DISUSUN OLEH :
JAKARTA
2019
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya.
Semoga makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata yang kurang berkenan.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang akan kami buat
di masa mendatang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.Selamat membaca.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan
BAB II Pembahasan
BAB V Penutup
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Kronologis bencana banjir yang terjadi di Mandailing Natal
2018
2. Apa saja kerugian yang disebabkan oleh bencana banjir Mandailing
natal ?
3. Apa permasalahan yang terjadi saat terjadi bencana banjir Mandailing
natal ?
4. Bagaimana solusi yang diberikan terhadapmasalah yang timbul ssat
banjir mandailing natal ?
1.3 Tujuan
Mengetahui bagaimana analisa kejadian bencana banjir mandailing natal 2018
dan memahami proses tanggap darurat. Analisa ini dilakukan sebagai
persyaratan tugas matakuliah Manajemen Bencana.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Bencana alam adalah konsekuensi dari kombinasi aktivitas alami (suatu peristiwa
fisik, seperti letusan gunung, gempa bumi, tanah longsor) dan aktivitas manusia. Karena
ketidakberdayaan manusia, akibat kurang baiknya manajemen keadaan darurat,
sehingga menyebabkan kerugian dalam bidang keuangan dan struktural, bahkan sampai
kematian.
Bencana alam juga dapat diartikan sebagai bencana yang diakibatkan oleh gejala
alam. Sebenarnya gejala alam merupakan gejala yang sangat alamiah dan biasa terjadi
pada bumi. Namun, hanya ketika gejala alam tersebut melanda manusia (nyawa) dan
segala produk budidayanya (kepemilikan, harta dan benda), kita baru dapat
menyebutnya sebagai bencana.
Namun demikian pada daerah yang memiliki tingkat bahaya tinggi (hazard) serta
memiliki kerentanan/kerawanan(vulnerability) yang juga tinggi tidak akan memberi
dampak yang hebat/luas jika manusia yang berada disana memiliki ketahanan terhadap
bencana (disaster resilience). Konsep ketahanan bencana merupakan valuasi
6
kemampuan sistem dan infrastruktur-infrastruktur untuk mendeteksi, mencegah &
menangani tantangan-tantangan serius yang hadir. Dengan demikian meskipun daerah
tersebut rawan bencana dengan jumlah penduduk yang besar jika diimbangi dengan
ketetahanan terhadap bencana yang cukup.
7
ketidakberdayaan". Dengan demikian, aktivitas alam yang berbahaya tidak akan
menjadi bencana alam di daerah tanpa ketidakberdayaan manusia, misalnya gempa
bumi di wilayah tak berpenghuni. Konsekuensinya, pemakaian istilah "alam" juga
ditentang karena peristiwa tersebut bukan hanya bahaya atau malapetaka tanpa
keterlibatan manusia. Besarnya potensi kerugian juga tergantung pada bentuk
bahayanya sendiri, mulai dari kebakaran, yang mengancam bangunan individual,
sampai peristiwa tubrukan meteor besar yang berpotensi mengakhiri peradaban umat
manusia.
Banjir Bandang adalah banjir di daerah di permukaan rendah yang terjadi akibat
hujan yang turun terus-menerus dan muncul secara tiba-tiba. Banjir bandang terjadi saat
penjenuhan air terhadap tanah di wilayah tersebut berlangsung dengan sangat cepat
hingga tidak dapat diserap lagi. Air yang tergenang lalu berkumpul di daerah-daerah
dengan permukaan rendah dan mengalir dengan cepat ke daerah yang lebih rendah.
Akibatnya, segala macam benda yang dilewatinya dikelilingi air dengan tiba-tiba. Banjir
8
bandang dapat mengakibatkan kerugian yang besar. Kelestarian alam harus dijaga untuk
mencegah banjir bandang.
Kasus Banjir Bandang yang terjadi di Indonesia yaitu Tempat wisata pemandian air
panas Pacet di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, pada 11 Desember 2002 yang
mengakibatkan 26 orang tewas dan 14 orang hilang, bantaran Sungai Bahorok, Taman
Wisata Bukit Lawang, yang berada di kaki Gunung Leuser, Sumatra Utara, terjadi
bencana banjir pada 2 November 2003 yang mengakibatkan 151 orang tewas dan 100
orang yang hilang, di Lembah Sungai Jenebarang yang berada di lereng Gunung
Bawakaraeng, Kabupaten Goa, terjadi bencana yang sama pada 27 Maret 2004 hingga
menewaskan 32 orang serta mengubur 12 rumah dan 430 hektar lahan, banjir bandang
di di Jember Jawa Timur 1 Januari2006 yang menewaskan 59 orang.
Banjir Wasior adalah bencana banjir bandang yang terjadi pada 4 Oktober2010 di
Wasior, Teluk Wondama, Papua Barat. Banjir yang terjadi menyebabkan banyak
infrastruktur di Wasior hancur termasuk lapangan udara di Wasior, sementara kerusakan
juga menimpa rumah warga, rumah sakit, jembatan dan juga beberapa gereja, serta
menyebabkan 158 orang tewas dan 145 orang masih dinyatakan hilang, banjir bandang
melanda sejumlah desa di Kecamatan Tangse, Kabupaten Pidie, Aceh. Akibatnya
ratusan rumah di lima desa hancur dan delapan orang masih dinyatakan hilang. Jum'at,
11 Maret 2011, banjir bandang yang melanda wilayah Kabupaten Garut bagian selatan,
Jawa Barat, meluas menjadi tiga daerah Kecamatan, yaitu di Pameungpeuk, Cibalong
dan Cikelet, Jumat malam Jumat, 6 Mei 2011.
a. Sebab-sebab terjadinya banjir bandang :
1. Banjir bandang terjadi karena kerusakan hutan akibat ulah tangan manusia.
2. Banjir bandang merupakan suatu proses aliran air yang deras dan pekat
karena disertai dengan muatan masif bongkah-bongkah batuan dan tanah
(sering pula diserta dengan batang-batang kayu) yang berasal dari arah hulu
sungai. Aliran air yang deras ini akibat hujan ekstrim yang deras dan terus-
menerus.
3. Proses pembendungan alamiah di daerah hulu sungai yang berada pada
lereng-lereng perbukitan tinggi. Pembendungan alamiah ini sering terjadi
sebagai akibat terakumulasinya endapan-endapan tanah dan batuan yang
9
longsor dari bagian atas lereng.
b. Dampak yang diakibatkan bencana alam banjir bandang
Dampak akibat banjir dan banjir bandang yang melanda berbagai daerah
1. Korban manusia
2. Kehilangan harta benda
3. Kerusakan rumah penduduk;sekolah dan bangunan sosial, prasarana
jalan, jembatan,bandar udara, tanggul sungai,jaringan irigasi.
4. Terganggunya transportasi
5. Rusak hingga hilangnya lahan budidaya seperti sawah, tambak, dan
kolam ikan.
6. Di samping kerugian yang bersifat material, banjir juga membawa
kerugian nonmaterial, antara lain kerawanan sosial, wabah penyakit,
menurunnya kenyamanan lingkungan, serta menurunnya kesejahteraan
masyarakat akibat kegiatan perekonomianmereka terhambat.
c. Cara penanggulangan bencana alam banjir bandang
1. Yang Harus Dilakukan Saat Banjir bandang
I. Matikan aliran listrik di dalam rumah atau hubungi PLN untuk mematikan
aliran listrik di
wilayah yang terkena bencana.
II. Mengungsi ke daerah aman sedini mungkin saat genangan air masih
memungkinkan untuk diseberangi.
III. Hindari berjalan di dekat saluran air untuk menghindari terseret arus banjir.
IV. Jika air terus meninggi hubungi instansi yang terkait dengan
penanggulangan bencana seperti Kantor Kepala Desa, Lurah ataupun Camat.
2. Yang Harus Dilakukan Setelah Banjir
I. Secepatnya membersihkan rumah, dimana lantai pada umumnya tertutup
lumpur dan gunakan antiseptik untuk membunuh kuman penyakit.
II. Cari dan siapkan air bersih untuk menghindari terjangkitnya penyakit diare
yang sering berjangkit setelah kejadian banjir.
III. Usahakan selalu waspada apabila kemungkinan terjadi banjir susulan.
10
2.3 Konsep Manajemen Bencana
Banyak pihak telah mencoba menyusun siklus manajemen dengan maksud dan
tujuan agar mudah dipahami dan mudah diaplikasikan terutama oleh masyarakat
umum.Sebagai contoh pihak United Nation Development Program (UNDP) dalam
program pelatihan manajemen bencana yang diselenggarakan tahun 1995 dan 2003,
menyusun siklus manajemen bencana dalam versi cukup sederhana.UNDP membagi
manajemen bencana menjadi empat tahapan besar:
11
c. tahap ketiga pasca darurat (pemulihan, rehabilitasi, penuntasan,
pembangunan kembali),
12
3. Kegiatan pasca bencana
Yang mencakup kegiatan pemulihan, rehabilitasi, dan
rekonstruksi.Kegiatan pada tahap pasca bencana, terjadi proses perbaikan
kondisi masyarakat yang terkena bencana, dengan memfungsikan kembali
prasarana dan sarana pada keadaan semula. Pada tahap ini yang perlu
diperhatikan adalah bahwa rehabilitasi dan rekonstruksi yang akan
dilaksanakan harus memenuhi kaidah-kaidah kebencanaan serta tidak hanya
melakukan rehabilitasi fisik saja, tetapi juga perlu diperhatikan juga rehabilitasi
psikis yang terjadi seperti ketakutan, trauma atau depresi.
Cita-cita manajemen bencana berbasis masyarakat atau community based
disaster management sudah menjadi visi dari negara-negara maju di muka
bumi ini. Peristiwa bencana gempa dan tsunami di NAD juga membuka mata
dan hati kita betapa di muka bumi ini masih ada semangat perikemanusiaan
dan gotong royong membantu para korban.Berdasar fakta tersebut,
merealisasikan manajemen bencana berbasis masyarakat bukan hal yang
mustahil, walaupun banyak kendala dan hambatan yang harus bersama-sama
kita hadapi.
Kelompok masyarakat sebagai pelaku utama manajemen bencana ini harus dapat
diupayakan dari tingkat yang paling kecil yaitu kelompok Rukun Tetangga (RT),
Rukun Warga (RW), dusun, kampung, sampai kelompok yang lebih besar yaitu desa
atau kelurahan, kecamatan, bahkan kota atau kabupaten.
a) Manajemen Bencana
13
Manajemen bencana menurut (University of Wisconsin) sebagai serangkaian
kegiatan yang didesain untuk mengendalikan situasi bencana dan darurat dan untuk
mempersiapkan kerangka untuk membantu orang yang renta bencana untuk
menghindari atau mengatasi dampak bencana tersebut.
b) Jenis-Jenis Bencana
1) Bencana alam
2) Bencana non-alam
adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa non-
alam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan
wabah penyakit.
3) Bencana sosial
14
1. Mekanisme internal atau informal,
yaitu organisasi yang dibentuk untuk tujuan manajemen bencana, contoh untuk
Indonesia adalah BNPB
Secara umum manajemen bencana dan keadaan darurat adalah tahapan pra-
bencana, saat bencana, dan pasca-bencana.Untuk daerah-daerah yang kerap tertimpa
bencana entah itu yang dibuat manusia (banjir, longsor, luapan lumpur, dll.) ataupun yang
tak terduga secara awam (gempa tektonik, vulkanik, angin puting beliung, dll.), sebaiknya
menerapkan tahapan-tahapan kerja yang lebih mendetail.Setiap tahapan itu adalah
sebagai berikut:
1) Riset: pelajari fenomena alam yang akan terjadi secara umum atau khusus di
satu daerah. Kontur tanah hingga letak geografis suatu daerah menjadi
pengaruh utama penanganan ke depan. Jika yang terjadi adalah peristiwa
kebakaran hutan, riset tentang lokasi dan pendataan masyarakat di dalam
ataupun sekitar hutan mengawali paket penanganan bencana. Jika kebakaran
seperti terjadi di beberapa pasar, tentulah pendataan kelayakan pasar tersebut
akan membantu akar permasalahan bencana kebakaran tersebut.
15
mutlak dilakukan oleh Pemerintah ataupun kalangan akademisi yang telah
melakukan kajian-kajian dan pemantauan atas fenomena alam di daerahnya.
5) Warning atau peringatan bencana: di saat hari ini Gunung Kelud sudah “batuk”
cukup parah, sosialisasi bahaya letusan yang lebih besar selayaknya juga
dilakukan tak hanya dengan upaya persuasif. Tindakan memaksa selayaknya
juga diterapkan, tentu ada sosialisasi tindakan ini harus diambil, jauh sebelum
bencana ini terdeteksi. Teriakan melalui pengeras suara masjid ataupun
kentongan hingga SMS Blast ke setiap pemilik telepon selular di daerah
tersebut bisa menjadi alternatif peringatan bagi warga masyarakat.
6) Tindakan Penyelamatan: jika yang terjadi adalah angin puting beliung, tentulah
tempat paling aman berada di bawah tanah dengan kedalaman dan persiapan
logistik yang memadai. Jika yang terjadi adalah banjir, penyelamatan barang
pribadi ke tempat lebih tinggi menjadi kewajiban selain logistik dan perahu
karet jika diperlukan.
16
upaya yang berkelanjutan adalah kewajiban pemerintah daerah ataupun pusat
dengan selalu berkoordinasi di lapangan.
Untuk itu diperlukan pendidikan dan pelatihan yang selalu sejalan dengan
penemuan teknologi penanganan bencana termutakhir.
Manajemen logistik bencana merupakan bagian dari proses supply chain yang
berfungsi untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan keefisienan dan
keefektifan penyimpanan dan aliran barang, pelayanan dan informasi terkait dari titik
permulaan (point of origin) hingga titik konsumsi (point of consumption) dalam
tujuannya untuk memenuhi kebutuhan para pelanggan/korban bencana.
1. Perencanaan/Inventarisasi Kebutuhan
a) Proses Inventarisasi Kebutuhan adalah langkah-langkah awal untuk
mengetahui apa yang dibutuhkan, siapa yang membutuhkan, di mana, kapan
dan bagaimana cara menyampaikan kebutuhannya.
17
b) Inventarisasi ini membutuhkan ketelitian dan keterampilan serta kemampuan
untuk mengetahui secara pasti kondisi korban bencana yang akan
ditanggulangi.
c) Inventarisasi kebutuhan dihimpun dari :
Laporan-Laporan;
Tim Reaksi Cepat;
Media Massa;
Instansi terkait;
Perencanaan Inventarisasi kebutuhan terdiri dari :
Penyusunan standar kebutuhan minimal.
Penyusunan kebutuhan jangka pendek, menengah dan panjang.
2. Pengadaan dan/atau Penerimaan
a) Proses penerimaan dan/atau pengadaan logistik dan peralatan
penanggulangan bencana dimulai dari pencatatan atau inventarisasi termasuk
kategori logistik atau peralatan, dari mana bantuan diterima, kapan diterima,
apa jenis bantuannya, seberapa banyak jumlahnya, bagaimana cara
menggunakan atau mengoperasikan logistik atau peralatan yang disampaikan,
apakah ada permintaan untuk siapa bantuan ini ditujukan.
b) Proses penerimaan atau pengadaan logistik dan peralatan untuk
penanggulangan bencana dilaksanakan oleh penyelenggara penanggulangan
bencana dan harus diinventarisasi atau dicatat. Pencatatan dilakukan sesuai
dengan contoh formulir dalam lampiran.
c) Maksud dan Tujuan Penerimaan dan/atau Pengadaan:
Mengetahui jenis logistik dan peralatan yang diterima dari berbagai sumber.
Untuk mencocokkan antara kebutuhan dengan logistik dan peralatan yang
ada.
Menginformasikan logistik dan peralatan sesuai skala prioritas kebutuhan.
Untuk menyesuaikan dalam hal penyimpanan.
d) Sumber Penerimaan dan/atau Pengadaan
e) Proses Penerimaan dan/atau Pengadaan
18
Proses pengadaan logistik dan peralatan penanggulangan bencana
dilaksanakan secara terencana dengan memperhatikan jenis dan jumlah
kebutuhan, yang dapat dilakukan melalui pelelangan, pemilihan dan
penunjukkan langsung sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Penerimaan logistik dan peralatan melalui hibah dilaksanakan
berdasarkan peraturan dan perundangan yang berlaku dengan
memperhatikan kondisi pada keadaan darurat.
3. Pergudangan dan/atau Penyimpanan
a) Proses penyimpanan dan pergudangan dimulai dari data penerimaan logistik
dan peralatan yang diserahkan kepada unit pergudangan dan penyimpanan
disertai dengan berita acara penerimaan dan bukti penerimaan logistik dan
peralatan pada waktu itu.
b) Pencatatan data penerimaan antara lain meliputi jenis barang logistik dan
peralatan apa saja yang dimasukkan ke dalam gudang, berapa jumlahnya,
bagaimana keadaannya, siapa yang menyerahkan, siapa yang menerima, cara
penyimpanan menggunakan metoda barang yang masuk terdahulu
dikeluarkan pertama kali (first-in first-out) dan atau menggunakan metode last-
in first-out.
c) Prosedur penyimpanan dan pergudangan, antara lain pemilihan tempat, tipe
gudang, kapasitas dan fasilitas penyimpanan, system pengamanan dan
keselamatan, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
4. Pendistribusian
a) Berdasarkan data inventarisasi kebutuhan maka disusunlah perencanaan
pendistribusian logistik dan peralatan dengan disertai data pendukung: yaitu
yang didasarkan kepada permintaan dan mendapatkan persetujuan dari
pejabat berwenang dalam penanggulangan bencana.
b) Perencanaan pendistribusian terdiri dari data: siapa saja yang akan menerima
bantuan, prioritas bantuan logistik dan peralatan yang diperlukan, kapan waktu
penyampaian, lokasi, cara penyampaian, alat transportasi yang digunakan,
siapa yang bertanggung jawab atas penyampaian tersebut.
c) Maksud dan Tujuan Pendistribusian adalah :
19
Mengetahui sasaran penerima bantuan dengan tepat.
Mengetahui jenis dan jumlah bantuan logistik dan peralatan yang harus
disampaikan.
Merencanakan cara penyampaian atau pengangkutannya.
5. Pengangkutan
a) Berdasarkan data perencanaan pendistribusian, maka dilaksanakan
pengangkutan.
b) Data yang dibutuhkan untuk pengangkutan adalah: jenis logistik dan
peralatan yang diangkut, jumlah, tujuan, siapa yang bertanggungjawab dalam
perjalanan termasuk tanggung jawab keamanannya, siapa yang
bertanggungjawab menyampaikan kepada penerima.
c) Penerimaan oleh penanggungjawab pengangkutan disertai dengan berita
acara dan bukti penerimaan logistik dan peralatan yang diangkut.
d) Maksud dan Tujuan Pengangkutan:
Mengangkut dan atau memindahkan logistik dan peralatan dari gudang
penyimpanan ke tujuan penerima
Menjamin keamanan, keselamatan dan keutuhan logistik dan peralatan
dari gudang ke tujuan.
Mempercepat penyampaian.
e) Jenis Pengangkutan
Jenis pengangkutan terdiri dari angkutan darat, laut, sungai, danau dan
udara, baik secara komersial maupun non komersial yang berdasarkan
kepada ketentuan yang berlaku.
Pemilihan moda angkutan berdasarkan pertimbangan:
6. Penerimaan di tujuan
1. Langkah-langkah yang harus dilaksanakan dalam penerimaan di tempat tujuan
adalah:
Mencocokkan antara data di manifest pengangkutan dengan jenis bantuan
yang diterima.
Men-check kembali, jenis, jumlah, berat dan kondisi barang.
20
Mencatat tempat pemberangkatan, tanggal waktu kedatangan, sarana
transportasi, pengirim dan penerima barang.
Membuat berita acara serah terima dan bukti penerimaan
7. Pertanggungjawaban
a) Seluruh proses manajemen logistik dan peralatan yang telah dilaksanakan
harus dibuat pertanggung jawabannya.
b) Pertanggungjawaban penanggulangan bencana baik keuangan maupun
kinerja, dilakukan pada setiap tahapan proses dan secara paripurna untuk
seluruh proses, dalam bentuk laporan oleh setiap pemangku proses secara
berjenjang dan berkala sesuai dengan prinsip akuntabilitas dan transparansi.
a. Tingkat Nasional
b. Tingkat Provinsi,
21
Sebagai pusat informasi, verifikasi dan evaluasi situasi di area bencana.
Memelihara hubungan dan mengkoordinasikan semua lembaga yang terlibat
dalam penanggulangan bencana dan melaporkannya secara periodik kepada
kepala BNPB.
Membantu dan memandu operasi di area bencana pada setiap tahapan
manajemen logistik dan peralatan.
Menjalankan pedoman manajemen logistik dan peralatan penanggulangan
bencana secara konsisten.
c. Tingkat Kabupaten/Kota
Menurut pan american world organization, salah satu cabang regional dari WHO
di Amerika, logistik diklasifikan sebagai berikut:
22
Health Supplies/ kit (Peralatan kesehatan)
Water and Environmental Health (kesehatan air dan lingkungan)
Food (makanan)
Logistic administration (administrasi logistik, pencatatan)
Shelter – electrical –construction (tempat tinggal sementara– listrik –
bangunan)
Personal needs / edukasi (kebutuhan personal dan edukasi personal)
Human resources (sumber daya manusia)
Agriculture/ livestock (stok pangan)
Unclassified/ others ( lainnya)
Sedangkan yang tergolong dalam logistik medis adalah poin pertama dan kedua
yaitu obat – obatan dan peralatan kesehatan.
23
BAB III
KAJIAN BENCANA
"Setelah kami cek di hulu, banjir bandang ini disebabkan karena pecahnya bendungan
air yang terbentuk akibat longsor yang terjadi di hulu. Hasil dari pecahnya bendungan ini,
menyebabkan banjir bandang di Desa Muara Saladi," kata Kepala Bidang Perlindungan
Hutan dan Pemberdayaan Masyarakat Kotanopan, Ridwan, Selasa (16/10/2018).
Ridwan juga mengklaim bahwa banjir bandang ini merupakan fenomena alamiah.
Dia juga memastikan jika praktik pembalakan liar (illegal logging) tidak ada di hulu Sungai
Aek Saladi. "Tidak ada aktivitas sama sekali (ilegal logging), ini merupakan siklus dari
alam yang menyebabkan banjir bandang," ucapnya.
Seperti diketahui, banjir bandang di Muara Saladi ini menyebabkan belasan siswa
SD meninggal dunia. Saat kejadian, para korban tengah mengikuti kelas belajar sore.
Selain menelan korban jiwa, banjir bandang ini juga merusak puluhan rumah warga serta
sejumlah infrastruktur di Desa Muara Saladi
3.3 Masalah Yang Terjadi Saat Tanggap Darurat Banjir Mandailing Natal 2018
Terkait denga air bersih, ini bagi warga yang masih bekerja di lokasi
banjir membersihkan material banjir. Sampai saat ini, untuk mendapatkan
air bersih masih cukup sulit karena air yang mengalir masih keruh. Selain
untuk keperluan mandi, air ini juga untuk keperluan minum.
25
Ditambahkan Syafaruddin, terkait bantuan memang terus
berdatangan, tapi lebih banyak sembako. Sedangkan untuk selimut dan
pakaian masih tergolong minim. Makanya warga mengharapkan adanya
bantuan selimut dan pakaian.
26
Seluruh bantuan yang diterima di posko dapat disalurkan dengan
baik kepada para korban banjir dan pengungsi.Penyaluran bantuan
tersebut tetap diawasi secara ketat Pemkab Mandailing Natal, BPBD dan
juga oleh instansi terkait lainnya sehingga benar-benar terkoordinasi
dengan baik.Posko banjir ditempatkan di dua lokasi, yakni di Desa Muara
Saladi dan Hutagodang, keduanya Kecamatan Ulu Pungkut.
Selain itu,Kepolisian Daerah (Polda) Sumatera Utara (Sumut)
mengirimkan bantuan berupa 8 ton beras kepada masyarakat korban
bencana banjir di Desa Muara Saladi, Kecamatan Ulu Pungkut,
Kabupaten Mandailing Natal (Madina).
Selain beras, Polda Sumut juga menyalurkan bantuan berupa telor
ayam, air mineral, dan selimut bagi para pengungsi. Bantuan itu diantar
langsung oleh Kapolres Kota Padangsidimpuan Ajun Komisaris Besar
Polisi (AKBP) Hilman Wijaya dan Kapolres Madina AKBP Irsan bersama
dengan personelnya.Setelah menyerahkan bantuan, dua orang Kapolres
itu juga meninjau langsung warga yang sedang mengungsi, guna
memastikan kondisi mereka di tempat pengungsian.
AKBP Hilman Wijaya mengatakan, bantuan yang disalurkan itu
sebagai bentuk kepedulian pihak kepolisian, terutama Polda Sumut,
terhadap para korban bencana alam yang terjadi di wilayah itu.“Bantuan
ini sebagai bentuk rasa prihatin bapak Kapolda Sumut terhadap kejadian
bencana alam yang menimpa saudara-saudara kami di tempat ini,”
ujarnya kepada SINDONews ketika ditemui di lokasi pengungsian,
Minggu (14/10/2018).
27
BAB IV
ANALISIS BENCANA
Dalam bencana banjir bandang di mandailing natal terjadi beberapa hal yang
dapat menjadi evaluasi yaitu Strategi umum yang diterapkan dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana yang meliputi kegiatan tahap prabencana, saat tanggap
darurat, maupun pascabencana, yang dituangkan dalam strategi khusus yang meliputi:
Mengurangi resiko bencana merupakan hal yang sangat penting yang perlu
dilakukan hal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara diatas,salah satunya dengan
membuat penyusunan rencana penanggulangan bencana,dilakukan dengan cara:
28
kebakaran perkotaan dan permukiman, angin badai, wabah penyakit,
kegagalan teknologi dan konflik sosial.
pemahaman tentang kerentanan masyarakat kerentanan (vulnerability)
adalah keadaan atau sifat/perilakumanusia atau masyarakat yang
menyebabkan ketidakmampuan menghadapi bahaya atau ancaman.
analisis kemungkinan dampak bencana
pertemuan dari faktor-faktor ancaman bencana/bahaya dan kerentanan
masyarakat, akan dapat memposisikan masyarakat dan daerah yang
bersangkutan pada tingkatan risiko yang berbeda.
Wilayah mandailing natal telah memiliki rencana kontijensi yang disusun pada 4
september 2013 hal ini membuktikan bahwa wilayah mandailing natal sudah cukup bagus
dalam perencanaan penganggulangan bencana.
Selain rencana kontijensi hal yang perlu disiapkan adalah membangun mitigasi
atau peringatan dini bencana.pembangunan infrasturktur mitigasi harusnya menjadi
salah satu hal yang diperhatikan juga di daerah mandailing natal mengingat wilayah
tersebut merupakan wilayah rawan bencana.dalam hal ini wilayah mandailing natal belum
memiliki system peringatan dini di daerah bencana banjir bandang sehingga saat terjadi
bencana warga hanya dapat memanfaatkan kearifan lokal dalam memberi peringatan
terhadap sesama warga sehingga penyebarluasan info bencana cukup lambat.
Salah satu hal yang penting lainnya dalam pengurangan resiko bencana adalah
pendidikan dan pelatihan bagi masyarakat tentang kebencanaan.hal ini belum dilakukan
oleh pemerintah di daerah mandailing natal sehingga masih banyak masyarakat yang
belum paham bagaimana cara menyelamatkan dirinya dari bahaya bencana.
29
Kegiatan yang dilakukan dalam penanggulangan bencana yaitu kegiatan sesuai
dengan 6 arahan Presiden Joko Widodo saat Rakornas PB 2019 di Surabaya, 2 Febuari
2019.
3. Jika Terjadi Bencana, Maka Otomatis Gubernur akan Menjadi Komandan Satgas
Darurat Bersama Pangdam dan Kapolda menjadi Wakil Komandan Satgas.
30
d. Kecepatan dalam menerbitkan pernyataan status keadaan darurat
dan pengorganisasian penanganan darurat;
e. Upaya BNPP (Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan) dan dan
penanganan kesehatan yang efektif;
f. Pemenuhan segera kebutuhan dasar bagi pengungsi;
g. Memprioritaskan penanganan kelompok rentan;
h. Segera memfungsikan (secara darurat) sarana prasarana vital yang
rusak.
Agar pencarian, pertolongan dan evakuasi korban bencana dapat lebih berhasil
guna, perlu disusun suatu pedoman yang dapat digunakan sebagai acuan pemerintah,
pemerintah daerah, lembaga usaha dan masyarakat. Dalam upaya penyelamatan
tersebut perlu diprioritaskan pada masyarakat terkena bencana yang mengalami luka
parah dan kelompok rentan. Terhadap masyarakat terkena bencana yang meninggal
dunia dilakukan upaya identifikasi dan pemakaman
31
Selain penyelamatan,pengungsian juga menjadi hal yang penting untuk
diperhatikan.cukup banyak warga yang mengungsi pada saat kejadian bencana yaitu 500
orang.masalah masalah yang timbul di pengungsian seperti kekurangan bahan makanan
dan obat merupakan masalah yang memerlukan penanganan yang cepat.
32
Akses ke lokasi
2. Pengkajian cepat situasi dan kebutuhan
Tujuan pengkajian cepat situasi dan kebutuhan adalah
menggambarkan besaran masalah ,Menilai kemampuan petugas lokal dlm
merespons,Mengkaji kebutuhan utk penanganan darurat bencana
,Menentukan prioritas tindakan yg perlu dilakukan .Kajian Informasi yang di
dapatkan dengan melakukan kajian ini adalah:
Kronologis ancaman/kejadian bencana
Besaran masalah (dampak)
Upaya yg telah dilakukan masyarakat/petugas setempat
Kebutuhan penanganan darurat bencana
Ketersediaan sumber daya
3. Penilaian perkembangan penanganan darurat
Tujuan pengkajian penilaian perkembangan penanganan darurat
adalah Menilai perkembangan situasi ancaman bencana,menilai
perkembangan upaya penyelamatan dan evakuasi,menilai perkembangan
penanganan pemenuhan kebutuhan dasar korban dan pengungsi.
Kajian informasi yang di dapat adalah Perkembangan lebih lanjut
faktor ancaman bencana dan pengendaliannya dan hasil cakupan
pelayanan penanganan darurat.
33
kebutuhan pengungsi dapat terpenuhi contohnya posko berkoordinasi dengan klaster
kesehatan untuk segera mambuka fasilitas vital kesehatan atau posko berkoordinasi
dengan klaster pekerjaan umum untuk segaera mandapatkan air bersih untuk
pemenuhan kebutuhan air bersih di pengungsian.Beberapa uraian tugas posko adalah
sebagai berikut :
Jadi,dalam strategi penyelamatan nyawa beberapa hal yang sangat penting untuk
dilakukan adalah melaksanakan rencana kontijensi dengan tepat,melakukan kaji cepat
kebencanaan juga mendirikan posko dengan segera ketika ketiga hal ini dilakukan maka
masalah-masalah yang timbul saat tanggap darurat bencana dapat ditekan.
34
3. Membangun Kembali Lebih Baik dan Lebih Aman (Built Back Betterand Safer)
Strategi membangun lebih baik dan lebih aman (build back better and safer)
dilakukan dalam kerangka pemulihan pascabencana. Pembangunan kembali
pascabencana dilaksanakan secara terencana, terkoordinasi, terkendali, terpadu,
dan berdimensi pengurangan risiko, melalui pembagian kewenangan pusat dan
daerah secara bertanggungjawab sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Program pemulihan ini berdasarkan rencana aksi yang disusun degan
menggunakan metode JITU PASNA (Kajian Kebutuhan Paska Bencana). Kondisi
masyarakat dan lingkungan kehidupan mereka harus menjadi lebih baik dan
amansetelah proses pemulihan pascabencana. Dengan demikian,masyarakat
juga lebih siap menghadapi ancaman bencana
35
1. perbaikan lingkungan daerah bencana;
5. pelayanan kesehatan;
36
Rekonstruksi bukan hanya dilakukan pada fasilitas saja,tapi juga dilakukan pada
korban bencana atau dengan kata lain pemulihan bagi korban bencana.korban bencana
pasti memiliki trauma atau gangguan psikologi saat terjadi bencana maka kesehatan
psikologi korban vbencana juga perlu diperhatikan,untuk itu diperlukan upaya untuk
memulihkan psikis korban bencana,yaitu dapat dilakukan dengan konseling,kegiatan
yang bermanfaat,dll hal ini dilakukan untuk menghilangkan stress yang dihadapi oleh
korban bencana.
Setelah 3 strategi bencana tersebut sudah dilakukan dengan baik dan benar,maka
masalah-maslah yang timbul pada saat bencana akan dapat ditangani dengan baik dan
dapat meminimalisir kerugian yang dialami saat bencana.
37
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Banjir Bandang adalah banjir di daerah di permukaan rendah yang terjadi akibat
hujan yang turun terus-menerus dan muncul secara tiba-tiba. Banjir bandang terjadi saat
penjenuhan air terhadap tanah di wilayah tersebut berlangsung dengan sangat cepat
hingga tidak dapat diserap lagi.
Saat mengungsi, warga tidak sempat membawa pakaian dan barang barang
keperluan lainnya karena rumahnya sudah hanyut di terjang banjir. Jadi selain
pakaian, warga sangat membutuhkan selimut. Apalagi bagi warga yang mempunyai
anak kecil, pakaian atau selimut ini sangat dibutuhkan, mengingat cuaca di sini sangat
dingin. Hal itu dikatakan Kepala Desa Muara Saladi, Syafaruddin di dampingi Camat Ulu
Pungkut, Mhd. Johan, S. Sos, Senin (15/10)
Beberapa solusi yang dapat dilakukan untuk menanggulangi masalah yang terjadi
pada kejadian bencana banjir bandang di Mandailing natal adalah dengan menjalankan
tahap tahapan penganggulangan bencana yaitu,tahap pra bencana,tahap tanggap
darurat bencana dan tahap pasca bencana.Dalam menjalankan tahapan
penanggulangan bencana tersebut perlu adanya kerjasama lintas sector juga di didukung
oleh pemerintah,masyarakat dan dunia usaha.
5.2 Saran
1. Bagi Masyarakat
a. Selalu waspada pada saat musim hujan terutama pada saat curah
hujan yang tinggi dalam waktu lama.
b. Tidak menebangi pohon-pohon di hutan, karena hutan yang gundul
akan sulit menyerap air, sehingga jika terjadi hujan lebat secara terus
38
menerus air tidak dapat diserap secara langsung oleh tanah bahkan
akan menggerus tanah, hal ini pula dapat menyebabkan tanah
longsor.
c. Tidak mendirikan bangunan pada wilayah (area) yang menjadi
daerah lokasi penyerapan air.
2. Bagi Pemerintah
a. Membangun rute drainase alternatif (kanal-kanal sungai baru,
sistem-sistem pipa) sehingga dapat mencegah beban yang
berlebihan.
b. Pembentukan organisasi penanggulangan bencana di tingkat desa
maupun forum-forum yang aktif membahas terkait bencana tanah
longsor terutama di desa-desa yang sering terjadi banjir akibat tanah
longsor.
39
LAMPIRAN DOKUMENTASI
40
DAFTAR PUSTAKA
CNN Indonesia. 2018. Banjir Terjang 9 Kecamatan di Mandailing Natal 1 Desa Hanyut. Satelit di
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20181108074254-20-344870/banjir-terjang-9-kecamatan-di-
mandailing-natal-1-desa-hanyut (diakses 24 April 2019).
Jordan, Ray. 2018. Korban Tewas Banjir Mandailing Natal 17 Orang, Mayoritas Anak Sekolah. Satelit di
https://news.detik.com/berita/d-4255593/korban-tewas-banjir-mandailing-natal-17-orang-mayoritas-anak-
sekolah (diakses 25 April 2019)
Kompas. 2018. 22 Orang Tewas dan 15 Hilang akibat Banjir dan Longsor di Sumatera. Satelit di
https://regional.kompas.com/read/2018/10/13/15223791/22-orang-tewas-dan-15-hilang-akibat-banjir-dan-
longsor-di-sumatera (diakses 24 April 2019).
Purba, Stepanus. 2018. Tewaskan Belasan Warga, Ini Pentebab Utama Banjir Bandang di Madina. Satelit
di https://www.inews.id/daerah/sumut/tewaskan-belasan-warga-ini-penyebab-utama-banjir-bandang-di-
madina/282241 (diakses 24 April 2019).
Ulhaq, Zia. 2018. Bantuan Korban Banjir Madina, Polda Sumut Salurkan 8 Ton Beras. Satelit di
https://daerah.sindonews.com/read/1346176/191/bantu-korban-banjir-madina-polda-sumut-salurkan-8-
ton-beras-1539552284 (diakses 24 April 2019)
41