Anda di halaman 1dari 31

ANALISIS FAKTOR RISIKO KERJA

DUDUK DENGAN KELUHAN


MUSKULOSKELETAL PADA PEGAWAI
ADMINISTRASI DI RSUD KABUPATEN
BANGLI
I GEDE LINGGA SEPUTRA
202020641011074
Ergonomi
Istilah ergonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu Ergon yang berarti kerja dan Nomos yang
berarti aturan/hukum. Jadi ergonomi secara singkat juga dapat diartikan sebagai aturan/hokum
dalam bekerja. Secara umum ergonomi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang
kesesuaian pekerjaan, alat kerja dan atau tempat/lingkungan kerja dengan pekerjanya (Tarwaka,
2004).
Menurut Eko Nurmianto (2008) istilah ergonomi didefinisikan sebagai studi tentang aspek-
aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi,
engineering, manajemen dan desain/perancangan. Ergonomi juga didefinisikan sebagai disiplin
keilmuan yang mempelajari manusia dalam kaitannya dengan pekerjaannya (Sritomo
Wignjosoebroto, 2003).
Tujuan Ergonomi
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cedera dan penyakit
akibat kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental dan mengupayakan kepuasan kerja.
2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial, mengelola dan
mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan jaminan sosial baik selama waktu
produktif maupun setelah tidak produktif.
3. Menciptakan keseimbangan rasional antara aspek teknis, ekonomis, antropologis dan budaya
dari sistem kerja, sehingga tercipta kualitas kerja dan kualitas hidup yang tinggi.
Administrasi
Secara umum kata administrasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk
membantu,melayani,mengarahkan dan mengatur semua kegiatan organisasi di dalam mencapai
tujuan secara tertib dan efisien (Daryanto, 2011).
Peran pegawai administrasi sangat penting karena sebagai ujung tombak rumah sakit dan
merupakan tenaga yang sering kontak dengan pasien maupun pekerja rumah sakit lainnya. Hal ini
akan menyebabkan stresor yang kuat pada pegawai administrasi di lingkungan pekerjaannya
(Depkes RI, 2002).
Sikap Kerja Duduk
Posisi tubuh dalam kerja sangat ditentukan oleh jenis pekerjaan yang berbeda-beda terhadap
tubuh. Masing-masing posisi kerja mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap tubuh. Pada
posisi duduk, tekanan tulang belakang akan meningkat dibanding berdiri atau berbaring, jika posisi
duduk tidak benar (Tarwaka, 2004).
Duduklah dengan lutut tetap setinggi atau sedikit lebih tinggi panggul (gunakan penyangga
kaki) dan sebaiknya kedua kaki tungkai tidak saling menyilang. Jaga agar ke 2 kaki tidak
menggantung dan hindari duduk dengan posisi sama lebih dari 20 – 30 menit. Selama duduk,
istirahatkan siku dan lengan pada kursi, juga bahu tetap rileks (Eko Nurmianto, 2008).
Keluhan Muskuloskeletal
Menurut Fitrihana (2008) keluhan muskuloskeletal adalah keluhan sakit, nyeri, pegal-pegal
dan lainnya pada sistem otot (muskuloskeletal) seperti tendon, pembuluh darah, sendi, tulang,
syaraf dan lainnya yang disebabkan oleh aktivitas kerja.

Faktor Internal: Umur, Jenis kelamin, Kebiasaan Merokok, Kesegaran Jasmani, Kekuatan
Fisik, Ukuran Tubuh

Faktor Eksternal: Lama kerja/masa kerja, Posisi Kerja


Keluhan Muskuloskeletal
Gejala keluhan muskuloskeletal ada 3 tahap:
1. Tahap 1 atau awal: Sakit atau pegal-pegal dan kelelahan pafa bagian tubuh yang tertentu
selama jam kerja tapi biasanya menghilang setelah waktu kerja usai atau di malam hari. Tidak
berpengaruh terhadap performa kerja. Efek ini pulih setelah istirahat.
2. Tahap 2 atau intermediate: Gejala tetap ada setelah melewati waktu satu malam setelah
bekerja atau sakit dan kelelahan pada bagian tubuh tertentu yang muncul pada awal shift kerja
dan bertahan di malam hari. Tidur mungkin terganggu, kadang-kadang menyebabkan
menurunnya performa kerja secara bertahap.
Keluhan Muskuloskeletal
3. Tahap 3 atau akhir: Gejala atau sakit, kelelahan dan kelemahan tidak menghilang meskipun
sudah istirahat, nyeri terjadi ketika bekerja secara repetitif. Tidur terganggu, sulit melakukan
pekerjaan bahkan pekerjaan yang ringan, kadang-kadang tidak sesuai kapasitas kerja.
Pemulihan pada tahap ini bisa berlangsung selama 6 - 24 bulan. Tidak semua orang melewati
tahap ini dengan cara yang sama. Bahkan, mungkin sulit untuk kapan tepatnya satu tahap
berakhir dan tahap berikutnya mulai.
Nordic Body Map
Nordic Body Map digunakan untuk mengetahui keluhan musculosceletal disorder (MSDs)
yang dirasakan pekerja. Keluhan MSDs tersebut akan diketahui dengan menggunakan kuesioner
yang berupa beberapa jenis keluhan MSDs pada peta tubuh manusia. Melalui kuesioner ini dapat
diketahui bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari Tidak Sakit,
Agak Sakit, Sakit dan Sangat Sakit
Nordic Body Map
Responden diminta untuk memberikan
penilaian terhadap bagian tubuhnya yang
dirasakan sakit selama melakukan aktivitas kerja
sesuai dengan skala likert yang telah ditentukan.
Kemudian responden mengisi pada formular
kuesioner Nordic Body Map, responden cukup
memberi tanda ceklis (√) pada bagian tubuh
Nordic Body Map
Kemudian dari hasil yang telah di dapat selanjutnya
melakukan skoring terhadap individu dengan skala likert.
Skala tersebut berupa keterangan yang ada di dalam
kuesioner yaitu tidak sakit (tidak merasakan gangguan
pada bagian tertentu) dengan skor 1, agak sakit
(merasakan sedikit gangguan atau rasa nyeri pada bagian
tertentu) dengan skor 2, sakit (merasakan ketidaknyamanan
pada bagian tubuh tertentu) dengan skor 3, dan sangat
sakit (merasakan ketidaknyamanan pada bagian tertentu
dengan skala yang tinggi) dengan skor 4.
Laporan Studi Kasus
Pada tanggal 6 April 2021 tepatnya hari selasa dilakukan observasi untuk melihat
permasalahan yang muncul pada pegawai administrasi RSUD Kabupaten Bangli. Pegawai
administrasi RSUD Kabupaten Bangli ini, bekerja dengan duduk statis selama jam kerja.
Dalam sehari para pegawai administrasi bekerja selama 8 jam, salah satunya yaitu pada
pegawai administrasi yang berada di loket pendaftaran dan pembayaran yang lebih sering
bekerja dengan posisi duduk statis.
Laporan Studi Kasus
Hal ini membuat para pegawai administrasi harus berlama-lama dalam suatu posisi kerja
tertentu. Observasi dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara mengenai nama, usia,
lama bekerja, dan keluhan muskuloskeletal berdasarkan kuesioner Nordic Body Map (NBM).
Pegawai administrasi dalam sehari bekerja selama 8 jam. Rata-rata para perawat sudah
bekerja lebih dari 15 tahun. Serta yang terakhir adalah pemberian edukasi pada pegawai
administrasi untuk mengurangi risiko terjadinya keluhan muskuloskeletal. Berikut ini adalah
dokumentasi pegawai administrasi di loket pendaftaran dan pembayaran.
Laporan Studi Kasus
Kerangka Berpikir
Pegawai Administrasi

Faktor Internal:
Faktor Eksternal:
Umur
Jenis kelamin Lama kerja/masa kerja
Kebiasaan Merokok Posisi Kerja
Kesegaran Jasmani
Kekuatan Fisik
Ukuran Tubuh
 

Keluhan Muskuloskeletal
Hasil Indentifikasi Studi Literatur

Identifikasi Masalah

• Desain Identifikasi
Perumusan Masalah

Pengisian Kuesioner
Melakukan Observasi
Nordic Body Map

Pengolahan Data:
melakukan skoring
terhadap hasil
kuesioner Nordic
Body Map

Analisis

Kesimpulan dan Saran


Hasil Indentifikasi
Kemudian setelah didapatkannya data-data responden, selanjutnya hasil yang telah didapatkan
bisa di lihat pada tabel 4.1 dari hasil tersebut di dapatkan total skor pada pegawai administrasi
RSUD Kabupaten Bangli 28-49 sebanyak 6 orang dan skor 50-70 sebanyak 4 orang.
Hasil Indentifikasi
• Tempat
Tempat penelitian yang dilakukan dalam analisis ini yaitu di RSUD Kabupaten Bangli.
• Waktu
Waktu penelitian ini pada bulan April 2021. Observasi dilakukan tanggal 5 April 2021, dan
pengambilan data dilakukan pada tanggal 19 April 2021.
Interprestasi dan Diskusi Hasil
• Identifikasi Krakteristik Responden Berdasarkan Usia
Bertambahnya usia dapat menimbulkan penurunan sistem fungsional pada tubuh manusia
dan menyebabkan timbulnya gejala gangguan muskuloskeletal yang akan menjadi pemicu
munculnya rasa nyeri sebagai respon akan gangguan muskuloskletal tersebut (Hadyan, 2015).
Bertambahnya usia juga membuat seseorang akan mengalami degeneratif seperti berkurangnya
cairan pada sendi dan terjadinya degenerasi pada jaringan yang membuat jaringan tubuh
mengalami kerusakan dan kemudian akan berganti menjadi jaringan parut yang membuat
fleksibilas sendi serta kestabilan otot dan tulang juga menurun (Maghfirani dkk, 2019).
Interprestasi dan Diskusi Hasil
• Identifikasi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis kelamin adalah faktor yang berkaitan dengan ketahanan otot antara perempuan dan
laki-laki. Terkait hal itu, jenis kelamin berkaitan erat dengan keluhan Musculoskeletal hal ini
dikarenakan secara fisiologis kemampuan otot laki-laki lebih kuat dibanding kemampuan otot
perempuan. Kekuatan atau kemampuan otot yang dimiliki perempuan hanya sekitar dua per tiga
dari kekuatan otot laki-laki, sehingga kapasitas otot perempuan lebih kecil jika dibandingkan
dengan kapasitas otot laki-laki (Tarwaka, 2014 dalam Helmina, 2019).
Interprestasi dan Diskusi Hasil
• Identifikasi Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Kerja/Masa Kerja Berdasarkan
hasil penelitian Eucenny (2018) bahwa masa kerja merupakan rentang waktu yang telah
dilewati seorang pekerja dalam menjalankan aktifitas pekerjaannya. Masa kerja pengalaman
seseorang dalam suatu pekerjaan akan mempengaruhi kejadian kelelahan seseorang.
Semakin berpengalaman seseorang dalam pekerjaanya efisiensinya dalam bekerja semakin
meningkat. Pekerja yang mengalami peningkatan masa kerja akan melakukan gerakan yang
berulang-ulang pada jari tangan secara terus-menerus dalam jangka waktu yang lama.
Interprestasi dan Diskusi Hasil
• Identifikasi Karakteristik Responden Berdasarkan Posisi Kerja
Penggunaan otot yang berlebihan dapat terjadi pada saat tubuh dipertahankan dalam posisi
statis dengan postur yang salah dalam jangka waktu yang cukup lama, dimana otot-otot yang
digunakan akan berkontraksi untuk mempertahankan postur tubuh yang normal. Posisi duduk
statis merupakan posisi pekerjaan pegawai yang tidak mungkin dihindari, hampir semua jenis
pekerjaan pegawai menggunakan posisi duduk statis (Riza, 2016).
Implikasi Terhadap Pelayanan Fisioterapi
• Implikasi Bagi Peneliti Selanjutnya
Penulisan makalah dengan judul “Analisis Faktor Risiko Kerja Duduk Dengan Keluhan
Muskuloskeletal pada Pegawai Administrasi di RSUD Kabupaten Bangli” ini diharapkan bisa
menjadi referensi acuan maupun pembanding dalam analisis selanjutnya.
• Implikasi Bagi Fisioterapi
Analisa ini diharapkan bisa menjadi acuan bagi fisioterapi dalam bidang muskuloskeletal
untuk pembelajaran maupun dalam penelitian yang akan dilakukan.
Implikasi Terhadap Pelayanan Fisioterapi
• Implikasi Bagi Tempat Penelitian
Analisa dengan judul “Analisis Faktor Risiko Kerja Duduk Dengan Keluhan
Muskuloskeletal pada Pegawai Administrasi di RSUD Kabupaten Bangli” ini diharapkan dapat
dijadikan pengetahuan baru dan dapat diterapkan oleh orang yang diteliti.
Edukasi
JURNAL PENDUKUNG
JURNAL PENDUKUNG
DOKUMENTASI

Posisi Kerja Pegawai Administrasi RSUD Kabupaten Bangli


DOKUMENTASI

Pengisian Kuesioner Nordic Body Map Oleh Pegawai Administrasi


RSUD Kabupaten Bangli
DOKUMENTASI

Pemberian Edukasi Kepada Pegawai Administrasi RSUD Kabupaten


Bangli
terimakasih.

Anda mungkin juga menyukai