Anda di halaman 1dari 20

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.   Latar Belakang

Indonesia adalah negara berkembang yang banyak sekali dijumpai industri-

industri yang masih menggunakan tenaga manusia dalam pemindahan material,

walaupun beberapa industri yang relatif modern telah banyak menggunakan mesin

sebagai alat bantu dalam pemindahan material, namun aktivitas pemindahan bahan

secara manual (Material Manual Handling) masih sangat diperlukan karena memilki

kelebihan dibandingkan dengan menggunakan alat yaitu bahwa pemindahan material

secara manual bisa dilakukan dalam ruang terbatas dan dimana dalam melakukan

aktivitas pekerja sangat mengandalkan fisik manusia untuk mengangkat barang,

tetapi pemindahan bahan secara manual (MMH) apabila tidak dilakukan secara

ergonomis akan menimbulkan kecelakaan dalam industri, yang disebut juga

”Over Exertion–   

Lifting and Carying”, yaitu kerusakan jaringan tubuh yang disebabkan oleh beban

angkat yang berlebihan (Nurmianto, 1996 : 147).

Tanpa disadari aktivitas pengangkatan barang yang dilakukan pekerja dapat

menyebabkan penyakit ataupun cidera pada tulang belakang terlebih jika pekerjaan

tersebut tidak dilakukan dengan benar. Manuaba (2000) dalam Tarwaka (1985)

mengatakan bahwa jikalau resiko tuntutan kerja lebih besar dari kemampuan

seseorang maka akan terjadi penampilan kerja yang bisa dimulai oleh adanya

ketidaknyamanan, overstress, kecelakaan kerja, cidera, rasa sakit dan tidak

produktif.

Penanganan material secara manual (Manual Material

Handling) didefinisikan sebagai pekerjaan penanganan material yang terdiri dari


 
mengangkat, menurunkan,
mendorong, menarik dan membawa. Manual Material Handling merupakan sumber

utama keluhan karyawan di industri, sehingga jika tidak dilakukan pada beban yang

sesuai, postur tubuh yang benar dan cara pengangkatan yang benar, dapat

mengakibatkan cidera atau kecelakaan saat bekerja.

Meskipun telah banyak mesin yang digunakan pada berbagai industri untuk

mengerjakan tugas pemindahan, namun jarang terjadi otomasi sempurna di dalam

industri. Disamping pula adanya pertimbangan ekonomis seperti tingginya harga

mesin otomasi atau situasi praktis yang hanya memerlukan peralatan sederhana.

Sebagai konsekuensinya adalah melakukan kegiatan manual di berbagai tempat

kerja. Bentuk kegiatan manual yang dominan dalam industri adalah manual

handling.

1.2.   Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi pokok masalah untuk

dirumuskan dalam makalah ini adalah bagaimana teknik-teknik yang digunakan, apa

saja faktok risiko, penyebab cedera, dampak, apa saja jenisnya, dan momen gaya

pada pekerja pengangkat beras untuk mengurangi atau menghindari resiko cidera

tulang belakang (musculoskeletal disorder) dan nilai RWL.

1.3.   Tujuan

1.3.1.  Untuk mengetahui apa itu Manual Handling (MH)

1.3.2.  Untuk mengetahui penyebab cedera dari Manual Handling (MH)

1.3.3.  Untuk mengetahui teknik-teknik yang digunakan Manual

Handling (MH)

1.3.4.  Untuk mengetahui faktor resiko Manual Handling (MH)


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.   Manual Handling

2.1.1  Pengertian

Manual handling di definisikan sebagai suatu pekerjaan yang berkaitan

dengan mengangkat, menurunkan, mendorong, menarik, menahan, membawa

atau memindahkan beban dengan satu tangan atau kedua tangan dan atau

dengan pengerahan seluruh badan (tarwaka, 2004)

Manual handling di definisikan sebagai suatu pekerjaan yang berkaitan

dengan mengangkat, menurunkan, mendorong, menarik, menahan, membawa

atau memindahkan beban, termasuk kegiatan yang berulang, penggunaan

peralatan dan pengoperasian alat dan mesin. (code of practice manual

handling, 2000)

Manual handling adalah segala aktifitas yang membutuhkan pergerakan

tangan oleh seseorang untuk mengangkat, menurunkan, mendorong,

membawa, menarik, memindahkan, menahan benda bergerak atau tidak

bergerak. (workplace health and safety, 1999).

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan pengertian manual

handling adalah adalah aktivitas pada musculoskeletal untuk angkat angkut

benda baik bergerak maupun tidak bergerak.

Kenyamanan dari pekerja sudah terbukti sangat menunjang tingkat

produktivitas pekerja, dengan demikian para penanggung jawab keselamatan

dan kesehatan kerja harus memikirkan faktor-faktor bahaya biomekanika,

sebaiknya
aktivitas manual material handling  tidak membahayakan pekerja dan tidak

menimbulkan rasa sakit pada pekerja.

2.1.2  Jenis Manual Handling menurut tarwaka (2004)

1)  Mengangkat/Menurunkan (Lifting/Lowering)

Mengangkat adalah kegiatan memindahkan barang ke tempat yang

lebih tinggi yang masih dapat dijangkau oleh tangan. Kegiatan lainnya

adalah menurunkan barang yaitu memindahkan barang ketempat yang

lebih rendah. Beberapa teknik/ cara yang benar dalam mengangkat/

menurunkan adalah:

a)   Batas Angkatan

Batasan angkat menurut PER MEN No 1 tahun 1987 : 

Aktivitas mengangkat Laki-laki Wanita dewasa

dewasa

Hanya mengangkat 40 Kg 10 Kg

sekalikali

Terus-menerus 15-18 Kg 10 Kg

Table 2.1 Batasan Angkat Manual Handling 

b)   Teknik Angkatan

  Berdiri dengan posisi yang benar serta pijakan kaki kuat.

  Letakkan tangan pada posisi di bawah beban

  Bengkokkan lutut
   Punggung dalam posisi lurus dan tidak membungkuk saat

mengangkat ketika pergerakkan ke atas.

   Saat mengangkat beban menggunakan kekuatan kaki dan

dibantu dengan perut dan lengan.

Gambar 2.2 Cara mengangkat

c)   Mendorong/Menarik (push/pull)

Kegiatan mendorong adalah kegiatan menekan berlawanan arah

tubuh dengan usaha yang bertujuan untuk memindahkan obyek.

Kegiatan menarik kebalikan dengan itu.

Cara atau teknik yang benar dalam mendorong/ menarik adalah:

a.   Pijakkan kaki yang kuat

b.   Punggung tetap lurus dan tidak membungkuk

c.  Gunakan kekuatan tangan untuk mendorong dan menarik


Gambar 2.3 Cara mendorong atau menarik

d)   Memutar (twisting)

Kegiatan memutar merupakan kegiatan MMH yang

merupakan gerakan memutar tubuh bagian atas ke satu

atau dua sisi

sementara tubuh bagian bawah berada pada posisi tetap.

Kegiatan memutar ini dapat dilakukan dalam keadaan tubuh

yang diam.

Teknik yang benar saat memutar adalah :

   Memutar dilakukan dalam keadaan diam atau tidak

sedang bejalan.


  Bagian yang bergerak memutar adalah kaki.

   Saat memutar pinggang tidak ikut memutar.

   Memutar dilakukan dengan perlahan.

   Beban di tumpukan pada badan.


Gambar 2.4 Cara memutar

e)   Membawa (Carring)

Kegiatan membawa merupakan kegiatan memegang atau

mengambil barang dan memindahkannya. Berat benda

menjadi berat total pekerja.

Teknik yang benar dalam membawa adalah :

  Pijakan kaki yang kuat.

  Pegang objek sedekat mungkin dengan tubuh.

  Posisi leher dalam keadaan lurus.

  Posisi pinggang dalam keadaaan lurus.

  Beban ditumpukan pada badan.


Gambar 2.5 cara membawa

 f)  Menahan (Holding)

Memegang objek saat tubuh dalam keadaan diam (statis)

Teknik menahan yang benar :

 
Pijakan kaki yang kuat.
   Pegang objek sedekat mungkin dengan tubuh.

   Posisi punggung dalam keadaan tegak/ lurus.

   Posisi leher dalam keadaan lurus.


Gambar 2.7 Cara menahan

2.2.   Penyebab Cedera

Pekerjaan manual handling akan dapat menyebabkan stress pada

kondisi fisik (seperti pengerahan tenaga, sikap tubuh yang dipaksakan dan

gerakan berulang) yang dapat mengakibatkan terjadinya cedera, energi

yang

terbuang secara percuma dan waktu kerja tidak efisien. Penyebab cedera

secara umum adalah:

a)  Kerusakan perlahan karena kegiatan manual handling dalam jangka waktu

yang lama atau sering.

b)   Kerusakan tiba-tiba karena kegiatan manual handling yang berat atau kuat

pengangkatan dengan posisi janggal.


c)  Trauma langsung karena kejadian yang tidak diharapkan akibat manual

handling seperti terjatuh saat mengangkat beban karena lantai tidak

datar.

Beberapa hal yang dominan yang menyebabkan terjadinya cedera saat

manual handling menurut tarwaka (2004) adalah:

a)  Sikap tubuh yang tidak alamiah dan dipaksakan seperti, badan

membungkuk, dan memutir ke samping, jongkok, berlutut.

b)   Gerakan berulang seperti, membawa atau mengangkat obyek kerja yang

terlaluu berat.

c)  Sikap kerja statis, harus mempertahankan sikap diam untuk waktu yang

lama pada suatu jenis aktivitas.

2.3.   Dampak Manual Handling

Menurut code of practice for manual handling  (2000) dampak dari manual

handling yang tidak aman dari segi bahaya ergonomi adalah

a)  Straindan spain pada otot.

b)   Luka pada otot, tali sendi, cakram intervebrata dan struktur yang lain

pada tulang punggung.

c)  Hernia dan sakit kronis.

d)   Luka pada jaringan lunak seperti saraf, tali sendi, dan pada pergelangan

tangan, bahu dan leher


2.4.   Teknik Manual Handling

Pada pekerjaan memindahkan barang atau beban, bentuk, volume, berat dan

sifat beban yang akan dipindahkan sangat menentukan cara-cara pelaksanaan

pemindahan tersebut baik mengangkat maupun meletakan kembali beban. Kegiatan

mengangkat dan mengangkut ini banyak melibatkan kerja otot dan tumpuan pada

kerja tulang belakang oleh karena itulah dibutuhkan teknik yang benar :

a)  Membuat perencanaan dengan menilai beban, menentukan bagaimana

menanganinya, sebagai suatu cara untuk menghindari cedera akibat

pengerahan tenaga yang berlebihan.

b)   Menentukan teknik terbaik dengan menghindari postur membungkuk,

memutir, dan menjangkau yang tidak diperlukan.

c)  Menggenggam objek dengan pegangan yang kuat dan menggunakan

seluruh jemari dari kedua tangan dalam mengngkat barang.

d)   Dorong beban sedekat mungkin dengan badan untuk mencegah stress

yang berlebihan di punggung.

e)  Verifikasi   penanganan tugas berat dengan yang ringan.

f)   Periksakan material dari permukaan yang bergerigi, sudut yang runcing

dan tajam atau licin.

g)  Menghilangkan minyak, air atau objek yang kotor sebelum mencoba untuk

menanganinya.
2.5.   Faktor Resiko Manual Handling

Terdapat empat faktor resiko dari manual handling diantaranya :

a  Task Faktors

Faktor task   dapat menjadi faktor resiko dalam 3 hal yaitu:

   Layout, layout   yang dapat menjadi fator resiko yaitu layout   yang

dapat menyebabkan pekerjaan meraih atau menahan benda yang

jauh dari tubuh, memutar tubuh (twisting), menahan dari bawah,

mengangkat

dari lantai, mengangkat setinggi bahu, layout   tempat kerja yang buruk

(terlalu sempit), jarak angkut yang jauh serta postur statis.


  Apabila pekerjaan manual handling dilakukan sering atau dalam
janga waktu yang membuthkan usaha fisik, berulang-ulang pada
saat duduk

atau berlutut, langsung setelah terjadi   fleksi   dalam waktu lama,

kurangnya waktu istirahat, beberapa gerakan handling sekaligus

(membawa, mengangkat dan meletakan) serta dipaksa mengiuti

irama kerja mesin. Tim yang menangani pekerjaan mencangkup

penanganan barang dengan 2 orang atau lebih dan berkoordinasi

dengan sekelompok orang.

b  Faktor Beban

Aspek beban yang dapat menjadi fator resiko antara lain, berat,

ukuran, bentuk, permukaan licin atau rusak, pegangan tidak ada atau

tidak memadai serta tidak stabil.


c  Faktor Lingkungan

Aspek lingkungan yang dapat menjadi faktor resiko antara lain:

suhu (diluar batas 19-26 C), kelembaban (diluar batas 35-50%)

pencahayaan, kebisingan, angin kencang, serta lingkungan fisik (adanya

penghalang dan permukaan lantai).

d  Faktor Personal

Aspek personal dapat menjadi faktor resiko antara lain: kesehatan

yang meliputi faktor fisik (tinggi badan, jangauan, faleksibilitas, keuatan,

berat badan, daya tahan nafas dan cacat), usia, jenis kelamin, hamil atau

baru melahirkan, pernah terluka sebelumnya dan faktor psikologi.

2.6.   Momen Gaya

Dengan mendefinisikan jenis pekerjaan dan postur tubuh didalam melakukan

pekerjaan tersebut, dapat dihitung besarnya gaya dan momen yang terjadi setiap

link dan sendi melalui analisa mekanik. Baik pada saat tubuh dalam posisi diam

maupun pada saat bergerak.

Hukum keseimbangan momen menyatakan bahwa penjumlahan aljabar

momen- momen dari semua gaya yang bekerja pada suatu benda dalam keadaan

kesetimbangan status adalah sama dengan nol. Modul sederhana garis punggung

bawah ( low-back) 

yang diteliti oleh Chaffin (1973) untuk analisis terhadap angkat koplanar statis

ditunjukkan oleh gambar model sederhana dari punggung bawah (low-back)  yang

diteliti oleh Chaffin.

Selanjutnya dengan mengaplikasikan prinsip-prinsip dasar mekanika diatas dapat

dilakukan analisa biomekanika pada berbagai segmen tubuh manusia dengan


memandang tubuh sebagai sistem multilink, maka hasil perhitungan gaya dan

momen suatu link akan dipengaruhi link sebelumnya dan akan mempengaruhi link

selanjutnya. Oleh sebab itu link terakhir (link kaki) akan menahan beban yang

berasal dari berat seluruh link.

2.7.   Beban Kerja

Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktifitas pekerjaan

sehari- hari. Adanya massa otot yang beratnya hampir lebih dari separuh

beban tubuh, memungkinkan kita untuk dapat menggerakkan dan melakukan

pekerjaan, disatu pihak mempunyai arti penting bagi kemajuan dan

peningkatan prestasi, sehingga

mencapai kehidupan yang produktif sebagai tujuan hidup. Dipihak lain bekerja
berarti tubuh akan menerima beban dari luar tubuhnya. Dengan kata lain
bahwa

setiap pekerjaan merupakan beban bagi yang bersangkutan. Beban tersebut

dapat berupa beban fisik maupun beban mental.

Dari sudut pandang ergonomi, setiap beban kerja yang diterima oleh

seseorang harus sesuai atau seimbang baik dala kemampuan fisik, kognitif,

maupun keterbatasan manusia yang menerima beban tersebut. Kemampuan

kerja seorang tenaga kerja berbeda dari satu dengan yang lainnya dan sangat

tergantung dari tingkat ketrampilan, kesegaran jasmani, usia dan ukuran tubuh

dari pekerja itu sendiri.

2.8.   Nilai RWL (Recommended Weight Limit) 

Pengukuran terhadap tekanan fisik dengan resiko keluhan otot skeletal    sangat

sulit karena mengakibatkan berbagai faktor subjektif seperti kinerja, motivasi,

harapan
dan toleransi kelelahan. Waters Anderson (1996) dalam Tarwaka 1985 melakukan

pengukuran dengan metode analitik dan metode lain adalah menggunakan nordic

body map.

a.   Metode Analitik

Metode analitik dilakukan berdasarkan rekomendasi NIOSH tentang

estimasi kemungkinan terjadinya peregangan otot yang berlebihan

(over axertion) atas dasar karakteristik pekerjaan. Hal ini dilakukan

dengan melakukan perhitungan Recomended Weight Limit   (RWL) dan

Lifting Index  

(LI). [Waters Anderson (1996) dalam Tarwaka 1984].

RWL merupakan rekomendasi batas beban yang dapat diangkat

oleh manusia tanpa menimbulkan cedera meskipun pekerjaan tersebut

dilakukan secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama. RWL ini

ditetapkan oleh NIOSH pada tahun 1991 oleh Amerika Serikat.

Sedangkan NIOSH mempunyai standart pada pengangkatan beban

untuk meminimasi cedara pada saat melakukan pekerjaan, persamaan

NIOSH yang dipakai adalah :

Lifting Index   adalah estimasi sederhana terhadap resiko cedera

tulang belakang yang diakibatkan oleh over exertion. Berdasarkan berat

beban dan nilai recommended weight limit (RWL), dapat ditentukan

besarnya
b.   Nordic Body Map

Nordic body map merupakan metode yang dilakukan dengan

menganalisa peta tubuh yang ditujukan pada tiap bagian tubuh seperti pada

gambar 2.3. Melalui nordic body map  dapat diketahui bagianbagian otot yang

mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak nyaman (agak

sakit) sampai tingkat yang sangat sakit. (Tarwaka, 1985).

Dengan melihat dan menganalisa peta tubuh (nordic body map) akan

dapat diestimasi jenis dan tingkat keluhan otot skeletal   yang dirasakan oleh

pekerja. Metode ini dilakukan dengan memberikan penilaian subjektif pada

pekerja.

c.   REBA (Rapid Entire Body Assessment)

Rapid Entire Body Assessment (REBA) adalah sebuah metode dalam

bidang ergonomi yang digunakan secara cepat untuk menilai postur leher,

punggung, lengan, pergelangan tangan, dan kaki seorang pekerja. REBA

memiliki kesamaan yang mendekati metode RULA (Rapid Upper Limb

Assessment), tetapi metode REBA tidak sebaik metode RULA yang

menunjukkan pada analisis pada keunggulan yang sangat dibutuhkan dan

untuk pergerakan pada pekerjaan berulang yang diciptakan, REBA lebih

umum, dalam penjumlahan salah satu sistem baru dalam analisis yang

didalamnya termasuk faktor-faktor dinamis dan statis bentuk pembebanan

interaksi pembebanan perorangan, dan konsep baru berhubungan dengan

pertimbangan dengan sebutan “The Gravity Attended” untuk mengutamakan

posisi dari yang paling unggul.


Metode REBA telah mengikuti karakteristik, yang telah dikembangkan

untuk memberikan jawaban untuk keperluan mendapatkan peralatan yang bisa

digunakan untuk mengukur pada aspek pembebanan fisik para pekerja.

Analisa dapat dibuat sebelum atau setelah sebuah interferensi untuk

mendemonstrasikan resiko yang telah dihentikan dari sebuah cedera yang

timbul. Hal ini memberikan sebuah kecepatan pada penilaian sistematis dari

resiko sikap tubuh dari seluruh tubuh yang bisa pekerja dapatkan dari

Pengembangan dari percobaan metode REBA adalah:

1)   Untuk mengembangkan sebuah sistem dari analisa bentuk tubuh

yang pantas untuk resiko musculoskeletal pada berbagai macam

tugas

2)   Untuk membagi tubuh kedalam bagian-bagian untuk pemberian kode

individual, menerangkan rencana perpindahan

3)   Untuk mendukung sistem penilaian aktivitas otot pada posisi statis

(kelompok bagian, atau bagian dari tubuh), dinamis (aksi

berulang, contohnya pengulangan yang unggul pada

veces/minute, kecuali

berjalan kaki), tidak cocok dengan perubahan posisi yang cepat.

4)   Untuk menggapai interaksi atau hubungan antara seorang dan

beban adalah penting dalam manipulasi manual, tetapi itu tidak


selalu bisa

dilakukan dengan tangan.

5)   Termasuk sebuah faktor yang tidak tetap dari pengambilan untuk

manipulasi beban manual

6)   Untuk memberikan sebuah tingkatan dari aksi melalui nilai akhir

dengan indikasi dalam keadaan terpaksa pekerjaannya.


BAB III
PENUTUP
3.1   KESIMPULAN

Berdasarkan teori dan tabel di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :

3.1.1  Identifikasi Resiko dalam Manual Handling dapat dilakukan dengan cara
wawancara dengan pekerja, survei terhadap tempat kerja, maupun
pengecekan

terhadap cedera yang terjadi di tempat kerja tersebut.

3.1.2  Resiko yang tinggi maupun yang rendah sama-sama harus dikendalikan agar

tidak terjadi kecelakaan akibat kerja maupun penyakit akibat kerja.

3.1.3  Resiko seseorang pekerja yang mengangkat akan lebih mudah terkena MSDs,

maupun Low Back Pain dibanding orang yang pekerjaannya tidak

mengangkat- angkat.

3.1.4  Penilaian resiko dilihat dari kapasitas kerja pekerja, beban kerja dari obyek,

tugas kerjam dan lingkungan tempat kerja.

3.1.5  Pengendalian resiko dapat secara teknik seperti penggunaan alat mekanik

pengangkat, secara administrasi yaitu rotasi pekerja, maupun secara

perbaikan rekayasa dengan reposisi sikap kerja.

3.2  SARAN

1.   Perlu mempertimbangkan pengadaan alat dorong untuk memimumkan resiko

cidera tulang belakang (musculoskeletal disorder)  .

2.   Perlu dilakukan analisa postur tubuh dalam bekerja menggunakan Metode

NORDIC, RULA dll

3.   Perlu adanya cek kesehatan dan pembekalan pengetahuan tentang kesehatan tubuh

para pekerja secara teratur.


 

DAFTAR PUSTAKA

Chaffin, D.B. and Park, K.S., A lonitudinal Study of low back pain as associated with

Occupational lifting factors, American Industrial Hygiene Association Journal, 1973,

v 34, p.513.

Corlett, E.N., Eklund, J.A.E., Reilly T. and Troup, J.D.G. (1987). Assesment of workload from

measurement of stature, Applied Ergonomics, v18, pp. 65-71.

Health and Safety Commision (1982) (U.K), Proposal for Health and Safety (Manual Handling

of Loads). Regulation and guidance, HMSO, London.

Manuaba, A. 2000. Research and Application Of Ergonomics in Developing Countries, with

Special Refrence to Indonesia. Jurnal Ergonomi Indonesia 1 (1-6), 24-30.

M. Apple, James; 1986. Tata Letak pabrik dan Pemindahan Bahan, Edisi ketiga, Departemen

Teknik Industri Institut Teknologi Bandung, Bandung.


Nurmianto, Eko; 2004. Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya, Edisi Kedua, PT. Guna Widya,

Surabaya.

Sulistyani; 2003. Analisa Manual Material Handling Dengan Konsep NIOSH, Fakultas Teknik,

UMS: Surakarta

Tarwaka; Hadi; Solichul dan Sudiajeng, Lilik; 1985. Ergonomi Untuk Kesehatan dan

Keselamatan Kerja dan Produktivitas, UNIBA Press, Surakarta.

Tarwaka. Bakri, S. Sudiajeng, L. 2004. Ergonomi untuk Keselamatan Kesehatan Kerja dan

Produktivitas. Surakarta: Uniba Press.

Tarwaka. 2008. Manajemen dan Implementasi K3 ditempat kerja. Surakarta:Harapan Press.

Waters, T.S. and Putz-Anderson, V. 1996. Manual Material Handling, Edited by Battacharya,

  A. & McGlothlin, J.D., 1996. Occupational Ergonomics Theory and Application. Marcel

Dekker Inc, New York.

Wignjo Soebroto, Sritomo; 1995. Studi Gerak dan Waktu, Edisi pertama, PT. Guna Widya,

  Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai