Nasional (NFSH) yang dilakukan pada tahun 2016. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh balita usia 0-59 bulan sebagai sampel total, dikumpulkan dari
NFSH-4 artinya NFSH-4 adalah survei sampel skala besar yang mewakili
nasional yang dilakukan di semua negara bagian dan wilayah persatuan India.
yang terdiri dari 28.586 cluster yaitu 8.397 di perkotaan, 20.059 di pedesaan dan
130 di pemukiman kumuh, daerah kumuh dipilih dari daftar yang disediakan oleh
Kantor Perusahaan Kota (MCO). Pada tahap pertama, cluster dipilih dengan
kedua dilakukan pemetaan dan pendataan rumah tangga secara lengkap pada
cluster terpilih dan 22 rumah tangga dipilih secara acak di setiap cluster secara
sistematis dari pendataan rumah tangga. Dari penelitian yang telah dilakukan dari
analisis kondisi lingkungan rumah tangga sekitar 46,5% anak tidak memiliki
fasilitas toilet dan 10% memiliki air minum dari sumber yang tidak layak, sekitar
lebih dari sepertiga (65,5%) pembuangan tinja anak tidak aman dan sebanyak
43,2% memiliki rumah anak yang terbuat dari bahan lantai yang kotor serta 14%
rumah yang beratap ilalang. Dari hasil analisis diare pada anak berdasarkan
kondisi lingkungan, diare pada masa kanak-kanak ditemukan jauh lebih pada
anak-anak dari rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas toilet (10%)
proporsi anak yang terkena diare lebih tinggi pada anak yang rumah tangganya
mengkonsumsi sumber air minum yang lebih baik (9,2%) daripada anak yang
rumah tangganya mengkonsumsi sumber air minum yang tidak layak (8,0%),
pembuangan feses anak yang tidak aman di rumah tangga memiliki prevalensi
diare yang lebih tinggi pada anak (10,0%) serta anak yang tinggal di rumah
berlantai tanah sekitar (10,3%) dan yang beratap jerami (10,4%). Berdasarkan
Children in Jamma District, South Wello Zone (Northeast Ethiopia)”. Desain yang
berbasis komunitas. Populasi dalam penelitian ini adalah semua rumah tangga
dengan minimal satu balita. Sampel dalam penelitian ini berjumlah sebanyak 614
responden. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa Kuesioner yang
terstruktur. Dari penelitian yang dilakukan dari 614 responden, terdapat 130
responden yang tersedia jamban dengan balita yang mengalami diare dan
sebanyak 311 responden yang tidak mengalami diare, sedangkan sebanyak 12
responden yang tidak tersedia jamban dengan balita yang mengalami diare dan
sekitar 161 responden dengan balita yang tidak mengalami diare. Hasil dari
analisis statistik menunjukkan diperoleh p – value = < 0,05 maka dapat diartikan
pembuangan limbah jenis lubang/bakar dengan balita yang mengalami diare dan
tempat pembuangan limbah jenis buka tempat sampah dengan balita yang
mengalami diare dan 294 responden yang tidak mengalami diare. Hasil dari
analisis statistik menunjukkan diperoleh p-value = < 0,05 maka dapat diartikan
Timur Laut Ethiopia”. Hasil analisis yang didapatkan dari 614 responden,
terdapat 117 responden memiliki sumber air minum yang terlindung dengan balita
yang mengalami diare dan sebanyak 271 responden yang tidak mengalami diare.
terlindungi dengan balita yang mengalami diare dan sekitar 201 responden yang
tidak mengalami diare. Hasil analisis statistik menunjukkan diperoleh p-value = <
0,05 maka dapat diartikan bahwa “Terdapat Hubungan yang signifikan Antara
Sumber Air Minum dengan Kejadian Diare pada Balita Di District Jamma,
Timur Laut Ethiopia”. Maka dapat disimpulkan hasil analisis dalam penelitian
dari faktor lingkungan yang meliputi ketersediaan jamban, jenis pembuangan
limbah dan sumber air minum. Secara keseluruhan hasil dari uji chi square
diperoleh p – value = < 0,05 maka dapat diartikan bahwa “Terdapat Hubungan
dilakukan pada bulan Oktober-November 2018 dengan judul “The Risk Factors
Hospital Jayapura City”. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu balita yang mengalami diare
sebanyak 774 balita dengan jumlah sampel 48 kasus dan 96 kontrol. Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuesioner. Dari penelitian yang
dilakukan bahwa dari 48 kasus, terdapat 9 (18,8%) memiliki sumber air minum
yang kurang, sebanyak 39 (81,3%) memiliki sumber air minum dalam keadaan
baik. Sedangkan dari 96 kontrol terdapat 19 (19,8%) memiliki sumber air minum
yang kurang dan sebanyak 77 (80,2%) memiliki sumber air minum yang baik.
Berdasar dari hasil Uji Chi Square diperoleh p-value = 1.000 > 0,05 yang artinya
dapatg disimpulkan bahwa “Tidak Ada Hubungan Antara Sumber Air Minum
dengan Kejadian Diare pada Balita”. Dari hasil analisis hubungan antara
hasil Uji Chi Square diperoleh p – value = 0,443 > 0,05 dapat disimpulkan bahwa
pada Balita”. Dari hasil analisis hubungan jenis jamban dengan kejadian diare
yang tidak sehat dan 26 (54,2%) memiliki jenis jamban yang sehat. Sedangkan
dari 96 kontrol terdapat 23 (24%) memiliki jenis jamban yang tidak sehat dan 73
(76%) memiliki jenis jamban yang sehat. Berdasarkan dari hasil analisis Uji Chi
Square diperoleh p – value = 0,013 < 0,05 yang artinya dapat disimpulkan bahwa
Balita”.
Puok Douth Kier and Ying-Chun Dai yang dilakukan pada bulan Agustus 2017
dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki balita berusia dibawah lima
tahun, dengan sampel dalam penelitian ini berjumlah 410 responden. Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuesioner. Dari penelitian yang
dilakukan dari 410 responden, terdapat 142 responden (34,6%) memiliki sikap
negatif terhadap diare dan sebanyak 268 reponden (65,4%) memiliki sikap positif
terhadap diare. Hasil dari analisis menunjukkan sikap ibu terhadap diare dengan
frekuensi tabulasi silang usia, terdapat ibu dengan usia kurang dari 34 tahun
berjumlah 98 responden yang memiliki sikap negatif dan sebanyak 230 responden
dengan memiliki sikap positif sedangkan ibu dengan usia lebih dari 35 tahun
diperoleh p-value = < 0,001 maka dapat diartikan bahwa “Terdapat Hubungan
Alebachew Tadie, Mulat G.Hiwot, Tadesse Guadu yang dilakukan pada bulan
Among Under Five Children in Rural Area of North Gondar Zone, Ethiopia”.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan studi
Cross-Sectional berbasis komunitas. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang
memiliki minimal satu balita. Sampel dalam penelitian ini adalah berjumlah 736
responden (20,7%) yang memiliki adanya fasilitas jamban dengan balita yang
mengalami diare dan sebanyak 382 responden (79,3%) dengan balita yang tidak
mengalami diare, dari 63 responden (24,8%) yang tidak memiliki adanya fasilitas
jamban dengan balita yang mengalami diare dan sebanyak 191 responden (75,2%)
dengan balita yang tidak mengalami diare. Terdapat dari 33 responden (22,0%)
yang memiliki sumber air minum kategori tidak berkembang dengan balita yang
mengalami diare dan sebanyak 117 responden (78,0%) dengan balita yang tidak
mengalami diare, dari 130 responden (22,2%) yang memiliki sumber air minum
kategori ditingkatkan dengan balita yang mengalami diare dan sebanyak 456
(33,3%) metode pembuangan limbah padat jenis lubang dengan balita yang
mengalami diare dan sebanyak 112 responden (66,7%) dengan balita yang tidak
mengalami diare, dari 107 responden (19,2%) metode pembuangan limbah padat
jenis lapangan terbuka dengan balita yang mengalami diare dan sebanyak 449
responden (80,8%) dengan balita yang tidak mengalami diare serta sebanyak 0
balita yang menderita diare dan sekitar 12 responden (100,0%) dengan balita yang
yang meliputi adanya fasilitas jamban, sumber air minum dan metode
pembuangan limbah padat menunjukkan diperoleh p-value = < 0,05 maka dapat
5. Penelitian yang telah direview adalah penelitian dari Erick Zicof, Setyo
Sri Raharjo dan Bhisma Murti yang dilakukan pada bulan Oktober 2017 – April
berjumlah sebanyak 200 anak. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Kuesioner. Dari penelitian yang dilakukan dari 200 responden, terdapat 56
lingkungan kebersihan rendah dengan balita yang mengalami kejadian diare dan
Berdasarkan analisis uji Chi Square menujukkan diperoleh p-value = 0,001 yang
Eisa Abdalla, Ahmed Elnadif Elmanssury, Ahmed Eltigani Almardin dan Saffa
Abdalla Elnour Dafalla yang dilakukan tahun 2018 dengan judul “Environmental
and Behavioral Factors Associated with Diarrhea Disease among Children Under
Five Years Old in Mayo in Khartoum State” . Desain penelitian yang digunakan
komunitas (studi deskriptif). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang
memiliki balita berusia dibawah lima tahun, dengan sampel yang berjumlah
sebanyak 311 rumah tangga. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
adalah Kuesioner. Dari penelitian yang telah dilakukan variabel lingkungan dari
311 responden terdapat 0 responden (0,0%) keadaan wadah air yang terlindung
dengan balita yang menderita diare dan sebanyak 31 responden (100,0%) tidak
terkena diare sedangkan 109 responden (38,9%) keadaan wadah air tak terlindung
dengan balita yang menderita diare dan sebanyak 171 responden (61,1%) dengan
balita yang tidak menderita diare. Terdapat dari 31 responden (25,0%) memiliki
tempat buang air besar kategori buka jamban dengan balita yang menderita diare
dan 93 responden (75,0%) dengan balita yang tidak menderita diare, dari 16
responden (20,5%) memiliki tempat buang air besar kategori jamban sendiri
dengan balita yang menderita diare dan sebanyak 62 responden (79,5%) dengan
balita tidak menderita diare, dari 62 responden (56,9%) memiliki tempat buang air
besar kategori jamban bersama dengan balita yang menderita diare dan sebanyak
47 responden (43,1%) dengan balita yang tidak menderita diare. Berdasarkan dari
keadaan wadah air dan tempat buang air besar hasil analisis statistik menunjukkan
Bagian Khartoum”.