Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

SISTEM PENANGGULANGAN BENCANA TERPADU


Disusun
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Bencana
Dosen Pengampuh : Ode Irman, S.Kep.,Ns.,M.Kes

OLEH
1. PIUS NASUTION MAU ( 011221092 )
2. DINA DINCE TALUPERE ( 011221090 )
3. ROMANA SANDRANI WANGGE ( 011221093 )
4. MARTINA TOURISTA TOANIM ( 011221088 )
5. NORBERTUS WEODAY ( 011221094 )
6. ANTONIA YOVINA ( 011221089 )

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS NUSA NIPA
INDONESIA
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha ESa karena
atas berkat, rahmat, serta petunjuknya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan
makalah dengan judul ’’Sistem Penanggulangan Bencana Terpadu ’’ tepat waktu.
Makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan lancar, karena adanya
dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak Ode Irman, S.Kep.,Ns.,M.Kes sebagai dosen mata kuliah dan dosen
pembimbing pembuatan makalah ini.
2. Teman-teman seangkatan mahasiswa lintas jalur Program Studi S1
Keperawatan Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan Universitas Nusa Nipa Angkatan
2022 yang telah mendukung penyelesaian makalah ini
Penulis menyadari, makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan banyak
terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan penulisan makalah ini.
Dengan adanya makalah ini, dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan. Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih

Maumere, Januari 2023


Penulis,

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………………… i

KATA PENGANTAR……………………………………………………….. ii

DAFTAR ISI………………………………………….……………………… iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………...1
B. Tujuan Penulisan……………………………………………………3
C. Manfaat…………………………………………………………..…3

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian……………………………………….………...............4
B. Potensi Bencana………………………………….………….........11
C. Kriteria Bencana...............................................................................21
D. Korban Bencana……………………………………………………
E. Hakekat Penanggulangan Bencana………………………………..
F. Asas Penanggulangan Bencana…………………………………..
G. Tujuan Penanggulangan Bencana…………………………………
H. Prinsip Penanggulangan Bencana………………………………..
I. Pentahapan Penanggulangan Bencana……………………………

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan……………………………….......................................33
B. Saran…………………………………….........................................33
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki kondisi geografis,
geologis, hidrologis serta demografis yang memungkinkan terjadinya
bencana, baik yang disebabkan faktor alam, non alam ulah tangan manusia
yang menyebabkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda serta dampak psycologis yang dalam
keadaan tertentu dapat menghambat pembangunan nasional.
Letak geografis Indonesia yang berada antara lempeng Euronesia dan
lempeng Euroasia menjadikan sebagian besar wilayah Indonesia rawan
terhadap bencana alam, kondisi ini merupakan ancaman yang sulit
diprediksi dengan perhitungan kapan, dimana, bencana apa yang terjadi,
berapa kekuatan bahkan kita tidak dapat memperkirakan estimasi korban
jiwa maupun harta benda.

Indonesia merupakan negara dengan potensi bahaya (hazard


potency) yang sangat tinggi, beberapa potensi tersebut antara lain adalah
gempa bumi, tsunami, banjir, letusan gunung berapi, tanah longsor, angin
ribut, kebakaran hutan dan lahan. Terdapat 2 (dua) kelompok utama
potensi bencana di wilayah Indonesia yaitu potensi bahaya utama (main
hazard) dan potensi bahaya ikutan (collateral hazard). Potensi bahaya
utama (main hazard) dapat dilihat antara lain pada peta potensi bencana
gempa di Indonesia yang menunjukkan bahwa Indonesia adalah wilayah
dengan zona gempa yang rawan, peta potensi bencana tanah longsor, peta
potensi bencana letusan gunung api, peta potensi bencana banjir.
Sedangkan peta potensi bencana ikutan (collateral hazard potency) dapat
dilihat dari beberapa indikator antara lain bangunan yang terbuat dari
kayu, kepadatan bangunan dan kepadatan industri berbahaya.

1
B. Tujuan Penulisan
Agar mahasiswa mengerti tentang sistem penanggulangan bencana
dan dapat menambah wawasan masyarakat secara umum sehingga dapat
turut serta dalam upayan penanggulangan bencana.

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian pcristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat
yang disebabkan, baik oieh faktor alam dan/atau faktor nonalam ulah
tangan manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda serta dampak psikologis.
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa
gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan,
dan tanah longsor.
Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa
atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi,
gagal modernisasi, epidemi. dan wabah penyakit.
Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa
atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi
konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan teror.

B. Potensi bencana.
a. Bencana banjir.
Banjir baik yang berupa genangan atau banjir bandang bersifat
merusak, aliran arus air yang tidak terlalu dalam tetapi cepat dan
bergolak (turbulent) dapat menghanyutkan manusia, hewan dan
tumbuhan.

b. Bencana tanah longsor.

Gerakan tanah atau tanah longsor yang mampu merusak


lingkungannya baik akibat gerakan tanah dibawahnya atau karena
penimbunan akibat longsor tersebut.

3
c. Bencana letusan gunung api.
d. Bencana Gempa Bumi.
Adalah getaran partikel batuan atau goncangan pada kulit bumi
yang disebabkan oleh pelepasan energi secara tiba-tiba akibat aktivitas
tektonik (gempa bumi tektonik) dan rekahan akibat naiknya fluida
(magma, gas uap dll) dari dalam bumi menuju kepermukaan,
disekitar gunung api, getaran tersebut menyebabkan kerusakan dan
runtuhnya struktur bangunan yang menimbulkan keruntuhan,
disamping itu pula dampak lain yang ditimbulkan adalah kebakaran,
kecelakaan industri dan transfortasi, banjir akibat runtuhnya
bendungan dan tanggul.
e. Bencana Tsunami.
Gelombang air laut yang membawa material baik berupa sisa-sisa
bangunan, tumbuhan dan material lainnya menghempas segala sesuatu
yang berdiri didatran pantai dengan kekuatan dahsyat. Bangunan-
bangunan yang mempunyai dimensi lebar dinding sejajar dengan garis
pantai atau tegak lurus dengan arah datangnya gelombang akan
mendapat tekanan yang paling kuat sehingga akan mengalami
kerusakan yang paling parah.
f. Bencana Kebakaran.

Kebakaran yang terjadi dipengaruhi oleh faktor alam berupa cuaca yang
kering serta faktor manusia baik yang disengaja maupun tidak,
sedangkan kerusakan yang ditimbulkan berupa kerusakan
lingkungan, korban jiwa dan harta benda dampak samping yang
diakibatkan kebakaran adalah asap yang dapat mempengaruhi
kesehatan serta gangguan aktifitas penerbangan.
g. Bencana Kekeringan.
Kekeringan akan berdampak bagi kesehatan manusia, tanaman serta hewan
baik secara langsung maupun tidak langsung dampak dari bencana
kekeringan ini seringkali secara gradual/lambat, sehingga apabila tidak
dipantau secara terus menerus akan mengakibatkan bencana berupa

4
hilangnya bahan pangan akibat tanaman pangan ternak mati, petani
kehilangan mata pencaharian, sehingga berdampak urbanisasi.
h. Bencana Angin Siklon Tropis.
Tekanan dan hisapan serta tenaga angin meniup selama beberapa jam
dapat mengakibatkan kerusakan pada bangunan dan sarana umum
kebanyakan angin topan disertai hujan deras yang dapat menimbulkan
bencana lain seperti tanah longsor dan banjir.
i. Bencana Wabah Penyakit.
Wabah penyakit menular berdampak kepada masyarakat yang sangat
luas
j. Bencana Kegagalan Teknologi.
Pada skala besar dapat mengancam kestabilan ekologi secara global,
ledakan instalasi dapat menyebabkan korban jiwa, luka-luka dan
kerusakan infrastruktur, kebakaran, pencemaran udara, sumber air
minum, tanaman, pertanian serta terganggunya kestabilan ekologi
secara global.

C. Kriteria Bencana.
a. Kriteria Bencana alam pada skala Tingkat Nasional.
i. Bencana yang terjadi menyebabkan mekanisme sistem pemerintahan
di daerah tersebut, baik dalam kawasan satu provinsi atau lebih tidak
berfungsi.
ii. Infrastruktur di kawasan daerah yang terkena bencana mengalami
rusak berat dan tidak berfungsi.
iii. Korban manusia baik yang meninggal maupun luka, serta kerusakan
bangunan dan rumah tempat tinggal sangat banyak sehingga
menyebabkan unsur-unsur BPBD Provinsi/BPBD Kabupaten/Kota
tidak mampu mengatasi akibat bencana tersebut.
iv. Hasil data korban dan kerusakan daerah yang sangat banyak,
selanjutnya Presiden menetapkan Bencana Nasional.

b. Kriteria Bencana alam pada Skala Tingkat Provinsi.

5
i. Bencana alam yang terjadi tidak menyebabkan lumpuhnya
mekanisme sistem pemerintahan di kawasan daerah yang terkena
bencana.
ii. Infrastruktur hanya sebagian kecil yang tidak berfungsi.
iii. Korban manusia dan kerusakan daerah yang timbul, unsur-unsur
BPBD Provinsi masih mampu mengatasi.
iv. Unsur-unsur BPBD Provinsi masih mampu mengatasi terhadap
korban manusia dan kerusakan daerah yang timbul.

c. Kriteria Bencana alam pada skala Tingkat Kabupaten/Kota.


i. Bencana yang terjadi tidak menyebabkan lumpuhnya mekanisme
sistem pemerintahan di kawasan daerah yang terkena bencana.
ii. Infrastruktur yang ada di kawasan tersebut semua berfungsi.
iii. Unsur-unsur BPBD Kabupaten/Kota mampu mengatasi terhadap
timbulnya korban manusia maupun kerusakan daerah.

D. Korban Bencana.
a. Manusia. Korban manusia akibat suatu bencana baik yang mengalami
luka ringan, luka berat dan meninggal dunia.
b. Harta Benda. Korban harta benda akibat bencana dapat berupa
hilangnya atau rusaknya harta benda, tempat tinggal, hewan serta
sarana dan prasarana umum lainnya.
c. Lingkungan hidup. Kerusakan ataupun hilangnya sarana prasarana
lingkungan yang menyangkut kepentingan hidup masyarakat secara
umum.

E. Hakekat Penanggulangan Bencana.


a. Penanggulangan bencana merupakan salah satu wujud dari upaya
untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia.
b. Penanggulangan bencana adalah kewajiban bersama antara Pemerintah
dan masyarakat yang didasarkan pada partisipasi, dukungan dan

6
prakarsa masyarakat serta Pemerintah Daerah.

c. Penanggulangan bencana dititik beratkan pada tahap sebelum


terjadinya bencana yang meliputi kegiatan pencegahan, penjinakan
dan kesiapsiagaan untuk memperkecil, mengurangi dan memperlunak
dampak yang ditimbulkan oleh bencana.
d. Penanggulangan bencana adalah bagian dari kegiatan pembangunan
yang bertujuan untuk mengurangi penderitaan masyarakat dan
meningkatkan kehidupan dan penghidupan masyarakat secara lahir
batin.

F. Asas Penanggulangan Bencana.


a. Kemanusiaan. Memberikan perlindungan dan penghormatan hak-hak
azasi manusia, harkat dan martabat setiap warga negara dan penduduk
Indonesia secara proporsional.
b. Keadilan. Setiap materi muatan ketentuan dalam penanggulangan
bencana harus mecerminkan keadilan secara proporsional bagi setiap
warga negara tanpa kecuali.
c. Kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan. Penanggulangan
bencana tidak boleh berisi hal-hal yang membedakan latar belakang antara
lain, agama, suku, golongan, gender atau status sosial.

d. Keseimbangan, Keselarasan dan Keserasian. Dalam penanggulangan


bencana harus mencerminkan keseimbangan kehidupan sosial dan
lingkungan, keselarasan tata kehidupan dan lingkungan serta
mencerminkan keserasian lingkungan dan kehidupan sosial
masyarakat. Ketertiban dan kepastian hukum. Penanggulangan
bencana harus dapat menimbulkan ketertiban dalam masyarakat
melalui jaminan adanya kepastian hukum.
e. Kebersamaan. Penanggulangan bencana pada dasarnya menjadi tugas
dan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat yang
dilakukan secara gotong royong.
f. Kelestarian lingkungan hidup. Materi muatan ketentuan dalam
penanggulangan bencana mencerminkan kelestarian lingkungan untuk

7
generasi sekarang dan untuk generasi yang akan datang demi untuk
kepentingan bangsa dan negara.
g. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Penanggulangan bencana harus
memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi secara optimal
sehingga mempermudah dan mempercepat proses penanggulangan
bencana baik pada tahap pencegahan, pada saat terjadi bencana
maupun pada tahap pasca bencana.

G. Tujuan Penanggulangan Bencana.


a. Memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman
bencana.
b. Menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada.
c. Menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara
terencana, terpadu, terkoordinasi dan menyeluruh.
d. Menghargai budaya lokal.
e. Membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta.

f. Mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan dan


kedemawanan.
g. Menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.

H. Prinsip-prinsip Penanggulangan Bencana.


a. Cepat dan tepat. Dalam penanggulangan harus dilaksanakan secara
cepat dan tepat sesuai dengan tuntunan keadaan.
b. Prioritas. Apabila terjadi bencana, kegiatan penanggulangan harus
mendapat prioritas dan diutamakan pada kegiatan penyelamatan
manusia.
c. Koordinasikan dan keterpaduan. Penanggulangan bencana didasarkan
pada koordinasi yang baik dan saling mendukung. Sedangkan
keterpaduan adalah penanggulangan bencana dilakukan oleh berbagai
sektor secara terpadu yang didasarkan pada kerja sama yang baik dan
saling mendukung.

8
d. Berdaya guna dan berhasil guna. Yang dimaksud dengan berdaya guna
adalah dalam mengatasi kesulitan masyarakat dilakukan dengan tidak
membuang waktu, tenaga dan biaya yang berlebihan. Sedangkan
berhasil guna adalah kegiatan penanggulangan bencana harus berhasil
guna dalam mengatasi kesulitan masyarakat.
e. Transparansi dan akuntabilitas. Yang dimaksud dengan transparansi
pada penanggulangan bencana dilakukan secara terbuka dan dapat
dipertanggung jawabkan, sedangkan akuntabilitas berarti dapat
dipertanggung jawabkan secara etik dan hukum.
f. Kemandiriaan. Bahwa penanggulangan bencana utamanya harus
dilakukan oleh masyarakat didaerah rawan bencana secara swadaya.
g. Nondiskriminasi. Bahwa negara dalam penanggulangan bencana tidak
memberikan perlakuan yang berbeda terhadap jenis kelamin, suku,
agama, ras dan aliran politik apapun.
h. Nonproletisi. Dalam penanggulangan bencana dilarang menyebarkan
agama atau kenyakinan terutama pada saat pemberian bantuan dan
pelayanan darurat bencana.

I. Pentahapan Penanggulangan Bencana.


a. Pra Bencana.
i. Dalam situasi tidak terjadi bencana.
Perencanaan penanggulangan bencana meliputi :
1. Pengenalan dan pengkajian ancaman bencana.
2. Pemahaman kerentanan masyarakat.
3. Analisa kemungkinan dampak bencana.
4. Pilihan tindakan pengurangan resiko bencana.
5. Penentuan mekanisme kesiapan dan penanggulangan dampak
bencana.
6. Alokasi tugas, kewewenangan dan sumber daya yang tersedia.
7. Penyusunan rencana penanggulangan bencana dikoordinasikan
dengan : BNPB untuk tingkat nasional, BPBD untuk tingkat
Provinsi, BPBD untuk tingkat Kabupaten/Kota dan ditetapkan oleh

9
pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya
untuk jangka waktu 5 tahun.
8. Rencana penanggulangan bencana ditinjau secara berkala
setiap 2 tahun sekali atau sewaktu waktu bila terjadi bencana.
9. Penyusunan rencana penanggulangan bencana dilakukan
berdasarkan pedoman yang ditetapakan oleh kepala BNPB.
ii. Pengurangan resiko bencana dilakukan untuk mengurangi ancaman
dan kerentanan serta meningkatkan kemampuan masyarakat untuk
menghadapai bencana melalui kegiatan :
1) Pengenalan dan pemantauan resiko bencana.
2) Perencanaan partisipatif penanggulangan bencana.
3) Pengembangan budaya sadar bencana.
4) Peningkatan komitmen terhadap pelaku penanggulangan
bencana.
5) Penerapan upaya fisik dan non fisik dan pengaturan
penanggulangan bencana.
6) Untuk melakukan upaya pengurangan resiko bencana
dilakukan penyusunan rencana aksi pengurangan resiko baik
secara nasional maupun daerah.
iii. Pencegahan dilakukan dengan cara mengurangi ancaman dan
kerentanan pihak yang terancam bencana dengan melakukan
kegiatan meliputi :

1) Identifikasi dan pengenalan secara pasti terhadap sumber


bahaya/ancaman bencana.
2) Kontrol terhadap penguasaan dan pengelolaan sumber daya
alam yang secara tiba-tiba berpotensi menjadi sumber bencana.
3) Pemantauan penggunaan tehnologi.
4) Penataan ruang dan pengelolaan lingkungan hidup.
5) Penguatan ketahanan sosial masyarakat.
iv. Pemaduan dalam Perencanaan Pembangunan. Dilakukan oleh
pemerintah atau pemerintah daerah melalui koordinasi,integrasi dan
sinkronisasi dengan cara mencantumkan unsur-unsur rencana

10
penanggulangan bencana kedalam rencana pembangunan pusat dan
daerah.
v. Persyaratan Analisis Resiko Bencana. Setiap kegiatan
pembangunan yang mempunyai resiko tinggi yang dapat
menimbulkan bencana dilengkapi analisis resiko bencana sebagai
bagian dari usaha penanggulangan bencana sesuai kewenangannya,
dan ditetapkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB) yang ditunjukkan dalam dokumen yang disyahkan oleh
pejabat pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-undangan,
selanjutnya BNPB melakukan pemantauan dan evaluasi atas
pelaksanaannya.
vi. Pelaksanaan dan penegakan tata ruang. Dilakukan untuk
mengurangi resiko bencana yang mencakup pemberlakuan
peraturan tentang penataan ruang, standard keselamatan dan
penerapan sanksi terhadap pelanggar dimana pemerintah secara
berkala melaksanakan pemantauan & evaluasi.
vii. Pendidikan dan Pelatihan serta Persyaratan Standard Teknis
Penanggulangan Bencana. Dilaksanakan dan ditetapkan oleh
pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
b. Dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana.
i. Kesiap siagaan. Kesiap siagaan dalam situasi terdapat potensi
terjadinya bencana dilakukan melalui :
1. Penyusunan dan uji coba rencana penanggulangan darurat
bencana.
2. Pengorganisasian, pemasangan dan pengujian sistim
peringatan dini.
3. Penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan
kebutuhan dasar.
4. Pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan dan geladi tentang
mekanisme tanggap darurat.
5. Penyiapan lokasi evakuasi.

11
6. Penyusunan data akurat, informasi dan pemutahiran
prosedur tetap tanggap darurat bencana.
7. Penyediaan dan penyiapan bahan, barang dan peralatan
untuk pemenuhan pemulihan prasarana dan sarana.

ii. Peringatan Dini. Dilakukan untuk pengambilan tindakan cepat


dan tepat dalam rangka mengurangi resiko terkena bencana serta
mempersiapkan tindakan tanggap darurat dan dilakukan melalui :
1. Pengamatan gejala bencana.
2. Analisis hasil pengamatan gejala bencana.
3. Pengambilan keputusan oleh pihak yang berwenang.
4. Penyebar luasan informasi tentang peringatan bencana.
5. Pengambilan tindakan oleh masyarakat.
iii. Mitigasi. Dilakukan untuk mengurangi resiko bencana bagi
masyarakat yang berada pada kawasan rawan bencana, yang
dilakukan melalui :
1. Pelaksanaan tata ruang yang berdasarkan analisis resiko
bencana.
2. Pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur dan
tata bangunan.
3. Penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan dan pelatihan baik
secara konvensional maupun modern.
c. Tanggap Darurat.
i. Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi kerusakan
dan sumber daya dilakukan untuk mengidentifikasi :
1. Cakupan lokasi bencana.

2. Jumlah korban. kerusakan prasarana dan sarana.


3. Gangguan terhadap fungsi pelayanan umum serta pemerintahan.
4. Kemampuan sumber daya alam maupun buatan.
ii. Penentuan status keadaan darurat bencana. Keadaan darurat
bencana dilaksanakan oleh pemerintah atau pemerintah daerah
sesuai dengan tingkatan bencana untuk tingkat nasional ditetapkan
oleh Presiden, tingkat Provinsi oleh Gubernur dan tingkat

12
Kabupaten/Kota oleh Bupati/Wali kota. Pada saat status keadaan
darurat bencana ditetapkan BNPB dan BPBD memiliki kemudahan
akses dibidang :
1. Pengerahan sumber daya manusia.
2. Pengerahan peralatan.
3. Pengerahan logistik.
4. Imigrasi, cukai dan karantina.
5. Perijinan.
6. Pengadaan barang dan jasa.
7. Pengelolaan dan pertanggung jawaban uang / barang.
8. Penyelamatan.
9. Komando untuk memerintahkan instansi/lembaga.
iii. Penyelamatan dan Evakuasi Korban. Pada tahap ini dilakukan
dengan memberikan pelayanan kemanusiaan yang timbul akibat
bencana yang terjadi pada suatu daerah melalui upaya :
1. Pencarian dan penyelamatan korban
2. pertolongan darurat.

3. Evakuasi korban dan pemakaman korban yang meninggal dunia.


4. Pemenuhan Kebutuhan Dasar. Dalam tahap ini pemerintah
harus menyediakan kebutuhan dasar meliputi :
a. Kebutuhan air bersih dan sanitasi.
b. Pangan.
c. Sandang.
d. Pelayanan kesehatan.
e. Pelayanan Psikososial.
f. Penampungan dan tempat hunian.
5. Perlindungan terhadap kelompok rentan. Dilakukan dengan
memberikan prioritas kepada kelompok rentan berupa
penyelamatan, evakuasi, pengamanan, pelayanan kesehatan
dan psikososial. Adapun yang termasuk kelompok rentan
terdiri atas :
a. Bayi, balita dan anak-anak.

13
b. Ibu yang sedang mengandung dan menyusui.
c. penyandang cacat.
d. Lanjut usia.
6. Pemulihan prasarana dan sarana vital. Pemulihan prasarana dan
sarana vital bertujuan berfungsinya prasarana dan sarana vital
dengan segera, agar kehidupan masyarakat tetap berlangsung,
dilakukan dengan memperbaiki/menggantikan kerusakan
akibat bencana.

d. Pasca Bencana
Dalam penanganan penanggulangan bencana ditahap pasca bencana
dilakukan kegiatan rehabilitas dan rekonstruksi.
i. Rehabilitasi
1. Perbaikan lingkungan daerah bencana.
2. Perbaikan prasarana dan sarana umum.
3. Pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat.
4. Pemulihan sosial psycologis.
5. Pelayanan kesehatan.
6. Rekonsiliasi dan resolusi konflik.
7. Pemulihan sosial ekonomi budaya.
8. Pemulihan keamanan dan ketertiban.
9. Pemulihan fungsi pemerintah.
10. Pemulihan fungsi pelayanan publik.
11. Ketentuan lain mengenai rehabilitasi diatur dengan
peraturan pemerintah.
ii. Rekonstruksi.
Dilakukan melalui kegiatan pembangunan yang lebih baik meliputi :
1. Pembangunan kembali sarana dan prasarana.
2. Pembangunan kembali sarana sosial masyarakat.
3. Membangkitkan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat.
4. Penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan
peralatan yang lebih baik dan tahan bencana.

5. Partisipasi dan peran serta lembaga organisasi

14
kemasyarakatan, dunia usaha dan masyarakat.
6. Peningkatan kondisi sosial, ekonomi dan budaya.
7. Peningkatan fungsi pelayanan publik.
8. Peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat.
9. Ketentuan lain mengenai rekonstruksi diatur dengan
peraturan pemerintah.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian pcristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat
yang disebabkan, baik oieh faktor alam dan/atau faktor nonalam ulah
tangan manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa
manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda serta dampak
psikologis.
Beberapa potensi bencana yang perlu diwaspadai antara lain
bencana banjir, bencana tanah longsor, bencana letusan gunung api,
bencana Gempa Bumi, Bencana Tsunami, Bencana Kebakaran, Bencana
Kekeringan. Kekeringan, Bencana Angin Siklon Tropis, Bencana Wabah
Penyakit dan Bencana Kegagalan Teknologi.

B. Saran
Meskipun makalah ini masih belum sempurna, maka disarankan
kepada pembaca kiranya dapat mempelajari dan mengetahui prinsip dasar
penanggulangan bencana. Dengan demikian dapat turut serta dalam
pengendalian dini bencana yang akan terjadi.

16
DAFTAR PUSTAKA

IDEP, 2007. Panduan Umum Penanggulangan Bencana Berbasis Masyarakat.


Edisi 2. Bali: Yayasan IDEP.

Manullang, Adelina dan Maesaroh 2019 (skripsi).


Efektivitas Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) di Kabupaten Semarang. Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Diponegoro.

Mistra, 2007. Antisipasi Rumah di Daerah Rawan


Banjir. Depok: Penebar Swadaya.

Peraturan Daerah Kabupaten Soppeng Nomor 5 tahun


2013 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata
Kerja Badan Peanggulangan Bencana Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang


Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.
Jakarta: Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia.

Pratama, Gunawan 2017 (skripsi). Analisis


Penanggulangan Bencana Banjir oleh Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota
Bengkulu. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Bengkulu.

Rakasiwi, Evan Sarli 2018 (skripsi). Efektivitas Kinerja


Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Kota Bandar Lampung dalam Penanggulangan
Bencana Banjir di Kota Bandar Lampung. Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

Reswa, MRN 2015 (skripsi). Efektivitas Kebijakan


Parkir Berlangganan dalam Meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Lamongan.
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

17
Airlangga.

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.


Jakarta: Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

18

Anda mungkin juga menyukai