Anggiriani
D4 / 102012453
Email : anggirianilohanatha@gmail.com
1. Pendahuluan
Perdarahan setelah melahirkan atau postpartum hemorrhagic (PPH) adalah
konsekuensi perdarahan berlebihan dari tempat implantasi plasenta, trauma di traktus
genitalia dan struktur sekitarnya, atau keduanya. Diperkirakan ada 14 juta kasus
perdarahan dalam kehamilan setiap tahunnya paling sedikit 128.000 wanita mengalami
perdarahan sampai meninggal. Sebagian besar kematian tersebut terjadi dalam waktu 4
jam setelah melahirkan. Di Indonesia, Sebagian besar persalinan terjadi tidak di rumah
sakit, sehingga sering pasien yang bersalin di luar kemudian terjadi perdarahan post
partum terlambat sampai ke rumah sakit, saat datang keadaan umum/hemodinamiknya
sudah memburuk, akibatnya mortalitas tinggi.
Apabila terjadi perdarahan yang berlebihan pasca persalinan harus dicari etiologi yang
spesifik. Atonia uteri, retensio plasenta (termasuk plasenta akreta dan variannya), sisa
plasenta, dan laserasi traktus genitalia merupakan penyebab sebagian besar perdarahan
post partum. Dalam 20 tahun terakhir, plasenta akreta mengalahkan atonia uteri sebagai
penyebab tersering perdarahan post partum yang keparahannya mengharuskan dilakukan
tindakan histerektomi. Laserasi traktus genitalia yang dapat terjadi sebagai penyebab
perdarahan post partum antara lain laserasi perineum, laserasi vagina, cedera levator ani da
cedera pada serviks uteri.
1
2. Skenario 15
Seorang perempuan P4A0 berusia 32 tahun dibawa oleh nidan ke UGD rumah sakit
karena yang banyak dari jalan lahir. Pasien tersebut baru saja melahirkan anaknya sper
vagina sekitar 1 jam yang lalu di rumah.
3. Pembahasan
Haemoragik Post Partum (HPP) adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama 24
jam setelah anak lahir. Dalam menentukan jumlah perdarahan pada saat persalinan sulit
karena sering bercampurnya darah dengan air ketuban serta rembesan dikain pada alas
tidur.
A. Anamnesis
a) Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical record
dan lain – lain.
b) Riwayat kesehatan :
Riwayat kesehatan dahulu: riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal
kronik, hemofilia, riwayat pre eklampsia, trauma jalan lahir, kegagalan
kompresi pembuluh darah, tempat implantasi plasenta, retensi sisa plasenta.
Riwayat kesehatan sekarang: Keluhan yang dirasakan saat ini yaitu: kehilangan
darah dalam jumlah banyak (>500ml), Nadi lemah, pucat, lokea berwarna
merah, haus, pusing, gelisah, letih, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin,
dan mual.
c) Riwayat kesehatan keluarga: Adanya riwayat keluarga yang pernah atau sedang
menderita hipertensi, penyakit jantung, dan pre eklampsia, penyakit keturunan
hemopilia dan penyakit menular.
d) Riwayat obstetrik
Riwayat menstruasi meliputi: Menarche, lamanya siklus, banyaknya, baunya ,
keluhan waktu haid, HPHT.
Riwayat perkawinan meliputi : Usia kawin, kawin yang keberapa, Usia mulai
hamil.
e) Riwayat hamil, persalinan dan nifas yang lalu
Riwayat hamil meliputi: Waktu hamil muda, hamil tua, apakah ada abortus,
retensi plasenta.
2
Riwayat persalinan meliputi: Tua kehamilan, cara persalinan, penolong, tempat
bersalin, apakah ada kesulitan dalam persalinan anak lahir atau mati, berat
badan anak waktu lahir, panjang waktu lahir.
Riwayat nifas meliputi: Keadaan lochea, apakah ada pendarahan, ASI cukup
atau tidak dan kondisi ibu saat nifas, tinggi fundus uteri dan kontraksi.
f) Riwayat Kehamilan sekarang
Hamil muda, keluhan selama hamil muda.
Hamil tua, keluhan selama hamil tua, peningkatan berat badan, tinggi badan,
suhu, nadi, pernafasan, peningkatan tekanan darah, keadaan gizi akibat mual,
keluhan lain.
Riwayat antenatal care meliputi : Dimana tempat pelayanan, beberapa kali,
perawatan serta pengobatannya yang didapat.
B. Pemeriksaan Fisik
TTV: Tampak sakit sedang, somnolen, TD: 90/60 mmHg, Nadi: 100x/menit lemah,
respirasi 22x/menit, afebrilie.
Pemeriksaan Dalam: cervix 2 jari longgar, fundus teraba antara symphibis pubis dan
umbilicus, lembut, adnexa normal (+) darah dari jalan lahir.
Inspekulo: terlihat adanya robekan pada jalan lahir grade 1.
C. Pemeriksaan Penunjang
a) Kadar Hb, Ht: Masa perdarahan dan masa pembekuan.
b) Pemeriksaan USG: Hal ini dilakukan bila perlu untuk menentukan adanya sisa
jaringan konsepsi intrauterine.
c) Urinalisis: Memastikan kerusakan kandung kemih.
d) Profil koagulasi: Menentukan peningkatan degradasi kadar produk fibrin, penurunan
fibrinogen, aktivasi masa tromboplastin dan masa tromboplastin parsial.
3
E. Manifestasi Klinis
Gejala Klinis umum yang terjadi adalah kehilangan darah dalam jumlah yang banyak
(> 500 ml), nadi lemah, pucat, lochea berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih, dan
dapat terjadi syok hipovolemik, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin, mual. Gejala
Klinis berdasarkan penyebab:
Inversio Uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau
seluruhnya masuk ke dalam kavum uteri. Uterus dikatakan mengalami inverse jika
bagian dalam menjadi di luar saat melahirkan plasenta. Reposisi sebaiknya segera
dilakukan dengan berjalannya waktu, lingkaran konstriksi sekitar uterus yang terinversi
akan mengecil dan uterus akan terisi darah. Pembagian inversio uteri;
Inversio uteri ringan: Fundus uteri terbalik menonjol ke dalam kavum uteri namun
belum keluar dari ruang rongga Rahim.
Inversio uteri sedang: Terbalik dan sudah masuk ke dalam vagina.
4
Inversio uteri berat: Uterus dan vagina semuanya terbalik dan sebagian sudah
keluar vagina.
Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi perdarahan tetapi bila
sebagian plasenta sudah lepas maka akan terjadi perdarahan. Ini merupakan indikasi
untuk segera mengeluarkannya. Plasenta mungkin pula tidak keluar karena kandung
kemih atau rektum penuh. Oleh karena itu keduanya harus dikosongkan.
5
G. Klasifikasi perdarahan postpartum :
SYOK HEMORAGIK
1) Etiologi
2) Klasifikasi
a) Syok ringan, terjadi kalau perdarahan kurang dari 20% volume darah. timbul,
penurunan perfusi jaringan dan organ non vital. Tidak terjadi perubahan kesadaran,
volume urin yang keluar normal atau sedikit berkurang, dan mungkin (tidak selalu
terjadi asidosis metabolik).
b) Syok sedang, sudah terjadi penurunan perfusi pada organ yang tahan terhadap
iskemia waktu singkat (hati, usus, dan ginjal). Sudah timbul oliguri (urin <0,5
ml/kg BB/Jam) dan asidosis metabolik, tetapi kesadaran masih baik.
c) Syok berat, perfusi dalam jaringan otak dan jantung sudah tidak adekuat.
mekanisme kompensasi vasokonstriksi pada organ lainnya sudah tidak dapat
6
mempertahankan perfusi di dalam jaringan otak dan jantung. sudah terjadi anuria,
penurunan kesadaran (delirium, stupor, koma) dan sudah ada gejala hipoksia
jantung.
Klasifikasi Perdarahan
Pada syok yang ringan gejala-gejala dan tanda tidak jelas, tetapi adanya syok yang ringan
dapat diketahui dengan “tilt test” yaitu bila pasien didudukan terjadi hipotensi dan/atau
takikardia, sedangkan dalam keadaan berbaring tekanan darah dan frekuensi nadi masih
normal.
7
3) Fase Syok
Perempuan hamil normal mempunyai toleransi terhadapa perdarahan 500-1000 ml
pada waktu persalinan tanpa bahaya oleh karena daya adaptasi fisiologik
kardiovaskular dan hematologik selama kehamilan. jika perdarahan terus berlanjut,
akan timbul fase-fase syok sebagai berikut.
8
4) Patofisiologi
Pada syok ringan terjadi penurunan perfusi darah tepi pada organ yang dapat
bertahan lama terhadap iskemia (kulit, lemak, otot, dan tulang). pH arteri normal. Pada
syok sedang terjadi penurunan perfusi sentral pada organ yang hanya tahan terhadap
iskemia waktu singkat (hati, usus, dan ginjal) terjadi asidosis metabolik. Pada syok
berat sudah terjadi penurunan perfusi pada jantung dan otak, asidosis metabolic berat,
dan mungkin terjadi pula asidosis respiratorik.
5) Gejala Klinik
a) Syok ringan, takikardi minimal, hipotensi sedikit, vasokonstriksi darah tepi ringan,
kulit dingin, pucat, basah. urin normal/ sedikit berkurang. keluhan merasa dingin.
b) Syok sedang, takikardi 100-120 permenit, hipotensi dengan sistolik 90-100 mmHg,
oliguri/ anuria. keluhan haus.
c) Syok berat, takikardi lebih dari 120 permenit, hipotensi dengan sistolik <60 mmHg,
pucat, anuri, agitasi, kesadaran menurun.
Penatalaksanaan umum
d) Segera lakukan penilaian klinik dan upaya pertolongan apabila dihadapkan dengan
masalah dan komplikasi
e) Atasi syok jika terjadi syok; Jika terjadi syok, tindakan yang harus segera dilakukan
antara lain sebagai berikut:
9
5) Kembalikan volume darah dengan:
Darah segar (whole blood) dengan cross-metched dari grup yang sama, kalau
tidak tersedia berikan darah O sebagai life-saving.
Larutan kristaloid: seperti ringer laktat, larutan garam fisiologis atau glukosa
5%. Larutan-larutan ini mmempunyai waktu paruh (half life) yang pendek
dan pemberian yang berlebihan dapat menyebabkan edema paru.
Larutan koloid: dekstran 40 atau 70, fraksi protein plasma (plasma protein
fraction), atau plasma segar
6) Terapi obat-obatan
a. Analgesik: morfin 10-15 mg IV jika ada rasa sakit, kerusakan jaringan atau
gelisah.
b. Kortikosteroid: hidrokortison 1 g atau deksametason 20 mg IV pelan-pelan.
Cara kerjanya masih kontroversial, dapat menurunkan resistensi perifer dan
meningkatkan kerja jantung vdan meningkatkan perfusi jaringan
c. Sodium bikarbonat: 100 mEq IV jika terdapat asidosis
d. Vasopresor: untuk menaikkan tekanan darah dan mempertahankan perfusi
renal. Dopamin: 2,5 mg/kg/menit IV sebagai pilihan utama, Beta-adrenergik
stimulant: isoprenalin 1 mg dalam 500 ml glukosa 5% IV infuse pelan-pelan
7) Monitoring
a) Central venous pressure (CVP): normal 10-12 cm air
b) Nadi
c) Tekanan darah
d) Produksi urin
e) Tekanan kaviler paru: normal 6-18 Torr
f) Perbaikan klinik: pucat, sianosis, sesak, keringat dingin, dan kesadaran
g) Pastikan plasenta telah lahir lengkap dan eksplorasi kemungkinan robekan jalan
lahir
10
i) Pasang kateter tetap dan pantau cairan keluar masuk
j) Lakukan observasi ketat pada 2 jam pertama paska persalinan dan lanjutkan
pemantauan terjadwal hingga 4 jam berikutnya.
Atonia uteri
a) Kenali dan tegakan kerja atonia uteri
b) Sambil melakukan pemasangan infus dan pemberian uterotonika, lakukan pengurutan
uterus
c) Pastikan plasenta lahir lengkap dan tidak ada laserasi jalan lahir
d) Lakukan tindakan spesifik yang diperlukan:
Kompresi bimanual eksternal yaitu menekan uterus melalui dinding abdomen
dengan jalan saling mendekatkan kedua belah telapak tangan yang melingkupi
uteus. Bila perdarahan berkurang kompresi diteruskan, pertahankan hingga uterus
dapat kembali berkontraksi atau dibawa ke fasilitas kesehatan rujukan.
Kompresi bimanual internal yaitu uterus ditekan diantara telapak tangan pada
dinding abdomen dan tinju tangan dalam vagina untuk menjempit pembuluh darah
didalam miometrium.
Kompresi aorta abdominalis yaitu raba arteri femoralis dengan ujung jari tangan
kiri, pertahankan posisi tersebut genggam tangan kanan kemudian tekankan pada
daerah umbilikus, tegak lurus dengan sumbu badan, hingga mencapai kolumna
vertebralis, penekanan yang tepat akan menghetikan atau mengurangi, denyut arteri
femoralis.
J. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada kasus perdarahan postpartum adalah anemia dan
kematian akibat perdarahan yang tidak segera ditangani. Diagnosa yang muncul antara
lain kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan pervaginam, gangguan
perfusi jaringan berhubungan dengan perdarahan pervaginam, nyeri berhubungan dengan
terputusnya inkontinuitas jaringan, ansietas berhubungan dengan perubahan keadaan dan
ancaman kematian, resiko infeksi berhubungan dengan perdarahan dan prosedur yang
kurang steril dan resiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan.
11
K. Prognosis
Jika tidak terjadi sampai syok prognosisnya baik, bila terjadi syok prognosisnya
bergantung pada beratnya syok dan kecepatan memperoleh pertolongan yang tepat
disamping fasilitas sumber daya manusia yang terlatih dan tersedianya peralatan yang
memadai seperti keperluan untuk transfusi darah, anastesi dan perlengkapan operasi
darurat sekitarnya diperlukan.
L. Kesimpulan
Perdarahan postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama 24 jam
setelah anak lahir. Perdarahan Post partum diklasifikasikan menjadi 2, yaitu, Early
Postpartum yang terjadi 24 jam pertama setelah bayi lahir, dan Late Postpartum yang
terjadi lebih dari 24 jam pertama setelah bayi lahir. Tiga hal yang harus diperhatikan
dalam menolong persalinan dengan komplikasi perdarahan post partum adalah
menghentikan perdarahan, mencegah timbulnya syok, dan mengganti darah yang hilang.
12