Anda di halaman 1dari 9

Penelitian yang telah direview adalah penelitian dari Pintu Paul yang

dilakukan pada 2016 dengan judul “Socio-demographic and enviromental factors

of diarrhoea among under-five children in India”. Desain penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan study Cross-sectional

dirancang menggunakan putaran terakhir dari Survei Kesehatan Keluarga

Nasional (NFSH) yang dilakukan pada tahun 2016. Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh balita usia 0-59 bulan sebagai sampel total, dikumpulkan dari

NFSH-4 artinya NFSH-4 adalah survei sampel skala besar yang mewakili

nasional yang dilakukan di semua negara bagian dan wilayah persatuan India.

Sampel dipilih dengan menggunakan rancangan stratified sampling dua tahap

yang terdiri dari 28.586 cluster yaitu 8.397 di perkotaan, 20.059 di pedesaan dan

130 di pemukiman kumuh, daerah kumuh dipilih dari daftar yang disediakan oleh

Kantor Perusahaan Kota (MCO). Pada tahap pertama, cluster dipilih dengan

menggunakan metode probality proporsional to size (PPS) sedangkan tahap

kedua dilakukan pemetaan dan pendataan rumah tangga secara lengkap pada

cluster terpilih dan 22 rumah tangga dipilih secara acak di setiap cluster secara

sistematis dari pendataan rumah tangga. Dari penelitian yang telah dilakukan dari

analisis kondisi lingkungan rumah tangga sekitar 46,5% anak tidak memiliki

fasilitas toilet dan 10% memiliki air minum dari sumber yang tidak layak, sekitar

lebih dari sepertiga (65,5%) pembuangan tinja anak tidak aman dan sebanyak

43,2% memiliki rumah anak yang terbuat dari bahan lantai yang kotor serta 14%

rumah yang beratap ilalang. Dari hasil analisis diare pada anak berdasarkan

kondisi lingkungan, diare pada masa kanak-kanak ditemukan jauh lebih pada
anak-anak dari rumah tangga yang tidak memiliki fasilitas toilet (10%)

dibandingkan dengan anak yang memiliki fasilitas toilet (8,3%). Sedangkan

proporsi anak yang terkena diare lebih tinggi pada anak yang rumah tangganya

mengkonsumsi sumber air minum yang lebih baik (9,2%) daripada anak yang

rumah tangganya mengkonsumsi sumber air minum yang tidak layak (8,0%),

pembuangan feses anak yang tidak aman di rumah tangga memiliki prevalensi

diare yang lebih tinggi pada anak (10,0%) serta anak yang tinggal di rumah

berlantai tanah sekitar (10,3%) dan yang beratap jerami (10,4%). Berdasarkan

hasil analisis yang menunjukkan prevalensi penyakit diare berhubungan dengan

kondisi lingkungan, dimana didapatkan nilai p-value = 0,000 artinya dapat

disimpulkan bahwa “Terdapat Hubungan yang signifikan Antara Faktor

Lingkungan dengan Kejadian Diare pada Balita”.

2. Artikel: Penelitian yang telah direview adalah penelitian dari Getachew

Yismaw Workie, Temesgen Yihunie Akalu dan Adhanom Gebreegziabher Baraki

yang dilakukan pada bulan Agustus-September 2017 dengan judul

“Environmental Factors Affecting Childhood Diarrhea Disease Among under-five

Children in Jamma District, South Wello Zone (Northeast Ethiopia)”. Desain yang

digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan studi Cross-Sectional

berbasis komunitas. Populasi dalam penelitian ini adalah semua rumah tangga

dengan minimal satu balita. Sampel dalam penelitian ini berjumlah sebanyak 614

responden. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa Kuesioner yang

terstruktur. Dari penelitian yang dilakukan dari 614 responden, terdapat 130

responden yang tersedia jamban dengan balita yang mengalami diare dan
sebanyak 311 responden yang tidak mengalami diare, sedangkan sebanyak 12

responden yang tidak tersedia jamban dengan balita yang mengalami diare dan

sekitar 161 responden dengan balita yang tidak mengalami diare. Hasil dari

analisis statistik menunjukkan diperoleh p – value = < 0,05 maka dapat diartikan

bahwa “Terdapat Hubungan yang signifikan Antara Ketersediaan Jamban

dengan Kejadian Diare Di District Jamma, Timur Laut Ethiopia”. Hasil

analisis yang didapatkan dari 614 responden, terdapat 99 responden tempat

pembuangan limbah jenis lubang/bakar dengan balita yang mengalami diare dan

178 responden yang tidak mengalami diare. Sedangkan sebanyak 43 responden

tempat pembuangan limbah jenis buka tempat sampah dengan balita yang

mengalami diare dan 294 responden yang tidak mengalami diare. Hasil dari

analisis statistik menunjukkan diperoleh p-value = < 0,05 maka dapat diartikan

bahwa “Terdapat Hubungan yang signifikan Antara Jenis Tempat

Pembuangan Limbah dengan Kejadian Diare pada Balita Di District Jamma,

Timur Laut Ethiopia”. Hasil analisis yang didapatkan dari 614 responden,

terdapat 117 responden memiliki sumber air minum yang terlindung dengan balita

yang mengalami diare dan sebanyak 271 responden yang tidak mengalami diare.

Sedangkan sebanyak 25 responden yang memiliki sumber air minum tak

terlindungi dengan balita yang mengalami diare dan sekitar 201 responden yang

tidak mengalami diare. Hasil analisis statistik menunjukkan diperoleh p-value = <

0,05 maka dapat diartikan bahwa “Terdapat Hubungan yang signifikan Antara

Sumber Air Minum dengan Kejadian Diare pada Balita Di District Jamma,

Timur Laut Ethiopia”. Maka dapat disimpulkan hasil analisis dalam penelitian
dari faktor lingkungan yang meliputi ketersediaan jamban, jenis pembuangan

limbah dan sumber air minum. Secara keseluruhan hasil dari uji chi square

diperoleh p – value = < 0,05 maka dapat diartikan bahwa “Terdapat Hubungan

Antara Faktor Lingkungan dengan Kejadian Diare pada Balita Di District

Jamma, Timur Laut Ethiopia”.

3. Artikel: Penelitian yang telah direview adalah penelitian dari Irawati

Magdalena, AL Rantetampang, Arry Pongtiku dan Anwar Mallongi yang

dilakukan pada bulan Oktober-November 2018 dengan judul “The Risk Factors

Environment and Behavior Influence Diarrhea Incidence to Child in Abepura

Hospital Jayapura City”. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah menggunakan penelitian observasional dengan desain studi kasus kontrol.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu balita yang mengalami diare

sebanyak 774 balita dengan jumlah sampel 48 kasus dan 96 kontrol. Instrumen

yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuesioner. Dari penelitian yang

dilakukan bahwa dari 48 kasus, terdapat 9 (18,8%) memiliki sumber air minum

yang kurang, sebanyak 39 (81,3%) memiliki sumber air minum dalam keadaan

baik. Sedangkan dari 96 kontrol terdapat 19 (19,8%) memiliki sumber air minum

yang kurang dan sebanyak 77 (80,2%) memiliki sumber air minum yang baik.

Berdasar dari hasil Uji Chi Square diperoleh p-value = 1.000 > 0,05 yang artinya

dapatg disimpulkan bahwa “Tidak Ada Hubungan Antara Sumber Air Minum

dengan Kejadian Diare pada Balita”. Dari hasil analisis hubungan antara

pembuangan sampah dengan kejadian diare didapatkan dari 48 kasus berjumlah

28 (58,3%) memiliki tempat pembuangan sampah yang kurang dan 20 (41,7%)


memiliki tempat pembuangan sampah yang baik. Sedangkan dari 96 kontrol

terdapat 48 (50%) memiliki tempat pembuangan sampah yang kurang dan

sebanyak 48 (50%) memiliki tempat pembuangan sampah yang baik. Berdasarkan

hasil Uji Chi Square diperoleh p – value = 0,443 > 0,05 dapat disimpulkan bahwa

“Tidak Ada Hubungan Antara Pembuangan Sampah dengan Kejadian Diare

pada Balita”. Dari hasil analisis hubungan jenis jamban dengan kejadian diare

didapatkan bahwa dari 48 kasus berjumlah 22 (45,8%) memiliki jenis jamban

yang tidak sehat dan 26 (54,2%) memiliki jenis jamban yang sehat. Sedangkan

dari 96 kontrol terdapat 23 (24%) memiliki jenis jamban yang tidak sehat dan 73

(76%) memiliki jenis jamban yang sehat. Berdasarkan dari hasil analisis Uji Chi

Square diperoleh p – value = 0,013 < 0,05 yang artinya dapat disimpulkan bahwa

“Terdapat Hubungan Antara Jenis Jamban dengan Kejadian Diare pada

Balita”.

4. Artikel; Penelitian yang telah direview adalah penelitian dari Panom

Puok Douth Kier and Ying-Chun Dai yang dilakukan pada bulan Agustus 2017

dengan judul “Mothers Knowledge, Attitudes and Practices on Preventing

Diarrhea in Juba, South Judan”. Desain penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah studi Cross-Sectional berbasis komunitas deskriptif. Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki balita berusia dibawah lima

tahun, dengan sampel dalam penelitian ini berjumlah 410 responden. Instrumen

yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuesioner. Dari penelitian yang

dilakukan dari 410 responden, terdapat 142 responden (34,6%) memiliki sikap

negatif terhadap diare dan sebanyak 268 reponden (65,4%) memiliki sikap positif
terhadap diare. Hasil dari analisis menunjukkan sikap ibu terhadap diare dengan

frekuensi tabulasi silang usia, terdapat ibu dengan usia kurang dari 34 tahun

berjumlah 98 responden yang memiliki sikap negatif dan sebanyak 230 responden

dengan memiliki sikap positif sedangkan ibu dengan usia lebih dari 35 tahun

berjumlah 44 responden yang memiliki sikap negatif dan sebanyak 38 responden

yang memiliki sikap positif. Berdasarkan dari hasil analisis menunjukkan

diperoleh p-value = < 0,001 maka dapat diartikan bahwa “Terdapat Hubungan

Sikap dengan Kejadian Diare pada Balita Di Juba, Sudan Selatan”.

Penelitian yang telah direview adalah penelitian dari Atalay Getachew,

Alebachew Tadie, Mulat G.Hiwot, Tadesse Guadu yang dilakukan pada bulan

April-Juni 2016 dengan judul “Environmental Factors of Diarrhea Prevalence

Among Under Five Children in Rural Area of North Gondar Zone, Ethiopia”.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan studi

Cross-Sectional berbasis komunitas. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang

memiliki minimal satu balita. Sampel dalam penelitian ini adalah berjumlah 736

responden. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan

Kuesioner terstruktur pretest dan checklist observasi. Dari penelitian yang

dilakukan dari variabel lingkungan berjumlah 736 responden terdapat 100

responden (20,7%) yang memiliki adanya fasilitas jamban dengan balita yang

mengalami diare dan sebanyak 382 responden (79,3%) dengan balita yang tidak

mengalami diare, dari 63 responden (24,8%) yang tidak memiliki adanya fasilitas

jamban dengan balita yang mengalami diare dan sebanyak 191 responden (75,2%)

dengan balita yang tidak mengalami diare. Terdapat dari 33 responden (22,0%)
yang memiliki sumber air minum kategori tidak berkembang dengan balita yang

mengalami diare dan sebanyak 117 responden (78,0%) dengan balita yang tidak

mengalami diare, dari 130 responden (22,2%) yang memiliki sumber air minum

kategori ditingkatkan dengan balita yang mengalami diare dan sebanyak 456

responden (77,8%) yang tidak mengalami diare. Sedangkan terdapat 56 responden

(33,3%) metode pembuangan limbah padat jenis lubang dengan balita yang

mengalami diare dan sebanyak 112 responden (66,7%) dengan balita yang tidak

mengalami diare, dari 107 responden (19,2%) metode pembuangan limbah padat

jenis lapangan terbuka dengan balita yang mengalami diare dan sebanyak 449

responden (80,8%) dengan balita yang tidak mengalami diare serta sebanyak 0

responden (0,0) metode pembuangan limbah padat jenis pembakaran dengan

balita yang menderita diare dan sekitar 12 responden (100,0%) dengan balita yang

tidak menderita diare. Berdasarkan hasil analisis mengenai faktor lingkungan

yang meliputi adanya fasilitas jamban, sumber air minum dan metode

pembuangan limbah padat menunjukkan diperoleh p-value = < 0,05 maka dapat

disimpulkan bahwa “Terdapat Hubungan yang signifikan Antara Faktor

Lingkungan dengan Kejadian Diare pada Balita Di Zona Gondar Utara”.

5. Penelitian yang telah direview adalah penelitian dari Erick Zicof, Setyo

Sri Raharjo dan Bhisma Murti yang dilakukan pada bulan Oktober 2017 – April

2018 dengan judul “Multilevel Analysis : Biopsychosocial Determinas and

Enviromental Factor on the Incidence of Diarrhea Among Children Under Five in

Surakarta”. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan

observasional analitik dengan pendekatan Cross-Sectional. Populasi dalam


penelitian ini adalah seluruh balita berusia 0-59 bulan, dengan sampel yang

berjumlah sebanyak 200 anak. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Kuesioner. Dari penelitian yang dilakukan dari 200 responden, terdapat 56

responden (77,8%) memiliki lingkungan kebersihan yang tinggi dengan balita

yang mengalami kejadian dan sebanyak 16 responden (22,2%) yang tidak

mengalami kejadian diare. Sedangkan 44 responden (34,4%) yang memiliki

lingkungan kebersihan rendah dengan balita yang mengalami kejadian diare dan

sebanyak 84 responden (65,6%) yang tidak mengalami kejadian diare.

Berdasarkan analisis uji Chi Square menujukkan diperoleh p-value = 0,001 yang

artinya dapat disimpulkan bahwa “Terdapat Hubungan Antara Lingkungan

dengan Kejadian Diare pada Balita Di Surakarta”.

Artikel: Penelitian yang telah direview adalah penelitian dari Mohammed

Eisa Abdalla, Ahmed Elnadif Elmanssury, Ahmed Eltigani Almardin dan Saffa

Abdalla Elnour Dafalla yang dilakukan tahun 2018 dengan judul “Environmental

and Behavioral Factors Associated with Diarrhea Disease among Children Under

Five Years Old in Mayo in Khartoum State” . Desain penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah menggunakan study Cross-Sectionan berbasis

komunitas (studi deskriptif). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang

memiliki balita berusia dibawah lima tahun, dengan sampel yang berjumlah

sebanyak 311 rumah tangga. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini

adalah Kuesioner. Dari penelitian yang telah dilakukan variabel lingkungan dari

311 responden terdapat 0 responden (0,0%) keadaan wadah air yang terlindung

dengan balita yang menderita diare dan sebanyak 31 responden (100,0%) tidak
terkena diare sedangkan 109 responden (38,9%) keadaan wadah air tak terlindung

dengan balita yang menderita diare dan sebanyak 171 responden (61,1%) dengan

balita yang tidak menderita diare. Terdapat dari 31 responden (25,0%) memiliki

tempat buang air besar kategori buka jamban dengan balita yang menderita diare

dan 93 responden (75,0%) dengan balita yang tidak menderita diare, dari 16

responden (20,5%) memiliki tempat buang air besar kategori jamban sendiri

dengan balita yang menderita diare dan sebanyak 62 responden (79,5%) dengan

balita tidak menderita diare, dari 62 responden (56,9%) memiliki tempat buang air

besar kategori jamban bersama dengan balita yang menderita diare dan sebanyak

47 responden (43,1%) dengan balita yang tidak menderita diare. Berdasarkan dari

keadaan wadah air dan tempat buang air besar hasil analisis statistik menunjukkan

diperoleh p-value = 0,000 maka dapat disimpulkan bahwa “Terdapat Hubungan

Antara Lingkungan dengan Kejadian Diare pada Balita Di Mayo, Negara

Bagian Khartoum”.

Anda mungkin juga menyukai