Anda di halaman 1dari 23

Makalah

“SISTEM PENANGGULANGAN BENCANA TERPADU”


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Bencana
yang di ampu oleh:
Iman Saeful, S.Kep., Ners

Disusun Oleh:

KHUZNUL ABDILLAH
NIM: 160711037

PRODI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
2020

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki kondisi geografis,

geologis, hidrologis serta demografis yang memungkinkan terjadinya

bencana, baik yang disebabkan faktor alam, non alam ulah tangan manusia

yang menyebabkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,

kerugian harta benda serta dampak psycologis yang dalam keadaan tertentu

dapat menghambat pembangunan nasional.

Letak geografis Indonesia yang berada antara lempeng Euronesia

dan lempeng Euroasia menjadikan sebagian besar wilayah Indonesia rawan

terhadap bencana alam, kondisi ini merupakan ancaman yang sulit

diprediksi dengan perhitungan kapan, dimana, bencana apa yang terjadi,

berapa kekuatan bahkan kita tidak dapat memperkirakan estimasi korban

jiwa maupun harta benda.

Indonesia merupakan negara dengan potensi bahaya (hazard

potency) yang sangat tinggi, beberapa potensi tersebut antara lain adalah

gempa bumi, tsunami, banjir, letusan gunung berapi, tanah longsor, angin

ribut, kebakaran hutan dan lahan. Terdapat 2 (dua) kelompok utama potensi

bencana di wilayah Indonesia yaitu potensi bahaya utama (main hazard) dan

potensi bahaya ikutan (collateral hazard). Potensi bahaya utama (main

hazard) dapat dilihat antara lain pada peta potensi bencana gempa di

Indonesia yang menunjukkan bahwa Indonesia adalah wilayah dengan zona

2
gempa yang rawan, peta potensi bencana tanah longsor, peta potensi

bencana letusan gunung api, peta potensi bencana banjir. Sedangkan peta

potensi bencana ikutan (collateral hazard potency) dapat dilihat dari

beberapa indikator antara lain bangunan yang terbuat dari kayu, kepadatan

bangunan dan kepadatan industri berbahaya.

B. Tujuan Penulisan

Agar mahasiswa/i mengerti tentang sistem penanggulangan bencana

dan dapat menambah wawasan masyarakat secara umum sehingga dapat

turut serta dalam upaya penanggulangan bencana.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian pcristiwa yang mengancam

dan mengganggu kehidupan serta penghidupan masyarakat yang

disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non-alam ulah tangan

manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,

kerusakan lingkungan, kerugian harta benda serta dampak psikologis.

Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa

bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah

longsor.

Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa

atau rangkaian peristiwa non-alam yang antara lain berupa gagal teknologi,

gagal modernisasi, epidemic dan wabah penyakit.

Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau

serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik

sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan teror.

B. Potensi bencana.

1. Bencana banjir.

Banjir baik yang berupa genangan atau banjir bandang bersipat

merusak, aliran arus air yang tidak terlalu dalam tetapi cepat dan

4
bergolak (turbulent) dapat menghanyutkan manusia, hewan dan

tumbuhan.

2. Bencana tanah longsor.

Gerakan tanah atau tanah longsor yang mampu merusak lingkungannya

baik akibat gerakan tanah dibawahnya atau karena penimbunan akibat

longsor tersebut.

3. Bencana letusan gunung api.

4. Bencana Gempa Bumi.

Adalah getaran partikel batuan atau goncangan pada kulit bumi yang

disebabkan oleh pelepasan energi secara tiba-tiba akibat aktivitas

tektonik (gempa bumi tektonik) dan rekahan akibat naiknya fluida

(magma, gas uap dll) dari dalam bumi menuju kepermukaan, disekitar

gunung api, getaran tersebut menyebabkan kerusakan dan runtuhnya

struktur bangunan yang menimbulkan keruntuhan, disamping itu pula

dampak lain yang ditimbulkan adalah kebakaran, kecelakaan industri

dan transfortasi, banjir akibat runtuhnya bendungan dan tanggul.

5. Bencana Tsunami.

Gelombang air laut yang membawa material baik berupa sisa-sisa

bangunan, tumbuhan dan material lainnya menghempas segala sesuatu

yang berdiri didatran pantai dengan kekuatan dahsyat. Bangunan-

bangunan yang mempunyai dimensi lebar dinding sejajar dengan garis

pantai atau tegak lurus dengan arah datangnya gelombang akan

5
mendapat tekanan yang paling kuat sehingga akan mengalami

kerusakan yang paling parah.

6. Bencana Kebakaran.

Kebakaran yang terjadi dipengaruhi oleh faktor alam berupa cuaca yang

kering serta faktor manusia baik yang disengaja maupun tidak,

sedangkan kerusakan yang ditimbulkan berupa kerusakan lingkungan,

korban jiwa dan harta benda dampak samping yang diakibatkan

kebakaran adalah asap yang dapat mempengaruhi kesehatan serta

gangguan aktifitas penerbangan.

7. Bencana Kekeringan.

Kekeringan akan berdampak bagi kesehatan manusia, tanaman serta

hewan baik secara langsung maupun tidak langsung dampak dari

bencana kekeringan ini seringkali secara gradual/lambat, sehingga

apabila tidak dipantau secara terus menerus akan mengakibatkan

bencana berupa hilangnya bahan pangan akibat tanaman pangan ternak

mati, petani kehilangan mata pencaharian, sehingga berdampak

urbanisasi.

8. Bencana Angin Siklon Tropis.

Tekanan dan hisapan serta tenaga angin meniup selama beberapa jam

dapat mengakibatkan kerusakan pada bangunan dan sarana umum

kebanyakan angin topan disertai hujan deras yang dapat menimbulkan

bencana lain seperti tanah longsor dan banjir.

6
9. Bencana Wabah Penyakit.

Wabah penyakit menular berdampak kepada masyarakat yang sangat

luas

10. Bencana Kegagalan Teknologi.

Pada skala besar dapat mengancam kestabilan ekologi secara global,

ledakan instalasi dapat menyebabkan korban jiwa, luka-luka dan

kerusakan infrastruktur, kebakaran, pencemaran udara, sumber air

minum, tanaman, pertanian serta terganggunya kestabilan ekologi

secara global.

C. Kriteria Bencana.

1. Kriteria Bencana alam pada skala Tingkat Nasional.

a. Bencana yang terjadi menyebabkan mekanisme sistem

pemerintahan di daerah tersebut, baik dalam kawasan satu provinsi

atau lebih tidak berfungsi.

b. Infrastruktur di kawasan daerah yang terkena bencana mengalami

rusak berat dan tidak berfungsi.

c. Korban manusia baik yang meninggal maupun luka, serta

kerusakan bangunan dan rumah tempat tinggal sangat banyak

sehingga menyebabkan unsur-unsur BPBD Provinsi/BPBD

Kabupaten/Kota tidak mampu mengatasi akibat bencana tersebut.

d. Hasil data korban dan kerusakan daerah yang sangat banyak,

selanjutnya Presiden menetapkan Bencana Nasional.

7
2. Kriteria Bencana alam pada Skala Tingkat Provinsi.

a. Bencana alam yang terjadi tidak menyebabkan lumpuhnya

mekanisme sistem pemerintahan di kawasan daerah yang terkena

bencana.

b. Infrastruktur hanya sebagian kecil yang tidak berfungsi.

c. Korban manusia dan kerusakan daerah yang timbul, unsur-unsur

BPBD Provinsi masih mampu mengatasi.

d. Unsur-unsur BPBD Provinsi masih mampu mengatasi terhadap

korban manusia dan kerusakan daerah yang timbul.

3. Kriteria Bencana alam pada skala Tingkat Kabupaten/Kota.

a. Bencana yang terjadi tidak menyebabkan lumpuhnya mekanisme

sistem pemerintahan di kawasan daerah yang terkena bencana.

b. Infrastruktur yang ada di kawasan tersebut semua berfungsi.

c. Unsur-unsur BPBD Kabupaten/Kota mampu mengatasi terhadap

timbulnya korban manusia maupun kerusakan daerah.

D. Korban Bencana.

1. Manusia.

Korban manusia akibat suatu bencana baik yang mengalami luka

ringan, luka berat dan meninggal dunia.

2. Harta Benda.

Korban harta benda akibat bencana dapat berupa hilangnya atau

rusaknya harta benda, tempat tinggal, hewan serta sarana dan prasarana

umum lainnya.

8
3. Lingkungan hidup.

Kerusakan ataupun hilangnya sarana prasarana lingkungan yang

menyangkut kepentingan hidup masyarakat secara umum.

E. Hakekat Penanggulangan Bencana.

1. Penanggulangan bencana merupakan salah satu wujud dari upaya untuk

melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

Indonesia.

2. Penanggulangan bencana adalah kewajiban bersama antara Pemerintah

dan masyarakat yang didasarkan pada partisipasi, dukungan dan

prakarsa masyarakat serta Pemerintah Daerah.

3. Penanggulangan bencana dititik beratkan pada tahap sebelum terjadinya

bencana yang meliputi kegiatan pencegahan, penjinakan dan

kesiapsiagaan untuk memperkecil, mengurangi dan memperlunak

dampak yang ditimbulkan oleh bencana.

4. Penanggulangan bencana adalah bagian dari kegiatan pembangunan

yang bertujuan untuk mengurangi penderitaan masyarakat dan

meningkatkan kehidupan dan penghidupan masyarakat secara lahir

batin.

F. Asas Penanggulangan Bencana.

1. Kemanusiaan.

9
Memberikan perlindungan dan penghormatan hak-hak azasi manusia,

harkat dan martabat setiap warga negara dan penduduk Indonesia secara

proporsional.

2. Keadilan.

Setiap materi muatan ketentuan dalam penanggulangan bencana harus

mecerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap warga negara

tanpa kecuali.

3. Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan.

Penanggulangan bencana tidak boleh berisi hal-hal yang membedakan

latar belakang antara lain, agama, suku, golongan, gender atau status

sosial.

4. Keseimbangan, Keselarasan dan Keserasian.

Dalam penanggulangan bencana harus mencerminkan keseimbangan

kehidupan sosial dan lingkungan, keselarasan tata kehidupan dan

lingkungan serta mencerminkan keserasian lingkungan dan kehidupan

sosial masyarakat.

5. Ketertiban dan kepastian hukum.

Penanggulangan bencana harus dapat menimbulkan ketertiban dalam

masyarakat melalui jaminan adanya kepastian hukum.

6. Kebersamaan.

Penanggulangan bencana pada dasarnya menjadi tugas dan tanggung

jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat yang dilakukan

secara gotong royong.

10
7. Kelestarian lingkungan hidup.

Materi muatan ketentuan dalam penanggulangan bencana

mencerminkan kelestarian lingkungan untuk generasi sekarang dan

untuk generasi yang akan datang demi untuk kepentingan bangsa dan

negara.

8. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

Penanggulangan bencana harus memanfaatkan ilmu pengetahuan dan

teknologi secara optimal sehingga mempermudah dan mempercepat

proses penanggulangan bencana baik pada tahap pencegahan, pada saat

terjadi bencana maupun pada tahap pasca bencana.

G. Tujuan Penanggulangan Bencana.

1. Memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana.

2. Menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada.

3. Menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana,

terpadu, terkoordinasi dan menyeluruh.

4. Menghargai budaya lokal.

5. Membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta.

6. Mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan dan

kedemawanan.

7. Menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa

dan bernegara.

H. Prinsip-prinsip Penanggulangan Bencana.

1. Cepat dan tepat.

11
Dalam penanggulangan harus dilaksanakan secara cepat dan tepat

sesuai dengan tuntunan keadaan.

2. Prioritas.

Apabila terjadi bencana, kegiatan penanggulangan harus mendapat

prioritas dan diutamakan pada kegiatan penyelamatan manusia.

3. Koordinasikan dan keterpaduan.

Penanggulangan bencana didasarkan pada koordinasi yang baik dan

saling mendukung. Sedangkan keterpaduan adalah penanggulangan

bencana dilakukan oleh berbagai sektor secara terpadu yang didasarkan

pada kerja sama yang baik dan saling mendukung.

4. Berdaya guna dan berhasil guna.

Yang dimaksud dengan berdaya guna adalah dalam mengatasi kesulitan

masyarakat dilakukan dengan tidak membuang waktu, tenaga dan biaya

yang berlebihan. Sedangkan berhasil guna adalah kegiatan

penanggulangan bencana harus berhasil guna dalam mengatasi

kesulitan masyarakat.

5. Transparansi dan akuntabilitas.

Yang dimaksud dengan transparansi pada penanggulangan bencana

dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggung jawabkan, sedangkan

akuntabilitas berarti dapat dipertanggung jawabkan secara etik dan

hukum.

6. Kemandiriaan.

12
Bahwa penanggulangan bencana utamanya harus dilakukan oleh

masyarakat didaerah rawan bencana secara swadaya.

7. Nondiskriminasi.

Bahwa negara dalam penanggulangan bencana tidak memberikan

perlakuan yang berbeda terhadap jenis kelamin, suku, agama, ras dan

aliran politik apapun.

8. Nonproletisi.

Dalam penanggulangan bencana dilarang menyebarkan agama atau

kenyakinan terutama pada saat pemberian bantuan dan pelayanan

darurat bencana.

I. Pentahapan Penanggulangan Bencana.

1. Pra Bencana.

a. Dalam situasi tidak terjadi bencana.

Perencanaan penanggulangan bencana meliputi :

1) Pengenalan dan pengkajian ancaman bencana.

2) Pemahaman kerentanan masyarakat.

3) Analisa kemungkinan dampak bencana.

4) Pilihan tindakan pengurangan resiko bencana.

5) Penentuan mekanisme kesiapan dan penanggulangan dampak

bencana.

13
6) Alokasi tugas, kewewenangan dan sumber daya yang tersedia.

7) Penyusunan rencana penanggulangan bencana dikoordinasikan

dengan : BNPB untuk tingkat nasional, BPBD untuk tingkat

Provinsi, BPBD untuk tingkat Kabupaten/Kota dan ditetapkan

oleh pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan

kewenangannya untuk jangka waktu 5 tahun.

8) Rencana penanggulangan bencana ditinjau secara berkala

setiap 2 tahun sekali atau sewaktu waktu bila terjadi bencana.

9) Penyusunan rencana penanggulangan bencana dilakukan

berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh kepala BNPB.

Pengurangan resiko bencana dilakukan untuk mengurangi

ancaman dan kerentanan serta meningkatkan kemampuan

masyarakat untuk menghadapai bencana melalui kegiatan :

1) Pengenalan dan pemantauan resiko bencana.

2) Perencanaan partisipatif penanggulangan bencana.

3) Pengembangan budaya sadar bencana.

4) Peningkatan komitmen terhadap pelaku penanggulangan

bencana.

5) Penerapan upaya fisik dan non fisik dan pengaturan

penanggulangan bencana.

6) Untuk melakukan upaya pengurangan resiko bencana

dilakukan penyusunan rencana aksi pengurangan resiko baik

secara nasional maupun daerah.

14
Pencegahan dilakukan dengan cara mengurangi ancaman dan

kerentanan pihak yang terancam bencana dengan melakukan

kegiatan meliputi :

1) Identifikasi dan pengenalan secara pasti terhadap sumber

bahaya/ancaman bencana.

2) Kontrol terhadap penguasaan dan pengelolaan sumber daya

alam yang secara tiba-tiba berpotensi menjadi sumber bencana.

3) Pemantauan penggunaan tehnologi.

4) Penataan ruang dan pengelolaan lingkungan hidup.

5) Penguatan ketahanan sosial masyarakat.

- Pemaduan dalam Perencanaan Pembangunan.

Dilakukan oleh pemerintah atau pemerintah daerah melalui

koordinasi,integrasi dan sinkronisasi dengan cara mencantumkan

unsur-unsur rencana penanggulangan bencana kedalam rencana

pembangunan pusat dan daerah.

- Persyaratan Analisis Resiko Bencana.

Setiap kegiatan pembangunan yang mempunyai resiko tinggi yang

dapat menimbulkan bencana dilengkapi analisis resiko bencana

sebagai bagian dari usaha penanggulangan bencana sesuai

kewenangannya, dan ditetapkan oleh Badan Nasional

Penanggulangan Bencana (BNPB) yang ditunjukkan dalam

dokumen yang disyahkan oleh pejabat pemerintah sesuai dengan

15
peraturan perundang-undangan, selanjutnya BNPB melakukan

pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaannya.

- Pelaksanaan dan penegakan tata ruang.

Dilakukan untuk mengurangi resiko bencana yang mencakup

pemberlakuan peraturan tentang penataan ruang, standard

keselamatan dan penerapan sanksi terhadap pelanggar dimana

pemerintah secara berkala melaksanakan pemantauan & evaluasi.

Pendidikan dan Pelatihan serta Persyaratan Standard Teknis

Penanggulangan Bencana. Dilaksanakan dan ditetapkan oleh

pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2. Dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana.

a. Kesiap siagaan.

Kesiapsiagaan dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana

dilakukan melalui :

1) Penyusunan dan uji coba rencana penanggulangan darurat

bencana.

2) Pengorganisasian, pemasangan dan pengujian sistim peringatan

dini.

3) Penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan

kebutuhan dasar.

4) Pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan dan geladi tentang

mekanisme tanggap darurat.

5) Penyiapan lokasi evakuasi.

16
6) Penyusunan data akurat, informasi dan pemutahiran prosedur

tetap tanggap darurat bencana.

7) Penyediaan dan penyiapan bahan, barang dan peralatan untuk

pemenuhan pemulihan prasarana dan sarana.

b. Peringatan Dini.

Dilakukan untuk pengambilan tindakan cepat dan tepat dalam

rangka mengurangi resiko terkena bencana serta mempersiapkan

tindakan tanggap darurat dan dilakukan melalui :

1) Pengamatan gejala bencana.

2) Analisis hasil pengamatan gejala bencana.

3) Pengambilan keputusan oleh pihak yang berwenang.

4) Penyebar luasan informasi tentang peringatan bencana.

5) Pengambilan tindakan oleh masyarakat.

c. Mitigasi.

Dilakukan untuk mengurangi resiko bencana bagi masyarakat yang

berada pada kawasan rawan bencana, yang dilakukan melalui :

1) Pelaksanaan tata ruang yang berdasarkan analisis resiko

bencana.

2) Pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur dan tata

bangunan.

17
3) Penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan dan pelatihan baik

secara konvensional maupun modern.

3. Tanggap Darurat.

a. Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi kerusakan dan

sumber daya dilakukan untuk mengidentifikasi :

1) Cakupan lokasi bencana.

2) Jumlah korban.

3) kerusakan prasarana dan sarana.

4) Gangguan terhadap fungsi pelayanan umum serta pemerintahan.

5) Kemampuan sumber daya alam maupun buatan.

b. Penentuan status keadaan darurat bencana.

Keadaan darurat bencana dilaksanakan oleh pemerintah atau

pemerintah daerah sesuai dengan tingkatan bencana untuk tingkat

nasional ditetapkan oleh Presiden, tingkat Provinsi oleh Gubernur

dan tingkat Kabupaten/Kota oleh Bupati/Wali kota. Pada saat

status keadaan darurat bencana ditetapkan BNPB dan BPBD

memiliki kemudahan akses dibidang :

1) Pengerahan sumber daya manusia.

2) Pengerahan peralatan.

3) Pengerahan logistik.

4) Imigrasi, cukai dan karantina.

5) Perijinan.

6) Pengadaan barang dan jasa.

18
7) Pengelolaan dan pertanggung jawaban uang / barang.

8) Penyelamatan.

9) Komando untuk memerintahkan instansi/lembaga.

c. Penyelamatan dan Evakuasi Korban.

Pada tahap ini dilakukan dengan memberikan pelayanan

kemanusiaan yang timbul akibat bencana yang terjadi pada suatu

daerah melalui upaya :

1) Pencarian dan penyelamatan korban

2) pertolongan darurat.

3) Evakuasi korban dan pemakaman korban yang meninggal dunia.

4) Pemenuhan Kebutuhan Dasar. Dalam tahap ini pemerintah

harus menyediakan kebutuhan dasar meliputi

a) Kebutuhan air bersih dan sanitasi.

b) Pangan.

c) Sandang.

d) Pelayanan kesehatan.

e) Pelayanan Psikososial.

f) Penampungan dan tempat hunian.

5) Perlindungan terhadap kelompok rentan.

Dilakukan dengan memberikan prioritas kepada kelompok

rentan berupa penyelamatan, evakuasi, pengamanan, pelayanan

kesehatan dan psikososial. Adapun yang termasuk kelompok

rentan terdiri atas :

19
a) Bayi, balita dan anak-anak.

b) Ibu yang sedang mengandung dan menyusui.

c) penyandang cacat.

d) Lanjut usia.

6) Pemulihan prasarana dan sarana vital.

Pemulihan prasarana dan sarana vital bertujuan berfungsinya

prasarana dan sarana vital dengan segera, agar kehidupan

masyarakat tetap berlangsung, dilakukan dengan

memperbaiki/menggantikan kerusakan akibat bencana.

4. Pasca Bencana

Dalam penanganan penanggulangan bencana ditahap pasca bencana

dilakukan kegiatan rehabilitas dan rekonstruksi.

a. Rehabilitasi

1) Perbaikan lingkungan daerah bencana.

2) Perbaikan prasarana dan sarana umum.

3) Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat.

4) Pemulihan sosial psycologis.

5) Pelayanan kesehatan.

6) Rekonsiliasi dan resolusi konflik.

7) Pemulihan sosial ekonomi budaya.

8) Pemulihan keamanan dan ketertiban.

9) Pemulihan fungsi pemerintah.

10) Pemulihan fungsi pelayanan publik.

20
11) Ketentuan lain mengenai rehabilitasi diatur dengan peraturan

pemerintah.

b. Rekonstruksi.

Dilakukan melalui kegiatan pembangunan yang lebih baik

meliputi :

1) Pembangunan kembali sarana dan prasarana.

2) Pembangunan kembali sarana sosial masyarakat.

3) Membangkitkan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat.

4) Penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan

yang lebih baik dan tahan bencana.

5) Partisipasi dan peran serta lembaga organisasi kemasyarakatan,

dunia usaha dan masyarakat.

6) Peningkatan kondisi sosial, ekonomi dan budaya.

7) Peningkatan fungsi pelayanan publik.

8) Peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat.

9) Ketentuan lain mengenai rekonstruksi diatur dengan peraturan

pemerintah.

21
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian pcristiwa yang mengancam

dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,

baik oieh faktor alam dan/atau faktor nonalam ulah tangan manusia

sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan

lingkungan, kerugian harta benda serta dampak psikologis.

Beberapa potensi bencana yang perlu diwaspadai antara lain bencana

banjir, bencana tanah longsor, bencana letusan gunung api, bencana Gempa

Bumi, Bencana Tsunami, Bencana Kebakaran, Bencana Kekeringan.

Kekeringan, Bencana Angin Siklon Tropis, Bencana Wabah Penyakit dan

Bencana Kegagalan Teknologi.

B. Saran

Meskipun makalah ini masih belum sempurna, maka disarankan

kepada pembaca kiranya dapat mempelajari dan mengetahui prinsip dasar

penanggulangan bencana. Dengan demikian dapat turut serta dalam

pengendalian dini bencana yang akan terjadi.

22
DAFTAR PUSTAKA

Ledysia, Septiana. 2013. Januari 2013, Indonesia Dirundung 119 Bencana.


http://news.detik.com /read /2013/02/02/002615/2159288/10/januari-2013-
indonesia-dirundung-119-bencana. Di akses tanggal 18 September 2017

Pusat Data, Informasi dan Humas, 2012.


http://bppsmk.depkes.go.id/page/read/5/definisi-dan-jenis-bencana. Diakses
tanggal 18 September 2017

Anonymous. 2011. Indonesia Negara Rawan Bencana.


http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2011/08/110810_indonesia_tsun
ami.shtml. Diakses tanggal 18 September 2017

Purnomo, Hadi dan Ronny Sugiantoro, 2010. Managemen Bencana. Yogyakarta:


Media Pressindo

23

Anda mungkin juga menyukai