatan, dimana pasien
dirawat dan tinggal dirumah sakit untuk jangka waktu tertentu. Rawat inap
juga diartikan sebagai pelayanan kesehatan perorangan, yang meliputi
observasi, diagnose, pengobatan, keperawatan, rehabilitasi medik dengan
menginap di ruang rawat inap pada sarana kesehatan rumah sakit
pemerintah dan swasta, serta puskesmas perawatan dan rumah bersalin
yang oleh karena penyakitnya penderita harus menginap. Pelayanan Rawat
Inap adalah pelayanan terhadap pasien masuk rumah sakit yang menempati
tempat tidur perawatan untuk keperluan observasi, diagnosa, terapi,
rehabilitasi medik dan atau pelayanan medik lainnya (Depkes, 1997) yang
dikutip dari Suryanti (2002) ruang rawat inap adalah ruang untuk pasien yang
memerlukan asuhan dan pelayanan keperawatan dan pengobatan secara
berkesinambungan lebih dari 24 jam.
b. Kegiatan pelayanan rawat inap
Didalam ruang perawatan terdapat pelayanan :
1) Pelayanan Tenaga Medis
2) Pelayanan Tenaga Paramedis/Keperawatan
3) Lingkungan Fisik Ruang Perawatan
4) Pelayanan Penunjang Medis
5) Pelayanan Administrasi dan Keuangan

Kategori pasien yang masuk rawat inap adalah pasien yang perlu
perawatan intensif atau observasi ketat karena penyakitnya. Menurut Revans
dalam Anjaryani (2009), bahwa pasien yang masuk pada pelayanan rawat
inap mengalami tingkat proses transformasi, yaitu :
1) Tahap Admission, yaitu pasien dengan penuh kesabaran dan keyakinan
di rawat tinggal di rumah sakit
2) Tahap Diagnosis, yaitu pasien diperiksa dan ditegakkan diagnosisnya
3) Tahap Treatment, yaitu berdasarkan diagnosis pasien dimasukkan dalam
program perawatan dan terapi
4) Tahap Inspeksi, yaitu secara terus menerus di observasi dan
dibandingkan pengaruh dan respon pasien atas pengobatan.5.Tahap
Kontrol, yaitu setelah dianalisa kondisinya memungkinkan, pasien dapat
dipulangkan. Pengobatan diubah atau diteruskan namun dapat juga
kembali ke proses untuk didiagnosa ulang.

Dalam ruangan perawatan rawat inap adalah pelayanan pasien yang


perlu menginap dengan menempati tempat tidur untuk keperluan observasi,
diagnosa dan terapi bagi individu dengan keadaan medis, bedah, kebidanan,
penyakit kronis atau rehabilitasi medis atau pelayanan medis lainnya setiap
hari dilakukan oleh pelayanan tenaga medis, pelayanan tenaga keperawatan,
pelayanan penunjang medis dan non medis, pelayanan makanan dan
minuman serta kondisi lingkungan fisik ruangan rawat inap
c. Standar Pelayanan Minimal Departemen Kesehatan RI

Standar pelayanan minimal (Kepmenkes No. 129 Tahun 2008) adalah


ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan
wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Selain itu
juga merupakan spesifikasi teknis tentang tolak ukur pelayanan minimum
yang diberikan oleh Badan Layanan Umum. Dengan disusunnya Standar
Pelayanan Minimal (SPM) diharapkan dapat membantu pelaksanaan
penerapan Standar Pelayanan Minimal di rumah sakit.SPM ini dapat dijadikan
acuan bagi pengelola rumah sakit dan unsur terkait dalam melaksanakan
perencanaan, pembiayaan dan pelaksanaan setiap jenis pelayanan.
Pelaksanaan pelayanan di instalasi rawat inap berkaitan dengan
pelayanan medis dan penunjang klinis meliputi rekam medis dan kegiatan
pemeliharaan sarana. Dengan pelayanan rekam medis dan pemeliharaan
sarana yang baik, pasien di rawat inap akan merasa puas dan nyaman dalam
proses penyembuhannya.
Selain menentukan SPM, Depkes juga menentukan indikator pelayanan
rumah sakit yang dapat dipakai untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu,
dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Indikator tersebut terbagi untuk masing-
masing unit. Indikator untuk unit rawat inap antara lain :
1) BOR (Bed Occupancy Ratio) adalah persentase pemakaian tempat tidur
pada satuan waktu tertentu.
2) AVLOS (Average Length of Stay) adalah rata-rata lama rawat seorang
pasien.
3) TOI (Turn Over Interval) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak
ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya.
4) BTO (Bed Turn Over) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu
periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu
5) NDR (Net Death Rate) adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat
untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar.
6) GDR (Gross Death Rate) adalah angka kematian umum untuk setiap
1000 penderita kelua
4. Discharge Planning
a. Pengertian Discharge Planning
Discharge planning (perencanaan pulang) adalah serangkaian keputusan
dan aktivitas-aktivitasnya yang terlibat dalam pemberian asuhan keperawatan
yang kontinu dan terkoordinasi ketika pasien dipulangkan dari lembaga
pelayanan kesehatan (Potter & Perry, 2005).
Menurut Kozier (2004), discharge planning didefenisikan sebagai proses
mempersiapkan pasien untuk meninggalkan satu unit pelayanan kepada unit
yang lain di dalam atau di luar suatu agen pelayanan kesehatan umum.
National Council of Social Service (2006) dalam Wulandari (2011),
mendefinisikan bahwa “discharge planning is aprocess used to decide what
client needs to maintain his present level of well-being or move to the next level
of care”.
The Royal Marsden Hospital (2004) dalam Siahaan (2009) menyatakan
bahwa discharge planning merupakan proses mengidentifikasi kebutuhan
pasien dan perencanaannya dituliskan untuk memfasilitasi keberlanjutan suatu
pelayanan kesehatan dari suatu lingkungan ke lingkungan lain.
Perencanaan pulang merupakan proses perencanaan sistematis yang
dipersiapkan bagi pasien untuk menilai, menyiapkan, dan melakukan
koordinasi dengan fasilitas kesehatan yang ada atau yang telah ditentukan
serta bekerjasama dengan pelayanan sosial yang ada di komunitas, sebelum
dan sesudah pasien pindah/pulang (Carpenito, 2002 dalam Hariyati dkk, 2008)
b. Pemberi Layanan Discharge Planning
Proses discharge planning harus dilakukan secara komprehensif dan
melibatkan multidisiplin, mencakup semua pemberi layanan kesehatan yang
terlibat dalam memberi layanan kesehatan kepada pasien (Potter & Perry,
2006).
Seseorang yang merencanakan pemulangan atau koordinator asuhan
berkelanjutan (continuing care coordinator) adalah staf rumah sakit yang
berfungsi sebagai konsultan untuk proses discharge planning bersamaan
dengan fasilitas kesehatan, menyediakan pendidikan kesehatan dan
memotivasi staf rumah sakit untuk merencanakan serta mengimplementasikan
discharge planning (Discharge Planning Association, 2008 dalam Siahaan,
2009)
Seorang discharge planners bertugas membuat rencana,
mengkoordinasikan, memonitor dan memberikan tindakan dan proses
kelanjutan perawatan. Discharge planning ini menempatkan perawat pada
posisi yang penting dalam proses perawatan pasien dan dalam tim discharge
planner rumah sakit, karena pengetahuan dan kemampuan perawat dalam
proses keperawatan sangat berpengaruh dalam memberikan kontinuitas
perawatan melalui proses discharge planning (Caroll & Dowling, 2007 dalam
Rahmi, 2011)
c. Penerima Discharge Planning
Menurut Rice (1992) dalam Potter & Perry (2005), setiap pasien yang
dirawat di rumah sakit memerlukan discharge planning atau rencana
pemulangan. Pasien dan seluruh anggota keluarga harus mendapatkan
informasi tentang semua rencana pemulangan (Medical Mutual of Ohio, 2008
dalam Siahaan, 2009). Discharge planning atau rencana pemulangan tidak
hanya melibatkan pasien tapi juga keluarga, teman-teman, serta pemberi
layanan kesehatan dengan catatan bahwa pelayanan kesehatan dan sosial
bekerja sama (The Royal Marsden Hospital, 2004 dalam Siahaan, 2009)

d. Tujuan Discharge Planning


Discharge planning bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan spesifik
untuk mempertahankan atau mencapai fungsi maksimal setelah pulang
(Carpenito, 1999 dalam Rahmi, 2011:10). Tindakan ini juga bertujuan
memberikan pelayanan terbaik untuk menjamin keberlanjutan asuhan
berkualitas antara rumah sakit dan komunitas dengan memfasilitasi komunikasi
yang efektif (Discharge Planning Association, 2008 dalam Siahaan, 2009)
Taylor et al (1989) dalam Yosafianti & Alfiyanti (2010:115) juga
menyatakan bahwa discharge planning adalah proses sistematis yang
bertujuan menyiapkan pasien meninggalkan rumah sakit untuk melanjutkan
program perawatan yang berkelanjutan dirumah atau diunit perawatan
komunitas.
Secara lebih terperinci The Royal Marsden Hospital (2004) dalam
Siahaan (2009) menyatakan bahwa tujuan dilakukannya discharge planning
adalah:
1) Untuk mempersiapkan pasien dan keluarga secara fisik dan
psikologis untuk di transfer ke rumah atau ke suatu lingkungan yang
dapat disetujui.
2) Menyediakan informasi tertulis dan verbal kepada pasien dan
pelayanan kesehatan untuk mempertemukan kebutuhan mereka
dalam proses pemulangan.
3) Memfasilitasi proses perpindahan yang nyaman dengan memastikan
semua fasilitas pelayanan kesehatan yang diperlukan telah
dipersiapkan untuk menerima pasien.
4) Mempromosikan tahap kemandirian yang tertinggi kepada pasien
dan keluarga dengan menyediakan serta memandirikan aktivitas
perawatan diri
e. Manfaat Discharge Planning
Menurut Spath (2003) dalam Nursalam & Efendi (2008), perencanaan
pulang mempunyai manfaat sebagai berikut :
1) Dapat memberikan kesempatan untuk memperkuat pengajaran kepada
pasien yang dimulai dari rumah sakit
2) Dapat memberikan tindak lanjut secara sistematis yang digunakan untuk
menjamin kontinuitas perawatan pasien
3) Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada penyembuhan
pasien dan mengidentifikasi kekambuhan atau kebutuhan perawatan baru
4) Membantu kemandirian dan kesiapan pasien dalam melakukan perawatan di
rumah
Wulandari (2011) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa manfaat dari
pelaksanaan discharge planning adalah sebagai berikut:
1) Mengurangi pelayanan yang tidak terencana (unplanned admission)
2) Mengantispasi terjadinya kegawatdaruratan seletah kembali ke rumah
3) Mengurangi LOS (Length Of Stay) pasien di rumah sakit
4) Meningkatkan kepuasan individu dan pemberi layanan
5) Menghemat biaya selama proses perawatan
6) Menghemat biaya ketika pelaksanaan perawatan di luar rumah sakit atau di
masyarakat karena perencanaan yang matang.
7) Hasil kesehatan yang dicapai menjadi optimal
f. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Discharge Planning
Menurut Potter & Perry (2005) dalam Herniyatun (2009), program
perencanaan pulang (discharge planning) pada dasarnya merupakan program
pemberian pendidikan kesehatan kepada pasien. Keberhasilan dalam
pemberian pendidikan kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
berasal dari perawat dan juga dari pasien. Menurut Notoadmodjo (2003) dalam
Waluyo (2010), faktor yang berasal dari perawat yang mempengaruhi
keberhasilan dalam pemberian pendidikan kesehatan adalah sikap, emosi,
pengetahuan dan pengalaman masa lalu.
1) Sikap yang baik yang dimiliki perawat akan mempengaruhi penyampaian
informasi kepada pasien, sehingga informasi akan lebih jelas untuk dapat
dimengerti pasien.
2) Pengendalian emosi yang dimiliki perawat merupakan faktor yang
mempengaruhi pelaksanaan pendidikan kesehatan. Pengendalian emosi
yang baik akan mengarahkan perawat untuk lebih bersikap sabar, hati-hati
dan telaten. Dengan demikian informasi yang disampaikan lebih mudah
diterima pasien.
3) Pengetahuan adalah kunci keberhasilan dalam pendidikan kesehatan.
Perawat harus memiliki pengetahuan yang cukup untuk memberikan
pendidikan kesehatan. Pengetahuan yang baik juga akan mengarahkan
perawat pada kegiatan pembelajaran pasien. Pasien akan semakin banyak
menerima informasi dan informasi tersebut sesuai dengan kebutuhan
pasien.
4) Pengalaman masa lalu perawat berpengaruh terhadap gaya perawat dalam
memberikan informasi sehingga informasi yang diberikan akan lebih terarah
sesuai dengan kebutuhan pasien. Perawat juga lebih dapat membaca situasi
pasien berdasarkan pengalaman yang mereka miliki.
Sedangkan faktor yang berasal dari pasien yang mempengaruhi
keberhasilan dalam pemberian pendidikan kesehatan, menurut Potter & Perry
(1997), Suliha dkk (2002) dan Machfoedz dkk (2005) yang dikutip oleh Waluyo
(2010) adalah motivasi, sikap, rasa cemas/emosi, kesehatan fisik, tahap
perkembangan dan pengetahuan sebelumnya, kemampuan dalam belajar,
serta tingkat pendidikan.
1) Motivasi adalah faktor batin yang menimbulkan, mendasari dan
mengarahkan pasien untuk belajar. Bila motivasi pasien tinggi, maka pasien
akan giat untuk mendapatkan informasi tentang kondisinya serta tindakan
yang perlu dilakukan untuk melanjutkan pengobatan dan meningkatkan
kesehatannya.
2) Sikap positif pasien terhadap diagnosa penyakit dan perawatan akan
memudahkan pasien untuk menerima informasi ketika dilakukan pendidikan
kesehatan.
3) Emosi yang stabil memudahkan pasien menerima informasi, sedangkan
perasaan cemas akan mengurangi kemampuan untuk menerima informasi.
4) Kesehatan fisik pasien yang kurang baik akan menyebabkan penerimaan
informasi terganggu.
5) Tahap perkembangan berhubungan dengan usia. Semakin dewasa usia
kemampuan menerima informasi semakin baik dan didukung pula
pengetahuan yang dimiliki sebelumnya.
6) Kemampuan dalam belajar yang baik akan memudahkan pasien untuk
menerima dan memproses informasi yang diberikan ketika dilakukan
pendidikan kesehatan. Kemampuan belajar seringkali berhubungan dengan
tingkat pendidikan yang dimiliki. Semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang umumnya kemampuan belajarnya juga semakin tinggi
g. Komponen/Unsusr Discharge Planning
Komponen yang dapat mendukung terselengaranya discharge planning
yang efektif adalah keterlibatan pasien dan keluarga, kolaborasi antara tim
kesehatan, dan dukungan dari care giver/pendamping pasien. Hal lain yang
tidak kalah penting adalah mengidentifikasi kesiapan komunitas/keluarga
dalam menerima pasien kembali ke rumah (Wulandari, 2011)
Discharge Planning Association (2008) dalam Siahaan (2009) menyatakan
bahwa unsur-unsur yang harus ada pada sebuah form perencanaan
pemulangan antara lain:
1) Pengobatan di rumah, mencakup resep baru, pengobatan yang sangat
dibutuhkan, dan pengobatan yang harus dihentikan.
2) Daftar nama obat harus mencakup nama, dosis, frekuensi, dan efek
samping yang umum terjadi.
3) Kebutuhan akan hasil test laboratorium yang dianjurkan, dan pemeriksaan
lain, dengan petunjuk bagaimana untuk memperoleh atau bilamana waktu
akan diadakannya.
4) Bagaimana melakukan pilihan gaya hidup dan tentang perubahan aktivitas,
latihan, diet makanan yang dianjurkan dan pembatasannya.
5) Petunjuk perawatan diri (perawatan luka, perawatan kolostomi, ketentuan
insulin, dan lain-lain).
6) Kapan dan bagaimana perawatan atau pengobatan selanjutnya yang akan
dihadapi setelah dipulangkan. Nama pemberi layanan, waktu, tanggal, dan
lokasi setiap janji untuk control.
7) Apa yang harus dilakukan pada keadaan darurat dan nomor telepon yang
bisa dihubungi untuk melakukan peninjauan ulang petunjuk pemulangan.
8) Bagaimana mengatur perawatan lanjutan (jadwal pelayanan di rumah,
perawat yang menjenguk, penolong, pembantu jalan/walker, kanul, oksigen,
dan lain- lain) beserta dengan nama dan nomor telepon setiap institusi yang
bertanggung jawab untuk menyediakan pelayanan.
B. RANCANGAN AKTUALISASI

16
17

Profesi : Perawat Terampil


Unit kerja : RSUD Pangeran Jaya Sumitra
Belum Optimalnya pemahaman pasien dan
Isu yang keluarga tentang triase di Instalasi Gawat Darurat
:
diangkat RSUD Pangeran Jaya Sumitra Kabupaten
Kotabaru
Optimalisasi pemahaman pasien dan keluarga
Judul : tentang triase di Instalasi Gawat Darurat RSUD
Pangeran Jaya Sumitra Kabupaten Kotabaru
1. Membuat leaflet tentang Triase
2. Membuat Poster tentang Triase
Gagasan 3. Membuat label Penanda Triase
pemecahan 4. Melakukan Sosialisasi label Penanda Triase
isu dengan STAF IGD
(Kegiatan) 5. Meidentifikasi tingkat Kegawat daruratan pasien
6. Memberikan Edukasi kepada keluarga dan
Pasien tentang triase
18

Table 3.1 Rancangan Aktualisasi

Kontribusi
Keterkaitan Penguatan
Out put/ Hasil Terhadap Visi
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Substansi Mata Nilai-Nilai
Kegiatan Misi
Pelatihan Organisasi
Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
1. Membuat leaflet 1. Mengumpulkan materi Leaflet Triase sebagai Membuat leaflet Membuat Kegiatan
tentang leaflet triase media utk edukasi dengan kejelasan leaflet sebagai pembuatan
managemen 2. Menyusun isi leaflet pasien dan Keluarga di target yang akan sarana dan leaflet ini
triase 3. Mengkonsultasikan IGD dibuat dan tanggung prasarana menunjukan
dengan Kepala Bidang jawab merupakan nilai penunjang sikap
Keperawatan selaku dasar Akuntabilitas ; pelayanan, Kompeten dan
mentor, dan Kepala partisipatif sesuai MISI berkaloborasi
Ruangan untuk Menilai Mengkonsultasikan RSUD dengan Kabid
Isi dari media yang pada Kabid Pangeran Jaya Keperawatan
dibuat apakah sudah Keperawatan dan Karu Sumitra yang dan Karu utk
jelas dan layak untuk menilai isi dari ke 4 meniali isi
digunakan media Informasi Menyediakan leaflet, sesuai
4. Mencetak leaflet Nasionalisme ; sarana dan nilai
5. Membagikan leaflet mufakat, menghargai prasarana organisasi.
saat mengedukasi pendapat orang lain penunjang Competent
dengan Pasien dan pelayanan. Collaborative
Keluarga Cermat dan
bertanggung jawab
dalam pembuatan
media merupakan
bentuk nilai dasar
Etika publik

Membuat media leaflet


sendiri dan inovatif
yang sederhana (tidak
memerlukan biaya
19

Kontribusi
Keterkaitan Penguatan
Out put/ Hasil Terhadap Visi
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Substansi Mata Nilai-Nilai
Kegiatan Misi
Pelatihan Organisasi
Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
banyak) Anti korupsi
dan komitmen mutu

2. Membuat poster 1. Mencari materi dan Poster Triase sebagai Membuat Poster Membuat Kegiatan
tentang Triase medesain Poster media edukasi dengan bahasa dan Poster sebagai pembuatan
2. Mengkonsultasikan pelayanan pasien di gambar yang mudah sarana dan Poster ini
dengan Kepala bidang IGD. difahami, serta prasarana menunjukan
Keperawatan dan mencetak poster utk penunjang sikap
Kepala Ruangan untuk sarana edukasi pelayanan, Kompeten dan
Menilai isi dari media Akuntabilitas; sesuai MISI berkaloborasi
yang dibuat apakah Tanggung jawab, RSUD dengan Kabid
sudah jelas dan layak Transparan Pangeran Jaya Keperawatan
untuk digunakan Sumitra yang dan Karu utk
3. Mencetak Poster Mengkonsultasi ke 4 mendiskusikan
Menempelkan Poster di kepada Kabid Menyediakan poster yang
tempat yang terlihat Keperawatan dan Karu sarana dan dibuat sesuai
pasien dan keluarga untuk menilai isi dari prasarana nilai
media Informasi penunjang organisasi.
Nasionalisme ; pelayanan. Competent
mufakat, menghargai Collaborative
pendapat orang lain

Bertanggung jawab
terhadap kebenaran
informasi yang
disampaikan
Etika publik

Membuat Poster
dengan rancangan
sendiri, tidak
20

Kontribusi
Keterkaitan Penguatan
Out put/ Hasil Terhadap Visi
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Substansi Mata Nilai-Nilai
Kegiatan Misi
Pelatihan Organisasi
Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
memerlukan banyak
biaya dan Poster
sangat bermanfaat
untuk media edukasi
Komitmen Mutu;
Efektifitas, Efesien
Anti Korupsi; Mandiri

3. Membuat label 1. Mendesain label sesuai Dari hasil desain yang Dengan membuat Membuat Label Kegiatan
Penanda Triase level triase dan dibikin sudah disetujui label Penanda Triase penanda Triase pembuatan
memberikan penjelasan oleh Kabid yang bertujuan untuk sebagai sarana Label ini
singkat di lebel Keperawatan dan Karu memudahkan dan prasarana menunjukan
penanda IGD, yaitu Label manajemen triase penunjang sikap
2. Mengkonsultasikan Penanda Triase yang di Akuntabilitas; pelayanan, Kompeten dan
Desain lebel dengan kasih nama Label Kejelasan target sesuai MISI berkaloborasi
Kabid Keperawatan dan DADU (Deteksi Awal RSUD dengan Kabid
Kepala ruangan untuk dan Deteksi Waktu) Mengkonsultasikan Pangeran Jaya Keperawatan
menilai pembuatan Yang mana di label desain lebel dengan Sumitra yang dan Karu utk
label apakah sudah penanda mencakup kabid keperawatan ke 4 mendiskusikan
jelas dan layak untuk Respon time (Waktu dan Karu IGD utk Menyediakan poster yang
digunakan triase dan Waktu menilai layak tidaknya sarana dan dibuat sesuai
2. Membuat Label Pelayanan) serta digunakan. prasarana nilai
dipercetakkan identifikasi Nasionalisme; penunjang organisasi.
3. Menggunakan lebel Kegawatdaruratan Musyawarah pelayanan. Competent
penanda triase sesuai Pasien sesuai priotitas mufakad, Collaborative
tingkat ke gawat dan warna triase menghargai
daruratannya pendapat orang lain

Membuat label
penanda Triase utk
meningkatkan mutu
21

Kontribusi
Keterkaitan Penguatan
Out put/ Hasil Terhadap Visi
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Substansi Mata Nilai-Nilai
Kegiatan Misi
Pelatihan Organisasi
Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
pelayanan
Etika;Bertanggung
Jawab

Label Penanda triase


merupakan hal yang
baru di IGD RSUD
Pangeran Jaya
Sumitra
Komitmen Mutu;
inovasi

Membuat label
penanda dengan
rancangan yang di
desain sendiri, tidak
memerlukan banyak
biaya dan sangat
bermanfaat
Anti Korupsi;
Mandiri, Sederhana

4. Melakukan 1. Mengonsultasikan teman-teman staf IGD Melaksanakan Melakukan Mensosialisasi


Sosialisasi kepada kepala ruangan yang sudah di berikan kegiatan sesuai sosialisasi kan lebel
penanda label IGD dan seluruh staf sosialiasi paham dari dengan tanggung penanda Triase penanda triase
Triase dengan untuk waktu kegunaan label. jawab dan uraian sebagai sarana kepada staf
staf IGD Rumah pelaksanaan sosialisasi tugas utk dan prasarana IGD Kompeten
Sakit Pangeran 2. Menyiapkan alat/media dokumentasi kegiatan, mensosialisasikan penunjang sesuai nilai
Jaya Sumitra yang digunakan berupa daftar hadir. media label yg telah pelayanan, organisasi.
label penanda Triase dibuat sesuai MISI Competent
22

Kontribusi
Keterkaitan Penguatan
Out put/ Hasil Terhadap Visi
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Substansi Mata Nilai-Nilai
Kegiatan Misi
Pelatihan Organisasi
Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
3. Membuat Satuan Acara Akuntabilitas; RSUD Collaborative
Penyuluhan (SAP) tanggung jawab Pangeran Jaya
4. Menjelaskan label Sumitra yang
DADU(Deteksi awal, Melakukan Sosialisasi ke 4
deteksi waktu) dengan teman-teman Menyediakan
5. Membuat daftar hadir sejawat saling berbagi sarana dan
kegiatan sosialisasi informasi prasarana
Nasionalisme; penunjang
Kekeluargaan, pelayanan
Tolong menolong

Melaksanakan
kegiatan sosialisasi
sesuai jadwal yang
telah disepakati
dengan staf IGD
Etika Publik ; Disiplin

Mengumpulkan staf
dan menjelaskan lebel
penanda Triase dalam
satu waktu merupakan
penghematan waktu.
Komitmen Mutu ;
Efektif, Efesien,
Inovatif

Melaksanakan
penyuluhan sesuai
dengan SAP dan
sesuai dengan waktu
23

Kontribusi
Keterkaitan Penguatan
Out put/ Hasil Terhadap Visi
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Substansi Mata Nilai-Nilai
Kegiatan Misi
Pelatihan Organisasi
Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
yang telah ditentukan
Anti Korupsi ;
Disiplin
5. Menentukan 1. Menerima Pasien Menerima pasien baru Menerima Pasien, Penanganan Pelayanan yg
tingkat Kegawat 2. Menganamnase dan dengan Respon time menganamnase pasien secara maksimal
daruratan Pasien melakukan pengkajian kurang lebih 1 menit, dengan pengkajian cepat dan tepat dengan
singkat sudah dapat singkat untuk sesuai dengan penanganan
3. Memilih pasien menentukan tingkat menentukan tingkat MISI yang ke 3, yang cepat
berdasarkan prioritas pasien kegawatdaruratandan yaitu dan tepat
kegawatdaruratannya berdasarkan mendahulukan yang Memenuhi sesuai dengan
4. Menyebutkan prioritas kegawatdaruratannya. lebih prioritas kebutuhan nilai
kegawatdaruratannya Akuntabilitas ; pelanggan organisasi,
5. Melayani pasien Mendahulukan dengan Competent
prioritas Kepentingan Publik, menyediakan Compassiona
6. Mendokumentasikan Kejelasan target layanan te
hasil kegiatan keperawatan Collaborative
Memberikan yang
pelayanan tanpa berkualitas
membedakan latar
belakang pasien baik Menerima
itu status sosial, pasien dengan
agama,suku maupun senyum, salam
mengenai jaminan sapa, sesuai
kesehatan semua moto RSUD
akan saya berikan Kotabaru
pelayanan yg terbaik
sesuai prosedur.
Nasionalisme; tidak
diskriminatif,
bersikap adil.
24

Kontribusi
Keterkaitan Penguatan
Out put/ Hasil Terhadap Visi
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Substansi Mata Nilai-Nilai
Kegiatan Misi
Pelatihan Organisasi
Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
Melakukan pengkajian
dan anamnase dengan
respon time +/- 1 menit
dan cepat menentukan
tingkat
kegawatdaruratan
Etika Publik ; cermat,
disiplin

Berusaha membantu
pasien sesuai level
kegawatdaruratan dan
berusaha terus
menjaga komunikasi
terapeutik
komitmen mutu ;
Berorientasi mutu

Melakukan pengkajian
dan anamnase dengan
respon time +/- 1 menit
dan cepat menentukan
tingkat
kegawatdaruratan
Anti Korupsi ;
Disiplin, tanggung
jawab

6. Memberikan 1. Mengucapkan salam Dengan mengedukasi Menjelaskan pasien Pemberian Memberikan


Edukasi kepada 2. Memperkenalkan diri Pasien dan keluarga dan keluarga tentang edukasi ke edukasi
Pasien dan 3. Menjelaskan isi sehingga paham dan Triase dengan sikap pasien dan kepada pasien
25

Kontribusi
Keterkaitan Penguatan
Out put/ Hasil Terhadap Visi
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Substansi Mata Nilai-Nilai
Kegiatan Misi
Pelatihan Organisasi
Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
keluarga leaflet siap mendapatkan hormat, sopan, jujur, keluarga tanpa
tentang triase 4. Mengevaluasi hasil pelayanan sesuai cermat dalam secara sopan, membedakan
kegiatan prioritas memberikan informasi jujur, cermat, latar belakang
Akuntabilitas ; sesuai dengan pasien dengan
transparan, kejelasan MISI yang ke 3, sikap yang
target, tanggung yaitu hormat sopan
jawab Memenuhi dan jujur
kebutuhan mengacu pada
Memberikan edukasi pelanggan nilai :
tanpa membedakan dengan Competent
latar belakang pasien menyediakan Compassiona
baik itu status sosial, layanan te
agama,suku maupun keperawatan
mengenai jaminan yang
kesehatan semua berkualitas
akan saya berikan
pelayanan yg terbaik Menerima
sesuai prosedur. pasien dengan
Nasionalisme; senyum, salam
mengutamakan sapa, sesuai
kepentingan publik, moto RSUD
bersikap adil Kotabaru

Menjelaskan pasien
dan keluarga tentang
Triase dengan sikap
hormat, sopan, jujur,
cermat dalam
memberikan informasi
Etika publik;hormat,
sopan, jujur, cermat)
26

Kontribusi
Keterkaitan Penguatan
Out put/ Hasil Terhadap Visi
No Kegiatan Tahapan Kegiatan Substansi Mata Nilai-Nilai
Kegiatan Misi
Pelatihan Organisasi
Organisasi
1 2 3 4 5 6 7
Melakuka dalam
rangka menjaga mutu
rumah sakit mengenai
pemberian jasa
pelayanan dan lain
sebagainya
komitmen mutu;
efektif dan efisien

Menjelaskan pasien
dan keluarga tentang
Triase dengan sikap
hormat, sopan, jujur,
cermat dalam
memberikan informasi
Anti Korupsi ; Jujur,
Mandiri, disiplin
27

C. JADWAL RENCANA KEGIATAN AKTUALISASI


Jadwal Rencana Kegiatan Aktualisasi yang akan dilakukan dapat dilihat pada tabel dibawah ini, yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.2 Jadwal Rencana Kegiatan

NO. Kegiatan Jadwal Kegiatan


1 Membuat leaflet tentang Triase 17 september-15 Oktober
2 Membuat Poster tentang Triase 17 september-15 Oktober
3 Membuat label penanda triase 17 september-15 Oktober
4 Melakukan sosialisasi label penanda triase 17 september-15 Oktober
5 Menidentifikasi tingkat kegawatdaruratan 17 september-15 Oktober
6 Memberikan edukasi kepada pasien dan 17 september-15 Oktober
keluarga tentang triase

D. ancangan Matrik Penjadwalan Aktualisasi Dan Habituasi

Tabel 3.3 Matrik Rencana Pelaksanaan Aktualisasi Mingguan


28

BULAN
No. KEGIATAN September Oktober
I II III IV I II III IV
PERENCAAN
Konsultasi atau koordinasi dengan coach dan mentor
PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Membuat leaflet tentang triase
2. Membuat poster tentang triase
3. Membuat label penanda triase (label DADU)
4. Melakukan sosialisasi label penanda triase
5. Mengidentifikasi tingkat kegawatdaruratan pasien
5. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang
triase
EVALUASI
Penyusunan laporan
Seminar hasil

: sudah dilaksanakan
29

DAFTAR PUSTAKA

Lembaga Administrasi Negara. 2015. Anti Korupsi: Modul Pendidikan dan Pelatihan
Golongan I/II dan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Lembaga Administrasi Negara. 2015. Aktualisasi:Modul Pendidikan dan Pelatihan
Prajabatan Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Lembaga Administrasi Negara. 2015. Akuntabilitas: Modul Pendidikan dan Pelatihan
Prajabatan Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Lembaga Administrasi Negara. 2015. Etika Publik: Modul Pendidikan dan Pelatihan
Prajabatan Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Lembaga Administrasi Negara. 2015. Komitmen Mutu: Modul Pendidikan dan
Pelatihan Prajabatan Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Lembaga Administrasi Negara. 2015. Nasionalisme: Modul Pendidikan dan
Pelatihan Prajabatan Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Lembaga Administrasi Negara. 2017. Manajemen Aparatur Sipil Negara: Modul
Pelatihan Dasar Calon PNS. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.
Lembaga Administrasi Negara. 2017. Pelayanan Publik: Modul Pelatihan Dasar
Calon PNS. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara.

Lembaga Administrasi Negara. 2017. Whole of Government: Modul Pelatihan Dasar


Calon PNS. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara

Anda mungkin juga menyukai