Anda di halaman 1dari 13

Evaluasi Program Cakupan Pengawasan Jamban Keluarga

di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas DTP Cilamaya


Kecamatan Cilamaya Kabupaten Karawang
Periode Agustus 2016 sampai dengan Juli 2017
Yudha Adi Pradana
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Email: redemtusyudha@gmail.com

Abstrak
Prevalensi penyakit akibat sanitasi buruk adalah diare sebesar 72%, kecacingan 0,85%, scabies 23%,
hepatitis A 0,57% dan malnutrisi 2,5%. Sedangkan prevalensikematian akibat sanitasi yang buruk
adalah diare sebesar 46%, kecacingan 0,1%, scabies 1,1%, hepatitis A 1,4%. Buruknya kondisi
sanitasi merupakan salah satu penyebab kematian anak di bawah 3 tahun yaitu sebesar 19% atau
sekitar 100.000 anak meninggal karena diare setiap tahunnya. Hasil studi Indonesia
Sanitation  Sector Development Program (ISSDP) 2006 menunjukan 47% masyarakat masih
berperilaku dari buang air di sembarang tempat (BABS). Data Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa
rumah tangga di Indonesia menggunakan fasilitas BAB milik sendiri (76,2%), milik bersama (6,7%),
dan fasilitas umum (4,2%).Masih terdapat rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas BAB sehingga
melakukan BAB sembarangan, yaitu sebesar 12,9%. Berdasarkan Memorandum Program Sanitasi
(MPS) Kabupaten Karawang 2014-2018 didapatkan 38,77% masyarakat belum memiliki akses
terhadap jamban dan masih melakukan BABS. Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan evaluasi
program dengan metode pengumpulan data, analisis data, dan pengolahan data dengan cara
membandingkan cakupan hasil program terhadap tolak ukur yang telah ditetapkan dan menemukan
penyebab masalah dengan menggunakan pendekatan sistem. Dari hasil evaluasi didapatkan dua
masalah yaitu cakupan hasil pengawasan/inspeksi jamban keluarga yaitu 15,13% dari target 75%
dengan besar masalah 79,83% dan cakupan jamban keluargayang memenuhi syarat yaitu 10,75% dari
target 75% dengan besar masalah 85,67%. Penyebab masalah yaitu pengawasan jamban yang tidak
maksimal, kurangnya koorodinasi antara penanggung jawab dengan koordinator program, kurangnya
kegiatan penyuluhan kepada masyarakat desa tentang jamban, dan kurangnya kerja sama lintas
sektoral dengan pemerintah setempat. Dengan demikian diharapkan puskesmas dapat melaksanakan
pengawasan/inspeksi jamban dilakukan lebih sering dan meningkatkan penyuluhan mengenai sarana
jamban yang memenuhi syarat kesehatan sesuai dengan perencanaan yang dibuat.

Kata kunci: BABS, Puskesmas Cilamaya, Evaluasi Program, Pengawasan Jamban.

1
I. PENDAHULUAN Hasil studi Indonesia
Sanitation  Sector Development
Diare merupakan salah satu
Program (ISSDP)
penyakit yang dapat ditularkan
2006 menunjukan 47% masyarakat
melalui lingkungan. Penyebab
masih berperilaku dari buang air di
diare salah satunya akibat oleh
sembarang tempat (BABS) ke
sanitasi yang buruk. Selain diare,
sungai, sawah, kolam, kebun dan
sanitasi yang buruk juga
tempat terbuka.Kondisi tersebut
menyebabkan cacingan, scabies,
berkontribusi terhadap tingginya
trachoma, hepatitis A dan
angka kejadian diaredi Indonesia.
malnutrisi. Prevalensi penyakit
Data angka kejadian diare nasional
akibat sanitasi buruk adalah diare
pada tahun 2006 sebesar 423per
sebesar 72%, kecacingan 0,85%,
seribu penduduk pada semua umur
scabies 23%, hepatitis A 0,57%
dan 16 provinsi mengalami
dan malnutrisi 2,5%. Sedangkan
Kejadian LuarBiasa (KLB) diare
prevalensi kematian akibat sanitasi
dengan Case Fatality Rate (CFR)
yang buruk adalah diare sebesar
sebesar 2,52.3
46%, kecacingan 0,1%, scabies
Data Riset Kesehatan Dasar
1,1%, hepatitis A 1,4%.1,2
(Riskesdas) 2013 menunjukkan
Tantangan pembangunan
bahwa rumah tangga di Indonesia
sanitasi di Indonesia adalah
menggunakan fasilitas BAB milik
masalah sosial budaya dan perilaku
sendiri (76,2%), milik bersama
penduduk yang terbiasa buang air
(6,7%), dan fasilitas umum
besar (BAB) di sembarang tempat,
(4,2%).Meskipun sebagian besar
khususnya ke badan air yang juga
rumah tangga di Indonesia
digunakan untuk mencuci, mandi
memiliki fasilitas BAB, masih
dan kebutuhan higienis lainnya.
terdapat rumah tangga yang tidak
Buruknya kondisi sanitasi
memiliki fasilitas BAB sehingga
merupakan salah satu penyebab
melakukan BAB sembarangan,
kematian anak di bawah 3 tahun
yaitu sebesar 12,9%. Proporsi
yaitu sebesar 19% atau sekitar
rumah tangga yang menggunakan
100.000 anak meninggal karena
fasilitas BAB milik sendiri di
diare setiap tahunnya.3
perkotaan lebih tinggi (84,9%)
dibandingkan di perdesaan

2
(67,3%); sedangkan proporsi dan cakupan jamban keluarga yang
rumah tangga BAB di fasilitas memenuhi syarat yaitu 7,06% dari
milik bersama dan umum maupun target 75% dengan besar masalah
BAB sembarangan di perdesaan 90.62%. Di puskesmas kecamatan
(masing-masing 6,9%, 5,0%, dan Cilamaya, kunjungan sepuluh
20,8%) lebih tinggi dibandingkan penyakit terbanyak adalah ISPA,
dengan di perkotaan (6,6%, 3,5%, gastritis, hipertensi, rehumatik,
dan 5,1%).4 myalgia, diare, kulit infeksi,
Berdasarkan Memorandum faringitis, dermatitis, demam yang
Program Sanitasi (MPS) tidak spesifik dan penyakit lainnya.
Kabupaten Karawang 2014-2018 Dimana terdapat diare di dalamnya
didapatkan 38,77% masyarakat yang sangat berhubungan erat
belum memiliki akses terhadap dengan program pengawasan
jamban dan masih melakukan jamban.
BABS. Kepemilikan jamban di Rumusan Masalah
Kabupaten Karawang baru
Berdasarkan latar belakang yang telah
mencapai 62% dengan rincian
diuraikan diatas, masalah yang didapat
memiliki dan menggunakan 60%
berupa:
jamban pribadi, 2% MCK/WC
1. Prevalensi penyakit akibat sanitasi
Umum dan 38% BABS.5
buruk adalah diare sebesar 72%,
Berdasarkan data
kecacingan 0,85%, scabies 23%,
pencatatan program pengawasan
hepatitis A 0,57% dan malnutrisi
jamban keluarga di Unit Pelaksana
2,5% dan prevalensi kematian
Teknis Daerah (UPTD) Puskesmas
akibat sanitasi yang buruk adalah
Dengan Tempat Perawatan (DTP)
diare sebesar 46%, kecacingan
Cilamaya, Kecamatan Cilamaya,
0,1%, scabies 1,1%, hepatitis A
Kabupaten Karawang, dalam
1,4%.
bentuk angka yang sudah diolah
2. Buruknya kondisi sanitasi
dan disajikan dalam PKP dan
merupakan salah satu penyebab
laporan tahunan program tahun
kematian anak di bawah 3 tahun
2016, didapatkan cakupan hasil
yaitu sebesar 19% atau sekitar
pengawasan/inspeksi jamban
100.000 anak meninggal karena
keluarga yaitu 12,09% dari target
diare setiap tahunnya.
75% dengan besar masalah 83,88%

3
3. Hasil studi Indonesia keluarga yaitu 12,09% dari target
Sanitation  Sector Development 75% dengan besar masalah
Program(ISSDP) 83,88%dan cakupan jamban
2006 menunjukan 47% keluarga yang memenuhi syarat
masyarakat masih berperilaku dari yaitu 7,06%dari target 75%
buang air di sembarang tempat dengan besar masalah 90,62%.
(BABS). Tujuan Umum
4. Data Riskesdas 2013
Untuk mengetahui masalah, penyebab
menunjukkan bahwa rumah tangga
masalah, dan penyelesaian masalah yang
di Indonesia menggunakan
ada dalam program pengawasan jamban di
fasilitas BAB milik sendiri
UPTD Puskesmas DTP Cilamaya periode
(76,2%), milik bersama (6,7%),
Agustus 2016 sampai dengan Juli 2017
dan fasilitas umum (4,2%).Masih
melalui pendekatan sistem.
terdapat rumah tangga yang tidak
Tujuan Khusus
memiliki fasilitas BAB sehingga
melakukan BAB sembarangan, 1. Diketahuinya jumlah sarana
yaitu sebesar 12,9%. jamban keluargayang ada,
jumlah jamban keluarga yang
5. Berdasarkan Memorandum
diperiksa, jumlah jamban
Program Sanitasi (MPS)
keluarga yang memenuhi syarat
Kabupaten Karawang 2014-2018
di wilayah kerja UPTD
didapatkan 38,77% masyarakat
Puskesmas DTP Cilamaya
belum memiliki akses terhadap
periode Agustus 2016 sampai
jamban dan masih melakukan
dengan Juli 2017.
BABS.
2. Diketahuinya hasil dari cakupan
6. Berdasarkan data pencatatan
program pengawasan jamban
program pengawasan jamban
keluarga di wilayah kerja UPTD
keluarga di Unit Pelaksana Teknis
Puskesmas DTP Cilamaya
Daerah (UPTD) Puskesmas
periode periode Agustus 2016
Dengan Tempat Perawatan (DTP)
sampai dengan Juli 2017.
Cilamaya, Kecamatan Cilamaya,
3. Diketahuinya presentase
Kabupaten Karawang tahun 2016
cakupan jamban keluarga yang
didapatkan cakupan hasil
memenuhi syarat di wilayah
pengawasan/inspeksi jamban
kerja UPTD Puskesmas DTP

4
Cilamaya periode periode 4. Jumlah jamban keluarga yang
Agustus 2016 sampai dengan memenuhi syarat
Juli 2017. 5. Jenis jamban yang ada atau yang
4. Diketahuinya jumlah digunakan
penyuluhan tentang sarana 6. Pemetaan sarana jamban keluarga
jamban keluargadi wilayah kerja yang memenuhi syarat
UPTD Puskesmas DTP 7. Pencatatan dan Pelaporan
Cilamaya periode Agustus 2016 Metode
sampai dengan Juli 2017. Evaluasi program ini
Sasaran dilaksanakan dengan pengumpulan
Masyarakat di wilayah kerja data, pengolahan data, dan analisis
UPTD Puskesmas DTP Cilamaya, data sehingga dapat digunakan untuk
Kecamatan CilamayaKabupaten menjawab permasalahan pelaksanaan
Karawang, Jawa Barat pada periode program pengawasan jamban di
Agustus 2016 sampai dengan Juli UPTD Puskesmas DTP
2017. Cilamayaperiode Agustus 2016
II. Materi dan Metode sampai dengan Juli 2017 dengan cara
Materi membandingkan cakupan hasil
Materi yang dievaluasi dalam program terhadap tolak ukur yang
program pengawasan jamban periode telah ditetapkan dan menemukan
Agustus 2016 sampai dengan Juli penyebab masalah dengan
2017 di UPTD ( Unit Pelaksana menggunakan pendekatan sistem.
Teknis Dinas ) Puskesmas DTP
III. KERANGKA TEORI
( Dengan Tempat Perawatan )
Pendekatan Sistem
Cilamaya , Kecamatan Cilamaya,
Kabupaten Karawang, Jawa Barat,
antara lain:

1. Pendataan jumlah sarana jamban


keluarga yang ada.
2. Jumlah penduduk yang
Gambar 1. Teori sistem menurut Ryan
menggunakan jamban
Evaluasi ini dibuat dengan
3. Jumlah jamban keluarga yang
menggunakan pendekatan sistem. Dimana
diperiksa
sistem adalah gabungan dari elemen-

5
elemen yang saling dihubungkan oleh dan umpan balik yang digunakan
suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai pembanding atau target yang
sebagai salah satu kesatuan organisasi harus dicapai dalam program
dalam upaya menghasilkan sesuatu yang pengawasan jamban keluarga.
telag ditetapkan yang terdiri dari masukan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
(input), proses (process), keluaran MASALAH
(output), lingkungan (environment),
Dari hasil evaluasi Program Pengawasan
umpan balik (feedback), dan dampak
Jamban Keluarga di Puskesmas
(impact).
Kecamatan Cilamaya Kabupaten
Tolok Ukur Karawang Periode Agustus 2016 sampai
dengan Juli 2017 didapatkan hasil:
Tolok ukur merupakan suatu nilai
acuan atau standar yang telah
ditetapkan dan digunakan sebagai
target yang harus dicapai pada tiap-tiap
variabel sistem, yang meliputi
masukan, proses, keluaran, lingkungan,

Tabel 1. Masalah Menurut Keluaran

No Variabel Tolak Ukur (%) Pencapaian (%) Masalah (%)

1 Cakupan hasil pengawasan / 75 15,13 (+) 79,83


inspeksi jamban keluarga

2 Cakupan jamban keluarga yang 75 10,75 (+) 85,67


memenuhi syarat

Tabel 2. Masalah Menurut Masukan


No Variabel Tolak Ukur Pencapaian Masalah

1 Tenaga Tersedianya petugas sebagai Terdapat 1 orang tenaga yang (+)


(Man) koordinator dan pelaksana merangkap sebagai
program pengawasan jamban koordinator dan pelaksana
yang terampil di bidangnya program pengawasan jamban,
namun dalam melaksanaan

6
pekerjaanya kurang optimal
karena beliau tidak hanya
bertugas sebagai petugas
kesehatan lingkungan saja.

2 Dana Tersedianya dana yang Ada (+)


(Money) berasal dari BOK

3 Sarana Sanitarian kit Ada (+)


(Material) Infocus Ada
Layar Ada
Leaflet Ada
Lembar balik Tidak ada
Poster Ada
Formulir wawancara Ada
Buku pedoman Ada
Alat tulis Ada
Sarana transportasi dinas Ada

4 Metode 1. Pendataan 1. Pendataan dilakukan tetapi 1. (+)


(Method) hanya terbatas pada
jumlah jamban yang ada
dan jumlah jamban yang
memenuhi syarat. Tidak
ada pendataan mengenai
jenis jamban yang
digunakan
2. Penyuluhan mengenai 2. Penyuluhan hanya
sarana jamban yang dilakukan 1 kali dalam 1 2. (+)
memenuhi syarat tahun
kesehatan yang dilakukan
di dalam dan di luar
gedung
3. Pemetaan jamban yang 3. Tidak dilakukan pemetaan
sudah memenuhi syarat sarana jamban yang 3. (+)

7
memenuhi syarat
4. Pengawasan/inspeksi 4. Pengawasan/inspeksi
sarana jamban sarana jamban hanya 4. (+)
dilakukan 7 kali dalam
sebulan
5. Pencatatan dan pelaporan 5. Ada pencatatan setiap
dilakukan kegiatan dan
pelaporan setiap awal 5. (-)
bulan

Tabel 3. Masalah Menurut Proses


No Variabel Tolak Ukur Pencapaian Masalah

1. Perencanaan Terdapat perencanaan Sudah dibuat jadwal (+)


mengenai jadwal kegiatan kegiatan pengawasan /
pengawasan / inspeksi inspeksi jamban setiap 1
jamban yang dilakukan 1 bulan sebelum kegiatan,
bulan sebelumnya. namun jadwal yang dibuat
tersebut tidak mencakup
tempat dan waktu kegiatan
secara rinci.

2. Pengorganisasian Dibentuk struktur Struktur organisasi sudah (+)


organisasi, kepala jelas namun koordinasi di
puskesmas sebagai lintas program dan lintas
penanggung jawab sektoral antar petugas
program, melimpahkan pelaksana program
kekuasaan kepada pengawasan jamban belum
koordinator program optimal.
(programmer), kemudian
melakukan koordinasi
dengan pelaksana program

3. Pelaksanaan Sesuai dengan rencana dan


metode yang telah

8
ditetapkan dilaksanakan
secara berkala:
1. Pendataan telah 1. (+)
1. Pendataan dilakukan 1
dilakukan 1 tahun
kali setahun
sekali. Namun datanya
terbatas hanya pada
jumlah jamban yang
ada dan jumlah jamban
yang memenuhi syarat.
Tidak ada data
mengenai jenis jamban
yang digunakan.

2. Pengawasan/inspeksi
2. Pengawasan/inspeksi
dilakukan 12 kali dalam 1
hanya dilakukan 7 kali 2. (+)
bulan
dalam 1 bulan
3. Pemetaan sarana
3. Belum dilakukan
jamban yang memenuhi
pemetaan jamban 3. (+)
syarat 1 tahun sekali

4. Penyuluhan yang hanya


4. Penyuluhan dilakukan
dilakukan 1 kali dalam 4. (+)
12 kali dalam 1 tahun
1 tahun
5. Pencatatan dilakukan
5. Pencatatan dan
setiap melakukan 5. (-)
pelaporan
kegiatan dan dilakukan
pelaporan setiap awal
bulan.
4. Pengawasan 1. Pencatatan dan 1. Pencatatan dilakukan 1. (-)
pelaporan setiap setiap melakukan
bulan/tahunan secara kegiatan dan pelaporan
berkala tentang setiap awal bulan
kegiatan pengawasan
jamban ke tingkat

9
Kabupaten
2. Rapat bulanan hasil 2. Adanya rapat bulanan 2. (-)
pencapaian program
pengawasan jamban

Tabel 4. Masalah Menurut Variabel Lingkungan


No Variabel Tolak Ukur Pencapaian Masalah

1 Fisik 1. Lokasi 1. Semua lokasi dapat dijangkau 1. (-)


dengan sarana trasportasi
yang ada
2. Iklim 2. Tidak mempengaruhi 2. (-)
kegiatan program
3. Tidak mempengaruhi
3. Kondisi geografis kegiatan program 3. (-)
2 Non Fisik 1. Keadaan sosial 1. Sebagian besar penduduk 1. (+)
ekonomi Kecamatan Cilamaya
bermata pecaharian sebagai
petani dan termasuk
penduduk dengan tingkat
2. Tingkat pengetahuan ekonomi rendah. 2. (+)
2. Tingkat pengetahuan
masyarakat tentang kesehatan
3. Perilaku masyarakat lingkungan masih rendah 3. (+)
3. Perilaku masyarakat yang
masih BAB sembarangan

Tabel 5. Masalah Menurut Variabel Umpan Balik


No Variabel Tolak Ukur Pencapaian Masalah

1 Umpan Balik Rapat kerja bulanan untuk Adanya rapat bulanan dengan (-)
membahas laporan kegiatan Kepala Puskesmas Cilamaya
evaluasi program yang mengenai laporan kegiatan
dilaksanakan evaluasi program

10
 Struktur organisasi sudah jelas
Dari hasil diatas ditemukan prioritas namun koordinasi di lintas program
masalah menurut keluaran : dan lintas sektoral antar petugas
A. Kurangnya cakupan hasil pelaksana program pengawasan
pengawasan/inspeksi jamban jamban belum optimal.
keluarga yaitu 15,13% dari target  Pengawasan/inspeksi hanya
75% dengan besar masalah 79,83% dilakukan 7 kali dalam 1 bulan
B. Kurangnyacakupan jamban  Pendataan yang dilakukan hanya
keluarga yang memenuhi syarat terbatas jumlah rumah, jumlah
yaitu 10,75% dari target 43,75% jamban yang ada dan jumlah
dengan besar masalah 85,67% jamban yang memenuhi syarat
sedangkan jenis jamban tidak
masuk dalam pendataan
 Belum dilakukan pemetaan jamban
 Penyuluhan yang dilakukan hanya
Penyelesaian Masalah 1 kali dalam 1 tahun
Masalah I dan Masalah II  Jadwal yang dibuat tidak mencakup
Masukan tempat dan waktu kegiatan secara
 Hanya terdapat 1 orang tenaga rinci.
yang merangkap sebagai Lingkungan Non Fisik
koordinator dan pelaksana program  Sebagian besar penduduk bermata
pengawasan jamban pencaharian sebagai petani dan
 Tidak lengkapnya sarana yang termasuk penduduk dengan tingkat
digunakan untuk membantu ekonomi rendah. Hal tersebut akan
Program Sarana Jamban Keluarga mempengaruhipenduduk untuk
terutama dalam hal penyuluhan, memiliki sarana jamban yang
seperti lembarbalik mengenai memadai.
sarana jamban atau perilaku stop  Tingkat pengetahuan masyarakat
BABS. tentang kesehatan lingkungan
 Pendataan terhadap jenis jamban masih rendah
tidak dilakukan, tidak dibuatnya  Perilaku masyarakat yang masih
pemetaan sarana jamban. BAB sembarangan.
Proses Penyelesaian Masalah I dan Masalah II

11
 Pelatihan kader agar dapat mengoptimalkan koordinasi lintas
memberi masukan kepada orang- program dan lintas sektoral seperti
orang disekitar rumahnya agar mengikuti rapat mingguan desa dan
lebih tahu tentang betapa kecamatan bekerja sama dengan
pentingnya jamban kelarga yang promosi kesehatan, bidan desa,
memenuhi syarat. kader dan sebagainya.
 Petugas kesehatan lingkungan lebih  Pengawasan/inspeksi jamban
aktif untuk memperbanyak poster, dilakukan lebih sering sesuai
leaflet atau selebaran yang dapat dengan perencanaan yaitu 12 kali
membantu masyarakat untuk dalam 1 bulan.
memahami jamban sehat dan  Dilakukan penyuluhan secara
mengetahui pentingnya intensif dengan meningkatkan
menggunakan jamban yang sehat frekuensi penyuluhan tidak hanya
serta mendorong masyarakat untuk 1x dalam 1 bulan, bervariasi
memiliki jamban yang sehat. dengan memberikan contoh sarana
 Melakukan pendataan terhadap jamban yang memadai dan yang
jenis jamban dan pemetaan yang tidak memenuhi syarat di lapangan.
memenuhi syarat dan melatih Penyuluhan tentang pentingnya
kader-kader dari tiap-tiap desa sarana jamban sehat dengan
yang ada untuk dapat melakukan kesehatan. Penyuluhan diharapkan
pengawasan/inspeksi dan pemetaan menambah pengetahuan
sarana jamban secara berkala di masyarakat sehingga mengubah
daerah tempat tinggalnya. sikap dan perilaku dalam hal
 Dibuat jadwal yang lebih rinci BABS. Mulai mensosialisasikan
mengenai tempat dan waktu dan menerapkan sistem program
dilakukannya pengawasan jamban. STBM yang salah satu pilarnya
Sehingga dalam melakukan adalah ODF atau stop BABS.
program pengawasan jamban dapat  Meminta koperasi unit desa
lebih terarah. setempat untuk memberikan kredit
 Meningkatkan koordinasi antara untuk pembuatan jamban. Pada
penanggung jawab dengan kredit pembuatan jamban, koperasi
koordinator program, koordinator menyediakan bahan bahan yang
dengan pelaksana serta digunakan untuk membuat jamban

12
yang sesuai dengan standart, bukan 4. RISKESDAS 2013. Riset
berupa uang untuk membangun kesehatan dasar. 2013. Jakarta :
jamban. Untuk pekerjanya, Badan Penelitian dan
koperasi unit desa hanya Pengembangan Kesehatan
memberikan uang untuk biaya Kementrian Kesehatan RI .h.89-91.
pekerjanya. 5. Memorandum Program Sanitasi
V. KESIMPULAN Kabupaten Karawang Tahun 2014-
Menurut hasil evaluasi program yang telah 2018. Diunduh dari
dilakukan maka dapat disimpulkan http://webcache.googleusercontent.
program pengawasan jamban keluarga di com/search?
UPTD Puskesmas DTP Cilamaya, q=cache:aGhRbnVdTi8J:ppsp.naw
Kecamatan Cilamaya, Kabupaten asis.info/dokumen/perencanaan/
Karawang, Jawa Barat periode Agustus sanitasi/pokja/mp/kab.karawang/
2016 hingga Juli 2017 dikatakan berhasil BAB%2520I%2520MPS
tetapi hasil yang dicapai belum sesuai %2520oke.docx+&cd=1&hl=id&ct
dengan tolok ukur yang telah ditentukan. =clnk&gl=id. 20 Juli 2017.
Daftar Pustaka 6. Aditama YT. Pedoman Pelaksaan
1. WSP-EAP. Economic Impacts of Sanitasi Total Berbasis
Sanitation in Indonesia. Research Masyarakat. 2011. Jakarta :
Report. 2008:21 - 30.  Direktorat Jeneral Pengendalian
2. Kandun IN. Manual Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan
Penyakit Menular. 17 ed. Jakarta: Lingkungan.
Info Medika; 2006. p. 65. 7. Peraturan Menteri Kesehatan
3. Sanitasi total berbasis masyarakat. Republik Indonesia Nomor 3
2017. Diunduh dari : Tahun 2014 Tentang Sanitasi Total
www.sanitasi.net/sanitasi-total- Berbasis Masyarakat. Jakarta :
berbasis-masyarakat.html. 22 Juli Kementeria Kesehatan; 2014.
2017 H.12-5.

13

Anda mungkin juga menyukai