Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

KEPERAWATAN BENCANA

(SISTEM PENANGGULANGAN BENCANA TERPADU)

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK III

Gracia Titarsole Nim : P.1709102

Herman Batlayeri Nim : P.1709104

Englin Rumapasal Nim : P.1709117

Jumad Said Nim : P.1709118

Robby Sahuleka Nim : P.1709120

Stevanus Maspaitella Nim : P.1709123

Junior Kakerissa Nim : P.1709126

Meryl Lakburlawal Nim : P.1709127

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PASAPUA

AMBON

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyusun makalah ini tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan
dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu
bisa teratasi. Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari
Tuhan Yang Maha Esa.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari
pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
sekalian.

Ambon, 22 Januari 2021

Kelompok 3

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………… ...1


DAFTAR ISI ……………………………………………………………………… ..2

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Penulisan …………………………………………………………… …3
1.2 Tujuan Penulisan ……………………………………………………………. 4

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bencana ………………………………………………………….5
2.2 Potensi Bencana………………………………………………………………5
2.3 Kriteria Bencana……………………………………………………………….8
2.4 Korban Bencana……………………………………………………………….9
2.5 Hakekat Penaggulangan Bencana……………………………………..…10
2.6 Asas Penaggulangan Bencana……………………………………………10
2.7 Tujuan Penanggulangan Bencana…………………………..……………11
2.8 Prinsip Penanggulangan Bencana……………………………...………..12
2.9 Penatahapan Penanggulangan Bencana………………………………..13

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan …………………………………………………………………..22
3.2 Saran………………………………..…………………………………………23

DAFTAR PUSTAKA

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki kondisi geografis,
geologis, hidrologis serta demografis yang memungkinkan terjadinya
bencana, baik yang disebabkan faktor alam, non alam ulah tangan
manusia yang menyebabkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan,kerugian harta benda serta dampak psycologis yang dalam
keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan nasional.
Letak geografis Indonesia yang berada antara lempeng Euronesia dan
lempeng Euroasia menjadikan sebagian besar wilayah Indonesia rawan
terhadap bencana alam, kondisi ini merupakan ancaman yang sulit
diprediksi dengan perhitungan kapan, dimana, bencana apa yang terjadi,
berapa kekuatan bahkan kita tidak dapat memperkirakan estimasi korban
jiwa maupun harta benda.
Indonesia merupakan negara dengan potensi bahaya (hazard
potency) yang sangat tinggi, beberapa potensi tersebut antara lain adalah
gempa bumi, tsunami, banjir, letusan gunung berapi, tanah longsor, angin
ribut, kebakaran hutan dan lahan. Terdapat 2 (dua) kelompok utama
potensi bencana di wilayah Indonesia yaitu potensi bahaya utama (main
hazard) danpotensi bahaya ikutan (collateral hazard). Potensi bahaya
utama (main hazard) dapat dilihat antara lain pada peta potensi bencana
gempa di Indonesia yang menunjukkan bahwa Indonesia adalah wilayah
dengan zona gempa yang rawan, peta potensi bencana tanah longsor,
peta potensi bencana letusan gunung api, peta potensi bencana banjir.
Sedangkan peta potensi bencana ikutan (collateral hazard potency) dapat
dilihat dari beberapa indikator antara lain bangunan yang terbuat dari
kayu, kepadatan bangunan dan kepadatan industri berbahaya.

3
1.2 Tujuan penulisan
Agar mahasiswa mengerti tentang sistem penanggulangan bencana
dan dapat menambah wawasan masyarakat secara umum sehingga
dapat turut serta dalam upayan penanggulangan bencana.

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian bencana
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan,baik oieh faktor alam dan/atau faktor non
alam ulah tangan manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban
jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda serta
dampak psikologis. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan
oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam
antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir,
kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.
Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa
atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal
teknologi,gagal modernisasi, epidemi. dan wabah penyakit. Bencana
sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi
konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan
teror.

2.2 Potensi Bencana

1. Bencana banjir. Banjir baik yang berupa genangan atau banjir


bandang bersipat merusak, aliran arus air yang tidak terlalu dalam
tetapi cepat dan bergolak (turbulent) dapat menghanyutkan
manusia,hewan dan tumbuhan.

5
2. Bencana tanah longsor. Gerakan tanah atau tanah longsor yang
mampu merusak lingkungannya baik akibat gerakan tanah
dibawahnya atau karena penimbunan akibat longsor tersebut.

3. Bencana letusan gunung api.

4. Bencana Gempa Bumi. Adalah getaran partikel batuan atau


goncangan pada kulit bumi yang disebabkan oleh pelepasan
energy secara tiba-tiba akibat aktivitas tektonik (gempa bumi
tektonik) dan rekahan akibat naiknya fluida (magma, gas uap dll)
dari dalam bumi menuju kepermukaan, disekitar gunung api, getaran
tersebut menyebabkan kerusakan dan runtuhnya struktur bangunan
yang menimbulkan keruntuhan, disamping itu pula dampak lain
yangditimbulkan adalah kebakaran, kecelakaan industri dan
transfortasi,banjir akibat runtuhnya bendungan dan tanggul.

5. Bencana Tsunami. Gelombang air laut yang membawa material


baik berupa sisa-sisa bangunan, tumbuhan dan material lainnya
menghempas segala sesuatu yang berdiri didatran pantai dengan
kekuatan dahsyat. Bangunan-bangunan yang mempunyai dimensi
lebar dinding sejajar dengan garis pantai atau tegak lurus dengan arah
datangnya gelombang akan mendapat tekanan yang paling kuat
sehingga akan mengalami kerusakan yang paling parah.

6. Bencana Kebakaran. Kebakaran yang terjadi dipengaruhi oleh


faktor alam berupa cuaca yang kering serta faktor manusia baik yang
disengaja maupun tidak, sedangkan kerusakan yang ditimbulkan
berupa kerusakan lingkungan, korban jiwa dan harta benda dampak
samping yang diakibatkan kebakaran adalah asap yang dapat
mempengaruhi kesehatan serta gangguan aktifitas penerbangan.

6
7. Bencana Kekeringan. Kekeringan akan berdampak bagi kesehatan
manusia, tanaman serta hewan baik secara langsung maupun
tidaklangsung dampak dari bencana kekeringan ini seringkali secara
gradual/lambat, sehingga apabila tidak dipantau secara terus
menerusakan mengakibatkan bencana berupa hilangnya bahan
pangan akibat tanaman pangan ternak mati, petani kehilangan mata
pencaharian,sehingga berdampak urbanisasi.

8. Bencana Angin Siklon Tropis. Tekanan dan hisapan serta tenaga


angin meniup selama beberapa jam dapat mengakibatkan kerusakan
pada bangunan dan sarana umum kebanyakan angin topan disertai
hujan deras yang dapat menimbulkan bencana lain seperti tanah
longsor dan banjir.

9. Bencana Wabah Penyakit. Wabah penyakit menular berdampak


kepada masyarakat yang sangat luas

10.Bencana Kegagalan Teknologi. Pada skala besar dapat


mengancam kestabilan ekologi secara global, ledakan instalasi dapat
menyebabkan korban jiwa, luka-luka dan kerusakan infrastruktur,
kebakaran,pencemaran udara, sumber air minum, tanaman, pertanian
serta terganggunya kestabilan ekologi secara global.

7
2.3 Kriteria Bencana

1.Kriteria Bencana alam pada skala Tingkat Nasional.

a. Bencana yang terjadi menyebabkan mekanisme sistem pemerintahan


di daerah tersebut, baik dalam kawasan satu provinsi atau lebih tidak
berfungsi.

b. Infrastruktur di kawasan daerah yang terkena bencana mengalami


rusak berat dan tidak berfungsi.

c. Korban manusia baik yang meninggal maupun luka, serta kerusakan


bangunan dan rumah tempat tinggal sangat banyak sehingga
menyebabkan unsur-unsur BPBD Provinsi/BPBD Kabupaten/Kota tidak
mampu mengatasi akibat bencana tersebut.

d. Hasil data korban dan kerusakan daerah yang sangat


banyak,selanjutnya Presiden menetapkan Bencana Nasional.

2. Kriteria Bencana alam pada Skala Tingkat Provinsi.

a. Bencana alam yang terjadi tidak menyebabkan lumpuhnya mekanisme


sistem pemerintahan di kawasan daerah yang terkena bencana.

b. Infrastruktur hanya sebagian kecil yang tidak berfungsi.

c. Korban manusia dan kerusakan daerah yang timbul, unsur-unsur BPBD


Provinsi masih mampu mengatasi.

d. Unsur-unsur BPBD Provinsi masih mampu mengatasi terhadap korban


manusia dan kerusakan daerah yang timbul.

8
3. Kriteria Bencana alam pada skala Tingkat Kabupaten/Kota.

a. Bencana yang terjadi tidak menyebabkan lumpuhnya mekanisme


sistem pemerintahan di kawasan daerah yang terkena bencana.

b. Infrastruktur yang ada di kawasan tersebut semua berfungsi.

c. Unsur-unsur BPBD Kabupaten/Kota mampu mengatasi terhadap


timbulnya korban manusia maupun kerusakan daerah.

2. 4 Korban Bencana

1. Manusia. Korban manusia akibat suatu bencana baik yang


mengalami luka ringan, luka berat dan meninggal dunia.

2. Harta Benda. Korban harta benda akibat bencana dapat berupa

hilangnya atau rusaknya harta benda, tempat tinggal, hewan serta

sarana dan prasarana umum lainnya.

3. Lingkungan hidup. Kerusakan ataupun hilangnya sarana prasarana

lingkungan yang menyangkut kepentingan hidup masyarakat secara

umum.

9
2.5 Hakekat Penanggulangan Bencana

1. Penanggulangan bencana merupakan salah satu wujud dari upaya


untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia.
2. Penanggulangan bencana adalah kewajiban bersama antara
Pemerintah dan masyarakat yang didasarkan pada partisipasi,
dukungan dan prakarsa masyarakat serta Pemerintah Daerah.
3. Penanggulangan bencana dititik beratkan pada tahap sebelum
terjadinya bencana yang meliputi kegiatan pencegahan, penjinakan
dan kesiapsiagaan untuk memperkecil, mengurangi dan memperlunak
dampak yang ditimbulkan oleh bencana.
4. Penanggulangan bencana adalah bagian dari kegiatan pembangunan
yang bertujuan untuk mengurangi penderitaan masyarakat dan
meningkatkan kehidupan dan penghidupan masyarakat secara lahir
batin.

2.6 Asas penanggulangan bencana

1. Kemanusiaan. Memberikan perlindungan dan penghormatan hak-


hakazasi manusia, harkat dan martabat setiap warga negara dan
penduduk Indonesia secara proporsional.
2. Keadilan. Setiap materi muatan ketentuan dalam penanggulangan
bencana harus mecerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap
warga negara tanpa kecuali.

10
3. Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan.
Penanggulangan bencana tidak boleh berisi hal-hal yang
membedakan latar belakang antara lain, agama, suku, golongan,
gender atau status sosial.
4. Keseimbangan,Keselarasan dan Keserasia.Dalam penanggulangan
bencana harus mencerminkan keseimbangan kehidupan sosial dan
lingkungan, keselarasan tata kehidupan dan lingkungan serta
mencerminkan keserasian lingkungan dan kehidupan sosial
masyarakat.
5. Ketertiban dan kepastian hukum.Penanggulangan bencana harus
dapat menimbulkan ketertiban dalam masyarakat melalui jaminan
adanya kepastian hukum.
6. Kebersamaan. Penanggulangan bencana pada dasarnya menjadi
tugas dan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan
masyarakat yang dilakukan secara gotong royong.
7. Kelestarian lingkungan hidup,Materi muatan ketentuan dalam
penanggulangan bencana mencerminkan kelestarian lingkungan untuk
generasi sekarang dan untuk generasi yang akan datang demi untuk
kepentingan bangsa dan Negara.
8. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Penanggulangan bencana harus
memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi secara optimal
sehingga mempermudah dan mempercepat proses penanggulangan
bencana baik pada tahap pencegahan, pada saat terjadi bencana
maupun pada tahap pasca bencana.

2.6 Tujuan Penanggulangan Bencana

1. Memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana.


2. Menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada.

11
3. Menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara
terencana, terpadu, terkoordinasi dan menyeluruh.
4. Menghargai budaya lokal.
5. Membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta.
6. Mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan dan
kedemawanan.
7. Menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.

2.7 Prinsip Penanggulangan Bencana

1. Cepat dan tepat. Dalam penanggulangan harus dilaksanakan secara


cepat dan tepat sesuai dengan tuntunan keadaan.
2. Prioritas. Apabila terjadi bencana, kegiatan penanggulangan harus
mendapat prioritas dan diutamakan pada kegiatan penyelamatan
manusia.
3. Koordinasikan dan keterpaduan. Penanggulangan bencana
didasarkan pada koordinasi yang baik dan saling mendukung.
Sedangkan keterpaduan adalah penanggulangan bencana dilakukan
oleh berbagai sektor secara terpadu yang didasarkan pada kerja sama
yang baik dan saling mendukung.
4. Berdaya guna dan berhasil guna. Yang dimaksud dengan berdaya
guna adalah dalam mengatasi kesulitan masyarakat dilakukan dengan
tidak membuang waktu, tenaga dan biaya yang berlebihan.
Sedangkan berhasil guna adalah kegiatan penanggulangan bencana
harus berhasil guna dalam mengatasi kesulitan masyarakat.
5. Transparansi dan akuntabilitas. Yang dimaksud dengan transparansi
pada penanggulangan bencana dilakukan secara terbuka dan dapat

12
dipertanggung jawabkan, sedangkan akuntabilitas berarti dapat
dipertanggung jawabkan secara etik dan hukum.
6. Kemandiriaan. Bahwa penanggulangan bencana utamanya harus
dilakukan oleh masyarakat didaerah rawan bencana secara swadaya.

7. Nondiskriminasi. Bahwa negara dalam penanggulangan bencana tidak


memberikan perlakuan yang berbeda terhadap jenis kelamin, suku,
agama, ras dan aliran politik apapun.
8. Nonproletisi. Dalam penanggulangan bencana dilarang menyebarkan
agama atau kenyakinan terutama pada saat pemberian bantuan dan
pelayanan darurat bencana.

2.8 Pentahapan Penanggulangan Bencana.

1. Pra Bencana.
a. Dalam situasi tidak terjadi bencana.
Perencanaan penanggulangan bencana meliputi :
1) Pengenalan dan pengkajian ancaman bencana.
2) Pemahaman kerentanan masyarakat.
3) Analisa kemungkinan dampak bencana.
4) Pilihan tindakan pengurangan resiko bencana.
5) Penentuan mekanisme kesiapan dan penanggulangan dampak
bencana.
6) Alokasi tugas, kewewenangan dan sumber daya yang tersedia.
7) Penyusunan rencana penanggulangan bencana dikoordinasikan
dengan : BNPB untuk tingkat nasional, BPBD untuk tingkat
Provinsi, BPBD untuk tingkat Kabupaten/Kota dan ditetapkan oleh
pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan
kewenangannya untuk jangka waktu 5 tahun.

13
8) Rencana penanggulangan bencana ditinjau secara berkala
setiap 2 tahun sekali atau sewaktu waktu bila terjadi bencana.
9) Penyusunan rencana penanggulangan bencana dilakukan
berdasarkan pedoman yang ditetapakan oleh kepala BNPB.

Pengurangan resiko bencana dilakukan untuk mengurangi


ancaman dan kerentanan serta meningkatkan kemampuan
masyarakat untuk menghadapai bencana melalui kegiatan :

1)Pengenalan dan pemantauan resiko bencana.

2) Perencanaan partisipatif penanggulangan bencana.

3) Pengembangan budaya sadar bencana.

4) Peningkatan komitmen terhadap pelaku penanggulangan bencana.

5) Penerapan upaya fisik dan non fisik dan pengaturan


penanggulangan bencana.

6) Untuk melakukan upaya pengurangan resiko bencana dilakukan


penyusunan rencana aksi pengurangan resiko baik secara nasional
maupun daerah.

Pencegahan dilakukan dengan cara mengurangi ancaman dan

kerentanan pihak yang terancam bencana dengan melakukan


kegiatan meliputi :

1) Identifikasi dan pengenalan secara pasti terhadap sumber

bahaya/ancaman bencana.

2) Kontrol terhadap penguasaan dan pengelolaan sumber daya alam


yang secara tiba-tiba berpotensi menjadi sumber bencana.

14
3) Pemantauan penggunaan tehnologi.

4) Penataan ruang dan pengelolaan lingkungan hidup.

5) Penguatan ketahanan sosial masyarakat.

Pemaduan dalam Perencanaan Pembangunan.Dilakukan oleh


pemerintah atau pemerintah daerah melalui koordinasi,integrasi dan
sinkronisasi dengan cara mencantumkan unsur-unsur rencana
penanggulangan bencana kedalam rencana pembangunan pusat dan
daerah.

Persyaratan Analisis Resiko Bencana. Setiap kegiatan


pembangunan yang mempunyai resiko tinggi yang dapat menimbulkan
bencana dilengkapi analisis resiko bencana sebagai bagian dari usaha
penanggulangan bencana sesuai kewenangannya, dan ditetapkan
oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang
ditunjukkan dalam dokumen yang disyahkan oleh pejabat pemerintah
sesuai dengan peraturan perundang-undangan,selanjutnya BNPB
melakukan pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaannya.

Pelaksanaan dan penegakan tata ruang. Dilakukan untuk


mengurangi resiko bencana yang mencakup pemberlakuan peraturan
tentang penataan ruang, standard keselamatan dan penerapan sanksi
terhadap pelanggar dimana pemerintah secara berkala melaksanakan
pemantauan & evaluasi.

Pendidikan dan Pelatihan serta Persyaratan Standard Teknis


Penanggulangan Bencana. Dilaksanakan dan ditetapkan oleh
pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

15
2. Dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana.

a. Kesiap siagaan.

Kesiap siagaan dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana


dilakukan melalui :

1) Penyusunan dan uji coba rencana penanggulangan darurat

bencana.

2) Pengorganisasian, pemasangan dan pengujian sistim peringatan

dini.

3) Penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan kebutuhan


dasar.

4) Pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan dan geladi tentang


mekanisme tanggap darurat.

5) Penyiapan lokasi evakuasi.

6) Penyusunan data akurat, informasi dan pemutahiran prosedur

tetap tanggap darurat bencana.

7) Penyediaan dan penyiapan bahan, barang dan peralatan untuk

pemenuhan pemulihan prasarana dan sarana.

b. Peringatan Dini.
Dilakukan untuk pengambilan tindakan cepat dan tepat dalam
rangka mengurangi resiko terkena bencana serta mempersiapkan
tindakan tanggap darurat dan dilakukan melalui :
1) Pengamatan gejala bencana.

16
2) Analisis hasil pengamatan gejala bencana.
3) Pengambilan keputusan oleh pihak yang berwenang.
4) Penyebar luasan informasi tentang peringatan bencana.
5) Pengambilan tindakan oleh masyarakat.

c. Mitigasi.

Dilakukan untuk mengurangi resiko bencana bagi masyarakat


yang berada pada kawasan rawan bencana, yang dilakukan melalui :

1) Pelaksanaan tata ruang yang berdasarkan analisis resiko


bencana.
2) Pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur dan
tata bangunan.
3) Penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan dan pelatihan baik
secara konvensional maupun modern.

3.Tanggap Darurat.

a. Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi


kerusakan dan sumber daya dilakukan untuk mengidentifikasi :

1) Cakupan lokasi bencana.

2) Jumlah korban.

3) kerusakan prasarana dan sarana.

4) Gangguan terhadap fungsi pelayanan umum serta


pemerintahan.

5) Kemampuan sumber daya alam maupun buatan.

17
b. Penentuan status keadaan darurat bencana.

Keadaan darurat bencana dilaksanakan oleh pemerintah


atau pemerintah daerah sesuai dengan tingkatan
bencana untuk tingkat nasional ditetapkan oleh Presiden,
tingkat Provinsi oleh Gubernur dan tingkat
Kabupaten/Kota oleh Bupati/Wali kota. Pada saat status
keadaan darurat bencana ditetapkan BNPB dan BPBD
memiliki kemudahan akses dibidang :

1) Pengerahan sumber daya manusia.

2) Pengerahan peralatan.

3) Pengerahan logistik.

4) Imigrasi, cukai dan karantina.

5) Perijinan.

6) Pengadaan barang dan jasa.

7) Pengelolaan dan pertanggung jawaban uang / barang.

8) Penyelamatan.

9) Komando untuk memerintahkan instansi/lembaga.

c.Penyelamatan dan Evakuasi Korban.

Pada tahap ini dilakukan dengan memberikan pelayanan


kemanusiaan yang timbul akibat bencana yang terjadi pada
suatu daerah melalui upaya :

18
1) Pencarian dan penyelamatan korban

2) pertolongan darurat.

3) Evakuasi korban dan pemakaman korban yang


meninggal dunia.

4) Pemenuhan Kebutuhan Dasar. Dalam tahap ini


pemerintah harus menyediakan kebutuhan dasar
meliputi

a) Kebutuhan air bersih dan sanitasi.

b) Pangan.

c) Sandang.

d) Pelayanan kesehatan.

e) Pelayanan Psikososial.

f) Penampungan dan tempat hunian.

5) Perlindungan terhadap kelompok rentan. Dilakukan


dengan memberikan prioritas kepada kelompok rentan
berupa penyelamatan, evakuasi, pengamanan,
pelayanan kesehatan dan psikososial.

Adapun yang termasuk kelompok rentan terdiri


atas :

a) Bayi, balita dan anak-anak

b) Ibu yang sedang mengandung dan menyusui.

c) penyandang cacat.

19
d) Lanjut usia.

6) Pemulihan prasarana dan sarana vital.

Pemulihan prasarana dan sarana vital bertujuan


berfungsinya prasarana dan sarana vital dengan segera,
agar kehidupan masyarakat tetap berlangsung, dilakukan
dengan memperbaiki/menggantikan kerusakan akibat
bencana

4. Pasca Bencana Dalam penanganan penanggulangan bencana


ditahap pasca bencana
dilakukan kegiatan rehabilitas dan rekonstruksi.
a. Rehabilitasi
1) Perbaikan lingkungan daerah bencana.
2) Perbaikan prasarana dan sarana umum.
3) Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat.
4) Pemulihan sosial psycologis. 5) Pelayanan kesehatan.
6) Rekonsiliasi dan resolusi konflik.
7) Pemulihan sosial ekonomi budaya.
8) Pemulihan keamanan dan ketertiban.
9) Pemulihan fungsi pemerintah.
10)Pemulihan fungsi pelayanan publik.
11)Ketentuan lain mengenai rehabilitasi diatur dengan
peraturan pemerintah.

b. Rekonstruksi.

Dilakukan melalui kegiatan pembangunan yang lebih baik


meliputi :

1) Pembangunan kembali sarana dan prasarana.

20
2) Pembangunan kembali sarana sosial masyarakat.

3) Membangkitkan kembali kehidupan sosial budaya


masyarakat.

4) Penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan


peralatan yang lebih baik dan tahan bencana.

5) Partisipasi dan peran serta lembaga organisasi


kemasyarakatan, dunia usaha dan masyarakat.

6) Peningkatan kondisi sosial, ekonomi dan budaya.

7) Peningkatan fungsi pelayanan publik.

8) Peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat.

9) Ketentuan lain mengenai rekonstruksi diatur dengan


peraturan pemerintah.

21
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam


dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan,
baik oieh faktor alam dan/atau faktor nonalam ulah tangan manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda serta dampak psikologis.

Beberapa potensi bencana yang perlu diwaspadai antara lain bencana


banjir, bencana tanah longsor, bencana letusan gunung api, bencana Gempa
Bumi, Bencana Tsunami, Bencana Kebakaran, Bencana Kekeringan.
Kekeringan, Bencana Angin Siklon Tropis, Bencana Wabah Penyakit dan
Bencana Kegagalan Teknologi.

3.2 Saran

Meskipun makalah ini masih belum sempurna, maka disarankan


kepada pembaca kiranya dapat mempelajari dan mengetahui prinsip dasar
penanggulangan bencana. Dengan demikian dapat turut serta dalam
pengendalian dini bencana yang akan terjadi.

22
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. (2016). Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu, 1–


18. Kristiana, L. (2013).

Sistem Pelayanan Kesehatan Tanggap Darurat Bencana Di Kabupaten


Ciamis, (April), 297–340

https://bpbd.grobogan.go.id/Sistem-Penanggulangan-Bencana/

http://manajemen-pelayanankesehatan.net/naskah-akademis-sistem-
kesehatan-provinsi-riau/bab-v-pelayanan-kesehatan-korban-bencana/

23

Anda mungkin juga menyukai