Usman Mubarok
14023
DEFINISI
• BBLR Merupakan bayi (neonatus) yang lahir
dengan memiliki berat badan kurang dari 2500
gram atau sampai dengan 2499 gram. (Hidayat,
2005).
• Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah
bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari
2.500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi
(Wong, 2009).
Klasifikasi BBLR
• Prematuritas murni
• Bayi small for gestational age (SGA)
Etiologi BBLR
• Komplikasi obstetrik
• Komplikasi obstetrik
• Faktor ibu
Beberapa faktor yang mempengaruhi
BBLR antara lain :
• Pengaruh umur ibu saat hamil terhadap kejadian BBLR
• Pengaruh pendidikan ibu terhadap kejadian BBLR
• Pengaruh paritas terhadap risiko kejadian BBLR
• Pengaruh umur kehamilan terhadap risiko kejadian
BBLR
• Pengaruh status gizi ibu terhadap kejadian BBLR
• Pengaruh kadar haemogloin ibu terhadap kejadian
BBLR
• Pengaruh penyakit yang diderita ibu terhadap kejadian
BBLR
Lanjutan.....
Adapun hal-hal yang dapat menyebabkan perdarahan post partum adalah sebagai berikut :
a. Atonia uteri
sehingga uterus dalam keadaan relaksasi penuh, melebar, lembek dan tidak mampu
menjalankan fungsi oklusi pembuluh darah. Akibat dari atonia uteri ini adalah terjadinya
pendarahan. Perdarahan pada atonia uteri ini berasal dari pembuluh darah yang terbuka pada
bekas menempelnya plasenta yang lepas sebagian atau lepas keseluruhan. Miometrium
terdiri dari tiga lapisan dan lapisan tengah merupakan bagian yang terpenting dalam hal
c. Retensio plasenta
menakutkan sehingga dalam waktu singkat ibu dapat jatuh kedalam keadaan
syok. Atau dapat berupa perdarahan yang merembes perlahan-lahan tapi terjadi
terus menerus sehingga akhirnya menjadi banyak dan menyebabkan ibu lemas
tekanan darah (sistolik <90 mmHg) nadi (>100x/menit) dan napas cepat, pucat
Pada dasarnya perdarahan terjadi karena pembuluh darah didalam uterus masih
Pada waktu uterus berkontraksi, pembuluh darah yang terbuka tersebut akan
perdarahan akan terhenti. Adanya gangguan retraksi dan kontraksi otot uterus,
utama perdarahan pasca persalinan primer adalah atonia uteri, retensio plasenta,
sisa plasenta, robekan jalan lahir dan inversio uteri. Terbanyak dalam 2 jam
pertama.
persalinan sekunder sering diakibatkan oleh infeksi, penyusutan rahim yang tidak
a. Pemeriksaan Laboratorium
b. Pemeriksaan USG
•Hal ini dilakukan bila perlu untuk menentukan adanya sisa jaringan konsepsi intrauterine.
d. Urinalisis
e. Profil Koagulasi
•Menentukan peningkatan degradasi kadar produk fibrin, penurunan fibrinogen, aktivasi masa
Penatalaksanaan Medis
a. Identitas : Sering terjadi pada ibu usia dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun.
b. Keluhan utama : Perdarahan dari jalan lahir, badan lemah, limbung, keluar
pasca operasi.
a. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b/d penurunan jumlah haemoglobin dalam darah,
perdarahan pasca persalinan .
panas/dingin/tajam/tumpul
cegah/atasi syok, ganti darah yang hilang dengan diberi infus cairan (larutan garam
fisiologis, plasma ekspander, Dextran-L, dan sebagainya), transfusi darah, kalau perlu
oksigen. Walaupun demikian, terapi terbaik adalah pencegahan. Mencegah atau sekurang-
kurangnya bersiap siaga pada kasus kasus yang disangka akan terjadi perdarahan adalah
penting. Tindakan pencegahan tidak saja dilakukan sewaktu bersalin, namun sudah dimulai
sejak ibu hamil dengan melakukan "antenatal care" yang baik. Ibu-ibu yang mempunyai
predisposisi atau riwayat perdarahan post partum sangat dianjurkan untuk bersalin di
Rumah Sakit. Di Rumah Sakit, diperiksa kadar fisik, keadaan umum, kadar Hb, golongan
darah, dan bila mungkin tersedia donor darah. Sambil mengawasi persalianan,
d. Klien dan keluarganya mengekspresikan bahwa dia mengerti tentang komplikasi dan
Kesimpulan
Perdarahan post partum adalah pendarahan yang terjadi sampai 24 jam setelah
kelahiran dan biasanya melibatkan kehilangan banyak darah melalui saluran genital.
Perdarahan postpartum dibagi menjadi dua yaitu perdarahan postpartum primer,
yang terjadi dalam 24 jam setelah bayi lahir dan perdarahan postpartum sekunder
yang terjadi lebih dari 24 jam sampai dengan 6 minggu setelah kelahiran bayi.
Tanda dan gelaja perdarahan postpartum secara umum antara lain perdarahan yang
hebat dan menakutkan sehingga dalam waktu singkat ibu dapat jatuh kedalam
keadaan syok. Pasien mengeluh lemah,limbung, berkeringat dingin, menggigil. Pada
perdarahan melebihi 20% volume total, timbul gejala penurunan tekanan darah
(sistolik <90 mmHg) nadi (>100x/menit) dan napas cepat, pucat (Hb <8%),
extremitas dingin, sampai terjadi syok.
Laporan pendahuluan dan askep mioma uteri
- Perdarahan abnormal
Gangguan yg terjadi umumnya ialah
hipermenore (perdarahan haid yang jumlahnya
banyak), menorgia (haid berlebihan), dan dapat
juga metroragia (pendarahan diluar haid).
- Rasa nyeri
Rasa nyeri bukanlah gejala yg khas tetapi dapat
timbul karena gangguan sirkulasi pada sarang
mioma, yg disertai nekrosis setempat dan
peradangan.
- Gejala dan tanda penekanan
Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat
mioma uteri :
• Penekanan kandung kemih “Poliuri”
• Penekanan uretra “Retensio urin”
• Penekanan ureter “Hidroureter dan Hidronefrosis”
• Penekanan rektum “Obstipasi dan Tenesmia”
• Penekanan pembuluh darah dan pembuluh limfe di
panggul “edema tungkai dan nyeri panggul”
ETIOLOGI
Etiologi pasti belum diketahui
Peningkatan reseptor estorgen-progesteron pada
jaringan mioma uteri mempengaruhi
pertumbuhan tumor.
Faktor predisposisi yg bersifat herediter, telah
diidentifikasi kromosom yg membawa 145 gen yg
diperkirakan berpengaruhi pada pertumbuhan
fibroid. Sebagian ahli mengatakan bahwa fibroid
uteri diwariskan dari gen sisi paternal.
Mioma biasanya membesar pada saat kehamilan
dan mengecil setelah menaupose jarang
ditemukan sebelum menarke (crum, 2005)
patofisiologi
Ammature muscle cell nest dalam miometrium
akan berproliferasi hal tersebut diakibatkan oleh
rangsangan hormon estrogen. Ukuran myoma
sangat bervariasi. Sangat sering ditemukan pada
bagian body uterus (corporeal) tapi dapat juga
terjadi pada servik. Bila tumbuh dengan sangat
besar tumor ini dapat menyebabkan pengahambat
terhadap uterus dan menyebabkan perubahan
rongga uterus. Myoma pada badan uterus dapat
menyebabkan aborsi secara spontan, dan hal ini
menyebabkan kecilnya pembukaan cervik yg
membuat bayi lahir sulit.
Tanda dan gejala
Gejala yg timbul sangat tergantung pada tempat
mioma, besarnya tumor, perubahan dan
komplikasi yg terjadi. Gejala yg mungkin timbul
Diantaranya :
perdarahan abnormal, berupa hipermenore,
menoragia dan metroragia. Faktor-faktor yg
menyebabkan perdarahan antara lain :
- Terjadinya hiperplasia edometrium sampai
adenokarsinoma endometrium karena
pengaruh ovarium
- Permukaan endometrium yg lebih luas dari
pada biasanya
- Atrofi endometrium di atas mioma submukosa
- Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena
adanya mioma diantara serabut miometrium
Rasa nyeri yg mungkin timbul karena gangguan
sirkulasi darah pada sarang mioma, yg di sertai
nekrosis setempat dan peradangan. Nyeri terutama
saat menstruasi.
Pembesaran perut bagian bawah
Uterus membesar merata
Infertilitas & Poliuri
Disminore & Abortus berulang
Konstipasi serta edema tungkai dan nyeri
panggul
Komplikasi
Komplikasi yg dapat terjadi pada mioma uteri
secara umum, yaitu :
a. Degenerasi ganas
Kecurigaan akan keganasan uterus apabila
mioma uteri cepat membesar dan apabila
terjadi pembesaran sarang mioma dan
menopause.
b. Torsi (Putaran tangkai)
Sarang mioma yg bertangkai dapat mengalami
torsi, timbul gangguan sirkulasi akut sehingga
mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadi
sindrom abdomen akut
Diagnosa banding
A. Pengkajian
1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan kegiatan dalam
menghimpun informasi (data2) dari klien. Data yg
didapat dikumpulkan pada klien sesudah
pembedahan total Abdominal Hysterektomy dan
Bilateral Salphingo Oophorectomy (TAH-BSO)
adalah sebagai berikut :
- Usia Mioma biasanya terjadi pada usia
reproduktif, paling sering ditemukan pada usia 35
tahun keatas.
Makin tua usia maka toleransi terhadap nyeri akan berkurang
Orang dewasa mempunyai dan mengetahui cara efektif dalam
menyesuaikan diri terutama terhadap perubahan yg terjadi pada
dirinya akibat tindakan TAH-BSO.
2. Keluhan Utama
Keluhan yg timbul pada hampir tiap jenis operasi adalah rasa
nyeri karena terjadi torehant tarikan, manipulasi jaringan organ.
Rasa nyeri setelah bedah biasanya berlangsung 24-48 jam.
Adapun yg perlu dikaji pada rasa nyeri tersebut adalah : - Lokasi
nyeri
- Intesitas nyeri
- Waktu dan durasi
- Kwalitas nyeri
3. Riwayat Reproduksi
a. Haid
Dikaji tentang riwayat menarche dan
haid terakhir, sebab mioma uteri tidak per
ditemukan sebelum menarche dan
mengalami atrofi pada masa menaupause.
b. Hamil dan Persalinan
- Kehamilan mempengaruhi
pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri
tumbuh cepat pada masa hamil ini
dihubungkan dengan hormon estrogen, pada
masa dihasilkan dalam jumlah yg besar.
- Jumlah kehamilan dan anak yg hidup
mempengaruhi psikologi klien dan keluarga
terhadap hilangnya organ kewanitaan.
4. Data Psikologi
Pengangkatan organ reproduksi dapat sangat
berpengaruh terhadap emosional klien dan
diperlukan waktu u/memulai perubahan yg
terjadi. Organ reproduksi merupakan komponen
kewanitaan, wanita melihat fungsi menstruasi
sebagai lambang feminitas, sehingga
berhentinya menstruasi biasa dirasakan sebagai
hilangnya perasaan kewanitaan.
5. Status Respiratori
Respirasi biasa meningkat/menurun. Pernafasan yg
ribut dapat terdengar tanpa stetoskop. Bunyi pernafasan
akibat lidah jatuh kebelakang/akibat terdapat secret.
Suara paru yg kasar merupakan gejala terdapat secret
pada saluran nafas. Usaha batuk dan bernafas dalam
dilaksanakan segera pada klien yg memakai anestesi
general.
6. Tingkat Kesadaran
Tingkat kesadaran dibuktikan melalui pertanyaan
sederhana yg harus dijawab oleh klien/disuruh
u/melakukan perintah. Variasi tingkat kesadaran dimulai
dari siuman sampai ngantuk, harus diobservasi dan
penuruan tingkat kesadaran merpakan gejala syok.
7. Status Urinaria
Retensi urine paling umum terjadi setelah
pembedahan ginekologi, klien yg hidrasinya
baik biasanya kencing setelah 6 sampai 8 jam
setelah pembedahan. Jumlah autput urine yg
sedikit akibat kehilangan cairan tubuh saat
operasi, muntah akibat anestesi.
B. Diagnosa
1. Perubahan nutris < dari kebutuhan tubuh b.d
anoreksia, keletihan
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d kerusakan
jaringan otot dan system saraf akibat
penyempitan kanalis servikalis oleh myoma
3. Gangguan eliminasi urin (Retensio) b.d
penekanan oleh masa jaringan neoplasma pada
daerah sekitarnya
4. Kurang pengetahuan b.d tidak mengenal
sumber informasi, keterbatasan kognitif.
C. Intervensi
Dx ke-1 “Perubahan nutrisi < dari kebutuhan
tubuh”
Tujuan : Nafsu makan meningkat
KH : Berat badan stabil, penambahan
berat badan kearah normal,
berpartisipasi dalam merangsang
nafsu makan
Langkah-langkah Rasional
Langkah-langkah Rasional
1. Catat pola miksi dan monitor Melihat perubahan pola eliminasi klien
pengeluaran urin
Langkah-langkah Rasional
1.Tinjau ualng pasien / orang Memvalidasi tingkat pemahaman saat
terdekat tentang pemahaman ini
diagnosa, pengobatan
3. Minta pasien umpan balik verbal Kesalahan konsep tentang kanker lebih
dan perbaiki kesalahan konsep mengganggu dari pada kenyataan dan
mempengaruhi pengobatan
IMPLEMENTASI
Disusun oleh :
Nama : Lenih
Nim : 14008
Pengertian
• Atonia uteri ( relaksasi otot uterus) adalah uteri tidak
berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan
pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir). (Depkes
Jakarta;2002 )
• Atonia Uteri adalah kegagalan serabut-serabut otot
miometrium uterus untuk berkontraksi dan memendek.
• Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana terjadinya
kontraksi otot rahinm yang menyebabkan pembuluh
darah pada bekas implantasi plasenta terbuka sehingga
menimbulkan perdarahan.
Etiologi
Penyebab tersering kejadian pada ibu dengan atonia uteri antara lain :
• Overdistention uterus seperti :
1. Gemeli
2. Makrosomia
3. Polihidramnion atau paritas tinggi
4. Umur yang terlalu muda atau terlalu tua
5. Multipara dengan jarak kelahiran pendek
6. Partus lama/partus terlantar
7. Malnutrisi
8. Salah penanganan dalam usaha melahirkan plasenta sedangkan
sebenarnya belum terlepas dari uterus
• Grandemultipara seperti :
1. Uterus yang terlalu regang (hidramnion, hamil ganda, anak besar
(BB>4000gr)
2. Kelainan uterus ( uterus bicornis, mioma uteri,bekas operasi)
3. Plasenta previa dan solutio plasenta (perdarahan antepartum)
4. Partus lama (exhausted mother)
5. Partus precipitates
6. Hipertensi dalam kehamilan (gestosis)
7. Infeksi uterus
8. Anemia
9. Penggunaan oksitosin yang berlebihan dalam persalinan ( induksi partus)
10.Riwayat perdarahan pasca persalinan sebelumnya atau riwayat plasenta
manual
11.Pimpinan kala III yang salah dengan memijit-mijit dan mendorong-
dorong uterus sebelum plasenta terlepas
12.IUFD yang sudah lama, penyakit hati,emboli air ketuban ( koagulopati)
13.Tindakan operatif dengan anestesi umum yang terlalu lama
Manifestasi klinis
Tanda dan gejala yang khas pada antonia uteri adalah
• Uterus tidak berkontraksi dan lembek
• Perdarahan segera setelah anak lahir ( post partum
primer)
• Gejala klinis umum yang terjadi ialah kehhilangan
darah dalam jumlah banyak > 500 ml ), nadi lemah,
pucat, lochea berwarna merah, haus, pusing, gelisah,
letih dan dapat terjadi syol hipovolemik, tekanan
darah rendah, ekstremitas dingin, mual.
Pencegahan
Pemberian oksitosin rutin pada kala III dapat
mengurangi risiko perdarahan pospartum
lebih dari 40%, dan juga dapat mengurangi
kebutuhan obat tersebut sebagai terapi.
Manejemen aktif kala III dapat mengurangi
jumlah perdarahan dalam persalinan, anemia,
dan kebutuhan transfusi darah.
Penatalaksanaan
• kenali dan tegakan diagnosis kerja atonia uteri
• masase uterus
• Kompresi bimanual eksternal
• Kompresi bimanual internal
• Kompresi aorta abdominalis
• prostaglandin F2a
• Laparotomi
• histerektomi
ASUHAN KEPERAWATAN ATONIA UTERI
Pengkajian
1. Data Subjektif
a. Biodata
b. Keluhan
c. Riwayat perkawinan
d. Riwayat Menstruasi
e. Riwayat obstetric yang lalu
f. Riwayat kehamilan sekarang
g. Riwayat kontrasepsi
h. Riwayat kesehatan
2. Data Objektif
• Pemeriksaan umum
• PEMERIKASAAN FISIK
• PEMERIKASAAN PENUNJANG
Diagnosa
• Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan vaskuler yang berlebihan
• Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan
hipovalemia
• Ancietas berhubungan dengan ancaman
perubahan pada status kesehatan atau kematian.
• Nyeri berhubungan dengan trauma atau distensi
jaringan.
Intervensi
DX INTERVENSI RASIONAL
1. 1. Tinjau ulang catatan kehamilan dan 1. Membantu dalam membuat rencana
persalinan/kelahiran, perhatikan faktor- perawatan yang tepat dan memberikan
faktor penyebab atau pemberat pada kesempatan untuk mencegah dan
situasi hemoragi (misalnya laserasi, membatasi terjadinya komplikasi.
fragmen plasenta tertahan, sepsis, 2. Perkiraan kehilangan darah, arteial
abrupsio plasenta, emboli cairan amnion versus vena, dan adanya bekuan-
atau retensi janin mati selama lebih dari bekuan membantu membuat diagnosa
5 minggu) banding dan menentukan kebutuhan
2. Kaji dan catat jumlah, tipe dan sisi penggantian.
perdarahan; timbang dan hitung 3. Derajat kontraktilitas uterus membantu
pembalut, simpan bekuan dan jaringan dalam diagnosa banding. Peningkatan
untuk dievaluasi oleh perawat. kontraktilitas miometrium dapat
3. Kaji lokasi uterus dan derajat menurunkan kehilangan darah.
kontraksilitas uterus. Dengan perlahan Penempatan satu tangan diatas
masase penonjolan uterus dengan satu simphisis pubis mencegah
tangan sambil menempatkan tangan kemungkinan inversi uterus selama
kedua diatas simpisis pubis. masase.
DX INTERVENSI RASIONAL
1 4. Perhatikan hipotensi atau 4. Tanda-tanda ini menunjukan hipovolemi dan
takikardi, perlambatan terjadinya syok. Perubahan pada tekanan darah
pengisian kapiler atau sianosis tidak dapat dideteksi sampai volume cairan telah
dasar kuku, membran mukosa menurun sampai 30 - 50%. Sianosis adalah tanda
dan bibir. akhir dari hipoksia.
5. Pantau masukan dan keluaran, 5. Bermanfaat dalam memperkirakan
perhatikan berat jenis urin. luas/signifikansi kehilangan cairan. Volume
6. Mulai Infus I atau 2 i.v dari perfusi/sirkulasi adekuat ditunjukan dengan
cairan isotonik atau elektrolit keluaran 30 – 50 ml/jam atau lebih besar.
dengan kateter 18 G atau 6. Perlu untuk infus cepat atau multipel dari cairan
melalui jalur vena sentral. atau produk darah untuk meningkatkan volume
Berikan darah lengkap atau sirkulasi dan mencegah pembekuan.
produk darah (plasma, 7. Membantu dalam menentukan kehilangan darah.
kriopresipitat, trombosit) Setiap ml darah membawa 0,5 mg Hb.
sesuai indikasi.
7. Pantau pemeriksaan
laboratotium sesuai indikasi :
Hb dan Ht.
DX INTERVENSI RASIONAL
2 1. Perhatikan Hb/Ht sebelum dan 1. Nilai bandingan membantu menentukan
sesudah kehilangan darah. Kaji beratnya kehilangan darah. Status yang ada
status nutrisi, tinggi dan berat sebelumnya dari kesehatan yang buruk
badan. meningkatkan luasnya cedera dari kekurangan
2. Pantau tanda vital; catat oksigen.
derajat dan durasi episode 2. Luasnya keterlibatan hipofisis dapat
hipovolemik. dihubungkan dengan derajat dan durasi
3. Perhatikan tingkat kesadaran hipotensi. Peningkatan frekuensi pernapasan
dan adanya perubahan prilaku dapat menunjukan upaya untuk mengatasi
4. Kaji warna dasar kuku, mukosa asidosis metabolik.
mulut, gusi dan lidah, 3. Perubahan sensorium adalah indikator dini
perhatikan suhu kulit. dari hipoksia, sianosis, tanda lanjut dan
5. Beri terapi oksigen sesuai mungkin tidak tampak sampai kadar PO2 turun
kebutuhan dibawah 50 mmHg.
6. Pasang jalan napas; penghisap 4. Pada kompensasi vasokontriksi dan pirau organ
sesuai indikasi vital, sirkulasii pada pembuluh darah perifer
diperlukan yang mengakibatkan sianosis dan
suhu kulit dingin.
5. Memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk
transpor sirkulasi kejaringan.
6. Memudahkan pemberian oksigen.
DX INTERVENSI RASIONAL
DI SUSUN OLEH
STELLA SOUHUWAT
14021
Definisi
b. Darah:
1. HB: 5 gr %
2. Eritrosit: 3,5 juta/mm3
3. Leukosit: 8000-10.000 mm3
c. HCG :
Terdapat kuman chorionic gonadotropin dalam urine dihasilkan oleh tropulus ketika ovum yang
dibuahi terbenam dalam endemetrium.
d Pemeriksaan USG:
Beberapa variabel janin dan plasenta lebih jelas dan lebih detail dan tidak ada kontraindikasi
pemeriksaan USG dalam kehamilan
Penanganan
Anamnesa :
1. Menstruasi terakhir.
Riwayat menstruasi yang lengkap diperlukan untuk menetukan
taksiran persalinan (TP).TP ditentukan berdasarkan hari pertama haid
terakhir (HPHT).Untuk menentukan TP berdasrkan HPHT dapat
digunakan rumus Naegle, yaitu hari ditambah tujuh, bulan dikurang
tiga, tahun disesuaikan.
2. Adanya bercak darah yang berasal dari vagina.
3. Nyeri abdomen: kejang, tumpul.
4. Jenis kontrasepsi.
Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibatkan buruk pada janin,
ibu, atau keduanya.Riwayat kontrasepsi yang lengkap harus didaptkan
pada saat kunjungan pertama.Penggunaan kontrasepsi oral sebelum
kelahiran dan berlanjut saat kehamilan yang tidak dikatahui dapat
berakibat buruk pada pembentukan organ seksual janin.
5. Riwayat gangguan tuba sebelumnya.
Kondisi kronis (menahun/terus-menerus) seperti diabetes
melitus, hipertensi, dan penyakit ginjal bisa berefek buruk
pada kehamilan.Oleh karena itu, adanya riwayat infeksi,
prosedur operasi dan trauma pada persalinan sebelumnya
harus didokumentasikan.
6. Tanda-tanda vital.
Pemeriksaan fisik lengkap pada ibu hamil diperlukan untuk
mendeteksi masalah fisik yang dapat dipengaruhi
kehamilan.
a. Tekanan Darah
b. Nadi
c. Frekuensi nafas
d. Suhu
Diagnosa Keperawatan
Kriteria Hasil :
a. Nyeri yang di rasakan berkurang
b. Skala nyeri : 3
c. Klien tampak rileks
Intervensi :
1.Kaji tingkat dan skala nyeri
Rasional : Untuk mengetahui keadaan klien dalam menghadapi nyeri
2.Anjurkan klien untuk melakukan teknik relaksasi (tarik nafas
dalam )
Rasional : Dengan melakukan teknik relaksasi rasa nyeri yang di
rasakan menjadi berkurang.
3.Ajarkan klien untuk melakukan teknik distraksi
Rasional : Dengan teknik distraksi itu untuk melancarkan peredaran
darah merenggangkan otot-otot yang kaku.
4.Kolaborasi dengan Dokter untuk pemberian obat anti analgetik
sesuai indikasi
Rasional : Obat analgetik memberikan rasa nyeri menjadi berkurang.
•
Diagnosa 3 : Kurangnya pengetahuan yang
berhubungan dengan kurang pemahaman atau
tidakmengenal sumber-sumber informasi
Disusun Oleh:
Bella Valencia
14004
Definisi
Abortus Adalah berakhirnya suatu
kehamilan sebelum kehamilan berusia 20
minggu atau kehamilan belum mampu untuk
hidup diluar kandungan. Sarwono,2002.
Lanjutan...
Abortus Insipiens adalah peristiwa
terjadinya perdarahan dari rahim pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dengan
adanya pembukaan leher rahim, namun janin
masih berada di dalam rahim. Pada tahapan
ini terjadi perdarahan dari rahim dengan
kontraksi yang semakin lama semakin kuat
dan semakin sering, diikuti dengan
pembukaan leher rahim.
Tanda dan Gejala
1. Gejala utama
Pendarahan pervagina, keluar gumpalan darah
Rasa mules atau keram perut, nyeri karena kontraksirahim
kuat
Pembukaan osteum uteri, Servile terbuka den terabaketuban
2. Gambaran klinik
Terdapat keterlambatan datang bulan
Terjadi perdarahan
Disertai sakit perut
Dapat diikuti oleh pengeluaran hasil konsepsi
Pemeriksaan hasil tes hamil dapat masih positif atau sudah
negative
Etiologi
Penyebab keguguran sebagian besar tidak diketahui
secara pasti, tetapi terdapat beberapa faktor sebagai
berikut :
1. Faktor Pertumbuhan Hasil Konsepsi
Kelainan pertumbuhan ha sil konsepsi dapat
menimbulkan kematian janin dan cacat bawaan yang
menyebabkan hasil konsepsi dikeluarkan. Gangguan
pertumbuhan hasil konsepsi dapat terjadi karena :
a. Faktor kromosom→ Gangguan terjadi sejak semula
pertemuan kromosom termasuk kromosom sex
Lanjutan...
b. Faktor Lingkungan Endometrium→
Endometrium yang belum siap untuk menerima
implantasi hasil konsepsi
Gizi ibu kurang karena anemia atau terlalu pendek
jarak kehamilan.
c. Pengaruh Luar→
o Infeksi endometrium, endometrium tidak siap
menerima hasil konsepsi
o Hasil konsepsi terpengaruh oleh obat dan radiasi
menyebabkan pertumbuhan hasil konsepsi
terganggu.
2. Kelainan pada Plasenta
a. Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab,
sehingga plasenta tidak dapat berfungsi
b. Gangguan pembuluh darah plasenta,
diantaranya pada diabetes melitus
c. Hipertensi menyebabkan gangguan
peredaran darah plasenta sehingga
menimbulkan keguguran.
3. Penyakit Ibu
a. Penyakit infeksi seperti pneumonia, tyfus
abdominalis, malaria, sifilis
b. Anemia ibu, melalui gangguan nutrisi dan
peredaran O2menunjukkan sirkulasi
retroplasenta.
c. Penyakit menahun ibu seperti hipertensi,
penyakit ginjal, penyakit hati, penyakit DM
4. Kelainan yang Terdapat dalam Rahim
Rahim merupakan tempat tumbuh kembangnya
janin dijumpai keadaan abnormal dalam
mioma uteri, uterus arkuatus, uterus septus,
retrofleksia uteri, seviks inkompeten, bekas
operasi pada serviks ( konasisasi, amputasi
serviks ), robekan serviks post partum.
Faktor penyebab
1. Kelainan ovum
Abortus spontan yang dikarenakan kelainan ovum
berkurang kemunngkinannya jika kehamilan lebih dari 1
bulan, artinya makin muda kehamilan saat terjadinya
abortus, makin besar kemungkinan disebabkan oleh
kelainan ovum.
2. Kelainan genetalia ibu
Misalnya pada ibu yang menderita :
• Anomaly kongital (hipoplasia uteri)
• Kelainan letak dari uterus, seperti retrofleksi uteri
fiksata
Lanjutan...
3. Gangguan sirkulasi plasenta
Di jumpai pada ibu yang menderita penyakit seperti
hipertensi, nefritis
4. Penyakit-penyakit ibu, misalnya: penyakit infeksi yang
dapat menyebabkan demam tinggi seperti tipoid,
pneumonia
5. Antagonis rhesus
Yaitu pada antogonis rhesus darah ibu yang melalui
plasenta merusak darah fetus sehingga terjadi anemia
pada fetus yang berakibat meninggalnya fetus
6. Rangsangan pada ibu yang menyebabkan
uterus berkontraksi, misal: terkejut, ketakutan,
obat-obatan dan lain-lain.
7. Penyakit bapak : umur lanjut, penyakit kronis
seperti TBC, anemi dan lain-lain.
Faktor risiko / predisposisi yang (diduga) berhubungan dengan terjadinya abortus
Intervensi :
• Kaji tingkat pengetahuan/persepsi klien dan keluarga terhadap penyakit
Rasional : Ketidaktahuan dapat menjadi dasar peningkatan rasa cemas
• Kaji derajat kecemasan yang dialami klien
Rasional : Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan penurunan
penialaian objektif klien tentang penyakit
• Bantu klien mengidentifikasi penyebab kecemasan
Rasional : Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan keperawatan
merupakan support yang mungkin berguna bagi klien dan meningkatkan
kesadaran diri klien
• Asistensi klien menentukan tujuan perawatan
bersama
Rasional : Peningkatan nilai objektif terhadap
masalah berkontibusi menurunkan kecemasan
• Terangkan hal-hal seputar aborsi yang perlu
diketahui oleh klien dan keluarga
Rasional : Konseling bagi klien sangat diperlukan bagi
klien untuk meningkatkan pengetahuan dan
membangun support system keluarga; untuk
mengurangi kecemasan klien dan keluarga.
4. Evaluasi
• Kebutuhan cairan tercukupi
• Dapat melakukan aktivitas
• Nyeri dapat terkontrol
• Infeksi tidak terjadi
• Tidak terjadi cemas
Kesimpulan
Abortus insipiens adalah peristiwa terjadinya perdarahan
dari rahim pada kehamilan sebelum 20 minggu, dengan
adanya pembukaan leher rahim, namun janin masih berada
di dalam rahim. Pada tahapan ini terjadi perdarahan dari
rahim dengan kontraksi yang semakin lama semakin kuat
dan semakin sering, diikuti dengan pembukaan leher rahim.
Tanda dan gejalanya yaitu pendarahan pervagina, keluar
gumpalan darah,rasa mules atau keram perut, nyeri karena
kontraksirahim kuat,pembukaan osteum uteri, Servik
terbuka dan teraba ketuban.
HYPERMESIS GRAVIDARUM
DI SUSUN OLEH :
Agustina Yunita
Pengertian
Tingkat I : Ringan
• Mual muntah
• Nafsu makan berkurang
• Berat badan turun
• Rasa nyeri di epigastrium
• Turgor kulit kurang
• Lidah kering
Tingkat II : Sedang
• Mual dan muntah
• Lemah
• Apatis
• Turgor kulit mulai jelek
• Nadi kecil dan cepat
• Suhu badan naik (dehidrasi)
• Ikterus ringan
• Mata cekung
• Tensi turun
• Hemokonsentrasi
• Oliguri dan konstipasi
Tingakat III : Berat
• Keadaan umum jelek
• Kesadaran sangat menurun
• Samnolen sampai koma
• Nadi kecil, halus dan cepat
• Dehidrasi hebat
• Suhu badan naik
• Tensi turun sekali
• Ikterus (Esti, 2009).
DIAGNOSIS
8. Pengobatan bach flower gunakan rescue
remedy jika anda merasa cemas, khususnya jika
kecemasan tersebut membuat mual dan muntah
semakin parah.
2. Usia Kehamilan
Usia kehamilan adalah jumlah minggu lengkap dari hari pertama
menstruasi sampai terakhir bayi lahir, biasanya tanggal persalinan
diperoleh dengan menambahkan 7 hari ke hari pertama menstruasi
terakhir dan menghitung mundur 3 bulan
A. Pengkajian
1.Data Subjektif (pengertian yang dirasakan dan dilaporkan
pasien):
• Mual, muntah yang sering dan menganggu aktivitas yang
terjadi pada trimester 1
• Mulut terasa asam, bibir kering, rasa haus dan kulit kering.
• Hipersalivasi, muntah yang kadang bercampur darah.
• Tidak nafsu makan, badan terasa lemas.
• Berat badan menurun
• Urine berkurang dan warna menjadi lebih gelap
• Konstipasi
• Sakit kepala
2. Data Obyektif (hasil observasi atau yang dapat diperiksa):
• Muntah terus-menerus dengan frekuensi dan volume
yang dapat diobservasi dan dicatat baik pagi, siang
maupun malam hari.
• Pasien sering membuang air liur (hipersalivasi), volume
juga dapat dikumpulkan dalam wadah tertutup dan diukur
• Volume urin berkurang (oliguria) dan konsentrasi tinggi
• Berat badan menurun, tekanan darah menurun dan
takikardia >100 x/menit
• Suhu badan meningkat
• Apatis, kacau dan bingung
• Turgor kulit berkurang
3. Data Riwayat Kesehatan
Pada riwayat kesehatan sekarang terdapat
keluhan yang dirasakan oleh ibu sesuai dengan
gejala-gejala pada hiperemesis gravidarum,
yaitu : mual dan muntah yang terus menerus,
merasa lemah dan kelelahan, merasa haus
dan terasa asam di mulut, serta konstipasi dan
demam. Selanjutnya dapat juga ditemukan
berat badan yang menurun. Turgor kulit yang
buruk dan gangguan elektrolit. Terjadinya
oliguria, takikardia, mata cekung, dan ikterus.
Riwayat kesehatan dahulu
• kemungkinan ibu pernah mengalami
hiperemesis gravidarum sebelumnya.
• kemungkinan ibu pernah mengalami penyakit
yang berhubungan dengan saluran
pencernaan yang menyebabkan mual muntah.
Data penunjang
• Data penunjang didapat dari hasil
laboratorium, pemeriksaan darah dan urine.
Diagnosis keperawatan
Disusun Oleh :
Madaan Karina
14009
A. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Mastitis adalah infeksi peradangan pada mammae,
terutama pada primipara yang biasanya
disebabkan oleh staphylococcus aureus, infeksi
terjadi melalui luka pada putting susu, tetapi
mungkin juga mungkin juga melalui peredaran
darah (Prawirohadjo, 2005 : 701).
Mastitis adalah reaksi sistematik seperti demam,
terjadi 1-3 minggu setelah melahirkan sebagai
komplikasi sumbatan saluran air susu (Masjoer,
2001 : 324).
• Pada mastitis biasanya yang selalu dikeluhkan adalah payudara membesar,
keras, nyeri, kulit merah dan membisul (abses) dan yang pada akhirnya
pecah menjadi borok disertai dengan keluarnya nanah bercampur air susu,
dapat disertai dengan suhu badan naik, menggigil. Jika sudah ditemukan
tanda-tanda seperti ini maka pemberian ASI pada bayi jangan dihentikan,
tetapi sesering mungkin diberikan.
2.1 Gambar pada penykit Matitis
2.Etiologi
• Pada umumnya yang dianggap porte d’entrée dari kuman
penyebab ialah putting susu yang luka atau lecet, dan
kuman per kontinuitatum menjalar ke duktulus-duktulus
dan sinus. Sebagian besar yang ditemukan pada
pembiakan pus ialah stafilokokus aureus.
• Mastitis terjadi akibat invasi jaringan payudara ( misalnya :
glandular, jaringan ikat, areolar, lemak ) oleh organisme
infeksius atau adanya cidera payudara. Organisme yang
umum termasuk S. aureus, streptococci, dan H.
parainfluenzae. Cidera payudara mungkin disebabkan
memar karena manipulasi yang kasar, pembesaran
payudara, statis air susu ibu dalam duktus, atau pecahnya
atau fisura putting susu. Mastitis dapat disebabkan oleh :
a. Bakteri dapat bersal dari beberapa sumber, seperti tangan ibu,
tangan orang yang merawat ibu atau bayi, bayi, duktus laktiferus
darah sirkulasi.
b. Infeksi jamur pada payudara juga dapat terjadi jika bayi mengalami
sariawan, atau jika ibu mengalami infeksi jamur vagina
persisten. Jika putting susu cidera, atau jika ibu menggunakan antibiotic
yang mempengaruhi flora normal kulit, jamur payudara cenderung terjadi.
Infeksi ini dapat diidentifikasi dengan awitan akut nyeri tajam, menusuk
pada putting susu jika bayi menyusu. Penyebab utama mastitis adalah statis
ASI dan infeksi.
c. Statis ASI, Statis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan
efisien dari payudara. Hal ini terjadi jikapayudara terbendung segera setelah
melahirkan, atau setiap saat jika bayi tidak mengisap ASI, kenyutan bayi
yang buruk pada payudara, pengisapan yang tidak efektif, pembatasan
frekuensi/durasi menyusui, sumbatan pada saluran ASI, suplai ASI yang
sangat berlebihan dan menyusui untuk kembar dua/lebih.
d. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko mastitis, yaitu:
1) Umur
Wanita berumur 21-35 tahun lebih sering menderita mastitis dari pada wanita di
bawah usia 21 tahun atau di atas 35 tahun.
2) Paritas
Mastitis lebih banyak diderita oleh primipara.
3) Serangan sebelumnya
Serangan mastitis pertama cenderung berulang, hal ini merupakan
akibat teknik menyusui yang buruk yang tidak diperbaiki.
4) Melahirkan
Komplikasi melahirkan dapat meningkatkan risiko mastitis, walupun
penggunaan oksitosin tidak meningkatkan resiko.
5) Gizi
Asupan garam dan lemak tinggi serta anemia menjadi faktor predisposisi
terjadinya mastitis. Antioksi dan dari vitamin E, vitamin A dan selenium dapat
mengurangi resiko mastitis.
6) Faktor kekebalan dalam ASI
Faktor kekebalan dalam ASI dapat memberikan mekanisme pertahanan
dalam payudara.
7) Stres dan kelelahan
Wanita yang merasa nyeri dan demam sering merasa lelah dan ingin
istirahat, tetapi tidak jelas apakah kelelahan dapat menyebabkan keadaan ini
atau tidak. Stress dan keletihan dikaitkan dengan mastitis. Hal ini masuk akal
karena stress dan keletihan dapat menyebabkan kecerobohan dalam teknik
penanganan, terutama saat mencuci tangan, atau melewatkan waktu
menyusui, atau mengubah frekuensi menyusui yang dapat menyebabkan
pembesaran dan stasis.
8) Pekerjaan di luar rumah
Ini diakibatkan oleh statis ASI karena interval antar menyusui yang panjang
dan kekurangan waktu dalam pengeluaran ASI yang adekuat.
9) Trauma
Trauma pada payudara karena penyabab apapun dapat merusak jaringan
kelenjar dan saluran susu dan hal ini dapat menyebabkan mastitis.
3. Anatomi Fisiologi Payudara
Payudara (buah dada) atau kelenjar mammae adalah salah satu
organ reproduksi pada wanita dan mengeluarkan air susu.
Payudara berfungsi memproduksi ASI terdiri dari lobules-lobulus
yaitu kelenjar yang menghasilkan ASI, tubulus atau duktus yang
menghantarkan ASI dari kelenjar sampai pada puting susu
(nipple). Kelenjar mammae merupakan cirri pembeda pada
semua mamlia. Payudara manusia berbentuk kerucut tapi sering
berukuran tidak sama.
Payudara terletak pada hermithoraks kanan dan kiri dengan
batas-bata yang tampak dari sebagai berikut:
- Superior : iga II atau III
- Inferior: iga VI atau VII
- Medial: pinggir sternum
- Lateral: garis aksillars anterior
• Kulit puting susu berpigmen banyak yang tidak berambut. Papilla dermis
mengandug banyak kelenjar sabasea. Kulit areola juga berpigmen banyak
tetapi berbeda dengan kulit puting susu, ia kadang-kadan mengandung
folikel rambut. Kelenjar sebaseanya biasanya terlihat sebagai nodulus
kecil pada permukaan areola dan disebut kelenjar Montgomery.
• Payudara dibagi menjadi empat kuadran. Dua gari khayalan ditarik
melalui puting susu, masing-masing saling tegak luru. Jika payudara
dibayangkan sebgai piring sebug jam, satu gari menghubungkan “jam 12
dengan jam 6” dan garis lainnya menghubungkan “ jam 3 dengan jam 9”.
Empat kuadra yang dihasilkannya adalah kuadran atas luar (supero
lateral)atas adalam (supero medial), bawah luar (infero lateral), dan
bawah dalam (infro medial). Ekor payudara merupakan perluasan
kuadran atas luar (supero lateral). Ekor payudara memanjang sampai ke
aksilla dan cenderung lebih tebal ketimbang payudara lainnya. Kuadran
luar atas ini mengandung masa jaringan kelenjar mammae yang lebih
banyak atau langsung di belakang areola dan sering menajdi tempat
neoplasia.
Pada kuadran media atas da lateral bawah, jaringa kelenjar
lebih sedikit jumlahnya, dan paling minimal adalah yang
dikuadran medial bawah. Jaringan kelenjar payudara
tambahan dapat terjadi disepanjang garis susu yang
membentang dari lipatan garis aksillaris anterior, menurun
hingga lipatan paha. Payudara normal mengandung jaringan
kelenjar, duktus, jaringan otot penyokong lemak, pembuluh
darah, saraf dan pembuluh limfe. Jaringan kelenjar, duktus dan
jaringan penyokong. Jaringan kelenjar terdiri dari 15-25 lobus
yang tersebar radier mengelilingi puting. Tiap-tiap segmen
mempunyai satu aliran yang akan berdilatasi, sesamspainya di
belakang areola. Pada retro areola. Pada retro areolar ini ,
duktus yang berdilatasi itu mejadi lembut kecual ibu selama
masa menyusui, ia akan mengalami distensi.
Masing-masiang duktus ini tak berisi, dan mempunyai
satu bukaan kea rah puting (duktus eksretorius). Tiap lobus
dibagi menjadi 50-57 lobulus, yang bermuara ke dalam
suatu duktus yang mengalirkan isinya ke dalam duktus
aksretorius labus itu. Setiap loblus atas sekelompok alveolus
yang bermuar ake adalam laktiferus (saluran airu susu) yang
bergabung dengan duktus-duktus linnya untuk membentuk
saluran yang lebih besr dan berakhir dalam saluran
sekretorik. Ketika saluran-saluran ini mendekati puting,
membesar untuk wasah penampungan air susu (yang disebut
sinus laktiferus) kemudia salura-saluran itu tersebut
menyempit lagi dan menembus puting dan bermuara di atas
permukaannya.
Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di atas otot
dada. Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia
mempunyai sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat
hamil 600 gram dan saat menyusui 800 gram.
Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu :
a. Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar
- Alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari alveolus
adalah sel Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh
darah.Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus.
- Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada
tiap payudara.
- ASI dsalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian
beberapa duktulus bergabung membentuk saluran yang lebih besar
(duktus laktiferus).
b. Areola (bagian yang kehitaman di tengah)
- Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar
melebar, akhirnya memusat ke dalam puting dan bermuara ke
luar. Di dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran terdapat
otot polos yang bila berkontraksi dapat memompa ASI keluar.
c. Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak
payudara. Bentuk puting ada empat, yaitu bentuk yang normal,
pendek/ datar, panjang dan terbenam (inverted).
1. Pengkajian
a. Identitas
b. Keluhan utama
Biasanya pasien dengan mastitis mengeluh adanya benjolan yang menekan
payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras, bengkak, nyeri.
c. Riwayat Kesehatan
- Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengeluh nyeri pada payudara, payudara terlihat bengkak dan berwarna merah,
ada luka lecet pada putting susu, pada saat pengkajian.
- Tanda-tanda Vital
- Persepsi dan Pemeliharaan - Kulit
Kesehatan
- Kepala
- Pola Nutrisi / Metabolik - Wajah
- pola Eliminasi - Mata
- Pola Aktivitas dan Latihan - Hidung
- Pola Tidur dan Istirahat - Mulut
- Pola Kognitif dan - Telinga
Perseptual - Tenggorokan
- Pola Seksual dan - Leher
Reproduksi - Kelenjar Getah Bening
- Pola Peran dan Hubungan - Payudara
- Toraks
e. Jantung
• Inspeksi: iktus kordis tidak tampak
• Palpasi: iktus kordis tidak kuat angkat
• Perkusi: batas jantung kesan tidak melebar
• Auskultasi: BJ I-II intensitas normal, regular
Paru-paru
• Inspeksi: pengembangan dada kanan=kiri simetris
• Palpasi: fremitus raba dada kanan=kiri
• Perkusi: sonor diseluruh lapang paru
• Auskultasi: vesikuler (+/+)
Abdomen
• Inspeksi: dinding perut lebih tinggi dari dinding dada karena post parturn
sehingga pembesaran fundus masih terlihat.
• Auskultasi: BU (+) normal
• Perkusi: tympani
• Palpasi: supel, hepar dan lien tidak teraba.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan proses
inflamasi
b. Gangguan Peningkatan suu tubuh
berhubungan dengan proses nfeksi
c. Resiko infeksi pada bayi berhubungan
dengan terjadi abses pada mamae
d. Keidakefektifan pemberian asi
Berhubungan dengan terhentiny menyusui
skunder akibat ibu yang sakit,bayi tidak mau
menyusui
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi Rasional
1. Ajarkan teknik relasksasi 1.Teknik relaksasi akan sangat membantu
mengurangi rasa nyeri
Intervesi Rasional
1. Beri penjelasan kepada pasien dan 1. Agar pasien dan keluarga mengetahui
keluarga terhadap peningkatan suhu sebab peningkatan suhu tubuh dan dapat
tubuh pasien mengurangi kecemasan
Disusu Oleh :
Poppy Eriska
3. PATOFISIOLOGI
Pada preeklampsia terdapat penurunan aliran darah. Perubahan ini menyebabkan prostaglandin
plasenta menurun dan mengakibatkan iskemia uterus. Keadaan iskemia pada uterus , merangsang
pelepasan bahan tropoblastik yaitu akibat hiperoksidase lemak dan pelepasan renin uterus. Bahan
tropoblastik menyebabkan terjadinya endotheliosis menyebabkan pelepasan tromboplastin.
Tromboplastin yang dilepaskan mengakibatkan pelepasan tomboksan dan aktivasi / agregasi
trombosit deposisi fibrin. Pelepasan tromboksan akan menyebabkan terjadinya vasospasme
sedangkan aktivasi/ agregasi trombosit deposisi fibrin akan menyebabkan koagulasi intravaskular
yang mengakibatkan perfusi darah menurun dan konsumtif koagulapati. Konsumtif koagulapati
mengakibatkan trombosit dan faktor pembekuan darah menurun dan menyebabkan gangguan faal
hemostasis. Renin uterus yang di keluarkan akan mengalir bersama darah sampai organ hati dan
bersama- sama angiotensinogen menjadi angiotensi I dan selanjutnya menjadi angiotensin II.
Angiotensin II bersama tromboksan akan menyebabkan terjadinya vasospasme. Vasospasme
menyebabkan lumen arteriol menyempit. Lumen arteriol yang menyempit menyebabkan lumen
hanya dapat dilewati oleh satu sel darah merah. Tekanan perifer akan meningkat agar oksigen
mencukupi kebutuhab sehingga menyebabkan terjadinya hipertensi. Selain menyebabkan
vasospasme, angiotensin II akan merangsang glandula suprarenal untuk mengeluarkan
aldosteron. Vasospasme bersama dengan koagulasi intravaskular akan menyebabkan gangguan
perfusi darah dan gangguan multi organ.
• Gangguan multiorgan terjadi pada organ- oragan tubuh diantaranya otak, darah,
paru- paru, hati/ liver, renal dan plasenta. Pada otak akan dapat menyebabkan
terjadinya edema serebri dan selanjutnya terjadi peningkatan tekanan intrakranial.
Tekanan intrakranial yang meningkat menyebabkan terjadinya gangguan perfusi
serebral , nyeri dan terjadinya kejang sehingga menimbulkan diagnosa
keperawatan risiko cedera. Pada darah akan terjadi enditheliosis menyebabkan sel
darah merah dan pembuluh darah pecah. Pecahnya pembuluh darah akan
menyebabkan terjadinya pendarahan,sedangkan sel darah merah yang pecah akan
menyebabkan terjadinya anemia hemolitik. Pada paru- paru, LADEP akan
meningkat menyebabkan terjadinya kongesti vena pulmonal, perpindahan cairan
sehingga akan mengakibatkan terjadinya oedema paru. Oedema paru akan
menyebabkan terjadinya kerusakan pertukaran gas. Pada hati, vasokontriksi
pembuluh darah menyebabkan akan menyebabkan gangguan kontraktilitas
miokard sehingga menyebabkan payah jantung dan memunculkan diagnosa
keperawatan penurunan curah jantung. Pada ginjal, akibat pengaruh aldosteron,
terjadi peningkatan reabsorpsi natrium dan menyebabkan retensi cairan dan dapat
menyebabkan terjadinya edema sehingga dapat memunculkan diagnosa
keperawatan kelebihan volume cairan. Selin itu, vasospasme arteriol pada ginjal
akan meyebabkan penurunan GFR dan permeabilitas terrhadap protein akan
meningkat.
• Penurunan GFR tidak diimbangi dengan peningkatan reabsorpsi oleh tubulus sehingga
menyebabkan diuresis menurun sehingga menyebabkan terjadinya oligouri dan anuri. Oligouri
atau anuri akan memunculkan diagnosa keperawatan gangguan eliminasi urin. Permeabilitas
terhadap protein yang meningkat akan menyebabkan banyak protein akan lolos dari filtrasi
glomerulus dan menyenabkan proteinuria. Pada mata, akan terjadi spasmus arteriola
selanjutnya menyebabkan oedem diskus optikus dan retina. Keadaan ini dapat menyebabkan
terjadinya diplopia dan memunculkan diagnosa keperawatan risiko cedera. Pada plasenta
penurunan perfusi akan menyebabkan hipoksia/anoksia sebagai pemicu timbulnya gangguan
pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat terjadinya Intra Uterin Growth Retardation
serta memunculkan diagnosa keperawatan risiko gawat janin.
• Hipertensi akan merangsang medula oblongata dan sistem saraf parasimpatis akan meningkat.
Peningkatan saraf simpatis mempengaruhi traktus gastrointestinal dan ekstrimitas. Pada
traktus gastrointestinal dapat menyebabkan terjadinya hipoksia duodenal dan penumpukan ion
H menyebabkan HCl meningkat sehingga dapat menyebabkan nyeri epigastrik. Selanjutnya
akan terjadi akumulasi gas yang meningkat, merangsang mual dan timbulnya muntah sehingga
muncul diagnosa keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Pada
ektrimitas dapat terjadi metabolisme anaerob menyebabkan ATP diproduksi dalam jumlah
yang sedikit yaitu 2 ATP dan pembentukan asam laktat. Terbentuknya asam laktat dan
sedikitnya ATP yang diproduksi akan menimbulkan keadaan cepat lelah, lemah sehingga
muncul diagnosa keperawatan intoleransi aktivitas. Keadaan hipertensi akan mengakibatkan
seseorang kurang terpajan informasi dan memunculkan diagnosa keperawatan kurang
pengetahuan.
• KLASIFIKASI
• Pre-Eklampsia dibagi menjadi 2 golongan, yaitu sebagai berikut :
• a. Pre-Eklampsia Ringan
• Bila disertai keadaan sebagai berikut:
• 1) Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring
terlentang; atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih; atau kenaikan sistolik 30 mmHg
atau lebih .Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak
periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam.
• 2) Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka; atau kenaikan berat 1 kg atau lebih per
minggu.
• 3) Proteinuria kwantatif 0,3 gr atau lebih per liter; kwalitatif 1 + atau 2 + pada urin
kateter atau midstream.
• b. Pre-Eklampsia Berat
• 1) Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
• 2) Proteinuria 5 gr atau lebih per liter.
• 3) Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam .
• 4) Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri pada epigastrium.
• 5) Terdapat edema paru dan sianosis.
• Eklampsia dibagi menjadi 3 golongan, yaitu sebagai berikut :
• a. Eklampsia Gravidarum
• 1) kejadian 150 % sampai 60 %
• 2) serangan terjadi dalam keadaan hamil
• b. Eklampsia Parturientum
• 1) Kejadian sekitar 30 % sampai 35 %
• 2) Saat sedang inpartu
• 3) Batas dengan eklampsia gravidarum sukar ditentukan
terutama saat mulai inpartu.
• c. Eklampsia Puerperium
• 1) Kejadian jarang
• 2) Terjadinya serangan kejang atau koma setelah persalinan
berakhir.
• . GEJALA KLINIS
• Diagnosis eklampsia ditegakkan berdasarkan gejala-gejala preaklampsia
disertai kejang atau koma, sedangkan bila terdapat gejala preeklampsia
berat disertai salah satu gejalanya, yaitu sebagai berikut:
• a. Nyeri kepala hebat pada bagian depan atau belakang kepala yang
diikuti dengan peningkatan tekanan darah yang abnormal. Sakit kepala
tersebut terus menerus dan tidak berkurang dengan pemberian aspirin
atau obat sakit kepala lain
• b. Gangguan penglihatan pasien akan melihat kilatan-kilatan cahaya,
pandangan kabur, dan terkadang bisa terjadi kebutaan sementara.
• c. Iritabel ibu merasa gelisah dan tidak bisa bertoleransi dengan suara
berisik atau gangguan lainnya
• d. Nyeri perut pada bagian ulu hati yang kadang disertai dengan muntah
• e. Gangguan pernafasan sampai cyanosis
• f. Terjadi gangguan kesadaran
• . PEMERIKSAAN PENUNJANG
• a) Pemeriksaan Laboratorium
• 1) Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
• a. Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr% )
• b. Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol% )
• c. Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3)
• 2) Urinalisis
• Ditemukan protein dalam urine.
• 3) Pemeriksaan Fungsi hati
• a. Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl )
• b. LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat
• c. Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.
• d. Serum Glutamat pirufat transaminase ( SGPT ) meningkat ( N= 15-45 u/ml )
• e. Serum glutamat oxaloacetic trasaminase ( SGOT ) meningkat ( N= <31 u/l )
• f. Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl )
• 4) Tes kimia darah
• Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl )
• b) Radiologi
• 1) Ultrasonografi
• Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan
volume cairan ketuban sedikit.
• 2) Kardiotografi
• Diketahui denyut jantung janin bayi lemah.
• DIAGNOSA
• Diagnosis ditegakkan berdasarkan :
• a. Gambaran Klinik
• Pertambahan berat badan yang berlebihan, edema, hipertensi,
dan timbul proteinuria
• b. Gejala Subyektif
• Sakit kepala didaerah fromtal, nyeri epigastrium; gangguan
visus; penglihatan kabur, skotoma, diplopia; mual dan muntah.
• c. Gangguan Serebral Lainnya
• Refleks meningkat, dan tidak tenang
• d. Pemeriksaan
• Tekanan darah tinggi, refleks meningkat dan proteinuria pada
pemeriksaan laboratorium
• . TERAPI/TINDAKAN PENANGANAN
• a) Penatalaksanaan Pre-Eklamsia
• 1) Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Ringan
• a. Dapat dikatakan tidak mempunyai risiko bagi ibu maupun janin
• b. Tidak perlu segera diberikan obat antihipertensi atau obat lainnya, tidak perlu dirawat
kecuali tekanan darah meningkat terus (batas aman 140-150/90-100 mmhg).
• c. Istirahat yang cukup (berbaring / tiduran minimal 4 jam pada siang hari dan minimal 8
jam pada malam hari)
• d. Pemberian luminal 1-2 x 30 mg/hari bila tidak bisa tidur
• e. Pemberian asam asetilsalisilat (aspirin) 1 x 80 mg/hari.
• f. Bila tekanan darah tidak turun, dianjurkan dirawat dan diberi obat antihipertensi :
metildopa 3 x 125 mg/hari (max.1500 mg/hari), atau nifedipin 3-8 x 5-10 mg/hari, atau
nifedipin retard 2-3 x 20 mg/hari, atau pindolol 1-3 x 5 mg/hari (max.30 mg/hari).
• g. Diet rendah garam dan diuretik tidak perlu
• h. Jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa tiap 1 minggu
• i. Indikasi rawat : jika ada perburukan, tekanan darah tidak turun setelah 2
minggu rawat jalan, peningkatan berat badan melebihi 1 kg/minggu 2 kali
berturut-turut, atau pasien menunjukkan tanda-tanda pre-eklampsia berat.
Berikan juga obat antihipertensi.
• j. Jika dalam perawatan tidak ada perbaikan, tatalaksana sebagai pre-
eklampsia berat. Jika perbaikan, lanjutkan rawat jalan
• k. Pengakhiran kehamilan : ditunggu sampai usia 40 minggu, kecuali
ditemukan pertumbuhan janin terhambat, gawat janin, solusio plasenta,
eklampsia, atau indikasi terminasi lainnya. Minimal usia 38 minggu, janin
sudah dinyatakan matur.
• l. Persalinan pada pre-eklampsia ringan dapat dilakukan spontan, atau
dengan bantuan ekstraksi untuk mempercepat kala II.
• 2) Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Berat
• Dapat ditangani secara aktif atau konservatif. Aktif berarti : kehamilan
diakhiri / diterminasi bersama dengan pengobatan medisinal. Konservatif berarti
: kehamilan dipertahankan bersama dengan pengobatan medisinal. Prinsip :
Tetap PEMANTAUAN JANIN dengan klinis, USG, kardiotokografi !!!
• ) Penatalaksanaan Eklampsia
• 1) Tujuan Terapi Eklampsia
• a. Menghentikan berulangnya serangan kejang
• b. Menurunkan tensi, dengan vasosporus
• c. Menawarkan hasmokonsentrasi dan memperbaiki diveres dengan pemberian glucose 5%-10%
• d. Mengusahakan supaya O2 cukup dengan mempertahankan kebebasan jalan nafas.
• 2) Penanganan Kejang
• a. Beri obat anti konvulsan
• b. Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, sedeka, sedotan, masker O2 dan tabung O2 )
• c. Lindungi pasien dengan keadaan trauma
• d. Aspirasi mulut dan tonggorokkan
• e. Baringkan pasien pada posisi kiri, trendelenburg untuk mengurangi resiko aspirasi
• f. Beri oksigen 4-6 liter / menit
• 3) Penanganan Umum
• a. Jika tekanan diastolic > 110 mmHg, berikan hipertensi sampai tekanan diastolic diantara 90-100 mmHg.
• b. Pasang infuse RL dengan jarum besar (16 gauge atau lebih)
• c. Ukur keseimbangan cairan jangan sampai terjadi overload
• d. Kateterisasi urine untuk mengeluarkan volume dan proteinuric
• e. Jika jumlah urine kurang dari 30 ml / jam
• f. Infus cairan dipertahankan 1 1/8 ml/jam
• g. Pantau kemungkinan oedema paru
• h. Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin.
• i. Observasi tanda-tanda vital, refleks dan denyut jantung setiap jam
• j. Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda oedema paru. Jika ada oedema paru hentikan pemberian cairan dan
berikan diuretic
• k. Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan beadside
• l. Dosis awal : beri MgSO4 (4 gram) per IV sebagai larutan 20%,
selama 5 menit. Diikuti dengan MgSO4 (50%) 5 gr 1ml dengan 1 ml
lignokain 2% (dalam setopril yang sama) pasien akan merasa agar
panas sewaktu pemberian MgSO4
• m. Dosis pemeliharaan : MgSO4 (50%) 5 gr + lignokain 2% (1ml) 1
m setiap 4 jam kemudian dilanjutkan sampai 24 jam pasca
persalinan atau kejang terakhir
• n. Sebelum pemberian MgSO4 periksa : frekuensi pernafasan
minimal 16 / menit. Refleks Patella (+), urin minimal 30 ml / jam
dalam 4 jam terakhir
• o. Stop pemberian MgSO4, jika : frekuensi pernafasan < / >
• p. Siapkan antidotlim jika terjadi henti nafas, Bantu dengan
ventilator. Beri kalsium glukonat 2 gr ( 20 ml dalam larutan 10%) IV
perlahan-lahan sampai pernafasan mulai lagi.
• 10. KOMPLIKASI
• Tergantung pada derajat preeklampsi yang dialami. Namun yang termasuk komplikasi
antara lain:
• 1. Pada Ibu
• a. Eklapmsia
• b. Solusio plasenta
• c. Pendarahan subkapsula hepar
• d. Kelainan pembekuan darah ( DIC )
• e. Sindrom HELPP ( hemolisis, elevated, liver,enzymes dan low platelet count )
• f. Ablasio retina
• g. Gagal jantung hingga syok dan kematian.
• 2. Pada Janin
• a. Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus
• b. Prematur
• c. Asfiksia neonatorum
• d. Kematian dalam uterus
• e. Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal
• KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
• 1. PENGKAJIAN
• Data yang dikaji pada ibu bersalin dengan pre eklampsia adalah :
• a. Data subyektif :
• 1) Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida , < 20 tahun atau > 35
tahun
• 2) Riwayat kesehatan ibu sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema,
pusing, nyeri epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur
• 3) Riwayat kesehatan ibu sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler
esensial, hipertensi kronik, DM
• 4) Riwayat kehamilan: riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion
serta riwayat kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya
• 5) Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun
selingan
• 6) Psikososial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan
kecemasan, oleh karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya.
• b. Data Obyektif :
• 1) Inspeksi : edema yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam
• 2) Palpasi : untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema
• 3) Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress
• 4) Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM ( jika
refleks+)
• 5) Pemeriksaan penunjang :
• 1) Tanda vital yang diukur dalam posisi terbaring atau tidur, diukur 2 kali dengan
interval 6 jam
• 2) Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya
meningkat hingga 0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar
hematokrit menurun, BJ urine meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid
biasanya > 7 mg/100 ml
• 3) Berat badan : peningkatannya lebih dari 1 kg/minggu
• 4) Tingkat kesadaran ; penurunan GCS sebagai tanda adanya kelainan pada otak
• 5) USG ; untuk mengetahui keadaan janin
• 6) NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin
• DIAGNOSA KEPERAWATAN
• 1) Gangguan perfusi jaringan b/d penurunan kardiak out put sekunder
terhadap vasopasme pembuluh darah.
• 2) Resiko terjadi gawat janin intra uteri (hipoksia) b/d penurunan suplay O2
dan nutrisi kejaringan plasenta sekunder terhadap penurunan cardiac out put.
• 3) Kelebihan volume cairan b/d peningkatan retensi urine dan edema
berkaitan dengan hipertensi pada kehamilan
• 4) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d masukan tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik dan menggantikan kehilangan.
• 5) Risiko kejang pada ibu b/d penurunan fungsi organ (vasospasme dan
peningkatan tekanan darah).
• 6) Nyeri akut b/d peningkatan tekanan vaskuler cerebral akibat hipertensi
• 7) Risiko cedera ibu b/d edema / hipoksia jaringan.
• 8) Kurang pengetahuan mengenai penatalaksanaan terapi dan perawatan b/d
misinterpretasi informasi
• 9) Pola nafas tidak efektif b/d penurunann ekspansi paru.
• INTERVENSI KEPERAWATAN
• 1) Gangguan Perfusi Jaringan b/d Penurunan Kardiak Out Put
Sekunder Terhadap Vasopasme Pembuluh Darah
• Tujuan :
• Perfusi jaringan otak adekuat danTercapai secara optimal.
• Kriteria Hasil :
• - Tekanan systole dan diastole dalam rentang yang
diharapkan
• - Menunjukkan fungsi sesori motori cranial yang utuh :
tingkat kesadaran membaik, tidak ada gerakan involunter
• Intervensi:
• a. Monitor perubahan tiba-tiba atau gangguan mental kontinu
( cemas bingung, letargi, pingsan )
• b. Obsevasi adanya pucat, sianosis, belang, kulit dingin/ lembab,
cacat kekuatan nadi perifer.
• Kaji tanda Homan ( nyeri pada betis dengan posisi
dorsofleksi ) eritema, edema
• d. Dorong latihan kaki aktif / pasif
• e. Pantau pernafasan
• f. Kaji fungsi GI, catat anoreksia, penurunan bising usus,
muntah/ mual, distaensi abdomen, kontipasi
• g. Pantau masukan dan perubahan keluaran
• 2) Resiko Terjadi Gawat Janin Intra Uteri (Hipoksia) b/d
Penurunan Suplay O2 dan Nutrisi Kejaringan Plasenta
Sekunderterhadap Penurunan Cardiac Out Put.
• Tujuan:
• Gawat janin tidak terjadi, bayi Dapat dipertahankan sampai
Umur 37 minggu dan atau BBL ≥ 2500 g.
• Intervensi:
• a. Anjurkan penderita untuk tidur miring ke kiri
• b. Anjurkan pasien untuk melakukan ANC secara teratur sesuai dengan masa
kehamilan:
• 1) 1 x/bln pada trisemester I
• 2) 2 x/bln pada trisemester II
• 3) 1 x/minggu pada trisemester III
• c. Pantau DJJ, kontraksi uterus/his gerakan janin setiap hari
• d. Motivasi pasien untuk meningkatkan fase istirahat
• 3) Kelebihan Volum Cairan b/d Peningkatan Retensi Urine Dan Edema Berkaitan
Dengan Hipertensi Pada Kehamilan
• Tujuan :
• Kelebihan volume cairan teratasi.
• Kriteria hasil :
• - Bebas dari edema dan effuse
• - Bunyi nafas bersih tidak ada dispneu/ortopneu
• - Terbebas dari distensi vena jugularis
• Intervensi:
• a. Auskultasi bunyi nafas akan adanya krekels.
• b. Catat adanya DVJ, adanya edema dependen
• c. Ukur masukan atau keluaran, catat
penurunan pengeluaran, sifat konsentrasi, hitung
keseimbangan cairan.
• d. Pertahankan pemasukan total cairan 2000
cc/24 jam dalam toleransi kardiovaskuler.
• e. Berikan diet rendah natrium atau garam.
• ) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d masukan tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan metabolik dan menggantikan kehilangan.
• Tujuan :
• - Status nutrisi normal
• - Berat badan meningkat
• - Tidak ada tanda malnutrisi
• Kriteria Hasil:
• - Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
• - Berat badan ideal seuai dengan tinggi badan
• - Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
• - Tidak terjadi malnutrisi
• - Menunjukan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
• - Tidak ada tand penurunan berat badan
• Intervensi:
• 1. Kaji alergi makanan
• 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhakan pasien
• 3. Anjurkan pasien untuk meningkatka intake Fe
• 4. Anjurka pasien untu meningkatkan protein dan vitamin c
• 5. Berikan substansi gula
• 6. Yakinkan diet yang dimakan mengandung serat tinggi untik mencegah konstipasi
• 7. Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasiskan dengan ahli gisi)
• 8. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.
• 9. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
• 10. Kaji kemampuan pasien mendapatkan nutrisi
• Risiko kejang pada ibu b/d penurunan fungsi organ (vasospasme dan peningkatan tekanan
darah).
• Tujuan :
• Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi kejang pada ibu
• Kriteria Hasil :
• a. Kesadaran : compos mentis, GCS : 15 ( 4-5-6 )
• b. Tekanan Darah normal
• Intervensi :
• a. Monitor tekanan darah tiap 4 jam
• R/. Tekanan diastole > 110 mmHg dan sistole 160 atau lebih merupkan indikasi dari PIH
• b. Catat tingkat kesadaran pasien
• R/. Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan aliran darah otak
• c. Kaji adanya tanda-tanda eklampsia ( hiperaktif, reflek patella dalam, penurunan
nadi,dan respirasi, nyeri epigastrium dan oliguria )
• R/. Gejala tersebut merupakan manifestasi dari perubahan pada otak, ginjal, jantung dan paru
yang mendahului status kejang
• d. Monitor adanya tanda-tanda dan gejala persalinan atau adanya kontraksi uterus
• R/. Kejang akan meningkatkan kepekaan uterus yang akan memungkinkan terjadinya
persalinan
• e. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian anti hipertensi dan SM
• R/. Anti hipertensi untuk menurunkan tekanan darah dan SM untuk mencegah terjadinya
kejang
• Nyeri akut b/d peningkatan tekanan vaskuler cerebral akibat hipertensi
• Tujuan :
• - Nyeri mendekati normal
• - Nyeri terkontrol
• - Pasien merasa nyaman
• Kriteria hasil :
• - Mampu mengontrol nyeri ( tahu penyebab nyeri , mampu menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri)
• - Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
• - Mampu mengenali nyeri ( skala, intensitas, frekuensi dan tanda )
• - Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
• Intervensi :
• 1. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
• 2. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
• 3. Kaji penyebab nyeri
• 4. Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
• 5. Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan control nyeri masa lampau
• 6. Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
• 7. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan ,pencahayaan dan kebisingan
• 8. Kurangi factor prepitasi nyeri
• 9. Pilih dan lakukan penanganan nyeri ( farmakologi , non farmakologi, dan inter personal )
• 10. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
• 11. Ajarkan teknik relaksasi
• 12. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
• 13. Evaluasi keefektifan control nyeri
• 14. Tingkatkan istirahat
• 15. Kolaborasikan dengan dokter atau medis lain jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
• 16. Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri
• ) Resiko cedera ibu b.d edema / hipoksia jaringan.
• Tujuan : Ibu tidak mengalami risiko cedera karena mengalami edema
• Kriteria Hasil :
• a. Berpartisipasi dalam tindakan atau modifikasi lingkungan untuk melindungi diri dan
meningkatkan keamanan.
• b. Bebas dari tanda2 iskemia serebral( gangguan penglihatan, sakit kepala, perubahan pada
mental)
• c. Menunjukan kadar faktorpembekuan dan kadar enzim hepar normal.
• Intervensi :
• a. Kaji adanya masalah SSP ( mis; sakit kepala, peka rangsang ,gangguan penglihatan atau
perubahan pada pemeriksaan funduskopi )
• R/: Edema serebral dan vasokontriksi dapat diev aluasi dari masa perubahan gejala, prilaku atau
retina.
• b. Tekankan pentingnya klient melaporkan tanda2 dan gejala yang berhubungan dengan SSP.
• R/: Keterlambatan tindakan atau awitan progresif gejala-gejala yang dapat menga kibatkan kejang
tonik-klonik atau eklamsia.
• c. Perhatikan purubahan pada tingkat kesadaran.
• R/: Pada kemajuan HKK vasokonstriksi dan vasospasme pembuluh darah serebral menurunkan
konsumsi ogsigen 20% dan mengakibatkan iskemia serebral
• d. Kajia tanda2 eklamsia yang akan datang; hiperaktivitas (3+sampai 4+) dari
reflek tendon dalam, klonus pergelangan kaki, penurunan nadi dan
oernafasan , nyeri epegastrik, dan oliguria (kurang dari 50ml/jam ) .
• R/: Edema / vasokonstiksi umum, dimanifestasikan oleh masalah SSP berat dan
masalah ginjal hepar ,kardiovaskular dan pernapasan mendahului kejang .
• e. Implementasi tindakan pencegahan kejang perprotokol.
• R/: Menurunkan resiko cidera bila kejang terjadi.
• f. Pada kejadian kejang , miringkan klient; pasng jalan nafas/blok gigitan bila
mulut rileks; berikan oksigen lepaskan pakaian yang ketat ; jangan membatasi
gerakan ; dan dokumentasikan masalah motorik , durasi kejang , dan pereilaku
pascakejang.
• R/: Mempertahankan jalan nafas menurunkan resiko aspirasi dan mencegah
lidah menyumbat jalan nafas . memaksimalkan oksigenasi .(catatan ; waspada
dengan penggunaan jalan nafas / blok gigitan ; jangan mencoba bila rahang
keras karena dapat terjadi cidera).
• Kurang Pengetahuan Mengenai Penatalaksanaan Terapi dan Perawatan b/d
Misinterpretasi Informasi
• Tujuan :
• Kebutuhan pengetahuan terpenuhi secara adekuat.
• Kriteria Hasil :
• - Pasien dan keluarga menyatakan pemaham tentang penyakit, kondisi, prognosis
dan program pengobatan
• - Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
perawat/tim kesehatan lainnya
• Intervensi:
• a. Identifikasi dan ketahui persepsi pasien terhadap ancaman atau situasi. Dorong
mengekspresikan dan jangan menolak perasaan marah, takut dll.
• b. Mempertahankan kepercayaan pasien (tanpa adanya keyakinan yang salah)
• c. Terima tapi jangan beri penguatan terhadap penolakan
• d. Orientasikan klien atau keluarga terhadap prosedur rutin dan aktifitas, tingkatkan
partisipasi bila mungkin.
• e. Jawab pertanyaan dengan nyata dan jujur, berikan informasi yang konsisten, ulangi
bila perlu.
• f. Dorong kemandirian, perawatan diri, libatkan keluarga secara aktif dalam
perawatan
• Pola Nafas Tidak Efektif b/d Penurunann Ekspansi Paru.
• Tujuan :
• Pola nafas yang efektif.
• Kriteria Hasil :
• - Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas bersih , tidak ada
sianosis dan dispneu
• - Mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah,
tidak ada pursed lips
• - Tanda – tanda vital dalam batas normal
• Intervensi:
• a. Pantau tingkat pernafasan dan suara nafas.
• b. Atur posisi fowler atau semi fowler.
• c. Sediakan perlengkapan penghisapan atau penambahan aliran udara.
• d. Berikan obat sesuai petunjuk.
• e. Sediakan oksigen tambahan
4. IMPLEMENTASI
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi
keperawatan yang telah direncanakan.
5. EVALUSI
Hasil Evaluasi yang mungkin didapat adalah :
1. Tujuan tercapai seluruhnya, yaitu jika pasien menunjukkan
tanda atau gejala sesuai dengan kreteria hasil yang di
tetapkan.
2. Tujuan sebagian yaitu jika pasien menunjukan tanda dan
gejala sebagian dari kreteria hasil yang sudah ditetapkan.
3. Tujuan tidak tercapai, jika pasien tadak menunjukan tanda
dan gejala sesuai dengan kreteria hasil yang sudah
ditetapkan.
PLASENTA PREVIA
Disusun oleh :
Petra Donny Aldian
Pengertian
Etiologi
Vaskularisasi yang berkurang atau perubahan atrofi
pada dosi 2 akibat persalinan yang lampau yang
dapat menyebabkan plasenta previa tdk selalu
benar,karena tidak nyata dengan jelas bahwa plasenta
previa di dapati untuk sebagian besar pada penderita
pada paritas fungsi. Plasenta yang letak nya normal
sekalipun akan meluaskan permukaan, sehingga
mendekati atau menutupi sama sekali pembukaan
jalan lahir.
Gambaran klinis plasenta previa :
- Pendarahan tanpa nyeri
- Pendarahan berulang
- Warna pendarahan merah segar
- Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya
darah
- Timbulnya perlahan-lahan
- Waktu terjadinya saat hamil
- His biasanya tidak ada
- Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi
- Denyut jantung janin ada
- Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina
- Penurunan kepala tidak masuk PAP
- Presentasi abnormal
Diagnosis
Anamnesa
Pendarahan jalan lahir pada kehamilan setelah 22 minggu
berlangsung tanpa nyeri terutama pada multigravida,
banyaknya perdarahan tidak dapat dinilai dari anamnesa,
melainkan dari pada pemeriksaan hemotokrit
Pemeriksaan luar
Bagian bawah janjin biasanya belum masuk pintu atas panggul
persentasi kepala, biasanya kepala masih terapung di PAP,
mengelak ke samping dan sulit di dorong ke dalam PAP
Pemeriksaan Inspekulo
Pemeriksaan bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan
berasal dari osteum uteri eksternum atau dari ostium uteri
eksternum, adanya plasenta previa harus di curigai.
Penentuan letak plasenta tidak langsung
Penentuan letak plasenta secara tidak langsung dapat dilakukan
radiografi, radio isotop, dan ultrasonografi. Ultrasonografi
penentuan letak plasenta dengan cara ini ternyata sangat tepat,
tidak menimbulkan bahaya radiasi bagi ibu dan janin nya, dan
tidak menimbulkan rasa nyeri.
Pemeriksaan Ultrasonografi
Pemeriksaan ini dapat di tentukan inplantasi plasenta atau jarak
tepi plasenta terhadap ostium bila jarak tepi 5 cm di sebut
plasenta letak rendah
Diagnosis plasenta previa secara defenitif
Dilakukan dengan PDMO yaitu melakukan perabaan secara
langsung melalui pembukaan serviks pada perdarahan yang
sangat banyak dan pada ibu dengan anemia berat, tidak
dianjurkan melakukan PDMO sebagai upaya melakukan
Diagnosis.
Klasifikasi
1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
a) Identitas klien: Data diri klien meliputi : nama, umur,
pekerjaan, pendidikan, alamat, medicalrecord dll.
b) Keluhan utama : Gejala pertama; perdarahan pada
kehamilan setelah 28 minggu/trimester III.
- Sifat perdarahan; tanpa sebab, tanpa nyeri, berulang
- Sebab perdarahan; placenta dan pembuluh darah yang
robek; terbentuknya SBR, terbukanya osteum/ manspulasi
intravaginal/rectal.
- Sedikit banyaknya perdarahan; tergantung besar atau kecilnya
robekan pembuluh darah dan placenta.
c) Inspeksi
- Dapat dilihat perdarahan pervaginam banyak atau sedikit.
- Jika perdarahan lebih banyak; ibu tampak anemia.
d) Palpasi abdomen
- Janin sering belum cukup bulan; TFU masih rendah.
- Sering dijumpai kesalahan letak
- Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak
kepala biasanya kepala masih goyang/floating
2) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Obstetri
Memberikan imformasi yang penting mengenai kehamilan
sebelumnyaagar perawat dapat menentukan kemungkinan masalah
pada kehamilansekarang. Riwayat obstetri meliputi:
- Gravida, para abortus, dan anak hidup (GPAH)
- Berat badan bayi waktu lahir dan usia gestasi
- Pengalaman persalinan, jenis persalinan, tempat persalinan, dan
penolong persalinan
- Jenis anetesi dan kesulitan persalinan
- Komplikasi maternal seperti diabetes, hipertensi, infeksi,
dan perdarahan.
- Komplikasi pada bayi
- Rencana menyusui bayi
b) Riwayat mensturasi
Riwayat yang lengkap di perlukan untuk menetukan taksiran
persalinan(TP). TP ditentukan berdasarkan hari pertama haid terakhir
(HPHT). Untuk menentukan TP berdasarkan HPHT dapat digunakan
rumus naegle, yaitu hari ditambah tujuh, bulan dikurangi tiga, tahun
disesuaikan.
c) Riwayat Kontrasepsi
Beberapa bentuk kontrasepsi dapat berakibat buruk pada janin,
ibu, ataukeduanya. Riwayat kontrasepsi yang lengkap harus
didapatkan pada saat kunjungan pertama. Penggunaan
kontrasepsi oral sebelum kelahiran dan berlanjut pada kehamilan
yang tidak diketahui dapat berakibat buruk pada pembentukan
organ seksual pada janin.
d) Riwayat penyakit dan operasi:
Kondisi kronis seperti dibetes melitus, hipertensi, dan penyakit
ginjal bisa berefek buruk pada kehamilan. Oleh karena itu, adanya
riwayat infeksi, prosedur operasi, dan trauma pada persalinan
sebelumnya harus di dokumentasikan
2. Diagnosa keperawatan
1 Penurunan kardiak Setelah dilakukkanya tindakan 1. Kaji dan catat TTV, TD Pengkajian yang akurat
output berhubungan keperawatan 2 X 24 serta jumlah perdarahan. mengenai status
dengan perdarahan jam diharapkan penurunan kardiak hemodinamik
dalam jumlah yang besar output tidak terjadi atau teratasi merupakan dasar untuk
dengan kriteria hasil : perencanaan, intervensi,
o Volume darah intravaskuler dan evaluasi.
kardiak output dapat diperbaiki
sampai nadi, tekanan darah, nilai 2. Bantu pemberian Kehilangan volume
Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang
sistematik dan terencana tentang kesehatan klien dengan
tujuan yang telah ditetapkan dilakukan dengan cara
berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga
kesehatan lainnya.
Penilaian dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam
melaksanakan rencana kegiatan klien secara optimal dan
mengukur hasil dari proses keperawatan.
Penilaian keperawatan adalah mengukur keberhasilan dari
rencana dan pelaksanaan tindakan perawatan yang dilakukan
dalam memenuhi kebutuhan klien.
Evaluasi dapat berupa : masalah teratasi dan masalah teratasi
sebagian.
KESIMPULAN
Perdarahan yang salah satunya disebabkan oleh plasenta previa, dapat
menyebabkan kesakitan atau kematian baik pada ibu maupun pada janinnya.
Faktor resiko yang juga penting dalam terjadinya plasenta previa adalah
kehamilan setelah menjalani seksio sebelumnya ,kejadian plasenta previa
meningkat 1% pada kehamilan dengan riwayat seksio. Kematian ibu disebabkan
karena perdarahan uterus atau karena DIC (Disseminated Intravascular
Coagulopathy). Sedangkan morbiditas/ kesakitan ibu dapat disebabkan karena
komplikasi tindakan seksio sesarea seperti infeksi saluran kencing, pneumonia
post operatif dan meskipun jarang dapat terjadi embolisasi cairan amnion .
• Caroline Bunker Rosdahi.buku ajar keperawatan
dasar edisi 10.jakarta:EGC,2014
• Elisabet siwi walyani,amd.keb.2015.Asuhan
kebidanan kegawat daruratan maternal dan
neonatal.Yogyakarta.hal 37
LAPORAN PENDAHULUAN
POSTPARTUM BLUES
DISUSUN OLEH :
MARIANA DEBORA
KONSEP TEORI
POSTPARTUM BLUES
A. DEFINISI
Baby blues adalah keadaan di mana seorang ibu mengalami perasaan tidak
nyaman setelah persalinan, yang berkaitan dengan hubungannya dengan si bayi, atau
pun dengan dirinya sendiri. Ketika plasenta dikeluarkan pada saat persalinan, terjadi
tubuh ibu, yang dapat mempengaruhi kondisi fisik, mental dan emosional ibu.
Namun, banyak faktor yang diduga berperan terhadap terjadinya postpartum blues, antara lain:
1. Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar estrogen, progesteron, prolaktin
dan estradiol. Penurunan kadar estrogen setelah melahirkan sangat berpengaruh pada
gangguan emosional pascapartum karena estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim
monoamine oksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi noradrenalin dan
6. Tidak mempunyai pengalaman menjadi orang tua dimasa kanak-kanak atau remaja.
blues ini atau biasa dikenal dengan post partum blues. Riwayat seperti kehamilan
yang tidak di inginkan, adanya problem dengan orang tua atau mertua, kurangnya
biaya untuk persalinan, kurangnya perhatin yang diberikan pada si ibu dan factor
ari etiologi serta factor psikolog lainnya merupakan penyebab utama. Penurunan
oksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi nonadrenalin dan
tersebut biasanya muncul pada hari ke-3 atau ke-6 hari setelah melahirkan. Beberapa
perubahan sikap tersebut diantaranya Ibu sering tiba-tiba menangis karena merasa tidak
bahagia, penakut, tidak mau makan, tidak mau bicara, sakit kepala sering berganti
mood, mudah tersinggung (iritabilitas), merasa terlalu sensitif dan cemas berlebihan,
tidak bergairah, khususnya terhadap hal yang semula sangat diminati, tidak mampu
berkonsentrasi dan sangat sulit membuat keputusan, merasa tidak mempunyai ikatan
batin dengan si kecil yang baru saja di lahirkan , insomnia yang berlebihan. Gejala-gejala
itu mulai muncul setelah persalinan dan pada umumnya akan menghilang dalam waktu
antara beberapa jam sampai beberapa hari. Namun jika masih berlangsung beberapa
(fatigue) ditemukan juga pada ibu yang mengalami post partum blues
praktis.
Post-partum blues juga dapat dikurangi dengan cara belajar tenang
dengan menarik nafas panjang dan meditasi, tidur ketika bayi tidur,
berolahraga ringan, ikhlas dan tulus dengan peran baru sebagai ibu, tidak
perfeksionis dalam hal mengurusi bayi, membicarakan rasa cemas dan
mengkomunikasikannya, bersikap fleksibel, bergabung dengan kelompok
ibu-ibu baru. Dalam penanganan para ibu yang mengalami post-partum
blues dibutuhkan pendekatan menyeluruh/holistik. Pengobatan medis,
konseling emosional, bantuan-bantuan praktis dan pemahaman secara
intelektual tentang pengalaman dan harapan-harapan mereka mungkin pada
saat-saat tertentu. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa dibutuhkan
penanganan di tingkat perilaku, emosional, intelektual, sosial dan psikologis
secara bersama-sama, dengan melibatkan lingkungannya, yaitu: suami,
keluarga dan juga teman dekatnya.
ASUHAN KEPERAWATAN
POSTPARTUM BLUES
A. PENGKAJIAN
Pengkajian pada pasien post partum blues menurut Bobak dapat dilakukan pada pasien
1. Identitas klien
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical record dan
lain-lain.
Banyak ibu memperlihatkan suatu kebutuhan untuk memeriksa proses kelahiran itu sendiri
dan melihat kembali perilaku mereka saat hamil dalam upaya retrospeksi diri (Konrad,
1987). Selama hamil, ibu dan pasangannya mungkin telah membuat suatu rencana tertentu
tentang kelahiran anak mereka, hal-hal yang mencakup kelahiran pervagina dan beberapa
intervensi medis.
3. Citra diri ibu
Suatu pengkajian penting mengenai konsep diri, citra tubuh, dan
seksualitas ibu. Bagaimana perasaan ibu baru tentang diri dan tubuhnya
selama masa nifas dapat mempengaruhi perilaku dan adaptasinya dalam
menjadi orang tua. Konsep diri dan citra tubuh ibu juga dapat
mempengaruhi seksualitasnya.
4. Interaksi Orang tua – Bayi
Suatu pengkajian pada masa nifas yang menyeluruh meliputi evaluasi
interaksi orang tua dengan bayi baru. Respon orang tua terhadap kelahiran
anak meliputi perilaku adaptif dan perilaku maladatif. Baik ibu maupun
ayah menunjukkan kedua jenis perilaku maupun saat ini kebanyakan riset
hanya berfokus pada ibu. Banyak orang tua baru mengalami kesulitan
untuk menjadi orang tua sampai akhirnya keterampilan mereka membaik.
5. Perilaku Adaptif dan Perilaku Maladaptif
Perilaku adaptif berasal dari penerimaan dan persepsi realistis orang tua terhadap kebutuhan
bayinya yang baru lahir dan keterbatasan kemampuan mereka, respon sosial yang tidak matur, dan
ketidakberdayaannya. Perilaku maladaptif terlihat ketika respon orang tua tidak sesuai dengan
kebutuhan bayinya. Mereka tidak dapat merasakan kesenangan dari kontak fisik dengan anak
mereka. Bayi-bayi ini cenderung akan dapat diperlakukan kasar. Orang tua tidak merasa tertarik
untuk melihat anaknya. Tugas merawat anak seperti memandikan atau mengganti pakaian,
Komponen penting lain dalam pengkajian pada pasien post partum blues ialah melihat komposisi
dan fungsi keluarga. Penyesuaian seorang wanita terhadap perannya sebagai ibu sangat
dipengaruhi oleh hubungannya dengan pasangannya, ibunya dengan keluarga lain, dan anak-anak
lain. Perawat dapat membantu meringankan tugas ibu baru yang akan pulang dengan mengkaji
kemungkinan konflik yang bisa terjadi diantara anggota keluarga dan membantu ibu
merencanakan strategi untuk mengatasi masalah tersebut sebelum keluar dari rumah sakit.
Sedangkan Pengkajian Dasar data klien menurut Marilynn E. Doenges
(2001) Adalah :
3. Integritas Ego : Peka rangsang, takut/menangis (" Post partum blues "
sering terlihat kira-kira 3 hari setelah kelahiran).
4. Eliminasi : Diuresis diantara hari ke-2 dan ke-5
menyusui dimulai.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
E.Doenges adalah :
ketidaknyamanan.
Intervensi Keperawatan :
3. Berikan kompres es pada perineum, khususnya selama 24 jam pertama setelah melahirkan.
teknik efektif dari menyusui, menunjukan kepuasan regimen menyusui satu sama lain.
Intervensi Keperawatan :
2. Tentukan system pendukung yang tersedia pada klien, dan sikap pasangan / keluarga.
3. Berikan informasi, verbal dan tertulis, mengenai fisiologi dan keuntungan menyusui,
perawatan putting dan payudara, kebutuhan diet khusus, dan factor-faktor yang
mendiskusikan peran menjadi orang tua secara realistis, dan secara aktif mulai
Intervensi Keperawatan :
2. Perhatikan respon klien/pasangan terhadap kelahiran dan peran menjadi orang tua.
3. Evaluasi sifat dari menjadi orang tua secara emosi dan fisik yang pernah dialami
5. Ecaluasi status fisik masa lalu dan saat ini dan kejadian komplikasi prenatal,
intranatal dan pascapartal.
individu dan kemampuan koping pribadi, mencari sumber-sumber yang tepat sesuai
kebutuhan.
Intervensi Keperawatan :
1. Kaji respon emosional klien selama prenatal dan periode inpartum dan persepsi
3. Kaji terhadap gejala depresi yang fana ( perasaan sedih pascapartum ), pada hari ke-
kurang percaya diri dalam merawat bayinya. Selain itu : suami ibu
Disusun Oleh :
Widya Maria (14025)
DEFINISI
Penyakit tetanus neonatrum adalah penyakit tetanus yang
terjadi pada neonates (bayi berusia kurang 1 bulan) yang
disebabkan oleh clostridium tetani, yaitu kuman yang
mengeluarkantoksin (racun) dan menyerang sisem saraf pusat.
Spora kuman tersebut masuk kedalam tubuh bayi melalui pintu
masuk satu-satunya yaitu tali pusat, yang dapat terjadi pada
saat pemotongan tali pusat ketika bayi baru lahir maupun pada
saat perawatannya sebelum puput (terlepasnya tali pusat).
Masa inkubasi 3-28 hari, rata-rata 6 hari. Apabila masa
inkubasi kurang dari 7 hari, biasanya penyakit lebih parah dan
angka kematiannya tinggi.
Angka kematian kasus (Case Fatality Rate atau
CFR) sangat tinggi. Pada kasus tetanus
neonatorum yang tidak dirawat, angkanya
menekati 100%, terutama yang mempunyai
masa inkubasi kurang dari 7 hari. Angka
kematian kasus tetanus neonatorum yang
dirawat di rumah sakit di Indonesia bervariasi
dengan kisaran 10,8 – 55 %
Faktor risiko untuk terjadinya tetanus
neoatorum :
1. Pemberian imunisasi tetanus toksoid (TT)
pada ibu hamil tidak dilakukan atau tidak
lengkap, atau tidak sesuai dengan ketentuan
program
2. Pertolongan persalinan tidak memenuhi
syarat-syarat “3 bersih”
3. Perawatan tali pusat tidak memenuhi
persyaratan kesehatan.
TT akan merangsang pembentukan antibodi
spesifik yang mempunyai peranan penting
dalam perlindungan terhadap tetanus. Ibu
hamil yang mendapatkan imunisasi TT pada
tubuhnya akan membentuk antibodi tetanus.
Seperti difteri, antibodi tetanus termasuk dalam
golongan igG yang mudah melewati sawar
plasenta, masuk dan menyebar melalui aliran
darah janin ke seluruh tubuh janin, yang akan
mencegah terjadinya tetanus neonatorum.
• Imunisasi TT pada kehamilan sedini mungkin
akan memeberikan cukup waktu antara dosis
pertama dan dosis kedua, serta antara dosis
kedua dengan saat kelahiran.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan laboratorium didapati peninggian leukosit
b. Pemeriksaan cairan otak biasanya normal
c. Pemeriksaan elektromiogram dapat memperlihatkan adanya
lepas muatan unit motorik secara terus-menerus . (Teddi, 2010)
Penatalaksanaan dan Pengobatan Tetanus
Neonatorum
Pengobatan tetanus ditujukan pada :
• Netralisasi tosin yang masih ada di dalam darah sebelum kontak
dengan sistem saraf, dengan serum antitetanus (ATS teraupetik)
• Membersihkan luka tempat masuknya kuman untuk
menghentikan produksi toksin
• Pemberian antibiotika penisilin atau tetrasiklin untuk membunuh
kuman penyebab
• Pemberian nutrisi, cairan dan kalori sesuai kebutuhan
• Merawat penderita ditempat yang tenang dan tidak terlalu terang
• Mengurangi serangan dengan memberikan obat pelemas otot dan
sesedikit mungkin manipulasi pada penderita. (Maryunani , 2010)
PENCEGAHAN
a. Imunisasi aktif
• Vaksinasi dasar dalam bentuk toksoid diberikan
bersama vaksin pertusis dan difteri ( vaksin DPT ). Kadar
proteksi antibodi bertahan selama 5 – 10 tahun
sesudah suntikan “ booster “. Tetanus toksoid (TT)
selanjunya diberikan 10 tahun kecuali bila mengalami
luka yang beresiko terinfeksi, diberikan toksoid bila
suntikan terakhir sudah lebih dari 5 tahun sebelumnya
atau bila belum pernah vaksinasi. Pada luka yang sangat
parah, suntikan toksoid diberikan bila vaksinasi terakhir
sudah lebih dari 1 tahun.
Untuk mencegah tetanus neonatorum, diberikan TT pada
semua wanita usia subur atau wanita hamil trimester III,
selain memberikan penyuluhan dan bimbingan pada
dukun beranak agar memotong dan merawat tali pusat
bayi dengan cara semestinya. Dapat terjadi
pembengkakan dan rasa sakit pada tempat suntikan
sesudah pemberian vaksin TT. (Maryunani, 2010)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Kebersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan
dengan penumpukan sputum pada trakea dan spame
otot pernafasan.
2) Gangguan pola nafas berhubungan dengan jalan
nafas terganggu akibat spasme otot-otot pernafasan.
3) Peningkatan suhu tubuh (hipertermia) berhubungan
dengan efeks toksin (bakterimia)
4) Risiko terjadi cedera berhubungan dengan sering
kejang
5) Risiko terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
berhubungan dengan intake yang kurang dan oliguria
INTERVENSI
Dx.1 : Kebersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
penumpukan sputum pada trakea dan spame otot pernafasan, ditandai
dengan ronchi, sianosis, dyspneu, batuk tidak efektif disertai dengan
sputum dan atau lendir, hasil pemeriksaan lab, Analisa Gas Darah
abnormal (Asidosis Respiratorik)
Tujuan : Jalan nafas efektif
Kriteria :
– Bayi tidak sesak, lendir atau sleam tidak ada
– Pernafasan normal
– Tidak ada pernafasan cuping hidung
– Tidak ada tambahan otot pernafasan
– Hasil pemeriksaan laboratorium darah, Analisa Gas Darah dalam batas
normal (pH= 7,35-7,45 ; PCO2 = 35-45 mmHg, PO2 = 80-100 mmHg)
No Intervensi Rasional
Pemeriksaan fisik dengan cara Ronchi menunjukkan adanya gangguan pernafasan akibat
auskultasi mendengarkan suara atas cairan atau sekret yang menutupi sebagian dari saluran
2
nafas (adakah ronchi) tiap 2-4 jam pernafasan sehingga perlu dikeluarkan untuk
sekali mengoptimalkan jalan nafas.
Bersihkan mulut dan saluran
Suction merupakan tindakan bantuan untuk mengeluarkan
3 nafas dari sekret dan lendir
sekret, sehingga mempermudah proses respirasi
dengan melakukan suction
Kriteria :
– Hipoksemia teratasi, mengalami perbaikan
pemenuhan kebutuhan oksigen
– Tidak sesak, pernafasan normal
– Tidak ada sianosis.
No Intervensi Rasional
Berikan kompres bila tidak Kompres merupakan salah satu cara untuk
5 terjadi ekternal rangsangan menurunkan suhu tubuh dengan cara proses
kejang. konduksi.
kriteria hasil :
– Bayi tidak ada cedera
– Tidur dengan tempat tidur yang terpasang
pengaman
Intervensi Rasional
Tempatkan bayi pada tempat tidur Menurunkan kemungkinan adanya trauma jika
2
yang memakai pengaman terjadi kejang
kriteria hasil:
- Membran mukosa lembab
- Turgor kulit baik
No. Intervensi Rasional
Kaji intake dan out put setiap 24 Memberikan informasi tentang status cairan
1
jam /volume sirkulasi dan kebutuhan penggantian
Disusun Oleh :
Nama : Megalaura Silaban
Nim : 14011
Anatomi
Bila perubahan mola hanya lokal dan tidak berlanjut dan terdapat
janin atau setidaknya kantung amnion, keadaan tersebut
digolongkan mola hidatidosa partialis. Terdapat pembengkakan
villi yang kemajuannya lambat, sedangkan villi yang mengandung
pembuluh darah yang lain yang berperan dalam sirkulasi janin
placenta, jarang. Hiperflasi trofoplas hanya lokal tidak
menyeluruh
Secara epidemiologi mola komplit dapat meningkat bila wanita
kekurangan carotene dan defisiensi vitamin A. Sedangkan mola
parsialis lebih sering tejadi pada wanita dengan tingkat
pendidikan tinggi, menstruasi yang tidak teratur dan wanita
perokok.
Manifestasi Klinis
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
2.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
3.Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri
4.Gangguan rasa nyaman : hipertermi berhubungan dengan proses
infeksi
5.Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan
6.Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual
muntah
7.Risiko terjadinya gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan
adanya perdarahan.
INTERVENSI
DIAGNOSA I
Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
Tujuan :
- Klien akan meninjukkan nyeri berkurang/hilang
Kriteria Hasil :
-Klien mengatakan nyeri berkurang/hilang
-Ekspresi wajah tenang
-TTV dalam batas normal
Intervensi :
1. Kaji tingkat nyeri, lokasi dan skala nyeri yang dirasakan
klien
Rasional : Mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan sehingga
dapat membantu menentukan intervensi yang tepat.
2.Observasi tanda-tanda vital
Rasional : Perubahan tanda-tanda vital terutama suhu dan nadi
merupakan salah satu indikasi peningkatan nyeri yang dialami oleh
klien.
3.Anjurkan klien untuk melakukan teknik relaksasi
Rasional : Teknik relaksasi dapat membuat klien merasa sedikit
nyaman dan distraksi dapat mengalihkan perhatian klien terhadap
nyeri sehingga dapat mambantu mengurangi nyeri yang dirasakan.
4.Beri posisi yang nyaman
Rasional : Posisi yang nyaman dapat menghindarkan penekanan
pada area luka/nyeri.
5.Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : Obat-obatan analgetik akan memblok reseptor nyeri
sehingga nyeri tidat dapat dipersepsikan.
DIAGNOSA II
Tujuan :
- Klien akan menunjukkan kecemasan berkurang/hilang
Kriteria Hasil :
- Ekspresi wajah tenang
- Klien tidak sering bertanya tentang penyakitnya
Intervensi :
1.Kaji tingkat kecemasan klien
Rasional : Mengetahui sejauh mana kecemasan tersebut mengganggu
klien.
2.Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
Rasional : Ungkapan perasaan dapat memberikan rasa lega sehingga
mengurangi kecemasan.
3.Mendengarkan keluhan klien dengan empati
Rasional : Dengan mendengarkan keluahan klien secara empati maka
klien akan merasa diperhatikan.
4.Jelaskan pada klien tentang proses penyakit dan terapi yang diberikan
Rasional : Menambah pengetahuan klien sehingga klien tahu dan
mengerti tentang penyakitnya.
5.Beri dorongan spiritual/support
Rasional : Menciptakan ketenangan batin sehingga kecemasan dapat
berkurang.
DIAGNOSA VI
Tujuan :
- Klien akan mengungkapkan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil :
- Nafsu makan meningkat
- Porsi makan dihabiskan
Intervensi :
1.Kaji status nutrisi klien
Rasional : Sebagai awal untuk menetapkan rencana selanjutnya
2.Anjurkan makan sedikit demi sedikit tapi sering
Rasional : Makan sedikit demi sedikit tapi sering mampu membantu
untuk meminimalkan anoreksia.
3.Anjurkan untuk makan makanan dalam keadaan hangat dan bervariasi
Rasional : Makanan yang hangat dan bervariasi dapat menbangkitkan
nafsu makan klien.
4.Timbang berat badan sesuai indikasi
Rasional : Mengevaluasi keefektifan atau kebutuhan mengubah
pemberian nutrisi.
5.Tingkatkan kenyamanan lingkungan termasuk sosialisasi saat makan,
anjurkan orang terdekat untuk membawa makanan yang disukai klien
Rasional : Sosialisasi waktu makan dengan orang terdekat atau teman
dapat meningkatkan pemasukan dan menormalkan fungsi makanan.
DIAGNOSA VII
Tujuan :
- Klien akan menunjukkan gangguan perfusi jaringan perifer tidak terjadi
Kriteria Hasil :
- Hb dalam batas normal (12-14 g%)
- Turgor kulit baik, vital sign dalam batas normal
- Tidak ada mual muntah
Intervensi :
1.Awasi tanda-tanda vital, kaji warna kulit/membran mukosa, dasar kuku
Rasional : Memberika informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi
jaringan dan membantu menentukan intervensi selanjutnya
2.Selidiki perubahan tingkat kesadaran, keluhan pusing dan sakit kepala
Rasional : Perubahan dapat menunjukkan ketidak adekuatan perfusi
serebral sebagai akibat tekanan darah arterial.
3.Kaji kulit terhadap dingin, pucat, berkeringat, pegisian kapiler lambat
dan nadi perifer lemah
Rasional : Vasokonstriksi adalah respon simpatis terhadap penurunan
volume sirkulasi dan dapat terjadi sebagai efek samping vasopressin.
4.Berikan cairan intravena, produk darah
Rasional : Menggantikan kehilangan daran, mempertahankan volume
sirkulasi.
5.Penatalaksanaan pemberian obat antikoagulan tranexid 500 mg 3×1
tablet
Rasional : Obat anti kagulan berfungsi mempercepat terjadinya
pembekuan darah / mengurangi perarahan.
IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan yang dibuat disesuaikan dengan keadaan
pasien dan respon pasien.
EVALUASI
1.Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan teratasi
2.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan terpenuhi dan
kembali normal
3.Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri kembali normal
4.Gangguan rasa nyaman : hipertermi berhubungan dengan proses infeksi
kembali normal
5.Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan teratasi
6.Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah
kembali normal sesuai kebutuhan.
7.Risiko terjadinya gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan adanya
perdarahan kembali normal.
KESIMPULAN
Mola berasal dari bahasa latin yang berarti massa dan hidatidosa berasal dari kata Hydats yang
berarti tetesan air. Mola hidatidosa adalah kehamilan yang berkembang tidak wajar (konsepsi yang
patologis) dimana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis mengalalami perubahan
hidropik. Dalam hal demikian disebut Mola Hidatidosa atau Complete mole sedangkan bila
disertai janin atau bagian janin disebut sebagai Mola Parsialis atau Partial mole. Hamil Mola
adalah suatu kehamilan dimana setelah fertilisasi hasil konsepsi tidak berkembang menjadi embrio
tetapi terjadi poliferasi dan vili korialis disertai dengan degenerasi hidropik. Kehamilan mola
hidatidosa merupakan kelainan kehamilan yang banyak terjadi pada multipara yang berumur 35-45
tahun.
Mola Hidatidosa adalah jonjot-jonjot korion (chorionic villi) yang tumbuh bergandang berupa
gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur,
atau mata ikan karena itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan. Kelainan ini merupakan
neoplasma trofoblas yang jinak (benigna) (Mochtar, 2000).
Menurut Prof. Rustam Moechtar dalam bukunya Sinopsis Obstetri, penyebab mola hidatidosa
belum diketahui secara pasti. Faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebab adalah:
1. Faktor ovum
2. Keadaan sosial ekonomi yang rendah.
3. Paritas tinggi
4. Kekurangan protein
5. Infeksi virus
DAFTAR PUSTAKA
DISUSUN OLEH :
BELLA
(14003)
DEFINISI
• Kista adalah kantong berisi cairan, kista
seperti balon berisi air, dapat tumbuh di mana
saja dan jenisnya bermacam-macam (Jacoeb,
2007).
• Kista adalah suatu bentukan yang kurang
lebih bulat dengan dinding tipis, berisi cairan
atau bahan setengah cair (Soemadi, 2006).
JENIS - JENIS KISTA OVARIUM
Menurut etiologi, kista ovarium dibagi menjadi 2, yaitu :
• Kista non neoplasma. Disebabkan karena ketidak seimbangan hormon
esterogen dan progresterone diantaranya adalah :
• Kista non fungsional. Kista serosa inklusi, berasal dari permukaan epitelium
yang berkurang di dalam korteks.
• Kista fungsional
• Kista folikel, disebabkan karena folikel yang matang menjadi ruptur atau
folikel yang tidak matang direabsorbsi cairan folikuler di antara siklus
menstruasi. Banyak terjadi pada wanita yang menarche kurang dari 12 tahun.
• Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi progesterone
setelah ovulasi.
• Kista tuba lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar HCG terdapat pada
mola hidatidosa.
• Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar LH yang
menyebabkan hiperstimuli ovarium.
Kista neoplasma
• Kistoma ovarii simpleks adalah suatu jenis kista deroma
serosum yang kehilangan epitel kelenjarnya karena
tekanan cairan dalam kista.
• Kistodenoma ovarii musinoum. Asal kista ini belum
pasti, mungkin berasal dari suatu teratoma yang
pertumbuhanya I elemen mengalahkan elemen yang lain
• Kistadenoma ovarii serosum. Berasal dari epitel
permukaan ovarium (Germinal ovarium)
• Kista Endrometreid. Belum diketahui penyebab dan tidak
ada hubungannya dengan endometroid
• Kista dermoid. Tumor berasal dari sel telur melalui
proses patogenesis
ETIOLOGI
Kista ovarium terbentuk oleh bermacam
sebab. Penyebab inilah yang nantinya akan
menentukan tipe dari kista. Diantara beberapa
tipe kista ovarium,tipe folikuler merupakan
tipe kista yang paling banyak ditemukan. Kista
jenis ini terbentuk oleh karena pertumbuhan
folikel ovarium yang tidak terkontrol. Cairan
yang mengisi kista sebagian besar berupa
darah yang keluar akibat dari perlukaan yang
terjadi pada pembuluh darah kecil ovarium.
PATOFISIOLOGI
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk
beberapa kista kecil yang disebut Folikel de Graff.
Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan
diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit
mature. Folikel yang rupture akan menjadi korpus
luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 –
2 cm dengan kista ditengah-tengah. Kista ovari yang
berasal dari proses ovulasi normal disebut kista
fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa
folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista
theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh
gonadotropin, termasuk FSH dan HCG.
TANDA DAN GEJALA
Sebagian besar kista ovarium tidak
menimbulkan gejala, atau hanya sedikit nyeri
yang tidak berbahaya. Tetapi adapula kista
yang berkembang menjadi besar dan
menimpulkan nyeri yang tajam. Pemastian
penyakit tidak bisa dilihat dari gejala-gejala
saja karena mungkin gejalanya mirip dengan
keadaan lain seperti endometriosis, radang
panggul, kehamilan ektopik (di luar rahim)
atau kanker ovarium.
Lanjutan…
Gejala-gejala berikut mungkin muncul bila anda mempunyai kista ovarium
• Perut terasa penuh, berat, kembung
• Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil)
• Haid tidak teratur
• Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke
punggung bawah dan paha.
• Nyeri sanggama
• Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat
hamil.
Gejala-gejala berikut memberikan petunjuk diperlukan penanganan
kesehatan segera:
• Nyeri perut yang tajam dan tiba-tiba
• Nyeri bersamaan dengan demam
• Rasa ingin muntah
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemastian diagnosis untuk kista ovarium dapat
dilakukan dengan pemeriksaan:
1. Ultrasonografi (USG)
Tindakan ini tidak menyakitkan, alat peraba
(transducer) digunakan untuk mengirim dan
menerima gelombang suara frekuensi tinggi
(ultrasound) yang menembus bagian panggul,
dan menampilkan gambaran rahim dan
ovarium di layar monitor.
2. Laparoskopi
Dengan laparoskopi (alat teropong ringan dan
tipis dimasukkan melalui pembedahan kecil di
bawah pusar) dokter dapat melihat ovarium,
menghisap cairan dari kista atau mengambil
bahan percontoh untuk biopsi.
3. Hitung darah lengkap
Penurunan Hb dapat menunjukkan anemia
kronis.
PENATALAKSANAAN MEDIS
• Pengobatan kista ovarium yang besar biasanya adalah
pengangkatan melalui tindakan bedah. Jika ukuran
lebar kiste kurang dari 5 cm dan tampak terisi oleh
cairan atau fisiologis pada pasien muda yang sehat,
kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan
aktivitas ovarium dan menghilangkan kiste.
• Perawatan paska operatif setelah pembedahan serupa
dengan perawatan pembedahan abdomen. Penurunan
tekanan intra abdomen yang diakibatkan oleh
pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah pada
distensi abdomen yang berat, komplikasi ini dapat
dicegah dengan pemakaian gurita abdomen yang ketat.
PROSES PENYEMBUHAN LUKA
Tanpa memandang bentuk, proses penyembuhan luka adalah sama
dengan yang lainnya. Perbedaan terjadi menurut waktu pada tiap-tiap
fase penyembuhan dan waktu granulasi jaringan.
Fase-fase penyembuhan luka antara lain :
1. Fase I
Pada fase ini Leukosit mencerna bakteri dan jaringan rusak terbentuk
fibrin yang menumpuk mengisi luka dari benang fibrin. Lapisan dari
sel epitel bermigrasi lewat luka dan membantu menutupi luka,
kekuatan luka rendah tapi luka dijahit akan menahan jahitan dengan
baik.
2. Fase II
Berlangsung 3 sampai 14 hari setelah bedah, leukosit mulai
menghilang dan ceruk mulai kolagen serabut protein putih semua
lapisan sel epitel bergenerasi dalam satu minggu, jaringan ikat
kemerahan karena banyak pembuluh darah.
3. Fase III
Kolagen terus bertumpuk, hal ini menekan
pembuluh darah baru dan arus darah menurun.
Luka sekarang terlihat seperti berwarna merah
jambu yang luas, terjadi pada minggu ke dua
hingga enam post operasi, pasien harus menjaga
agar tak menggunakan otot yang terkena.
4. Fase IV
Berlangsung beberapa bulan setelah pembedahan,
pasien akan mengeluh, gatal disekitar luka, walau
kolagen terus menimbun, pada waktu ini menciut
dan menjadi tegang.
KOMPLIKASI
Beberapa ahli mencurigai kista ovarium bertanggung
jawab atas terjadinya kanker ovarium pada wanita diatas
40 tahun. Mekanisme terjadinya kanker masih belum jelas
namun dianjurkan pada wanita yang berusia diatas 40
tahun untuk melakukan skrining atau deteksi dini terhadap
kemungkinan terjadinya kanker ovarium.
Faktor resiko lain yang dicurigai adalah penggunaan
kontrasepsi oral terutama yang berfungsi menekan
terjadinya ovulasi. Maka dari itu bila seorang wanita usia
subur menggunakan metode konstrasepsi ini dan kemudian
mengalami keluhan pada siklus menstruasi, lebih baik
segera melakukan pemeriksaan lengkap atas kemungkinan
terjadinya kanker ovarium.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
DISUSUN OLEH :
NAMA : THERESIA ANGELINE
NIM : 14022
A. PENGERTIAN
Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta
sampai 20 cm dan tebal lebih kurang 2.5 cm. Beratnya rata-rata 500
kavum uteri. Bila diteliti benar, maka plasenta sebenarnya berasal dari
sebagian besar dari bagian janin, yaitu vili koriales yang berasal dari
korion, dan sebagian kecil dari bagian ibu yang berasal dari desidua
basalis.
Darah ibu yang berada di ruang interviller berasal dari spiral
akibat deposisi kalsium pada plasenta. Klasifikasi pada plasenta terlihat mulai
kehamilan 29 minggu. Selama kehamilan pertumbuhan uterus lebih cepat dari pada
sekitar ¼ luas permukaan myometrium dan ketebalannya tidak lebih dari 2-3 cm,
myometrium dan ketebalannya dapat mencapai 4-5 cm. plasenta yang menebal
(plasentomegali) dapat dijumpai pada ibu yang menderita diabetes mellitus, anemia,
1. Fase laten, ditandai oleh menebalnya duding uterus yang bebas tempat
pemisahannya dari dinding uterus dan lepas. Tidak ada hematom yang
disebabkan oleh kekuatan antara plasenta yang pasif dengan otot uterus
bergerak turun, daerah pemisahan tetap tidak berubah dan sejumlah kecil
sebab. Lama kala tiga pada persalinan normal ditentukan oleh lamanya
plasenta lepas dalam waktu satu menit dari tempat implantasinya. Tanda-
turun masuk ke vagina, serta tali pusat yang keluar lebih panjang.
E. FISIOLOGIS PELEPASAN
PLASENTA
Pemisahan plasenta ditimbulka dari kontraksi dan retraksi myometrium
Area plasenta menjadi lebih kecil, sehingga plasenta mulai memisahkan diri
dari dinding uterus dan tidak dapat berkontraksi pada area pemisahan bekuan
segera, kontraksi uterus baik. Gejala yang kadang-kadang timbul: tali pusat putus
1. Plasenta adhesive adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta sehingga
2. Plasenta akreta adalah implantasi jonjot korion plasenta hingga mencapai sebagian
lapisan miometrium, perlekatan plasenta sebagian atau total pada dinding uterus.
Pada plasenta akreta vili chorialis menanamkan diri lebih dalam ke dalam dinding
rahim dari pada biasa ialah sampai kebatas atas lapisan otot rahim.
3. Plasenta inkreta adalah implantasi jonjot karion
plasenta hingga mencapai/melewati lapisan
miometrium.
di ambil.
3. Bila traksi terkontrol gagal untuk melahirkan plasenta, lakukan manual plasenta
secara hati-hati dan halus untuk menghindari terjadinya perforasi dan perdarahan.
supositoria/oral)
6. Segera atasi bila terjadi komplikasi perdarahan hebat, infeksi, syok neurogenik.
H. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi meliputi:
3. Sepsis
2. Data biologis/fisiologis meliputi; keluhan utama, riwayat kesehatan masa lalu, riwayat penyakit
keluarga, riwayat obstetrik (GPA, riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas), dan pola kegiatan
a) Sirkulasi :
• Perubahan tekanan darah dan nadi (mungkintidak tejadi sampai kehilangan darah bermakna)
• Perdarahan vena gelap dari uterus ada secara eksternal (placentaa tertahan)
• Haemoragi berat atau gejala syock diluar proporsi jumlah kehilangan darah.
b) Eliminasi : Kesulitan berkemih dapat menunjukan haematoma dari porsi atas
vagina
d) Keamanan : Laserasi jalan lahir: darah memang terang sedikit menetap (mungkin
tersembunyi) dengan uterus keras, uterus berkontraksi baik; robekan terlihat pada
labia mayora/labia minora, dari muara vagina ke perineum; robekan luas dari
episiotomie, ekstensi episiotomi kedalam kubah vagina, atau robekan pada serviks.
e) Seksualitas : Uterus kuat; kontraksi baik atau kontraksi parsial, dan agak menonjol
yang berlebihan.
Rasional : Membantu dalam membuat rencana perawatan yang tepat dan memberikan
2. Kaji dan catat jumlah, tipe dan sisi perdarahan; timbang dan hitung pembalut, simpan
Rasional : Perkiraan kehilangan darah, arteial versus vena, dan adanya bekuan-bekuan
Intervensi :
Rasional : Peningkatan suhu dari 100,4 ºF (38ºC) pada dua hari beturut-
turut (tidak menghitung 24 jam pertama pasca partum), tachikardia, atau
leukositosis dengan perpindahan kekiri menandakan infeksi.
3. Perhatikan gejala malaise, mengigil, anoreksia, nyeri tekan uterus
atau nyeri pelvis.
metode tindakan.
bisa mendeteksi secara dini serta mengetahui tanda-tanda komplikasi terjadinya retensio
plasenta. Retensio plasenta jika tidak ditangani dengan sebaik-baiknya akan menyebabkan
kematian pada ibu. Retensio plasenta adalah tidak lahirnya plasenta lebih dari 30 menit dan hal
ini diakibatkan tertinggalnya sisa plasenta di tempat penanaman plasenta. Bisan bisa mencegah
tenaga kesehatan yang terlatih, pada pertolongan persalinan kala III tidak diperkenankan untuk
melakukan masase dengan tujuan mempercepat proses persalinan plasenta. Masase yang tidak
tepat waktu dapat mengacaukan kontraksi otot rahim dan mengganggu pelepasan plasenta.
ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS
Abortus imminens
ARASARI NABABAN
14002
PENGERTIAN
Disusun Oleh
Ribka Risnawati
14017
Pendarahan Keluar Pendarahan Tersembunyi