Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH MANAJEMEN BENCANA BANJIR

MANDAILING NATAL 2018

DISUSUN OLEH :

1. Luthfiya Ardini 175050025


2. Mutiara Nency Regita 175050043
3. Neni Febriani 175050047
4. Rizkha Hkairati 175050013

FAKULTAS ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

JAKARTA

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya.

Semoga makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata yang kurang berkenan.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang akan kami buat
di masa mendatang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.Selamat membaca.

Jakarta, 24 April 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................2

Daftar Isi ..................................................................................................3

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang ..............................................................................4

1.2 Rumusan Masalah .........................................................................5

1.3 Tujuan ............................................................................................5

BAB II Pembahasan

2.1 Bencana Alam .................................................................................6


2.2 Bencana Banjir Bandang ................................................................6
2.3 Konsep Manajemen Bencana .......................................................11

BAB III Kejadian Bencana

3.1 Kronologis Kejadian Benjana Banjir Madina 2018 ........... ………..24

3.2 Kerusakan dan Korban Banjir Madina 2018 ................... ………..25

3.3 Masalah yang Banjir Madina 2018 .............................................25

3.4 Solusi Permasalahan Tanggap Darurat Banjir Madina 2018 ........25

BAB IV Analisis Bencana

4.1 Analisis Bencana ..........................................................................28

BAB V Penutup

5.1 Kesimpulan ..................................................................... ............38

5.2 Saran ............................................................................... ............39

Lampiran Dokumentasi............................................................. ……. ....40

Daftar Pustaka ...................................................................................... 41

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu
peristiwa fisik, seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor) dan
aktivitas manusia. Karena ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya
manajemen keadaan darurat, sehingga menyebabkan kerugian dalam bidang
keuangan dan struktural, bahkan sampai kematian.
Banjir adalah bencana akibat curah hujan yang tinggi dengan tidak
diimbangi dengan saluran pembuangan air yang memadai sehingga
merendam wilayah-wilayah yang tidak dikehendaki oleh orang-orang yang ada
di sana. Banjir bisa juga terjadi karena jebolnya sistem aliran air yang ada
sehingga daerah yang rendah terkena dampak kiriman banjir.
Banjir yang disebabkan tingginya curah hujan melanda sejumlah wilayah di
Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara. Hujan terjadi sejak 11 Oktober
2018 dan menyebabkan banjir bandang keesokan harinya, 12 Oktober 2018.
Menurut BMKG, curah hujan yang tinggi berasal dari adanya konvergensi dan
gangguan berupa badai tropis dan sirkulasi Eddy di perairan Sumatera Utara
dari laut Cina Selatan sehingga membentuk awan konvektif penyebab hujan
lebat. Banjir bandang terjadi karena jebolnya bendungan air yang terbentuk
karena longsor beberapa waktu sebelumnya. Penyebab jebolnya material
longsor ini sendiri diduga karena tingginya intesitas hujan selama beberapa
hari terakhir.
Mengingat dampak yang luar biasa tersebut, maka penanggulangan
bencana alam harus dilakukan dengan menggunakan prinsip dan cara yang
tepat.Selain itu, penanggulangan bencana alam juga harus menyeluruh tidak
hanya pada saat terjadi bencana tetapi pencegahan sebelum terjadi bencana
dan rehabilitasi serta rekronstruksi setelah terjadi bencana.Hal ini dilakukan
dengan tujuan agar bencana alam tidak terlalu banyak menimbulkan dampak
buruk bagi korban bencana alam

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Kronologis bencana banjir yang terjadi di Mandailing Natal
2018
2. Apa saja kerugian yang disebabkan oleh bencana banjir Mandailing
natal ?
3. Apa permasalahan yang terjadi saat terjadi bencana banjir Mandailing
natal ?
4. Bagaimana solusi yang diberikan terhadapmasalah yang timbul ssat
banjir mandailing natal ?

1.3 Tujuan
Mengetahui bagaimana analisa kejadian bencana banjir mandailing natal 2018
dan memahami proses tanggap darurat. Analisa ini dilakukan sebagai
persyaratan tugas matakuliah Manajemen Bencana.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Bencana Alam

1. Definisi Bencana Alam

Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu peristiwa
fisik, seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor) dan aktivitas manusia. Karena
ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen keadaan darurat,
sehingga menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan struktural, bahkan sampai
kematian.

Bencana alam juga dapat diartikan sebagai bencana yang diakibatkan oleh gejala
alam. Sebenarnya gejala alam merupakan gejala yang sangat alamiah dan biasa terjadi
pada bumi. Namun, hanya ketika gejala alam tersebut melanda manusia (nyawa) dan
segala produk budidayanya (kepemilikan, harta dan benda), kita baru dapat
menyebutnya sebagai bencana.

Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk mencegah atau


menghindari bencana dan daya tahan mereka. Pemahaman ini berhubungan dengan
pernyataan: "bencana muncul bila ancaman bahaya bertemu dengan ketidakberdayaan".
Dengan demikian, aktivitas alam yang berbahaya tidak akan menjadi bencana alam di
daerah tanpa ketidakberdayaan manusia, misalnya gempa bumi di wilayah tak
berpenghuni. Konsekuensinya, pemakaian istilah "alam" juga ditentang karena peristiwa
tersebut bukan hanya bahaya atau malapetaka tanpa keterlibatan manusia. Besarnya
potensi kerugian juga tergantung pada bentuk bahayanya sendiri, mulai dari kebakaran,
yang mengancam bangunan individual, sampai peristiwa tubrukan meteor besar yang
berpotensi mengakhiri peradaban umat manusia.

Namun demikian pada daerah yang memiliki tingkat bahaya tinggi (hazard) serta
memiliki kerentanan/kerawanan(vulnerability) yang juga tinggi tidak akan memberi
dampak yang hebat/luas jika manusia yang berada disana memiliki ketahanan terhadap
bencana (disaster resilience). Konsep ketahanan bencana merupakan valuasi

6
kemampuan sistem dan infrastruktur-infrastruktur untuk mendeteksi, mencegah &
menangani tantangan-tantangan serius yang hadir. Dengan demikian meskipun daerah
tersebut rawan bencana dengan jumlah penduduk yang besar jika diimbangi dengan
ketetahanan terhadap bencana yang cukup.

2. Klasifikasi Bencana alam

Klasifikasi bencana alam berdasarkan penyebabnya dibedakan menjadi tiga jenis,


yaitu :

1. Bencana alam geologis


Bencana alam ini disebabkan oleh gaya-gaya yang berasal dari dalam bumi
(gaya endogen).Yang termasuk dalam bencana alam geologis adalah gempa
bumi, letusan gunung berapi, dan tsunami.
2. Bencana alam klimatologis
Bencana alam klimatologis merupakan bencana alam yang disebabkan oleh
faktor angin dan hujan. Contoh bencana alam klimatologis adalah banjir,
badai, banjir bandang, angin puting beliung, kekeringan, dan kebakaran alami
hutan (bukan oleh manusia).Gerakan tanah (longsor) termasuk juga bencana
alam, walaupun pemicu utamanyaadalah faktor klimatologis (hujan), tetapi
gejala awalnya dimulai dari kondisi geologis (jenis dan karakteristik tanah
serta batuan dan sebagainya).
3. Bencana alam ekstra-terestrial
Bencana alam Ekstra-Terestrial adalah bencana alam yang terjadi di luar
angkasa, contoh : hantaman/impact meteor. Bila hantaman benda-benda
langit mengenai permukaan bumi maka akan menimbulkan bencana alam
yang dahsyat bagi penduduk bumi.

3. Dampak Bencana Alam

Kerugian yang dihasilkan tergantung pada kemampuan untuk mencegah atau


menghindari bencana dan daya tahan mereka. Pemahaman ini berhubungan dengan
pernyataan: "bencana muncul bila ancaman bahaya bertemu dengan

7
ketidakberdayaan". Dengan demikian, aktivitas alam yang berbahaya tidak akan
menjadi bencana alam di daerah tanpa ketidakberdayaan manusia, misalnya gempa
bumi di wilayah tak berpenghuni. Konsekuensinya, pemakaian istilah "alam" juga
ditentang karena peristiwa tersebut bukan hanya bahaya atau malapetaka tanpa
keterlibatan manusia. Besarnya potensi kerugian juga tergantung pada bentuk
bahayanya sendiri, mulai dari kebakaran, yang mengancam bangunan individual,
sampai peristiwa tubrukan meteor besar yang berpotensi mengakhiri peradaban umat
manusia.

Namun demikian pada daerah yang memiliki tingkat bahaya


tinggi (hazard) serta memiliki kerentanan/kerawanan(vulnerability) yang juga tinggi
tidak akan memberi dampak yang hebat/luas jika manusia yang berada disana
memiliki ketahanan terhadap bencana (disaster resilience). Konsep ketahanan
bencana merupakan valuasi kemampuan sistem dan infrastruktur-infrastruktur untuk
mendeteksi, mencegah & menangani tantangan-tantangan serius yang hadir. Dengan
demikian meskipun daerah tersebut rawan bencana dengan jumlah penduduk yang
besar jika diimbangi dengan ketetahanan terhadap bencana yang cukup.

Bencana berarti juga terhambatnya laju pembangunan. Berbagai hasil


pembangunan ikut menjadi korban sehingga perlu adanya proses membangun ulang.
Kehidupan sehari-hari juga menjadi tersendat-sendat. Siswa yang hampir menempuh
ujian terpaksa berhenti bersekolah. Kenyataan seperti ini berarti pula muncul
kemungkinan kegagalan di masa mendatang. Pemenuhan kebutuhan seharihari juga
menjadi sulit padahal penggantinya juga tidak bisa diharapkan segera ada.

2.2 Bencana Banjir Bandang

Banjir Bandang adalah banjir di daerah di permukaan rendah yang terjadi akibat
hujan yang turun terus-menerus dan muncul secara tiba-tiba. Banjir bandang terjadi saat
penjenuhan air terhadap tanah di wilayah tersebut berlangsung dengan sangat cepat
hingga tidak dapat diserap lagi. Air yang tergenang lalu berkumpul di daerah-daerah
dengan permukaan rendah dan mengalir dengan cepat ke daerah yang lebih rendah.
Akibatnya, segala macam benda yang dilewatinya dikelilingi air dengan tiba-tiba. Banjir

8
bandang dapat mengakibatkan kerugian yang besar. Kelestarian alam harus dijaga untuk
mencegah banjir bandang.
Kasus Banjir Bandang yang terjadi di Indonesia yaitu Tempat wisata pemandian air
panas Pacet di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, pada 11 Desember 2002 yang
mengakibatkan 26 orang tewas dan 14 orang hilang, bantaran Sungai Bahorok, Taman
Wisata Bukit Lawang, yang berada di kaki Gunung Leuser, Sumatra Utara, terjadi
bencana banjir pada 2 November 2003 yang mengakibatkan 151 orang tewas dan 100
orang yang hilang, di Lembah Sungai Jenebarang yang berada di lereng Gunung
Bawakaraeng, Kabupaten Goa, terjadi bencana yang sama pada 27 Maret 2004 hingga
menewaskan 32 orang serta mengubur 12 rumah dan 430 hektar lahan, banjir bandang
di di Jember Jawa Timur 1 Januari2006 yang menewaskan 59 orang.
Banjir Wasior adalah bencana banjir bandang yang terjadi pada 4 Oktober2010 di
Wasior, Teluk Wondama, Papua Barat. Banjir yang terjadi menyebabkan banyak
infrastruktur di Wasior hancur termasuk lapangan udara di Wasior, sementara kerusakan
juga menimpa rumah warga, rumah sakit, jembatan dan juga beberapa gereja, serta
menyebabkan 158 orang tewas dan 145 orang masih dinyatakan hilang, banjir bandang
melanda sejumlah desa di Kecamatan Tangse, Kabupaten Pidie, Aceh. Akibatnya
ratusan rumah di lima desa hancur dan delapan orang masih dinyatakan hilang. Jum'at,
11 Maret 2011, banjir bandang yang melanda wilayah Kabupaten Garut bagian selatan,
Jawa Barat, meluas menjadi tiga daerah Kecamatan, yaitu di Pameungpeuk, Cibalong
dan Cikelet, Jumat malam Jumat, 6 Mei 2011.
a. Sebab-sebab terjadinya banjir bandang :
1. Banjir bandang terjadi karena kerusakan hutan akibat ulah tangan manusia.
2. Banjir bandang merupakan suatu proses aliran air yang deras dan pekat
karena disertai dengan muatan masif bongkah-bongkah batuan dan tanah
(sering pula diserta dengan batang-batang kayu) yang berasal dari arah hulu
sungai. Aliran air yang deras ini akibat hujan ekstrim yang deras dan terus-
menerus.
3. Proses pembendungan alamiah di daerah hulu sungai yang berada pada
lereng-lereng perbukitan tinggi. Pembendungan alamiah ini sering terjadi
sebagai akibat terakumulasinya endapan-endapan tanah dan batuan yang

9
longsor dari bagian atas lereng.
b. Dampak yang diakibatkan bencana alam banjir bandang
Dampak akibat banjir dan banjir bandang yang melanda berbagai daerah

antara lain meliputi :

1. Korban manusia
2. Kehilangan harta benda
3. Kerusakan rumah penduduk;sekolah dan bangunan sosial, prasarana
jalan, jembatan,bandar udara, tanggul sungai,jaringan irigasi.
4. Terganggunya transportasi
5. Rusak hingga hilangnya lahan budidaya seperti sawah, tambak, dan
kolam ikan.
6. Di samping kerugian yang bersifat material, banjir juga membawa
kerugian nonmaterial, antara lain kerawanan sosial, wabah penyakit,
menurunnya kenyamanan lingkungan, serta menurunnya kesejahteraan
masyarakat akibat kegiatan perekonomianmereka terhambat.
c. Cara penanggulangan bencana alam banjir bandang
1. Yang Harus Dilakukan Saat Banjir bandang
I. Matikan aliran listrik di dalam rumah atau hubungi PLN untuk mematikan
aliran listrik di
wilayah yang terkena bencana.
II. Mengungsi ke daerah aman sedini mungkin saat genangan air masih
memungkinkan untuk diseberangi.
III. Hindari berjalan di dekat saluran air untuk menghindari terseret arus banjir.
IV. Jika air terus meninggi hubungi instansi yang terkait dengan
penanggulangan bencana seperti Kantor Kepala Desa, Lurah ataupun Camat.
2. Yang Harus Dilakukan Setelah Banjir
I. Secepatnya membersihkan rumah, dimana lantai pada umumnya tertutup
lumpur dan gunakan antiseptik untuk membunuh kuman penyakit.
II. Cari dan siapkan air bersih untuk menghindari terjangkitnya penyakit diare
yang sering berjangkit setelah kejadian banjir.
III. Usahakan selalu waspada apabila kemungkinan terjadi banjir susulan.
10
2.3 Konsep Manajemen Bencana

Konsep dasar manajemen bencana berbasis masyarakat adalah upaya


meningkatkan kapasitas masyarakat atau mengurangi kerentanan
masyarakat.Besaran bencana merupakan akumulasi berbagai ancaman bahaya
dengan rangkaian kerentanan yang ada di masyarakat.Rangkaian kerentanan ini
antara lain terdiri dari kemiskinan, kurangnya kewaspadaan, kondisi alam yang
sensitif, ketidak-berdayaan, dan berbagai tekanan dinamis lainnya. Kerentanan satu
kelompok masyarakat dengan kelompok masyarakat yang lain berbeda akar
masalahnya, demikian pula ancaman bahayanya pun berbeda-beda jenisnya.

Berbagai jenis ancaman bahaya, berdasar penyebabnya dapat diklasifikasikan


menjadi empat, yaitu bencana geologi, bencana iklim, bencana lingkungan, dan
bencana sosial.Bencana geologi antara lain gempa bumi, tsunami, letusan gunung
berapi, dan tanah longsor. Bencana iklim antara lain banjir, kekeringan, dan badai.
Bencana lingkungan antara lain pencemaran lingkungan (air, udara, tanah),
eksploitasi sumber daya alam berlebihan termasuk penjarahan hutan, alih fungsi
lahan di kawasan lindung, penerapan teknologi yang keliru, dan munculnya wabah
penyakit. Bencana sosial antara lain kehancuran budaya, budaya tidak peduli, KKN,
politik tidak memihak rakyat, perpindahan penduduk, kesenjangan sosial ekonomi
budaya, konflik dan kerusuhan.

Banyak pihak telah mencoba menyusun siklus manajemen dengan maksud dan
tujuan agar mudah dipahami dan mudah diaplikasikan terutama oleh masyarakat
umum.Sebagai contoh pihak United Nation Development Program (UNDP) dalam
program pelatihan manajemen bencana yang diselenggarakan tahun 1995 dan 2003,
menyusun siklus manajemen bencana dalam versi cukup sederhana.UNDP membagi
manajemen bencana menjadi empat tahapan besar:

a. Tahap pertama kesiapsiagaan (perencanaan siaga, peringatan dini),

b. tahap kedua tanggap darurat (kajian darurat, rencana operasional, bantuan


darurat),

11
c. tahap ketiga pasca darurat (pemulihan, rehabilitasi, penuntasan,
pembangunan kembali),

d. tahap keempat pencegahan dan mitigasi atau penjinakan.

Penanganan keempat tahap sejak kesiapsiagaan, tanggap darurat, pasca


darurat, pencegahan dan mitigasi masing-masing memiliki bobot keseriusan
yang sama.

Tahap-tahap manajemen bencana lainnya adalah:

1. Kegiatan pra bencana

yang mencakup kegiatan pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, serta


peringatan dini;Kegiatan pada tahap pra bencana ini selama ini banyak
dilupakan, padahal justru kegiatan pada tahap pra bencana ini sangatlah
penting karena apa yang sudah dipersiapkan pada tahap ini merupakan modal
dalam menghadapi bencana dan pasca bencana. Sedikit sekali pemerintah
bersama masyarakat maupun swasta memikirkan tentang langkah-langkah
atau kegiatan-kegiatan apa yang perlu dilakukan didalam menghadapi bencana
atau bagaimana memperkecil dampak bencana.

2. Kegiatan saat terjadi bencana


Yang mencakup kegiatan tanggap darurat untuk meringankan penderitaan
sementara, seperti kegiatan search and rescue (SAR), bantuan darurat dan
pengungsian;Kegiatan saat terjadi bencana yang dilakukan segera pada saat
kejadian bencana, untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan, terutama
berupa penyelamatan korban dan harta benda, evakuasi dan pengungsian,
akan mendapatkan perhatian penuh baik dari pemerintah bersama swasta
maupun masyarakatnya. Pada saat terjadinya bencana biasanya begitu banyak
pihak yang menaruh perhatian dan mengulurkan tangan memberikan bantuan
tenaga, moril maupun material. Banyaknya bantuan yang datang sebenarnya
merupakan sebuah keuntungan yang harus dikelola dengan baik, agar setiap
bantuan yang masuk dapat tepat guna, tepat sasaran, tepat manfaat, dan terjadi
efisiensi.

12
3. Kegiatan pasca bencana
Yang mencakup kegiatan pemulihan, rehabilitasi, dan
rekonstruksi.Kegiatan pada tahap pasca bencana, terjadi proses perbaikan
kondisi masyarakat yang terkena bencana, dengan memfungsikan kembali
prasarana dan sarana pada keadaan semula. Pada tahap ini yang perlu
diperhatikan adalah bahwa rehabilitasi dan rekonstruksi yang akan
dilaksanakan harus memenuhi kaidah-kaidah kebencanaan serta tidak hanya
melakukan rehabilitasi fisik saja, tetapi juga perlu diperhatikan juga rehabilitasi
psikis yang terjadi seperti ketakutan, trauma atau depresi.
Cita-cita manajemen bencana berbasis masyarakat atau community based
disaster management sudah menjadi visi dari negara-negara maju di muka
bumi ini. Peristiwa bencana gempa dan tsunami di NAD juga membuka mata
dan hati kita betapa di muka bumi ini masih ada semangat perikemanusiaan
dan gotong royong membantu para korban.Berdasar fakta tersebut,
merealisasikan manajemen bencana berbasis masyarakat bukan hal yang
mustahil, walaupun banyak kendala dan hambatan yang harus bersama-sama
kita hadapi.

Kelompok masyarakat sebagai pelaku utama manajemen bencana ini harus dapat
diupayakan dari tingkat yang paling kecil yaitu kelompok Rukun Tetangga (RT),
Rukun Warga (RW), dusun, kampung, sampai kelompok yang lebih besar yaitu desa
atau kelurahan, kecamatan, bahkan kota atau kabupaten.

A. Pengertian Manajemen Bencana

a) Manajemen Bencana

Manajemen adalah sebuah proses pengaturan, merencanakan melaksanakan


dan mengendalikan.Manajemen bencana adalah suatu proses dinamis, berlanjut dan
terpadu untuk meningkatkan kualitas langkah-langkah yang berhubungan dengan
observasi dan analisis bencana serta pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, peringatan
dini, penanganan darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi bencana.(UU 24/2007).

13
Manajemen bencana menurut (University of Wisconsin) sebagai serangkaian
kegiatan yang didesain untuk mengendalikan situasi bencana dan darurat dan untuk
mempersiapkan kerangka untuk membantu orang yang renta bencana untuk
menghindari atau mengatasi dampak bencana tersebut.

Manajemen bencana menurut (Universitas British Columbia) ialah proses


pembentukan atau penetapan tujuan bersama dan nilai bersama (common value) untuk
mendorong pihak-pihak yang terlibat (partisipan) untuk menyusun rencana dan
menghadapi baik bencana potensial maupun akual.

b) Jenis-Jenis Bencana

Bencana terdiri dari berbagai bentuk. UU No. 24 tahun 2007 mengelompokan


bencana ke dalam tiga kategori yaitu:

1) Bencana alam

adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa


yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung
meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.

2) Bencana non-alam

adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non-
alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan
wabah penyakit.

3) Bencana sosial

adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa


yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau
antar komunitas masyarakat, dan teror.

c) Mekanisme Manajemen Bencana

Mekanisme manajemen bencana terdiri atas beberapa bagian yaitu :

14
1. Mekanisme internal atau informal,

yaitu unsur-unsur masyarakat di lokasi bencana yang secara umum


melaksanakan fungsi pertama dan utama dalam manajemen bencana dan
kerapkali disebut mekanisme manajemen bencana alamiah, terdiri dari keluarga,
organisasi sosial informal (pengajian, pelayanan kematian, kegiatan kegotong
royongan, arisan dan sebagainya) serta masyarakat lokal.

2. Mekanisme eksternal atau formal,

yaitu organisasi yang dibentuk untuk tujuan manajemen bencana, contoh untuk
Indonesia adalah BNPB

Secara umum manajemen bencana dan keadaan darurat adalah tahapan pra-
bencana, saat bencana, dan pasca-bencana.Untuk daerah-daerah yang kerap tertimpa
bencana entah itu yang dibuat manusia (banjir, longsor, luapan lumpur, dll.) ataupun yang
tak terduga secara awam (gempa tektonik, vulkanik, angin puting beliung, dll.), sebaiknya
menerapkan tahapan-tahapan kerja yang lebih mendetail.Setiap tahapan itu adalah
sebagai berikut:

1) Riset: pelajari fenomena alam yang akan terjadi secara umum atau khusus di
satu daerah. Kontur tanah hingga letak geografis suatu daerah menjadi
pengaruh utama penanganan ke depan. Jika yang terjadi adalah peristiwa
kebakaran hutan, riset tentang lokasi dan pendataan masyarakat di dalam
ataupun sekitar hutan mengawali paket penanganan bencana. Jika kebakaran
seperti terjadi di beberapa pasar, tentulah pendataan kelayakan pasar tersebut
akan membantu akar permasalahan bencana kebakaran tersebut.

2) Analisis Kerawanan dan Kajian Risiko (Vulnerabilities Analysis and Risk


Assessment): ada beberapa variabel yang bisa menyebabkan bencana
ataupun keadaan darurat terjadi di satu daerah. Matriks atas variabel ini patut
didaftar untuk kemudian dikaji risiko atau dampaknya jika satu variabel atau
paduan beberapa variabel terjadi.

3) Sosialisasidan Kesiapan Masyarakat: pengetahuan atas fenomena alam


hingga tindakan antisipatif setiap anggota masyarakat menjadi suatu hal

15
mutlak dilakukan oleh Pemerintah ataupun kalangan akademisi yang telah
melakukan kajian-kajian dan pemantauan atas fenomena alam di daerahnya.

4) Mitigasi atau persiapan mendekati terjadinya bencana atau keadaan darurat.


Persiapan menghadapi banjir di komplek perumahan saya, misalnya,
dilakukan dengan membersihkan saluran got dan membangun daerah-daerah
penyerapan air ke tanah. Setiap minggu ada pemuda Karang Taruna
berkeliling meneriakkan “3M”.

5) Warning atau peringatan bencana: di saat hari ini Gunung Kelud sudah “batuk”
cukup parah, sosialisasi bahaya letusan yang lebih besar selayaknya juga
dilakukan tak hanya dengan upaya persuasif. Tindakan memaksa selayaknya
juga diterapkan, tentu ada sosialisasi tindakan ini harus diambil, jauh sebelum
bencana ini terdeteksi. Teriakan melalui pengeras suara masjid ataupun
kentongan hingga SMS Blast ke setiap pemilik telepon selular di daerah
tersebut bisa menjadi alternatif peringatan bagi warga masyarakat.

6) Tindakan Penyelamatan: jika yang terjadi adalah angin puting beliung, tentulah
tempat paling aman berada di bawah tanah dengan kedalaman dan persiapan
logistik yang memadai. Jika yang terjadi adalah banjir, penyelamatan barang
pribadi ke tempat lebih tinggi menjadi kewajiban selain logistik dan perahu
karet jika diperlukan.

7) Komunikasi:faktor komunikasi tetap harus terjaga, yang bisa dilakukan dengan


sistem telepon satelit (lihat www.psn.co.id untuk alat komunikasi langsung ke
satelit), agar bala-bantuan hingga kepastian keadaan sesaat setelah terjadi
bencana bisa terdeteksi dari Jakarta ataupun pusat pemerintah provinsi.

8) PenangananDarurat: jika ada anggota masyarakat yang memerlukan


perawatan medis ataupun ada anggota masyarakat yang dinyatakan hilang,
kesiapan regu penyelamat harus terkoordinasi dengan baik.

9) Keberlangsungan Penanganan: jika banjir tidak surut dalam waktu satu-dua


hari ataupun lokasi bencana tak memiliki jalur transportasi yang memadai,

16
upaya yang berkelanjutan adalah kewajiban pemerintah daerah ataupun pusat
dengan selalu berkoordinasi di lapangan.

10) Upaya Perbaikan: tahapan pasca-bencana ataupun pasca-keadaan darurat


adalah “proses pengobatan” yang memakan waktu lama.

11) Pelatihan dan Pendidikan: untuk mendapatkan hasil terbaik untuk


mengantisipasi hingga mengupayakan perbaika pasca-bencana, setiap daerah
harus memiliki petugas- petugas yang cakap dan berpengetahuan.

Untuk itu diperlukan pendidikan dan pelatihan yang selalu sejalan dengan
penemuan teknologi penanganan bencana termutakhir.

12) Simulasi:setelah memiliki petugas yang cakap dan berpengetahuan, setiap


daerah harus melaksanakan simulasi penanganan bencana atapun keadaan
darurat agar setiap anggota masyarakat bisa mengantisipasi hingga
menyelamatkan diri dan anggota keluarganya , sehingga beban daerah
ataupun kerugian pribadi dapat diminimalisasi.

d) Manajemen Logistic dalam Penanggulangan Bencana

Manajemen logistik bencana merupakan bagian dari proses supply chain yang
berfungsi untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan keefisienan dan
keefektifan penyimpanan dan aliran barang, pelayanan dan informasi terkait dari titik
permulaan (point of origin) hingga titik konsumsi (point of consumption) dalam
tujuannya untuk memenuhi kebutuhan para pelanggan/korban bencana.

Proses Manajemen logistik dalam penanggulangan bencana ini meliputi tujuh


tahapan terdiri dari:

1. Perencanaan/Inventarisasi Kebutuhan
a) Proses Inventarisasi Kebutuhan adalah langkah-langkah awal untuk
mengetahui apa yang dibutuhkan, siapa yang membutuhkan, di mana, kapan
dan bagaimana cara menyampaikan kebutuhannya.

17
b) Inventarisasi ini membutuhkan ketelitian dan keterampilan serta kemampuan
untuk mengetahui secara pasti kondisi korban bencana yang akan
ditanggulangi.
c) Inventarisasi kebutuhan dihimpun dari :
 Laporan-Laporan;
 Tim Reaksi Cepat;
 Media Massa;
 Instansi terkait;
 Perencanaan Inventarisasi kebutuhan terdiri dari :
 Penyusunan standar kebutuhan minimal.
 Penyusunan kebutuhan jangka pendek, menengah dan panjang.
2. Pengadaan dan/atau Penerimaan
a) Proses penerimaan dan/atau pengadaan logistik dan peralatan
penanggulangan bencana dimulai dari pencatatan atau inventarisasi termasuk
kategori logistik atau peralatan, dari mana bantuan diterima, kapan diterima,
apa jenis bantuannya, seberapa banyak jumlahnya, bagaimana cara
menggunakan atau mengoperasikan logistik atau peralatan yang disampaikan,
apakah ada permintaan untuk siapa bantuan ini ditujukan.
b) Proses penerimaan atau pengadaan logistik dan peralatan untuk
penanggulangan bencana dilaksanakan oleh penyelenggara penanggulangan
bencana dan harus diinventarisasi atau dicatat. Pencatatan dilakukan sesuai
dengan contoh formulir dalam lampiran.
c) Maksud dan Tujuan Penerimaan dan/atau Pengadaan:
 Mengetahui jenis logistik dan peralatan yang diterima dari berbagai sumber.
 Untuk mencocokkan antara kebutuhan dengan logistik dan peralatan yang
ada.
 Menginformasikan logistik dan peralatan sesuai skala prioritas kebutuhan.
 Untuk menyesuaikan dalam hal penyimpanan.
d) Sumber Penerimaan dan/atau Pengadaan
e) Proses Penerimaan dan/atau Pengadaan

18
 Proses pengadaan logistik dan peralatan penanggulangan bencana
dilaksanakan secara terencana dengan memperhatikan jenis dan jumlah
kebutuhan, yang dapat dilakukan melalui pelelangan, pemilihan dan
penunjukkan langsung sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
 Penerimaan logistik dan peralatan melalui hibah dilaksanakan
berdasarkan peraturan dan perundangan yang berlaku dengan
memperhatikan kondisi pada keadaan darurat.
3. Pergudangan dan/atau Penyimpanan
a) Proses penyimpanan dan pergudangan dimulai dari data penerimaan logistik
dan peralatan yang diserahkan kepada unit pergudangan dan penyimpanan
disertai dengan berita acara penerimaan dan bukti penerimaan logistik dan
peralatan pada waktu itu.
b) Pencatatan data penerimaan antara lain meliputi jenis barang logistik dan
peralatan apa saja yang dimasukkan ke dalam gudang, berapa jumlahnya,
bagaimana keadaannya, siapa yang menyerahkan, siapa yang menerima, cara
penyimpanan menggunakan metoda barang yang masuk terdahulu
dikeluarkan pertama kali (first-in first-out) dan atau menggunakan metode last-
in first-out.
c) Prosedur penyimpanan dan pergudangan, antara lain pemilihan tempat, tipe
gudang, kapasitas dan fasilitas penyimpanan, system pengamanan dan
keselamatan, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
4. Pendistribusian
a) Berdasarkan data inventarisasi kebutuhan maka disusunlah perencanaan
pendistribusian logistik dan peralatan dengan disertai data pendukung: yaitu
yang didasarkan kepada permintaan dan mendapatkan persetujuan dari
pejabat berwenang dalam penanggulangan bencana.
b) Perencanaan pendistribusian terdiri dari data: siapa saja yang akan menerima
bantuan, prioritas bantuan logistik dan peralatan yang diperlukan, kapan waktu
penyampaian, lokasi, cara penyampaian, alat transportasi yang digunakan,
siapa yang bertanggung jawab atas penyampaian tersebut.
c) Maksud dan Tujuan Pendistribusian adalah :

19
 Mengetahui sasaran penerima bantuan dengan tepat.
 Mengetahui jenis dan jumlah bantuan logistik dan peralatan yang harus
disampaikan.
 Merencanakan cara penyampaian atau pengangkutannya.
5. Pengangkutan
a) Berdasarkan data perencanaan pendistribusian, maka dilaksanakan
pengangkutan.
b) Data yang dibutuhkan untuk pengangkutan adalah: jenis logistik dan
peralatan yang diangkut, jumlah, tujuan, siapa yang bertanggungjawab dalam
perjalanan termasuk tanggung jawab keamanannya, siapa yang
bertanggungjawab menyampaikan kepada penerima.
c) Penerimaan oleh penanggungjawab pengangkutan disertai dengan berita
acara dan bukti penerimaan logistik dan peralatan yang diangkut.
d) Maksud dan Tujuan Pengangkutan:
 Mengangkut dan atau memindahkan logistik dan peralatan dari gudang
penyimpanan ke tujuan penerima
 Menjamin keamanan, keselamatan dan keutuhan logistik dan peralatan
dari gudang ke tujuan.
 Mempercepat penyampaian.
e) Jenis Pengangkutan
 Jenis pengangkutan terdiri dari angkutan darat, laut, sungai, danau dan
udara, baik secara komersial maupun non komersial yang berdasarkan
kepada ketentuan yang berlaku.
 Pemilihan moda angkutan berdasarkan pertimbangan:
6. Penerimaan di tujuan
1. Langkah-langkah yang harus dilaksanakan dalam penerimaan di tempat tujuan
adalah:
 Mencocokkan antara data di manifest pengangkutan dengan jenis bantuan
yang diterima.
 Men-check kembali, jenis, jumlah, berat dan kondisi barang.

20
 Mencatat tempat pemberangkatan, tanggal waktu kedatangan, sarana
transportasi, pengirim dan penerima barang.
 Membuat berita acara serah terima dan bukti penerimaan
7. Pertanggungjawaban
a) Seluruh proses manajemen logistik dan peralatan yang telah dilaksanakan
harus dibuat pertanggung jawabannya.
b) Pertanggungjawaban penanggulangan bencana baik keuangan maupun
kinerja, dilakukan pada setiap tahapan proses dan secara paripurna untuk
seluruh proses, dalam bentuk laporan oleh setiap pemangku proses secara
berjenjang dan berkala sesuai dengan prinsip akuntabilitas dan transparansi.

Ketujuh tahapan Manajemen Logistik dan Peralatan tersebut dilaksanakan


secara keseluruhan menjadi satu sistem terpadu.

Pedoman manajemen logistik dan peralatan penanggulangan bencana


menganut pola penyelenggaraan suatu sistem yang melibatkan beberapa lembaga
atau sistem kelembagaan dalam berbagai tingkatan teritorial wilayah, mulai dari:

a. Tingkat Nasional

Otoritas pemerintah pusat dalam penanggulangan bencana diwakili oleh Badan


Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Dalam menjalankan peran tersebut BNPB
mempunyai kemudahan akses dan koordinasi dengan organisasi yang dapat membantu
system manajemen logistik dan peralatan untuk bencana.

b. Tingkat Provinsi,

Fungsi Penyelenggaraan Manajemen Logistik dan Peralatan Tingkat Provinsi


adalah :

 Penyelenggara manajemen logistik dan peralatan tingkat provinsi memiliki


tanggung jawab, tugas dan wewenang di wilayahnya.
 Sebagai titik kontak utama bagi operasional di area bencana yang meliputi dua
atau lebih kabupaten/kota yang berbatasan.
 Mengkoordinasikan semua pelayanan dan pendistribusian bantuan logistik dan
peralatan di area bencana.

21
 Sebagai pusat informasi, verifikasi dan evaluasi situasi di area bencana.
 Memelihara hubungan dan mengkoordinasikan semua lembaga yang terlibat
dalam penanggulangan bencana dan melaporkannya secara periodik kepada
kepala BNPB.
 Membantu dan memandu operasi di area bencana pada setiap tahapan
manajemen logistik dan peralatan.
 Menjalankan pedoman manajemen logistik dan peralatan penanggulangan
bencana secara konsisten.
c. Tingkat Kabupaten/Kota

Penyelenggaraan Manajemen Logistik dan Peralatan Tingkat Kabupaten/Kota


adalah :

 Mengelola dan mengkoordinasikan seluruh aktifitas manajemen logistik dan


peralatan, terutama pada masa siaga darurat, tanggap darurat dan pemulihan
darurat.
 Bertanggung jawab atas dukungan fasilitas, pelayanan, personil, peralatan dan
bahan atau material lain yang dibutuhkan oleh pusat-pusat operasi (pos
komando) di area bencana.
 Berkoordinasi dengan instansi/lembaga terkait di pusat operasi BPBD.
 Menjalankan pedoman manajemen logistik dan peralatan penanggulangan
bencana secara konsisten.

Dengan melibatkan banyak kelembagaan ini berbagai konsekuensi akan terjadi


termasuk didalamnya adalah sistem manajemen yang mengikuti fungsinya, sistem
komando, sistem operasi, sistem perencanaan, sistem administrasi dan keuangan,
sistem komunikasi dan sistem transportasi.

Macam-macam logistic bencana:

Menurut pan american world organization, salah satu cabang regional dari WHO
di Amerika, logistik diklasifikan sebagai berikut:

 Medicines (Obat – obatan)

22
 Health Supplies/ kit (Peralatan kesehatan)
 Water and Environmental Health (kesehatan air dan lingkungan)
 Food (makanan)
 Logistic administration (administrasi logistik, pencatatan)
 Shelter – electrical –construction (tempat tinggal sementara– listrik –
bangunan)
 Personal needs / edukasi (kebutuhan personal dan edukasi personal)
 Human resources (sumber daya manusia)
 Agriculture/ livestock (stok pangan)
 Unclassified/ others ( lainnya)

Sedangkan yang tergolong dalam logistik medis adalah poin pertama dan kedua
yaitu obat – obatan dan peralatan kesehatan.

23
BAB III

KAJIAN BENCANA

3.1 Kronologis Kejadian Banjir Mandailing Natal 2018

Petugas dari Dinas Kehutanan Mandailing Natal (Madina) seksi Perlindungan


Hutan dan Pemberdayaan Masyarakat Kotanopan, melakukan investigasi penyebab
banjir bandang di Desa Muara Saladi, Jumat (12/20/2018). Untuk melihat langsung
penyebab banjir, petugas kemudian pelakukan pengecekan kondisi di atas hutan yang
tak jauh dari desa tersebut.

Hasil dari penyelidikan petugas dilapangan, penyebab banjir bandang yang


menimpa desa Muara Saladi, Kecamatan Ulu Pungkut, Mandailing Natal ini diduga
karena disebabkan jebolnya bendungan air yang terbentuk karena longsor beberapa
waktu yang lalu. Penyebab jebolnya material longsor ini sendiri diduga karena tingginya
intesitas hujan selama beberapa hari terakhir.

"Setelah kami cek di hulu, banjir bandang ini disebabkan karena pecahnya bendungan
air yang terbentuk akibat longsor yang terjadi di hulu. Hasil dari pecahnya bendungan ini,
menyebabkan banjir bandang di Desa Muara Saladi," kata Kepala Bidang Perlindungan
Hutan dan Pemberdayaan Masyarakat Kotanopan, Ridwan, Selasa (16/10/2018).

Ridwan juga mengklaim bahwa banjir bandang ini merupakan fenomena alamiah.
Dia juga memastikan jika praktik pembalakan liar (illegal logging) tidak ada di hulu Sungai
Aek Saladi. "Tidak ada aktivitas sama sekali (ilegal logging), ini merupakan siklus dari
alam yang menyebabkan banjir bandang," ucapnya.

Seperti diketahui, banjir bandang di Muara Saladi ini menyebabkan belasan siswa
SD meninggal dunia. Saat kejadian, para korban tengah mengikuti kelas belajar sore.
Selain menelan korban jiwa, banjir bandang ini juga merusak puluhan rumah warga serta
sejumlah infrastruktur di Desa Muara Saladi

3.2 Kerusakan Dan Korban Banjir Mandailing Natal 2018


24
Banjir yang disebabkan tingginya curah hujan melanda sejumlah wilayah
di Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara. Hujan terjadi sejak 11
Oktober 2018 dan menyebabkan banjir bandang keesokan harinya, 12
Oktober 2018.Banjir yang terjadi pada sore hari ini menyebabkan :
1. pelajar yang sedang belajar sore di SD 235 Desa Muara Saladi
Kecamatan Ulu Pungkut terseret arus banjir.
2. Sebanyak 12 diantara 17 siswa meninggal dunia.
3. Selain itu, banjir juga menyebabkan 2 orang meninggal karena
mobil yang dikendarai mereka masuk ke Sungai Aek Batang
Gadis di Kecamatan Kotanopan.
4. Sebanyak 3 orang lainnya juga meninggal, yaitu pekerja gorong-
gorong jalan di Kecamatan Muara Batang Gadis.
5. Kerusakan yang timbul akibat banjir ini yaitu 19 rumah rusak berat
dan 22 rumah lainnya hanyut.
6. Akibatnya, lebih dari 500 jiwa terpaksa mengungsi ke rumah
kerabatnya dan kantor balai desa. Selain itu, 3 unit bangunan
fasilitas umum juga rusak berat.

3.3 Masalah Yang Terjadi Saat Tanggap Darurat Banjir Mandailing Natal 2018

Saat mengungsi, warga tidak sempat membawa pakaian dan


barang barang keperluan lainnya karena rumahnya sudah hanyut di terjang
banjir. Jadi selain pakaian, warga sangat membutuhkan selimut. Apalagi
bagi warga yang mempunyai anak kecil, pakaian atau selimut ini sangat
dibutuhkan, mengingat cuaca di sini sangat dingin. Hal itu dikatakan
Kepala Desa Muara Saladi, Syafaruddin di dampingi Camat Ulu
Pungkut, Mhd. Johan, S. Sos, Senin (15/10)

Terkait denga air bersih, ini bagi warga yang masih bekerja di lokasi
banjir membersihkan material banjir. Sampai saat ini, untuk mendapatkan
air bersih masih cukup sulit karena air yang mengalir masih keruh. Selain
untuk keperluan mandi, air ini juga untuk keperluan minum.

25
Ditambahkan Syafaruddin, terkait bantuan memang terus
berdatangan, tapi lebih banyak sembako. Sedangkan untuk selimut dan
pakaian masih tergolong minim. Makanya warga mengharapkan adanya
bantuan selimut dan pakaian.

3.4 Solusi Permasalahan Yang Terjadi Saat Tanggap Darurat Banjir


Mandailing Natal 2018
Koordinator Posko Logistik Bencana Desa Muara Saladi, Syafruddin
Lubis, menuturkan, bantuan yang masuk berupa beras, air mineral,
makanan cepat saji, perlengkapan bayi, selimut, pakaian layak pakai,
sarung, matras genset dan obat-obatan.
"Untuk saat ini segala kebutuhan cukup dan apabila nanti ada
kekurangan akan ditangani Dinas Sosial, " ujar dia. Posko logistik sendiri
dipusatkan satu pintu di Kelurahan Hutagodang. Di tempat tersebut juga
telah dibangun dapur umum bagi para pengungsi.
Di Desa Muara Saladi dan Kelurahan Hutagodang sejak sejak Sabtu
(13/10) telah berdiri sejumlah pos seperti pos pelayanan kesehatan, pos
TNI, pos Brimob, BPBD, pos penerimaan logistik, dan dapur umum
Presiden Joko Widodo memberikan bantuan kepada warga korban
banjir bandang di Desa Muara Saladi, Kecamatan Ulu Pungkut,
Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Utara
"Bantuan Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebanyak 1.700 paket
diterima Pemkab Mandailing Natal," kata Kepala Pelaksana Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mandaling Natal
Muhammad Yasir ketika dihubungi, Kamis (18/10).Menurut dia, bantuan
dari Presiden Jokowi diserahkan dari Sekretariat Negara
(Sekneg)."Bantuan dari Kepala Negara itu, akan disalurkan kepada
warga yang membutuhkan," kata Yasir.Selama ini, proses penyaluran
bantuan bagi para korban bencana banjir bandang berlangsung tertib,
aman, lancar, dan tidak ada mengalami kendala.

26
Seluruh bantuan yang diterima di posko dapat disalurkan dengan
baik kepada para korban banjir dan pengungsi.Penyaluran bantuan
tersebut tetap diawasi secara ketat Pemkab Mandailing Natal, BPBD dan
juga oleh instansi terkait lainnya sehingga benar-benar terkoordinasi
dengan baik.Posko banjir ditempatkan di dua lokasi, yakni di Desa Muara
Saladi dan Hutagodang, keduanya Kecamatan Ulu Pungkut.
Selain itu,Kepolisian Daerah (Polda) Sumatera Utara (Sumut)
mengirimkan bantuan berupa 8 ton beras kepada masyarakat korban
bencana banjir di Desa Muara Saladi, Kecamatan Ulu Pungkut,
Kabupaten Mandailing Natal (Madina).
Selain beras, Polda Sumut juga menyalurkan bantuan berupa telor
ayam, air mineral, dan selimut bagi para pengungsi. Bantuan itu diantar
langsung oleh Kapolres Kota Padangsidimpuan Ajun Komisaris Besar
Polisi (AKBP) Hilman Wijaya dan Kapolres Madina AKBP Irsan bersama
dengan personelnya.Setelah menyerahkan bantuan, dua orang Kapolres
itu juga meninjau langsung warga yang sedang mengungsi, guna
memastikan kondisi mereka di tempat pengungsian.
AKBP Hilman Wijaya mengatakan, bantuan yang disalurkan itu
sebagai bentuk kepedulian pihak kepolisian, terutama Polda Sumut,
terhadap para korban bencana alam yang terjadi di wilayah itu.“Bantuan
ini sebagai bentuk rasa prihatin bapak Kapolda Sumut terhadap kejadian
bencana alam yang menimpa saudara-saudara kami di tempat ini,”
ujarnya kepada SINDONews ketika ditemui di lokasi pengungsian,
Minggu (14/10/2018).

27
BAB IV

ANALISIS BENCANA

4.1 ANALISIS BENCANA

Dalam bencana banjir bandang di mandailing natal terjadi beberapa hal yang
dapat menjadi evaluasi yaitu Strategi umum yang diterapkan dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana yang meliputi kegiatan tahap prabencana, saat tanggap
darurat, maupun pascabencana, yang dituangkan dalam strategi khusus yang meliputi:

1. Mengurangi Risiko Bencana (Reduce The Risk) Pengurangan risiko bencana


dilakukan pada tahap prabencana dengan langkah sebagai berikut:
a. Pemantapan koordinasi pencegahan dan kesiapsiagaan
b. Pembangunan sistem pengurangan risiko dan kesiapsiagaan
terpadu
c. Pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya dengan berbasis
kajian risiko dan perencanaan kontinjensi
d. Penyediaan sarana dan prasarana sistem peringatan dini yang
terintegrasi;
e. Pembangunan infrastruktur mitigasi bencana;
f. Peningkatan kapasitas melalui pendidikan dan pelatihan;
g. Penyebarluasan informasi kebencanaan yang andal
h. Dukungan logistik dan peralatan yang memadai.

HASIL DISKUSI KELOMPOK :

Mengurangi resiko bencana merupakan hal yang sangat penting yang perlu
dilakukan hal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara diatas,salah satunya dengan
membuat penyusunan rencana penanggulangan bencana,dilakukan dengan cara:

 pengenalan bahaya (hazard)


beberapa potensi tersebut antara lain adalah gempa bumi, tsunami, letusan
gunung api, banjir, tanah longsor,kekeringan, kebakaran lahan dan hutan,

28
kebakaran perkotaan dan permukiman, angin badai, wabah penyakit,
kegagalan teknologi dan konflik sosial.
 pemahaman tentang kerentanan masyarakat kerentanan (vulnerability)
adalah keadaan atau sifat/perilakumanusia atau masyarakat yang
menyebabkan ketidakmampuan menghadapi bahaya atau ancaman.
 analisis kemungkinan dampak bencana
pertemuan dari faktor-faktor ancaman bencana/bahaya dan kerentanan
masyarakat, akan dapat memposisikan masyarakat dan daerah yang
bersangkutan pada tingkatan risiko yang berbeda.

Rencana kontijensi merupakan rencana yang dibuat untuk mengetahui sumber


daya yang ada di suatu daerah sehingga apabila terjadi duatu bencana semua hal yang
dilakukan sudah berdasarkan data yang terdapat pada rencana kontijensi terutama
dalam bidang kesehatan,perlu sangat di perhatikan sumber daya yang ada baik secara
materil maupun sumber daya manusianya.

Wilayah mandailing natal telah memiliki rencana kontijensi yang disusun pada 4
september 2013 hal ini membuktikan bahwa wilayah mandailing natal sudah cukup bagus
dalam perencanaan penganggulangan bencana.

Selain rencana kontijensi hal yang perlu disiapkan adalah membangun mitigasi
atau peringatan dini bencana.pembangunan infrasturktur mitigasi harusnya menjadi
salah satu hal yang diperhatikan juga di daerah mandailing natal mengingat wilayah
tersebut merupakan wilayah rawan bencana.dalam hal ini wilayah mandailing natal belum
memiliki system peringatan dini di daerah bencana banjir bandang sehingga saat terjadi
bencana warga hanya dapat memanfaatkan kearifan lokal dalam memberi peringatan
terhadap sesama warga sehingga penyebarluasan info bencana cukup lambat.

Salah satu hal yang penting lainnya dalam pengurangan resiko bencana adalah
pendidikan dan pelatihan bagi masyarakat tentang kebencanaan.hal ini belum dilakukan
oleh pemerintah di daerah mandailing natal sehingga masih banyak masyarakat yang
belum paham bagaimana cara menyelamatkan dirinya dari bahaya bencana.

29
Kegiatan yang dilakukan dalam penanggulangan bencana yaitu kegiatan sesuai
dengan 6 arahan Presiden Joko Widodo saat Rakornas PB 2019 di Surabaya, 2 Febuari
2019.

1. Perencanaan, Rancangan dan Pembangunan Tata Ruang Harus


Memperhatikan Peta Rawan Bencana.

2. Pelibatan Akademisi, Pakar-Pakar Kebencanaan untuk Meneliti, Melihat,


Mengkaji, Titik Mana yang Sangat Rawan Bencana Harus Dilakukan Secara
Masif.

3. Jika Terjadi Bencana, Maka Otomatis Gubernur akan Menjadi Komandan Satgas
Darurat Bersama Pangdam dan Kapolda menjadi Wakil Komandan Satgas.

4. Pembangunan Sistem Peringatan Dini yang Terpadu Berbasiskan Rekomendasi


dari Pakar Harus Dipakai, Termasuk Hingga ke Level Daerah.

5. Lakukan Edukasi Bencana.

6. Lakukan Simulasi Latihan Penanganan Bencana secara Berkala dan Teratur


untuk Mengingatkan Masyarakat Agar Siap Menghadapi Bencana.

Dengan semua penjelasan diatas,diharapkan pemerintah.masyarakat dan


dunia usaha bekerjasama untuk mulai mempersiapkan kegiatan-kegiatan yang
dapat mengurangi resiko bencana.

2. Menyelamatkan Sebanyak Mungkin Nyawa (Save More Lives) Strategi


menyelamatkan sebanyak mungkin nyawa (save more lives) dilakukan pada saat
tanggap darurat dengan:
a. Meningkatkan kemampuan masyarakat yang terlatih untuk
melakukan penanganan secara mandiri;
b. Memanfatkan seluruh potensi lokal termasuk dunia usaha yang
tersedia untuk penangan darurat;
c. Meningkatkan kecepatan tiba tim reaksi cepat untuk melakukan kaji
cepat di daerah bencana;

30
d. Kecepatan dalam menerbitkan pernyataan status keadaan darurat
dan pengorganisasian penanganan darurat;
e. Upaya BNPP (Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan) dan dan
penanganan kesehatan yang efektif;
f. Pemenuhan segera kebutuhan dasar bagi pengungsi;
g. Memprioritaskan penanganan kelompok rentan;
h. Segera memfungsikan (secara darurat) sarana prasarana vital yang
rusak.

HASIL DISKUSI KELOMPOK :

Upaya penyelamatan menjadi upaya yang sangat di prioritaskan dalam


penanggulangan bencana.pemerintah,masyarakat dan dunia usaha perlu bekerjasama
untuk melakukan hal ini.melihat data korban bencana banjir bandang di daerah
mandailing natal yang tidak banyak membuktikan kerjasama penyelamatan yang cukup
baik.

Upaya penyelamatan masyarakat terkena bencana dilaksanakan oleh Tim Reaksi


Cepat (TRC) Penanggulangan Bencana yang terdiri dari unsur BNPB/BPBD,
BASARNAS/Kantor SAR, Departemen Teknis/Dinas, serta TNI dan POLRI dengan
melibatkan unsur masyarakat dibawah komando Komandan Penanganan Darurat
Bencana, sesuai dengan lokasi dan tingkatan bencananya. Dalam hal terjadi eskalasi
bencana, BNPB dapat memberikan dukungan kepada BPBD untuk melakukan
penyelamatan masyarakat terkena bencana.

Agar pencarian, pertolongan dan evakuasi korban bencana dapat lebih berhasil
guna, perlu disusun suatu pedoman yang dapat digunakan sebagai acuan pemerintah,
pemerintah daerah, lembaga usaha dan masyarakat. Dalam upaya penyelamatan
tersebut perlu diprioritaskan pada masyarakat terkena bencana yang mengalami luka
parah dan kelompok rentan. Terhadap masyarakat terkena bencana yang meninggal
dunia dilakukan upaya identifikasi dan pemakaman

Pencarian dan pertolongan terhadap korban bencana dihentikan jika seluruh


korban telah ditemukan, ditolong dan dievakuasi. Atau setelah jangka waktu 7 (tujuh) hari
sejak dimulainya pencarian, tidak ada tanda-tanda korban akan ditemukan.

31
Selain penyelamatan,pengungsian juga menjadi hal yang penting untuk
diperhatikan.cukup banyak warga yang mengungsi pada saat kejadian bencana yaitu 500
orang.masalah masalah yang timbul di pengungsian seperti kekurangan bahan makanan
dan obat merupakan masalah yang memerlukan penanganan yang cepat.

Masalah kebutuhan pengungsi di mandailing natal adalah kebutuhan selimut juga


air bersih.seharusnya masalah ini dapat di cegah apabila rencana kontijensi yang telah
dibuat dipergunakan dengan maksimal,berdasarkan data dan rencana kontijensi yang
dibuat harusnya pemerintah sudah bisa memperkirakan kebutuhan para pengungsi
bahkan bukan hanya dengan rencana kontijensi,kebutuhan masyarakat juga dapat
diketahui dengan cepat apabila kaji cepat bencana dilakukan dengan segera dan tepat.

Kaji cepat dilakukan untuk mengetahui kronologis kejadian,kerusakan yang


ditimbulkan sampai kepada masalah kebutuhan pengungsi,apabila kaji cepat
kebencanaan dilakukan maka masalah di pengungsian dapat ditekan dan di atasi sedini
mungkin.

Pengkajian cepat keadaan darurat bencana adalah proses penelaahan secara


cepat terkait keadaan darurat bencana.Serangkaian kegiatan : Pengumpulan data,
pengolahan data, analisis data dan penyajian informasi/pelaporan Dilakukan dlm wkt
yang terbatas (cepat),Mengukur besaran masalah ,Identifikasi kebutuhan penanganan
darurat.Kaji cepat dilakukan dengan 3 jenis yaitu :

1. Kaji cepat awal


pengkajian yg dilakukan pd saat awal adanya ancaman/kejadian bencana
diketahui,tujuannya adalah untuk memberikan informasi kronologis awal
kejadian atau ancaman bencana infomasi yang diberikan adalah Situasi
awal ancaman atau dampak bencana dng rincian sbb :
 Kronologis kejadian
 Wilayah terancam/terdampak
 Besaran masalah secara kualitatif
 Kebutuhan dan tindakan awal mendesak

32
 Akses ke lokasi
2. Pengkajian cepat situasi dan kebutuhan
Tujuan pengkajian cepat situasi dan kebutuhan adalah
menggambarkan besaran masalah ,Menilai kemampuan petugas lokal dlm
merespons,Mengkaji kebutuhan utk penanganan darurat bencana
,Menentukan prioritas tindakan yg perlu dilakukan .Kajian Informasi yang di
dapatkan dengan melakukan kajian ini adalah:
 Kronologis ancaman/kejadian bencana
 Besaran masalah (dampak)
 Upaya yg telah dilakukan masyarakat/petugas setempat
 Kebutuhan penanganan darurat bencana
 Ketersediaan sumber daya
3. Penilaian perkembangan penanganan darurat
Tujuan pengkajian penilaian perkembangan penanganan darurat
adalah Menilai perkembangan situasi ancaman bencana,menilai
perkembangan upaya penyelamatan dan evakuasi,menilai perkembangan
penanganan pemenuhan kebutuhan dasar korban dan pengungsi.
Kajian informasi yang di dapat adalah Perkembangan lebih lanjut
faktor ancaman bencana dan pengendaliannya dan hasil cakupan
pelayanan penanganan darurat.

Adanya posko juga diperlukan dalam keadaan bencana dengan pembentukan


posko maka semua kebutuhan masyarakat dipenggungsian dapat terkoorinir dengan
baik.selain menjadi tempat utama untuk koordinasi antuan dan logistik posko juga
berperan penting dalam hal informasi kebencanaan.dengan adanya posko setiap
informasi bencana seperti kerusakan,kehilangan,korban jiwa,dan kebutuhan masyarkat
dapat diketahui secara akurat yang dapat mempermudah untuk koordinasi dalam
penanggulangan bencana.

Posko wajib melakukan koordinasi pada berbagai institusi dalam menangani


masalah yang timbul saat bencana.koordinasi harus dilakukan dengan segera supaya

33
kebutuhan pengungsi dapat terpenuhi contohnya posko berkoordinasi dengan klaster
kesehatan untuk segera mambuka fasilitas vital kesehatan atau posko berkoordinasi
dengan klaster pekerjaan umum untuk segaera mandapatkan air bersih untuk
pemenuhan kebutuhan air bersih di pengungsian.Beberapa uraian tugas posko adalah
sebagai berikut :

 Melakukan kajian pemenuhan kebutuhan penanganan darurat bencana


berdasarkan hasil kaji cepat dan rencana kontinjensi;
 Melakukan kajian awal upaya/rencana kegiatan rehabilitasi dan
rekonstruksi;
 Menyusun rencana kegiatan operasi penanganan darurat bencana;
 Mengoordinasikan instansi/lembaga terkait;
 Mengendalikan pelaksanaan penanganan darurat bencana;

Selain adanya posko,dibutuhkan juga beberapa pos untuk mendukung berjalanya


system komando penanggulangan darurat bencana yaitu adanya pos lapangan berperan
sebagai pelaksana operasi (di lokasi bencana, tempat pengungsian dan sekitar lokasi
bencana)pos pendukung berperan sebagai pendukung fasilitasi masuknya bantuan
kemanusiaan dari luar wilayah terdampak bencana pos pendamping
(provinsi/wilayah/nasional) berperan membantu pemenuhan kebutuhan sumber daya
posko pdb.pos pendukung berada di bawah kendali posko pdb atau pos pendamping pos
pendukung dan pos pendamping hanya di aktivasi bila diperlukan .

Jadi,dalam strategi penyelamatan nyawa beberapa hal yang sangat penting untuk
dilakukan adalah melaksanakan rencana kontijensi dengan tepat,melakukan kaji cepat
kebencanaan juga mendirikan posko dengan segera ketika ketiga hal ini dilakukan maka
masalah-masalah yang timbul saat tanggap darurat bencana dapat ditekan.

34
3. Membangun Kembali Lebih Baik dan Lebih Aman (Built Back Betterand Safer)
Strategi membangun lebih baik dan lebih aman (build back better and safer)
dilakukan dalam kerangka pemulihan pascabencana. Pembangunan kembali
pascabencana dilaksanakan secara terencana, terkoordinasi, terkendali, terpadu,
dan berdimensi pengurangan risiko, melalui pembagian kewenangan pusat dan
daerah secara bertanggungjawab sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Program pemulihan ini berdasarkan rencana aksi yang disusun degan
menggunakan metode JITU PASNA (Kajian Kebutuhan Paska Bencana). Kondisi
masyarakat dan lingkungan kehidupan mereka harus menjadi lebih baik dan
amansetelah proses pemulihan pascabencana. Dengan demikian,masyarakat
juga lebih siap menghadapi ancaman bencana

HASIL DISKUSI KELOMPOK :

Fase pasca bencana adalah waktu untuk melakukan rekonstruksi pada


daerah bencana.sebelum melakukan rekonstruksi hal yang utama di lakukan
adalah kaji cepat penilaian perkembangan penanganan darurat dilakukan untuk
mengetahui apa saja kerusakan yang terjadi,berapa banyak kerusakan,dan
bgambaran besaran kerusakan yang terjadi pada wilayah bencana
Kaji cepat penilaian perkembangan penanganan darurat dilakukan untuk
memperoleh data data tersebut sehingga dapat diperkirakan berapa banyak dana
yang harus dikeluarkan untuk melakukan rekonstruksi daerah tersebut
Rekonstruksi bencana tidak hanya dilakukan oleh pemerintah,tapi juga hal ini
dilakukan dengan kerjasama masyarakat juga dunia usaha,mengapa perlu
kerjasama ketiganya yaitu supaya rekonstruksi dapat dilakukan dengan cepat dan
tepat.
Tahap pemulihan meliputi tahap rehabilitasi dan rekonstruksi. Upayayang
dilakukan pada tahap rehabilitasi adalah untuk mengembalikan kondisi daerah
yang terkena bencana yang serba tidak menentu kekondisi normal yang lebih baik,
agar kehidupan dan penghidupan masyarakat dapat berjalan kembali.Kegiatan-
kegiatan yang dilakukan meliputi:

35
1. perbaikan lingkungan daerah bencana;

2. perbaikan prasarana dan sarana umum;

3. pemberian bantuan perbaikan rumah masyarakat;

4. pemulihan sosial psikologis;

5. pelayanan kesehatan;

6. rekonsiliasi dan resolusi konflik;

7. pemulihan sosial, ekonomi, dan budaya;

8. pemulihan keamanan dan ketertiban;

9. pemulihan fungsi pemerintahan; dan

10. pemulihan fungsi pelayanan publik

Sedangkan tahap rekonstruksi merupakan tahap untuk membangun kembali


sarana dan prasarana yang rusak akibat bencana secara lebihbaik dan sempurna. Oleh
sebab itu pembangunannya harus dilakukan melalui suatu perencanaan yang didahului
oleh pengkajian dari berbagai ahli dan sektor terkait.

1. pembangunan kembali prasarana dan sarana;


2. pembangunan kembali sarana sosial masyarakat;
3. pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat
4. penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang
lebih baik dan tahan bencana
5. partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan,
dunia usaha dan masyarakat;
6. peningkatan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya;
7. peningkatan fungsi pelayanan publik; atau
8. peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat.
Hal yang perlu di utamakan dalam rekonstruksi bencana adalah fasilitas-fasilitas
vital yaitu seperti sekolah,puskesmas,tempat ibaadah,dll.setelah rekonstruksi pada
fasilitas vital dilaksanakan maka rejonstruksi pada hal yang lain dapat dilakukan.

36
Rekonstruksi bukan hanya dilakukan pada fasilitas saja,tapi juga dilakukan pada
korban bencana atau dengan kata lain pemulihan bagi korban bencana.korban bencana
pasti memiliki trauma atau gangguan psikologi saat terjadi bencana maka kesehatan
psikologi korban vbencana juga perlu diperhatikan,untuk itu diperlukan upaya untuk
memulihkan psikis korban bencana,yaitu dapat dilakukan dengan konseling,kegiatan
yang bermanfaat,dll hal ini dilakukan untuk menghilangkan stress yang dihadapi oleh
korban bencana.

Setelah 3 strategi bencana tersebut sudah dilakukan dengan baik dan benar,maka
masalah-maslah yang timbul pada saat bencana akan dapat ditangani dengan baik dan
dapat meminimalisir kerugian yang dialami saat bencana.

37
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Banjir Bandang adalah banjir di daerah di permukaan rendah yang terjadi akibat
hujan yang turun terus-menerus dan muncul secara tiba-tiba. Banjir bandang terjadi saat
penjenuhan air terhadap tanah di wilayah tersebut berlangsung dengan sangat cepat
hingga tidak dapat diserap lagi.

Saat mengungsi, warga tidak sempat membawa pakaian dan barang barang
keperluan lainnya karena rumahnya sudah hanyut di terjang banjir. Jadi selain
pakaian, warga sangat membutuhkan selimut. Apalagi bagi warga yang mempunyai
anak kecil, pakaian atau selimut ini sangat dibutuhkan, mengingat cuaca di sini sangat
dingin. Hal itu dikatakan Kepala Desa Muara Saladi, Syafaruddin di dampingi Camat Ulu
Pungkut, Mhd. Johan, S. Sos, Senin (15/10)

Beberapa solusi yang dapat dilakukan untuk menanggulangi masalah yang terjadi
pada kejadian bencana banjir bandang di Mandailing natal adalah dengan menjalankan
tahap tahapan penganggulangan bencana yaitu,tahap pra bencana,tahap tanggap
darurat bencana dan tahap pasca bencana.Dalam menjalankan tahapan
penanggulangan bencana tersebut perlu adanya kerjasama lintas sector juga di didukung
oleh pemerintah,masyarakat dan dunia usaha.

5.2 Saran

1. Bagi Masyarakat
a. Selalu waspada pada saat musim hujan terutama pada saat curah
hujan yang tinggi dalam waktu lama.
b. Tidak menebangi pohon-pohon di hutan, karena hutan yang gundul
akan sulit menyerap air, sehingga jika terjadi hujan lebat secara terus

38
menerus air tidak dapat diserap secara langsung oleh tanah bahkan
akan menggerus tanah, hal ini pula dapat menyebabkan tanah
longsor.
c. Tidak mendirikan bangunan pada wilayah (area) yang menjadi
daerah lokasi penyerapan air.
2. Bagi Pemerintah
a. Membangun rute drainase alternatif (kanal-kanal sungai baru,
sistem-sistem pipa) sehingga dapat mencegah beban yang
berlebihan.
b. Pembentukan organisasi penanggulangan bencana di tingkat desa
maupun forum-forum yang aktif membahas terkait bencana tanah
longsor terutama di desa-desa yang sering terjadi banjir akibat tanah
longsor.

39
LAMPIRAN DOKUMENTASI

40
DAFTAR PUSTAKA

BNPB. 2018. Info Bencana. Satelit di https://bnpb.go.id/uploads/24/info-bencana-oktober-2018.pdf


(diakses 24 April 2019)

CNN Indonesia. 2018. Banjir Terjang 9 Kecamatan di Mandailing Natal 1 Desa Hanyut. Satelit di
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20181108074254-20-344870/banjir-terjang-9-kecamatan-di-
mandailing-natal-1-desa-hanyut (diakses 24 April 2019).

CNN Indonesia . 2018. Banjir Terjang Natal, 77 Rumah Hanyut. Satelit di


https://www.cnnindonesia.com/nasional/20181108172121-20-345055/banjir-terjang-mandailing-natal-77-
rumah-hanyut (diakses 24 April 2019).

Jordan, Ray. 2018. Korban Tewas Banjir Mandailing Natal 17 Orang, Mayoritas Anak Sekolah. Satelit di
https://news.detik.com/berita/d-4255593/korban-tewas-banjir-mandailing-natal-17-orang-mayoritas-anak-
sekolah (diakses 25 April 2019)

KompasTV. 2018. Penanganan Dampak Banjir Bandang di Mandailing Natal. Satelit di


https://www.kompas.tv/article/34003/penanganan-dampak-banjir-bandang-di-mandailing-natal (diakses
24 April 2019).

Kompas. 2018. 22 Orang Tewas dan 15 Hilang akibat Banjir dan Longsor di Sumatera. Satelit di
https://regional.kompas.com/read/2018/10/13/15223791/22-orang-tewas-dan-15-hilang-akibat-banjir-dan-
longsor-di-sumatera (diakses 24 April 2019).

Nugroho, Andi. 2018. Logistik Ke Mandailing Natal Diklaim Lancar. Satelit di


http://harnas.co/2018/10/16/logistik-ke-mandailing-natal-diklaim-lancar (diakses 24 April 2019).

Purba, Stepanus. 2018. Tewaskan Belasan Warga, Ini Pentebab Utama Banjir Bandang di Madina. Satelit
di https://www.inews.id/daerah/sumut/tewaskan-belasan-warga-ini-penyebab-utama-banjir-bandang-di-
madina/282241 (diakses 24 April 2019).

Ulhaq, Zia. 2018. Bantuan Korban Banjir Madina, Polda Sumut Salurkan 8 Ton Beras. Satelit di
https://daerah.sindonews.com/read/1346176/191/bantu-korban-banjir-madina-polda-sumut-salurkan-8-
ton-beras-1539552284 (diakses 24 April 2019)

41

Anda mungkin juga menyukai