Anda di halaman 1dari 9

A.

Landasan Teori Mata Pelatihan

1. Sikap Perilaku Bela Negara

Terdapat Tiga Agenda yang perlu dipahami sehingga perilaku bela


negara dapat diimplementasikan dengan mudah di lingkungan pekerjaan,
yaitu : Wawasan Kebangsaan dan Nilai-nilai Bela Negara, Analisis Isu
Kontemporer, dan Kesiapsiagaan Bela Negara.

a) Wawasan Kebangsaan
Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam
rangka mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh
jati diri bangsa (nation character) dan kesadaran terhadap sistem nasional
(national system) yang bersumber dari Pancasila, UUD NRI Tahun 1945,
NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, guna memecahkan berbagai persoalan
yang dihadapi bangsa dan negara demi mencapai masyarakat yang aman,
adil, makmur, dan sejahtera.
Sedangkan Pengertian dari Bela Negara adalah tekad, sikap, dan
perilaku serta tindakan warga negara, baik secara perseorangan maupun
kolektif dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan
keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam
menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara dari berbagai
Ancaman.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2019 tentang Pengelolaan
Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara Pasal 7 Ayat (3), nilai dasar
Bela Negara meliputi :
a. Cinta tanah air;
b. Sadar berbangsa dan bernegara;
c. Setia pada Pancasila sebagai ideologi negara;
d. Rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
e. Kemampuan awal Bela Negara.
b) Analisis Isu Kontemporer
ASN dihadapkan pada pengaruh yang akan datang baik dari internal
maupun eksternal yang semakin lama menggerus landasan kehidupan
berbangsa dan bernegara, yaitu Pancasila, UUD 1945, sebagai konsensus
dasar berbangsa dan bernegara. Fenomena tersebut menjadikan
pentingnya setiap ASN mengenal dan memahami secara kritis terkait isu-
isu yang terjadi atau berpotensi terjadi yang dikenal sebagi isu-isu strategis
kontemporer seperti bahaya paham radikalisme/terorisme, bahaya
narkorba, cyber crime, money laundry, proxy war, dan korupsi
c) Kesiapsiagaan Bela Negara
Adapun berbagai bentuk kesiapsiagaan dimaksud adalah kemampuan
setiap CPNS untuk memahami dan melaksanakan kegiatan olah rasa, olah
pikir, dan olah tindak dalam pelaksanaan kegiatan keprotokolan yang di
dalamya meliputi pengaturan tata tempat, tata upacara (termasuk
kemampuan baris berbaris dalam pelaksaan tata upacara sipil dan kegiatan
apel), tata tempat, dan tata penghormatan yang berlaku di Indonesia sesuai
peraturan perundangan-undangan yang berlaku.

2. Nilai-Nilai Dasar Profesi PNS


Tatanan nilai dasar bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah panduan
perilaku bagi para ASN dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.
Selama ini, nilainilai dasar ASN masih bervariasi di setiap instansi
pemerintah, baik pusat maupun daerah.
Pada 27 Juli 2021 lalu, Presiden Joko Widodo meluncurkan nilai-nilai
dasar (core values) dan employer branding bagi ASN. Nilai-nilai dasar
tersebut dituangkan dalam akronim “ASN BerAKHLAK” dengan employer
branding atau semboyan “Bangga Melayani Bangsa”. Ada tujuh nilai dasar
bagi ASN yang termaktub dalam BerAKHLAK, yakni: Berorientasi Pelayanan,
Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif. Dengan
diluncurkannya core values dan employer branding ASN tersebut boleh dikata
merupakan langkah perubahan besar dan menjadi momentum percepatan
transformasi ASN di seluruh Indonesia.
A. Berorientasi Pelayanan
Berorientasi pada pelayanan dimaksudkan agar ASN dalam
melaksanakan tugas pekerjaannya lebih mengedepankan pemberian
pelayanan yang terbaik kepada masyarakat (publik). Sebagai aparat
birokrasi pemerintah, dalam memberikan pelayanan kepada publik maka
ASN sudah seharusnya berorientasi kepada pemenuhan kepuasan
pengguna layanan (customer service) melalui pelayanan prima.
Pelayanan prima dikembangkan dengan berdasarkan prinsip-prinsip
attitude, attention, dan action. Attitude adalah sikap atau perilaku, attention
adalah bagaimana kita memberikan perhatian , dan action adalah
bagaimana kita melakukan tindakan. Ketiga prinsip tersebut sudah
seharusnya menjadi nilai-nilai mendasar bagi para ASN ketika
memberikan pelayanan kepada masyarakat. Ketika masa lalu ASN banyak
mendapat sorotan publik karena bersikap sebagai pejabat yang minta
dilayani, saatnya kini perilaku tersebut harus dibuang jauh.
B. Akuntabel
Dalam hal ini, akuntabel atau akuntabilitas adalah kewajiban
pertanggungjawaban yang harus dicapai sesuai dengan tanggung jawab
yang menjadi amanahnya baik selaku individu, kelompok atau institusi.
Akuntabel dimaksudkan agar ASN dalam melaksanakan tugas secara
jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan berintegritas tinggi. Melalui
nilai-nilai akuntabilitas tersebut, bertujuan untuk membentuk sikap dan
perilaku ASN dengan mengedepankan kepentingan publik, imparsial, dan
berintegritas. Dalam hal ini, akuntabilitas publik berfungsi untuk
menyediakan kontrol demokratis; mencegah korupsi dan penyalahgunaan
kekuasaan; serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas.
C. Kompeten
Nilai dasar lainnya adalah kompeten, yang berarti kecakapan atau
ketrampilan yang dimiliki seseorang dalam bidangnya. Seorang ASN
sudah seharusnya kompeten atau memiliki kecakapan dan ketrampilan
dalam menjalankan tugas dan pekerjaan yang diembannya. Seseorang
dianggap kompeten apabila mereka dapat melaksanakan tugas-tugas
tertentu secara profesional.
Kompeten berkaitan erat dengan profesionalisme. Profesionalisme ASN
merupakan aspek penting dalam upaya meningkatkan kualitas layanan publik
sesuai dengan agenda reformasi birokrasi. Untuk itu, pengelolaan ASN yang
profesional harus didasarkan pada kualitas, kompetensi, dan hasil penilaian
kinerjanya, sehingga ASN dapat mendukung secara optimal kinerja organisasi
sesuai tugas dan fungsinya masing-masing.
D. Harmonis
Nilai dasar berikutnya adalah harmonis. ASN diharapkan bersikap harmonis
dalam lingkungan kerjanya. Perilaku yang harmonis tergambar dengan sikap
saling menghargai dan peduli dengan sesamanya. Terciptanya harmonisasi
dalam lingkup organisasi dapat membangun lingkungan kerja yang kondusif,
yang pada akhirnya berefek kepada keberhasilan pencapaian tujuan, tugas dan
fungsi organisasi.
Suasana yang harmonis dalam suatu organisasi akan membuat kenyamanan
bagi semua pegawai di lingkungannya. Kenyamanan dalam hubungan yang baik
antar anggota di dalam organisasi akan membuahkan kerjasama yang baik
sehingga memperlancar tugas dan fungsi organisiasi.
E. Loyal
Selanjutnya adalah loyal atau loyalitas, yang bermakna pada kesetiaan atau
kepatuhan. Dalam hal ini, loyalitas dari ASN ditujukan dari sikap dan perilaku
yang memegang teguh ideologi Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;
setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) serta pemerintahan
yang sah; menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan, instansi dan negara; serta
menjaga rahasia jabatan dan negara.
Sebagaimana dimaklumi, ASN adalah pekerja yang digaji oleh negara. Oleh
karena itu, sikap dan perilakunya harus memegang teguh ideologi negara, yaitu
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945; serta setia kepada negara serta
pemerintahan yang sah. Sebagai aparatur negara, dalam menjalankan tugasnya
ASN dilengkapi dengan kewenangan dan sumber daya oleh negara. Dengan
demikian, sudah seharusnya ASN memiliki loyalitas yang tinggi kepada
pemerintah, bangsa dan negara. Loyalitas kepada bangsa dan negara pada
akhirnya bermuara kepada sikap untuk memberikan layanan yang prima dan
mengayomi kepada segenap lapisan warga negara
F. Adaptif
Nilai dasar berikutnya adalah adaptif, atau mudah menyesuaikan diri dengan
keadaan. Dalam hal ini, seorang ASN hendaknya selalu mengembangkan
kreativitas dan terus berinovasi dalam menyikapi perubahan-perubahan yang
terjadi. ASN juga dituntut untuk selalu proaktif dalam menghadapi setiap
perubahan yang terjadi sehingga tidak menghalangi tugas dan tanggung jawab
yang diembannya, utamanya yang berkaitan dengan pelayanan publik.
G. Kolaboratif
Terakhir, nilai dasar ASN adalah kolaboratif. Sikap kolaboratif ditunjukkan
dengan memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi,
terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkan nilai tambah, dan
menggerakkan pemanfaatan berbagai sumber daya untuk tujuan bersama. Nilai
ini diperlukan sebagai upaya dari pemecahan masalah dengan membangun kerja
sama yang sinergis, baik antar sesama ASN maupun antar
Kementerian/Lembaga atau Pemerintah Daerah.
Terkait dengan kolaboratif, Presiden Joko Widodo mengungkapkan bahwa
kolaborasi lintas organisasi dibutuhkan karena terdapat banyak tantangan yang
tidak bisa dipecahkan oleh satu dinas, satu daerah, satu kementerian atau
lembaga, maupun satu keahlian dan satu disiplin ilmu. “Kolaborasi lintas
organisasi, lintas daerah, lintas ilmu, lintas profesi, menjadi sangat penting.
Semua masalah selalu lintas sektor dan lintas disiplin. Saat ini dunia menjadi
serba hybrid, serta kolaboratif, tidak boleh lagi ada ego, baik ego sektor, ego
daerah, dan ego ilmu,” ujar Presiden.

3. Peran dan Kedudukan ASN


A. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai
ASN yang professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari
intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan profesi pegawai
sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya aparatur sipil
Negara yang unggul selaras dengan perkembangan jaman.
B. Smart ASN
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Republik Indonesia (Kementerian PAN dan RB) telah mencanangkan
Kebijakan Manajemen ASN Menuju Smart ASN 2024. Melalui kebijakan
tersebut, diharapkan akan dapat terbentuk Birokrasi berkelas Dunia.
Dalam upaya membentuk Birokrasi berkelas Dunia tersebut, diharapkan
setiap pegawai dapat memiliki profil sebagai Smart ASN, yang terdiri dari
nasionalisme, integritas, wawasan global, hospitality, networking,
penguasaan teknologi informasi, bahasa asing dan entrepreneurship.
Seorang ASN yang ‘Smart’ juga diharapkan dapat berperan sebagai
digital talent dan digital leader yang mendukung transformasi birokrasi di
Indonesia.
1. Nasionalisme
Sebagai seorang aparatur negara, memiliki sikap nasionalisme
tentu sudah menjadi suatu keharusan. Seorang ASN harus memiliki
sikap nasionalisme, yang salah satunya adalah Nasionalisme
Pancasila, yang dapat kita pahami sebagai sebuah pandangan atau
paham kecintaan manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah
airnya yang didasarkan pada nilai-nilai luhur Pancasila.
Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, setiap ASN harus dapat
mengamalkan nilai-nilai Pancasila, seperti nilai Ketuhanan,
Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan.
2. Integritas
Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 60 Tahun 2020 Tentang
Pembangunan Integritas Pegawai Aparatur Sipil Negara, integritas
didefinisikan sebagai konsistensi berperilaku yang selaras dengan nilai,
norma dan/atau etika organisasi, dan jujur dalam hubungan dengan
atasan, rekan kerja, bawahan langsung, dan pemangku kepentingan,
serta mampu mendorong terciptanya budaya etika tinggi, bertanggung
jawab atas tindakan atau keputusan beserta risiko yang menyertainya.
Pengembangan integritas ASN diukur melalui kejujuran,
kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, kemampuan
bekerja sama; dan pengabdian kepada masyarakat, bangsa dan
negara.
3. Wawasan Global
Upaya membentuk ASN yang berwawasan global merupakan
salah satu bagian penting dari pengembangan kompetensi Aparatur
Sipil Negara (ASN), untuk mewujudkan visi Presiden yaitu terwujudnya
Indonesia maju yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian
berlandaskan gotong royong.Dengan wawasan global, diharapkan
ASN dapat membangun pola pikir yang adaptif serta mendukung
fleksibilitas dan inovasi.
4. Hospitality (Keramahan)
ASN adalah seorang pelayan publik. Untuk itu keramahan tentu
menjadi faktor penting yang harus dimiliki. Hospitality atau keramahan
adalah memiliki sifat baik hati dan menarik budi bahasanya, manis tutur
kata dan sikapnya dalam setiap pelaksanaan tugas, khususnya dalam
memberikan pelayanan prima kepada masyarakat.
5. Networking (Jaringan)
Membangun dan menjalin hubungan dengan orang lain atau
organisasi lain juga perlu untuk dilakukan. Mengingat sinergi dengan
instansi atau orang lain, akan dapat mempermudah aparat negara
dalam memberikan pelayanan yang terbaik untuk masyarakat.
6. Penguasaan Teknologi Informasi
Teknologi informasi yang kian hari kian berkembang harus dapat
dirangkul dan dimanfaatkan oleh ASN dalam pelaksanaan tugasnya.
Pada masa kini, penguasaan atas aplikasi perkantoran seperti Word,
Excel dan Powerpoint, dapat dikatakan tidak lagi menjadi nilai tambah.
Tidak menjadi nilai tambah yang dimaksud di sini adalah, penguasaan
akan aplikasi perkantoran tersebut memang sudah sewajarnya dan
seharusnya dikuasai oleh tiap-tiap aparat negara.Salah satu contoh
teknologi informasi yang perlu dikuasai saat ini adalah Cloud
Computing dan pengelolaan Big Data. Sebagaimana kita ketahui
bahwa dua teknologi ini merupakan bagian dari lima pilar revolusi
industri 4.0.
7. Bahasa Asing
Seorang ASN tentu diharapkan dapat sekurang-kurangnya
memahami dan menguasai Bahasa Inggris. Hal ini juga ditegaskan
oleh Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM)
Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) melalui Plt. Sekretaris
BPSDM dalam “Seminar Online Peningkatan Kemampuan Bahasa
Inggris Bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) Dalam Mengelola Pelayanan
Publik” pada Oktober 2021 lalu.Plt. Sekretaris BPSDM Kemendagri
menjelaskan bahwa penguasaan kemampuan bahasa Inggris adalah
salah satu aspek penting lainnya yang perlu dikuasai oleh ASN dalam
menyikapi perkembangan zaman. Terlebih saat ini, hampir semua alat
dan teknologi di era global menggunakan Bahasa Inggris.
Tidak menutup kemungkinan seorang ASN juga dapat menguasai
bahasa asing lain, sebagai nilai tambah. Sebut saja bahasa Mandarin,
Korea dan Jepang. Mengapa tiga bahasa tersebut? Salah satu
faktornya adalah karena kita berada di Indonesia, dan salah satu
kerjasama internasional yang diikuti oleh pemerintah adalah ASEAN
Plus Three, yang dibentuk sejak 1997 dan beranggotakan negara-
negara Asia Tenggara dan tiga negara Asia Timur yakni Tiongkok,
Korea dan Jepang.
8. Entrepreneurship (Kewirausahaan)
Jiwa kewirausahaan yang perlu dimiliki oleh ASN antara lain
adalah keberanian, kreatifitas, inovatif, pantang menyerah serta cerdas
dalam menangkap dan menciptakan peluang.Jiwa kewirausahaan juga
dapat dipahami sebagai bagaimana kita berpikir tentang masa depan
orang banyak, kehidupan orang banyak serta bagaimana kita dapat
mendatangkan kesejahteraan bagi masyarakat.
9

Anda mungkin juga menyukai