Latar Belakan
Menurut World Health Organization (WHO) penyakit diare didefinisikan
sebagai suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi
tinja yang lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar
yang lebih dari biasanya yaitu 3 kali atau lebih dalam sehari. Diare merupakan
penyakit endemis khususnya di negara berkembang seperti Indonesia dan penyakit
yang berpotensi megalami Kejadian Luar Biasa (KLB) yang sering disertai
dengan kematian (Kemenkes RI, 2020). Penyebab utama kematian akibat diare
adalah dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui tinja. Kondisi
tersebut sering terjadi pada anak-anak, terutama anak dengan kategori gizi kurang,
lebih rentan menderita diare walaupun tergolong ringan. Namun, karena kejadian
diare itu sering disertai dengan berkurangnya nafsu makan sehingga menyebabkan
keadaan tubuh lemah dan keadaan tersebut sangat membahayakan
kesehatan anak (Rahayu, 2021).
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) pada Tahun 2017 ada
sekitar 1,7 miliar kasus diare dengan angka kematian 525.000 anak balita setiap
tahun.Pada negara berkembang, anak-anak usia di bawah 3 tahun rata-rata
mengalami 3 episode diare pertahun. Setiap episodenya diare akan menyebabkan
kehilangan nutrisi yang di butuhkan anak untuk bertumbuh dan berkembang,
sehingga diare merupakan penyebab utama malnutrisi pada anak.
Di Indonesia, prevalensi diare merupakan masalah kesehatan masyarakat
dengan kasus yang tinggi Berdasarkan data Kemenkes RI prevalensi diare pada
tahun 2018 sebanyak 37,88% atau sekitar 1.516.438 kasus pada balita. Prevalensi
tersebut mengalami kenaikan pada tahun 2019 menjadi 40% atau sekitar
1.591.944 kasus pada balita (Ditjen P2P, Kemenkes RI, 2020). Selain itu,
Riskesdas melaporkan prevalensi diare lebih banyak terjadi pada kelompok balita
yang terdiri dari 11,4 % atau sekitar 47.764 kasus pada laki-laki dan 10,5% atau
sekitar 45.855 kasus pada perempuan (Nugraha et al., 2022).
Secara umum, penyebab diare pada anak adalah karena infeksi virus atau
bakteri, seperti rotavirus dan bakteri salmonella. Terkadang, diare pada anak bisa
disebabkan oleh parasit, seperti giardia. Namun, kasus ini lebih jarang terjadi.
Kebersihan lingkungan dan sanitasi yang buruk dapat meningkatkan risiko anak
terkena diare. Sebab, anak bisa saja mengonsumsi makanan atau minuman yang
telah terkontaminasi oleh mikroorganisme penyebab diare. Penyebab lain diare
pada anak adalah tidak dapat mencerna makanan tertentu (intoleransi makanan),
alergi makanan tertentu, reaksi obat-obatan tertentu, penyakit saluran pencernaan,
keracunan makanan, masalah di cara kerja saluran pencernaan, dan operasi perut
(Dinkes Provinsi Kalimantan Barat, 2021).
Pada penelitian (Nasika Nurlaila, Susilawati., 2022) menunjukkan hasil
bahwa Keluarga yang memiliki sanitasi lingkungan tidak baik dan yang
mengalami kejadian diare pada balita sebanyak 21 orang (75%) dan yang tidak
mengalami kejadian diare pada balita sebanyak 7 orang (25%). Sedangkan
responden yang memiliki sanitasi lingkungan baik dan tidak mengalami kejadian
diare pada balita sebanyak 5 orang (100%). Dengan demikian hubungan
kebersihan lingkungan dipemukiman yang buruk bisa menjadi penyebab balita
terkena diare.
Metode Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengkaji secara mendalam mengenai
Pengaruh Lingkungan terhadap Kejadian Diare pada Balita di Wilayah
Pemukiman Pedesaan & Perkotaan, menggunakan metode penelitian kualitatif
studi literature untuk mengkaji perbandingan dan melihat secara mendalam
dengan menggunakan penelitian terdahulu yang dilakukan peneliti. Pengumpulan
data dilakukan dengan melakukan studi kepustakaan, yakni mengadakan studi
penelaahan terhadap litertur-literatur,hasil penelitian, jurnal ilmiah, dan sumber-
sumber lain, yang berhubungan dengan masalah yang dipecahkan.
Hasil
Khofifah Faktor Air, Sanitasi, 240 Cross Kejadian diare pada balita
Abidin, Dan Higiene balita. Sectional di wilayah permukiman
Ansariadi, Terhadap Kejadian kumuh Kecamatan Tallo
Ida Leida M. Diare Pada Balita Di Kota Makassar dipengaruhi
Thaha Permukiman Kumuh oleh sumber air rumah
Kota Makasar tangga, pengelolaan air
minum, kepemilikan tempat
sampah, kepemilikan
jamban, dan praktik higiene
ibu. Pemilihan sumber air
minum yang terlindung,
pengelolaan air minum,
kepemilikan tempat sampah
dan kepemilikan jamban
yang memenuhi syarat,
serta praktik higiene ibu
khususnya dalam praktik
cuci tangan yang baik dapat
mengurangi risiko kejadian
diare sehingga diperlukan
upaya tersebut untuk
meminimalisir kejadian
diare pada balita, tidak
hanya itu diperlukan upaya
lain untuk mencegah diare
pada balita seperti dalam
pemenuhan nutrisi,
imunisasi, pemberian asi,
pengetahuan ibu mengenai
higiene, serta kondisi rumah
yang memenuhi syarat
kesehatan.
Pembahasan
Diare adalah penyakit yang ditandai bertambahnya frekuensi defekasi
lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi
cair), dengan atau tanpa darah atau lender. Diare didefinisikan sebagai berak, cair
tiga kali atau lebih dalam sehari semalam. Berdasarkan waktu serangannya terbagi
menjadi dua, yaitu diare akut (< 2 minggu) dan diare kronik (≥ 2 minggu). Diare
pada balita, bila tidak diatasi lebih lanjut dapat menyebabkan dehidrasi yang
mengakibatkan kematian. Salah satu faktor risiko penyebab diare adalah faktor
lingkungan atau sanitasi dasar lingkungan yang meliputi sarana air bersih, jamban
sehat dan sarana pembuangan sampah. Sanitasi mempunyai peranan penting
dalam mewujudkan rumah sehat dan sebagai penunjang untuk mencegah penyakit
berbasis lingkungan.
Hubungan Antara Sanitasi Dasar Dengan Kejadian Diare Pada Balita
Berdasarkan artikel 1 terdapat hubungan antara sanitasi dasar dengan
kejadian diare pada anak 0-4 tahun yang didapatkan dari hasil bivariat p-value
terhadap beberapa variabel, yaitu ketersediaan jamban sehat dengan nilai p-value
sebesar 0,046, sarana air bersih dengan nilai p-value 0,009, ketersediaan SPAL
dengan nilai p-value 0,015, dan sarana pembuangan sampah sementara yang tidak
dianalisis secara statistik karena nilai konstanta 100% tidak memenuhi syarat. Hal
ini dapat menjadi faktor kasus kejadian diare pada anak usia 0-4 tahun di Desa
Durian Kecamatan Pantai Labu yang dalam penelitian ini sebesar 63,9% dari
keseluruhan sampel penelitian yang terdiri dari usia 0 – 12 bulan sebesar 14,5%, 1
tahun sebesar 10,8%, 2 tahun sebesar 20,5%, 3 tahun sebesar 31,3%, dan 4 tahun
sebesar 22,9%. Beberapa perilaku dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik
dan meningkatkan risiko terjadinya diare, antara lain menyimpan makanan masak
pada suhu kamar, menggunakan air minum yang tercemar, tidak mencuci tangan
sesudah buang air besar atau sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan
atau menyuapi anak, dan tidak membuang tinja dengan benar. Pengelolaan
sampah yang tidak memenuhi syarat juga menyebabkan lebih banyak diare
dikarenakan sampah yang tidak diolah atau dibuang sembarangan dapat menjadi
tempat yang baik bagi perkembangbiakan serangga dan mikroorganisme, serangga
sebagai pembawa mikroorganisme patogen dapat menyebarkan berbagai macam
penyakit.
Hubungan Antara Sanitasi Lingkungan dan Personal Hygiene Ibu
Berdasarkan artikel 2, terdapat hubungan antara sanitasi lingkungan dan
personal hygiene ibu dengan kejadian diare pada balita. Kasus balita yang
mengalami diare dalam satu bulan terakhir di Puskesmas Terjun diperoleh 22
balita (45,8%) sedangkan balita yang mengalami diare di Puskesmas Kp. Aur
sebanyak 20 balita (41,7%). Hasil analisis chi square untuk variabel hubungan
sanitasi lingkungan didapatkan nilai p<α (0,001 > 0,05) dan untuk variabel
personal hygiene ibu statistik didapatkan nilai p<α (0,002 < 0,05). Kondisi
lingkungan yang buruk adalah salah satu faktor meningkatnya kejadian diare
karena status kesehatan suatu lingkungan yang mencakup perumahan,
pembuangan kotoran, dan penyediaan air bersih. Hal ini dapat menyebabkan
masalah kesehatan lingkungan yang besar karena dapat menyebabkan
mewabahnya penyakit diare dan mempengaruhi kondisi kesehatan masyarakat.
Refrensi
Nugraha, P., Juliansyah, E., & Pratama, R. Y. (2022). Faktor-faktor Yang
Berhubungan dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Kelurahan Kapuas
Kanan Hulu Kecamatan Sintang. Kesehatan Masyarakat
Rahayu, N. (2021). Hubungan Praktik Ibu Dengan Kejadian Diare Pada Balita di
Wilayah Kerja Puskesmas Cigeureung Kota Tasikmalaya Pada Tahun 2021.
Paper Knowledge . Toward a Media History of Documents, 7(2), 107–115.