Anda di halaman 1dari 18

BAB IV

ANALISA

4.1 Realisasi Aktualisasi dan Keterkaitan Dengan Substansi Mata

Pelatihan

Dasar Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan

Pelatihan Dasar Prajabatan Pegawai Negeri Sipil, di tetapkan bahwa salah satu

jenis latihan dasar yang strategi untuk mewujudkan PNS sebagai bagian dari ASN

menjadi professional seperti tersebu diatas adalah latihan dasar calon PNS.

Latihan dasar ini dilaksanakan dalam rangka membetuk karakter PNS yang kuat,

yaitu PNS yang mempu bersikap dan bertindak professional dalam melayani

masyarakat.

Dalam Undang-undang No 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara

mengamanatkan Instansi Pemerintah untuk wajib memberikan Pendidikan dan

Pelatihan terintegrasi bagi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) selama 1 tahun

masa percobaan. Tujuan dari pelatihan terintegrasi ini adalah untuk membangun

integrasi moral, kejujuran, semangat dan motivasi, nasionalisme dan kebangsaaan,

karakter kepribadian yang unggul dan bertanggung jawab, dan memperkuat

profesionalisme serta kompetensi bidang. Dengan demikian UU ASN

mengedepankan penguatan nilai-nilai dan pembangunan karakter dalam mencetak

PNS.

Hal-27
4.1.1 Manajemen ASN

Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai

ASN yang professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi

politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih

menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu

tersedia sumber daya aparatur sipil Negara yang unggul selaras dengan

perkembangan jaman.

ASN berkedudukan sebagai aparatur negara yang menjalankan kebijakan

yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas dari

pengaruh dan intervensi semua golongan dan partai politik. Untuk menjalankan

kedudukannya tersebut, maka Pegawai ASN berfungsi sebagai berikut:

a. Pelaksana kebijakan public;

b. Pelayan publik;

c. Perekat dan pemersatu bangsa.

Selanjutnya Pegawai ASN bertugas:

a. Melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

b. Memberikan pelayanan public yang professional dan berkualitas, dan

c. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia

Selanjutnya peran dari Pegawai ASN: perencana, pelaksana, dan pengawas

penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional melalui

pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik yang professional, bebas dari

intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. ASN

Hal-28
berfungsi, bertugas dan berperan untuk melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh

pejabat pembina kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan. Untuk itu ASN harus mengutamakan fungsi dan tugasnya tersebut.

ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk memberikan pelayanan publik

yang professional dan berkualitas. Pelayanan publik merupakan kegiatan dalam

rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai peraturan perundang-undangan

bagi setiap warganegara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan

administratif yang diselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan publik dengan

tujuan kepuasan pelanggan. Oleh karena itu ASN dituntut untuk professional

dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk mempererat persatuan dan

kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. ASN senantiasa dan taat

sepenuhnya kepada Pancasila, UUD 1945, Negara dan Pemerintah. ASN

senantiasa menjunjung tinggi martabat ASN serta senantiasa mengutamakan

kepentingan Negara daripada kepentingan diri sendiri, seseorang dan golongan.

Dalam UU ASN disebutkan bahwa dalam penyelenggaraan dan kebijakan

manajemen ASN, salah satu diantaranya asas persatuan dan kesatuan. ASN harus

senantiasa mengutamakan dan mementingkan persatuan dan kesatuan bangsa

(Kepentingan bangsa dan Negara di atas segalanya).

4.1.2 Akuntabilitas

Akuntabilitas merupakan suatu sikap yang dimiliki seseorang dalam

mempertanggungjawabkan suatu tugas/amanah dengan penuh rasa tanggung

jawab jika dikaitkan dengan kegiatan ini,dalam melakukan koordinasi dengan

Hal-29
pimpinan penulis melakukan dengan penuh tanggung jawab. Penulis berharap

dengan melakukan pengaman secara digitalisasi dapat mengamankan dokumen

secara jangka panjang. Berikut ini adalah beberapa nilai dasar dari akuntabilitas :

a. Tanggung jawab,

b. Jujur,

c. Kejelasan Target,

d. Netral,

e. Mendahulukan kepentingan publik,

f. Adil,

g. Transparan,

h. Konsisten,

i. Partisipatif

4.1.3 Etika Publik

Kata etika sering disamakan dengan moral. Padahal ada perbedaan antara

keduana. Etika lebih dipahami sebagai refleksi yang baik atau benar. Sedangkan

moral mengacu pada kewajiban untuk melanjutkan yang baik atau apa yang

seharusnya dilakukan. Etika juga dipandang sebagai karakter atau etos individu/

kelompok berdasarkan nilai-nilai dan norma-norma. Nilai dasar etika publik

terkait kegiatan ini adalah sikap, perilaku. Pelaksanaan kegiatan koordinasi

dengan pimpinan harus dilakukan dengan sikap dan prilaku yang sopan terhadap

pimpinan serta dengan melakukan komunikasi yang baik. Nilai-nilai dasar etika

publik, yaitu sebagai berikut:

a. Jujur,

Hal-30
b. Bertanggung jawab,

c. Integritas tinggi,

d. Cermat,

e. Disipilin,

f. Hormat,

g. Sopan,

h. Taat pada peraturan perundang-undangan,

i. Taat perintah,

j. Menjaga rahasia.

4.1.4 Anti Korupsi

Kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu Corruptio yang artinya

kerusakan, kebobrokan dan kebusukan. Korupsi sering kali dikatakan dengan

kejahatan luar biasa, salah satu alasannya adalah karena dampaknya yang luar

biasa menyebabkan kerusakan baik dalam ruang lingkup pribadi, keluarga ,

masyarakat dan kehidupan yang luas. Dengan memiliki kesadaran diri, kita akan

lebih mantap untuk memastikan bahwa seluruh unsur yang ada pada dalam diri

baik pikiran, emosi, ucapan dan tindakan semuanya akan anti korupsi dan

terbangun kebiasaan integritas.

Anti korupsi adalah tindakan atau gerakan yang dilakukan untuk

memberantas segala tingkah laku atau tindakan yang melawan norma-norma

dengan tujuan memperoleh keuntungan pribadi, merugikan Negara maupun

masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung.

Hal-31
4.1.5 Komitmen Mutu

Komitmen mutu merupakan suatu sikap yang mana perkataan dan perbuatan

selaras dan dapat dipertanggung jawabkan, maupun inovasi yang dilakukan.

Dalam hal ini melaksanakan arahan pimpinan secara optimal dapat membantu

dalam proses habituasi.

Nilai-nilai dasar dari komitmen mutu antara lain:

a. Efektivitas dan efesiensi;

b. Inovasi;

c. Mengedepankan komitmen terhadap kepuasan costumers/clients;

d. Memberikan layanan yang menyentuh hati, untuk menjaga dan

memelihara agar costumers/clients tetap setia;

e. Menghasilkan produk/jasa yang berkualitas tinggi, tanpa cacat, tanpa

kesalahan dan tidak ada pemborosan;

f. Beradaptasi dengan perubahan yang terjadi, baik berkaitan dengan

pergeseran tuntutan kebutuhan costumers/clients maupun perkembangan

teknologi;

g. Menggunakan pendekatan ilmiah dan inovatif dalam pemecahan masalah

dan pengambilan keputusan; dan

h. Melakukan upaya perbaikan secara berkelanjutan melalui berbagai cara,

antara lain pendidikan, pelatihan, pengembangan ide kreatif, kolaborasi

dan benchmark.

Hal-32
4.1.6 Nasionalisme

Nasionalisme dalam arti sempit adalah suatu sikap yang meninggikan

bangsanya sendiri, sekaligus tidak menghargai bangsa lain sebagai mana

mestinya. Sikap seperti ini jelas mencerai beraikan bangsa yang satu dengan

bangsa yang lainnya. Keadaan seperti ini disebut dengan chauvinism.

Nasionalisme dalam arti luas adalah merupakan pandangan tentang rasa cinta

yang wajar terhadap bangsa dan negara, dan sekaligus menghargai bangsa lain.

Seorang ASN/PNS harus mampu mengaktualisasikan wawasan kebangsaan

dan jiwa nasionalisme dalam menjalankan profesinya sebagai pelayan publik yang

berintegritas. Nasionalisme merupakan pondasi kuat bagi ASN/PNS untuk

mengaktualisasi dalam menjalankan fungsi dan tugasnya dengan orientasi

mementingkan kepentingan publik, bangsa dan negara.

4.1.7 Whole Of Government

WOG merupakan pendekatan yang menekankan aspek kebersamaan dan

menghilangkan sekat-sekat sektoral yang selama ini terbangun dalam model

NPM. Bentuk pendekatanya bisa dilakukan dalam pelembagaan formal atau

pendekatan informal. Dalam koordinasi dengan pimpinan adalah suatu bentuk

kerja sama dalam mencari solusi permasalahan.

Realisasi aktualisasi terhadap gagasan pemecahan isu “Optimalisasi

Kinerja Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) dalam Kegiatan DAK Sanitasi

Melalui Buku Capaian Kinerja di Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan

Permukiman Kab. Agam ” yang dalam pelaksanaanya menerapkan nilai-nilai

Hal-33
dasar Aparatur Sipil Negara (ASN) yaitu akuntabilitas, nasionalisme, etika publik,

komitmen mutu, anti korupsi, Whole of Government dan Manajemen ASN.

Berikut ini adalah penerapan nilai-nilai dasar dalam kegiatan yang penulis

aktualisasikan di Bidang Perumahaan Rakyat dan Kawasan Permukiman

Kabupaten Agam, antara lain :

A. Kegiata 1

Membuat telaah staf terkait dengan kegiatan habituasi yang akan dilakukan.

Dalam pembuatan telaah staf penulis mengkonsultasikan dengan atasan terkait

kegiatan yang akan dilakukan dalam proses habituasi. Adapun tahapan yang

dilakukan yaitu :

1. Membuat draf telaah staf terkait kegitan habituasi yang akan dijalankan

pada saat of campus.

Dalam membuat draf telaah staf penulis apabila telaah staf saya tidak

disetujui mentor, maka saya akan memperbaikinya dan mengajukannya

kembali (Akuntabilitas)

2. Meminta persetujuan telaah staf

Setelah mendapat persetujuan dari atasan saya akan Bertanggung Jawab atas

rencana yang saya lakukan (Akuntabilitas)

B. Kegiatan 2

“Konsultasi dengan atasan mengenai aktualisasi yang akan dijalankan”.

Kegiatan konsultasi dengan atasan merupakan salah satu langkah awal yang

dilakukan penulis sebelum melaksanakan tahapan-tahapan kegiatan lainnya dan

Hal-34
diharapkan adanya masukan dari atasan dalam proses habituasi. Adapun tahapan

pelaksanaan dari kegiatan ini penulis lakukan dalam 3 tahapan yaitu:

1. Membuat konsep tentang rancangan buku capaian kinerja kegiatan DAK

Sanitasi yang akan dikonsultasikan dengan atasan:

Sebelum menemui atasan, penulis membuat konsep rancangan buku capaian

kinerja kegiatan DAK Sanitasi sebagai bahan konsultasi dengan atasan. Penulis

membuat rancangan ini bersungguh-sungguh dan membuat sebuah ide kreatif

sebagai inovasi (Komitmen Mutu) dalam mengoptimalkan laporan kinerja

bulanan bagi TFL.

2. Melakukan konsultasi dengan atasan mengenai rancangan kegiatan;

Penulis menemui atasan di meja kerjanya, dan meminta kesediaan waktu

guna membahas rencana kegiatan aktualisasi selama masa habituasi. Penulis

mengatur jadwal dengan atasan agar tidak menganggu jam kerja dan

pelayanan (Pelayanan Publik – Manajemen ASN). Selanjutnya penulis

melakukan musyawarah atau diskusi dengan atasan. Setiap masukan yang

diberikan, penulis mencatat dan menghargai pendapat tanpa saling

menyanggah pendapat lainnya (Nasionalisme). Kemudian penulis diskusi dan

konsultasi dengan etika berbicara sopan, dan santun dan menerima semua

kritik dan saran yang disampaikan atasan (Etika Publik).

3. Mengajukan rancangan dengan atasan mengenai buku capaian kinerja;

Penulis meminta persetujuan rancangan kepada atasan dan ditandatangani

oleh atasan. Setelah mendapat persertujuan, penulis akan bertanggungjawab

Hal-35
(Akuntabilitas) atas rencana yang diajukan. Hal tersebut sebagai bentuk

keseriusan penulis kepada atasan dalam melaksanakan aktualisasi ini.

Dampak tanpa nilai-nilai dalam substansi mata pelatihan:

Penulis melakukan konsultasi dengan atasan sebagai bentuk peduli penulis

sebagai aparatur tentang pembuatan buku capaian kinerja Kegiatan DAK Sanitasi

Tahun 2019 yang belum dilaporkan dngan baik, jika penulis tidak memberikan

usulan kepada atasan tentang permasalahan ini maka kegiatan DAK Sanitasi

Tahun 2019 tidak akan terpantau dengan baik dan dilaporkan dengan sistematika

yang benar sehingga penulis termasuk aparatur yang kurang bertanggung jawab

dalam memberikan pelayanan public.

C. Kegiatan 3

“Pembuatan Buku Capaian Kinerja Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL)

Kegiatan DAK Sanitasi”. Adapun tahapan kegiatannya sebagai berikut:

1. Menyiapkan sistematika buku capaian kinerja tenaga fasilitator lapangan

kegiatan DAK Sanitasi;

Penulis menyiapkan buku capaian kinerja TFL secara cermat, rapi,

sistematis (Etika Publik) dan bersungguh-sungguh (Komitmen Mutu)

sehingga menghasilkan suatu Buku Capaian Kinerja sesuai yang diharapkan serta

penggunaan bahasanya yang lebih mudah dipahami/ kejelasan target

(Akuntabilitas).

Hal-36
2. Melaporkan buku capaian kinerja TFLyang telah dibuat kepada atasan;

Penulis secara langsung menemui atasan, kemudian penulis memperlihatkan

buku yang telah dibuat. Saat, menemui mereka, penulis menjelaskan sistematika

buku capaian kinerja secara sopan, santun (Etika Publik), urut dan jelas

(Komitmen Mutu). Penulis juga meminta arahan, masukan saran dan kritik

terhadap buku capaian kinerja yang telah dibuat oleh penulis kepada atasan.

Dalam cara berkomunikasi kepada atasan. Ketika ada perbedaan argumen

antara penulis degan atasan, penulis mencoba meyakinkan kepada atasan buku

capaian kinerja ini dengan etika yang baik dan jelas (Kejelasan target -

komitmen mutu). Penulis mendengarkan secara seksama, mencatat serta

menghargai (Nasionalisme) semua arahan dan kritik yang dijelaskan oleh atasan

(mentor dan kabid). Jika ada beda pendapat antara mentor dan kabid, penulis akan

menemui dan mengkonfirmasi kembali kepada mentor /hormat (Etika

Publik) tentang saran yang diberikan oleh kabid. Setelah mentor menyetujui

dengan arahan kabid, penulis langsung memperbaiki revisi tersebut.

3. Mengajukan persetujuan buku capaian kinerja TFL yang telah dibuat;

Penulis memperbaiki buku capaian kinerja dari revisi mentor dan kabid.

Penulis memperlihatkan hasil perbaikan kepada mentor dan kabid serta meminta

secara, hormat, sopan dan santun (Etika Publik) untuk meminta persetujuan

ACC dari kedua pihak dan meminta persetujuan untuk melakukan sosialisasi.

Setelah mendapat persetujuan, penulis bertanggungjawab atas kegiatan

selanjutnya yang akan dilakukan (Akuntabilitas).

Dampak tanpa nilai-nilai dalam substansi mata pelatihan:

Hal-37
Dalam melaksanakan habituasi, penulis menerapkan nilai-nilai diatas

sehingga Buku Capaian Kinerja ini mendapatkan persetujuan dari atasan. Jika

penulis tidak memperhatikan sistematika, kerapian, dan tidak memperbaiki Buku

Panduan ini sesuai arahan atasan maka buku capaian kinerja TFL kegiatan DAK

Sanitasi. Sehingga buku ini berfungsi sebagai panduan TFL dalam melaksanakan

pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah dibuat dan melakukan perbaikan

daripekerjaan yang tidak terlaksana. Akhirnya tidak ada alat kontrol pengawasan

kegiatan DAK Sanitasi di lapangan dari Dinas Perkim Kab Agam sehingga tidak

ada peran penulis sebagai aparatur dalam memberikan pelayanan publik yang

professional dan berkualitas.

D. Kegiatan 4

“ Rapat Sosialisasi / penyampaian pengoptimalan laporan bulanan kepada

TFL DAK Sanitasi melalui Buku Capaian Kinerja Tenaga Fasilitator Lapangan

(TFL) Kegiatan DAK DAK Sanitasi”. Kegiatan ini bertujuan untuk

memperkenalkan buku Capaian Kinerja yang berisi tentang kegiatan apa saja yang

dilakukan oleh TFL dilapangan baik itu progres pekerjaan ataupun kendala yang

dihadapi dilapangan. Adapun tahapan pelaksanaan dari kegiatan ini penulis

lakukan dalam beberapa tahap:

1. Membuat Undangan Rapat Sosialisasi

Penulis terlebih dahulu koordinasi dan kerja sama dengan Pejabat

Pengawas Teknis Kegiatan (PPTK) Saitasi jadwal untuk sosialisasi (Whole Of

Government). Setelah mendapat kesepatan dari kedua PPTK penulis membuat

undangan sesuai dengan tata tertib administrasi yang berlaku (Etika Publik).

Hal-38
Setelah itu penulis meminta paraf kepada PPTK Sanitasi, Kabid serta Kepala

Dinas. Saat meminta tanda tangan Kepala Dinas, penulis berbicara dengan sopan,

santun dan hormat serta menjelaskan secara jelas (Etika Publik) tentang

kegiatan sosialisasi yang dilaksanakan ini.

2. Menyiapkan bahan sosialisasi

Penulis menyiapkan bahan sosialisasi dengan memperbanyak kopian buku

capaian kinerja untuk dibagikan kepada TFL DAK Sanitasi. Dalam proses kopian

ini, penulis meminta izin secara hormat, sopan dan santun kepada atasan

(Etika Publik) dalam menggunakan kertas A4 dan printer beserta mesin fotocopy

secara bijak dan tanggung jawab (Anti Korupsi).

3. Melakukan rapat sosialisasi kepada TFL DAK Sanitasi

Penulis melakukan sosialisasi 2 kali sulit menyesuaikan jadwal, dan penulis

melibatkan koordinasi pihak Kelompok Kswadaya Masyarakat (KKM) dan TFL

DAK Sanitasi dalam rapat sosialisasi ini (Whole of Government).

Saat sosialisasi berlangsung, penulis menggunakan bahasa sopan dan

santun kepada TFL (Etika Publik) dan melibatkan semua orang yang hadir

termasuk masyarakat (KKM) secara partisipatif (Pelayanan Publik). Diakhir

rapat sosialisasi adanya mufakat berupa kesepakatan antara pihak Dinas Perkim

dengan TFL DAK Air Minum dan Sanitasi (Nasionalisme).

Dampak tanpa nilai-nilai dalam substansi mata pelatihan:

Penulis berkoordinasi dengan TFL, PPTK, dan atasan agar kegiatan

sosialisasi ini lancar didukung oleh semua pihak yang berkaitan dengan Kegiatan

Hal-39
DAK Air Minum dan Sanitasi. Jika penulis tidak koordinasi dengan pihak terkait

maka penulis tidak menggambarkan sebagai aparatur yang bertanggung jawab dan

dan meningkatkan efisiensi kerja dalam membangun kerja sama pihak terkait.

Dalam membuat undangan jika penulis tidak mengikuti aturan tata tertib

administrasi di dinas terkait maka penulis tidak menggambarkan sebagai aparatur

pelaksana kebijakan publik. Kemudian dalam kegiatan sosialisasi, jika penulis

tidak melibatkan semua pihak yang hadir di sosialisasi dengan berbicara yang

sopan dan santun maka penulis tidak beperan sebagai aparatur dalam pelayanan

publik.

E. Kegiatan 5

“Pemantauan dan Koordinasi TFL DAK Sanitasi melaui grup WA”

Kegiatan bertujuan untuk memudahkan berkomunikasi, berdiskusi dan

pemantauan tentang pelaksanaan pembuatan Buku Capaian Kinerja nantinya.

Adapun tahapan kegiatan nya adalah :

1. Membuat grup WA

Dalam membuat grup, penulis melibatkan dengan cara memasukkan

seluruh seluruh TFL DAK Sanitasi ke dalam grup (partisipatif- pelayanan

publik)

2. Koordinasi dan Pemantauan dalam Grup WA

Dalam memberikan informasi dan mengingatkan TFL, penulis

berkomunikasi di grup WA dengan menggunakan bahasa yang sopan dan santun

(Etika Publik).

Dampak tanpa nilai-nilai dalam substansi mata pelatihan:

Hal-40
Jika didalam grup ada diskusi atau pertanyaan dari TFL DAK Sanitasi, saat

itu penulis mengacuhkan dan tidak menggunakan bahasa yang santun dan sopan

maka penulis tidak berperan sebagai aparatur pelayan publik.

4.2 Realisasi Aktualisasi dan Kontribusi Terhadap Visi dan Misi

Organisasi

Visi Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman adalah :

“Terwujudnya Permukiman yang layak huni, sehat, harmonis,

berkelanjutan dan tata kelola tanah yang berkeadilan menuju Agam

Sejahtera”.

Misi Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman adalah :

1. Meningkatkan tata kelola sumber daya organisasi yang efektif, efisien dan

akuntabel.

2. Meningkatkan pembangunan perumahan dan permukiman yang didukung

oleh infrastruktur yang memadai.

3. Meningkatkan pembangunan infrastruktur dasar (air dan sanitasi) serta

rumah yang layak huni menuju permukiman sehat.

4. Meningkatkan penataan tempat permukiman dan berusaha sehingga

tercipta perumahan dan permukiman yang harmonis dan berkelanjutan.

5. Meningkatkan pelayanan dibidang pengadaan tanah untuk kepentingan

umum dan pemerintah.

Keterkaitan antara realisasi aktualisasi dan kontribusi pada saat habituasi terhadap

visi dan misi, yaitu:

Hal-41
4.2.1 Konsultasi dengan atasan mengenai isu yang akan diangkat yaitu

optimalisasi laporan bulanan DAK Sanitasi dengan merancang buku capaian

kinerja.

Terlaksananya kegiatan ini sejalan dengan perwujudan dari misi nomor 1

yaitu meningkatkan tata kelola sumber daya organisasi Dinas Perumahan Rakyat

dan Kawasan Permukiman. Dampak jika penulis tidak menerapkan nilai kreatif,

inovasi, sungguh-sungguh, musyawarah, pelayanan publik dan etika berbicara

sopan serta santun maka penulis tidak menggambarkan aparatur Pelayan Publik.

Akibatnya penulis tidak mewujudkan misi No. 1.

4.2.2 Pembuatan Buku Capaian kinerja Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL)

Kegiatan DAK Sanitasi

Pembuatan Buku Capaian Kinerja menggambarkan misi No. 1 yaitu

meningkatkan tata kelola sumber Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan

Permukiman. Jika Penulis tidak menerapkan nilai-nilai yang terkandung

dikegiatan ini seperti membuat buku capaian kinerja secara sistamatis,

bersungguh-sungguh, saling menghargai dan bertanggungjawab maka penulis

tidak dapat mewujudkan misi No.1. Sehingga penulis tidak berperan sebagai ASN

Pelayanan Publik ynag professional dan berkualitas.

4.2.3 Rapat Sosialisasi / penyampaian pengoptimalan kinerja bulanan kepada TFL

DAK Sanitasi melalui Buku Capaian Kinerja Tenaga Fasilitator Lapangan

(TFL) Kegiatan DAK Sanitasi

Rapat Sosialisasi kepada fasilitaor berkaitan dengan misi No.1 yaitu

meningkatkan tata kelola sumber Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan

Hal-42
Permukiman. Nilai yang terdapat kegiatan ini adalah koordinasi, kerja sama,

sopan, santun, hormat, dan mufakat. Dampak jika penulis tidak menerapkan nilai

ini adalah penulis tidak dapat mewujudkan misi no.1 yang tidak menggambarkan

aparatur Pelayanan Publik yang professional, akuntabel dan berkualitas.

4.2.4 Koordinasi dan Pemantauan TFL DAK Sanitasi melaui grup WA

Terlaksananya pemantauan TFL DAK Sanitasi melaui grup diskusi WA

berkaitan dengan misi No.1 yaitu meningkatkan tata kelola sumber Dinas

Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman. Nilai yang terkandung dalam

kegiatan ini adalah partisipatif, etika berbicara sopan dan santun. Tanpa adanya

penulis menerapkan nilai diatas, maka penulis tidak menggambarkan ASN

sebagai pelayanan publik akibatnya tidak terwujud misi No. 1.

4.3 Realisasi Aktualisasi dan Penguatan Nilai-Nilai Organisasi

4.3.1 Konsultasi dengan atasan mengenai isu yang akan diangkat yaitu

optimalisasi kinerja tenaga fasilitator lapangan (TFL) DAK Sanitasi dengan

merancang buku capaian kinerja.

Nilai yang terkandung di kegiatan ini adalah kreatif, inovasi, sungguh-

sungguh, musyawarah, pelayanan publik dan etika berbicara sopan serta santun

sehingga memperkuat nilai tanggung jawab di organisasi. Dampak jika tidak

menerapkan nilai diatas maka penulis tidak menggambarkan sebagai ASN

pelaksana kebijakan publik.

4.3.2 Pembuatan Buku Capaian kinerja TFLTenaga Fasilitator Lapangan (TFL)

Kegiatan DAK Air Minum dan Sanitasi

Hal-43
Selama kegiatan diatas nilai yang terkandung adalah cermat, teliti, sesuai

sistematika yang benar, bersungguh-sungguh, saling menghargai dan

bertanggungjawab. Kegiatan ini akan memperkuat nilai tangggung jawab, dan

bersungguh-sungguh di organisasi. Tanpa menerapkan nilai diatas maka penulis

tidak berperan sebagai ASN pelaksana kebijakan publik dan bertanggung jawab.

4.3.3 Rapat Sosialisasi / penyampaian pengoptimalan kinerja bulanan kepada TFL

DAK Sanitasi melalui Buku Panduan Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL)

Kegiatan DAK Sanitasi

Nilai yang terdapat kegiatan ini adalah koordinasi, kerja sama, sopan,

santun, hormat, dan mufakat. Nilai diatas diterapkan pada kegiatan ini

memperkuat nilai organisasi yaitu tanggung jawab dan profesionalisme di

organisasi. Jika Penulis tidak menerapkan nilai tersebut maka penulis tidak

menggambar sebagai aparatur pelayan publik yang professional.

4.3.4 Koordinasi dan Pemantauan TFL DAK Sanitasi melaui Grup WA

Dengan adanya kegiatan Pemantauan TFL DAK Sanitasi melalui grup

diskusi WA , memperkuat nilai organisasi yaitu profesionalisme, displin dan

bertanggung jawab. Nilai yang terkandung dalam kegiatan diatas adalah

partisipatif, etika berbicara sopan dan santun. Jika Penulis tidak menerapkan nilai

ini maka penulis tidak menggambar sebagai ASN pelayan publik.

4.3.5 Membuat Laporan Kegiatan

Dengan adanga laporan kegiatan yang ditujukan kepada atasan maka

evaluasi dari kegiatan dari buku capaian kinerja ini dapat dilakukan.

Hal-44

Anda mungkin juga menyukai