(Ir. I Gede Arya Sena, M.Kes) (Ni Putu Dwi Larashati, S.Ft.,Ftr)
i
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Maksud dan Tujuan..............................................................................................2
1.3 Profil Lahan Praktik.............................................................................................3
BAB II KAJIAN TEORI.........................................................................................8
2.1 Definisi Osteoathritis...........................................................................................8
2.2 Anatomi ...............................................................................................................8
2.3 Biomekanik .........................................................................................................15
2.4 Etiologi.................................................................................................................17
2.5 Patofisiologi.........................................................................................................18
2.6 Pemeriksaan.........................................................................................................19
2.7 Intervensi..............................................................................................................21
BAB III HASIL KEGIATAN..................................................................................24
3.1 Keterangan Umum Penderita...............................................................................24
3.2 Data Medis Rumah Sakit.....................................................................................24
3.3 Segi Fisioterapi.....................................................................................................25
BAB IV SIMPULAN................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
yang dinyatakan oleh Widhiyanto, dkk (2017 : 25) bahwa osteoarthritis
menyerang berbagai persendian tubuh salah satunya paling banyak
menyerang sendi lutut dan sering terjadi pada manusia lanjut usia (manula),
hal ini dikarenakan persendian yang menyangga berat badan harus bekerja
lebih berat. Menurut Kinandana, dkk (2016 : 7), jumlah kasus terjadinya
OA/osteoarthritis genu menurut data berkisar 23,3% pada umur 50-59 th dan
25,5% pada umur 60-69 th. Jumlah kasus terjadinya osteoarthritis genu akan
mengalami peningkatan seiring bertambahnya umur, OA terbanyak terdapat
dikelompok umur 50-69 th. Jenis kelamin juga sangat berpengaruh pada
jumlah kasus OA genu/lutut dimana jenis kelamin perempuan berpotensi
lebih besar.
Permasalahan pada osteoarthritis-genu yang terjadi apabila dibandingkan
dengan teori yang ada maka bisa dinyatakan sebagai keluhan OA pada lutut,
dan setelah dilakukan pemeriksaan objektif, klien diberi penanganan berupa
pemberian US, TENS serta pemberian Stretching Quadriceps sehingga
dengan demikian diharapkan setelah pelaksanaan penanganan, klien dapat
kembali beraktivitas dan berangsur-angsur memulihkan gerakan tubuhnya
secara normal
2
khusus, diagnosa fisioterapi, planning, intervensi dan edukasi yang
diberikan kepada klien penderita osteoarthritis.
1.3 Profil Lahan Praktik
1.3.1 Gambaran Umum
Klinik Pratama Marga Ayu MBM adalah merupakan klinik umum
yang bernaung dibawah Yayasan Maha Bhoga Marga yang
berkedudukan di Jalan Raya Dalung No 09, Banjar Untal-Untal, Desa
Dalung, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung Provinsi Bali.
Dimana tempat pendirian Klinik ini adalah untuk memberikan
pelayanan kesehatan dasar masyarakat sekitar. Dalam memberikan
pelayanan terhadap pasien, Klinik Pratama Marga Ayu MBM
beroperasi 24 jam dan 7 hari dalam seminggu, dengan tim dokter yang
selalu siap untuk dan tenaga administrasi. melayani pasien, dan dibantu
oleh bidan, perawat, analis, sedangkan untuk ketepatan diagnosa, Klinik
juga menyediakan Uji Laboratorium, sehingga pasien dapat dilayani
hingga mendapatkan hasil uji laboratorium tersebut.
Seiring dengan perkembangan Kabupaten Badung, khususnya lokasi
Klinik Pratama Marga Ayu MBM dan pertumbuhan penduduknya,
maka sewajarnya Klinik berperan serta dalam pelayanan kesehatan
masyarakat luas dalam menunjang program pemerintah, sehingga
mengharuskan Klinik untuk memberikan pelayanan untuk masyarakat
umum disekitarnya atau perusahaan-perusahaan yang berada di dalam
cakupan wilayahnya dalam hal pelaksanaan pelayanan kesehatan.
Pelayanan kesehatan kami berikan, berkaitan dengan mutu dan
berorientasi pada kepuasan pasien yang berdasarkan standar kualitas
pasien, sehingga pasien dapat memperoleh kepuasan yang akhirnya
dapat meningkatkan mutu dan kepercayaan terhadap Klinik.
Oleh karena kami hadir, karena semua orang memerlukan kesehatan.
Maka kami mencari keberadaan Klinik ini dapat membantu kebutuhan
tentang sehat itu sendiri. Kemudian dengan dibukanya operasional 24
3
jam sehari dapat membantu masyarakat luas, klien-klien Perusahaan,
khususnya dalam hal pelayanan kesehatan.
Pendirian Klinik Klinik Marga Ayu MBM didirikan dengan berbagai
perijinan yaitu:
NILAI-NILAI:
4
1.3.4 Tujuan
a. Tujuan Umum
1) MBM Klinik Rawat Inap Pratama pelavanan kesehatan utama
bidang pelayanan medik dasar dan persalinan.
2) Memberikan dan meningkatkan pelayanan keschatan paripurna dan
turut aktif dalam melaksanakan fungsi sosial schingga tercapainya
tujuan pembangunan kesehatan.
b. Tujuan Khusus
5
c) Pemeriksaan kesehatan dasar
e) VCT
e) VCT
f) Pelayanan ANC
h) Pemeriksaan Laboratorium
i) Menyelenggarakan Rujukan
b. Fasilitas
1) Lantai 1
a) Ruang pendaftaran
b) Ruang Tunggu umum
c) Ruang tunggu lansia
d) Ruang Administrasi dan kasir
e) Ruang tunggu
f) Ruang UGD / tindakan
g) Ruang Poliklinik umum
6
h) Ruang Poliklinik KIA-KB
i) Ruang Fisioterapi
j) Kamar mandi dan WC
k) Taman bermain anak
l) Ruang rekam medik
m) Ruang konseling
n) Ruang petugas
o) Dapur Ruang spol hock
p) Gudang
2) Lantai 2
7
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Definisi Osteoathritis
OA/osteoartrhritis bisa juga dikatakan suatu masalah klinis akibat
terjadainya gangguan tulang rawan sendi beserta jaringan yang berada
disekitarnya dengan terdapat penipisan kartilago secara berkelanjutan yang
diikuti dengan pembentukan tulang-tulang baru pada trabekula-subkondral
dan adanya ostofit pada daerah tepi sendi lutut (Fatimah, dkk. 2016 : 74).
Osteoarthritis-genu adalah penyakit kronis yang terus berkembang semakin
parah seiring seseorang bertambah tua. Pada osteoarthritis kerusakan jaringan
tulang rawan pada daerah sendi mengakibatkan rasa nyeri kronis yang
mengarah pada gangguan pergerakan. Gangguan pergerakan yang dialami
lansia menyebabkan pembatasan aktivitas yang kemudian mengakibatkan
penurunan mobilitas lansia (Aryanti, dkk. 2019 : 68).
Osteoarthritis merupakan kelainan degenerative sendi dengan terjadinya
gangguan pada kartilago , dimana terdapat suatu degradasi yang interaktif
pada sendi, terdiri dari adanya pemulihan tulang, kartilago dan synovium
disertai dengan proses inflamasi sekunder. Pada grade akhir tulang rawan
terdapat permasalahan yang ditandai dengan fobrilasi, ulser dan fisure
(Suriani Dan Lesmana, 2013 : 47).
Menurut Kallgren and Lawrence (Hodler, 2017 : 36) pemberian
intervensi OA dapat diklasifikasikan yaitu,
Grade 0 : Normal, tidak terdapat gambaran OA
Grade 1 : Kemungkinan adanya osteofit, ragu penyempitan celah sendi
Grade 2 : Osteofit yang pasti, kemungkinan penyempitan celah sendi
Grade 3 : Osteofit sedang, terdapat penyempitan celah sendi, sedikit sklerosis
Grade 4 : Osteofit besar, penyempitan celah sendi parah, sclerosis yang parah
2.2 Anatomi
2.2.1 Tulang yang menyusun knee joint
a. Os.Femur
8
Tulang terpanjang yang berbentuk seperti pipa , tulang femur/paha
juga tulang terbesar pada tulang kerangka dibagian atasnya terdapat
acetabulum menyusun dari sendi hip joint yaitu caput-femoris. Pada
bagian atas dan bawah columna-femoris ada yang disebut dengan
trochantor-mayor serta trochantor-minor, sedangkan dibagian distal
membentuk knee joint yang terdapat condylus-medialis dan condylus-
lateralis. diantara condylus ini ada tempat lekukan letaknya tulang
tempurung os patella sering disebut fosa-condylus (Syaifuddin, 2013 :
105).
b. Os-Tibia
Tulang tibia juga sering disebut tulang kering ini terletak dibawah
tulang femur dan di sebelah tulang fibula, pada bagian bawahnya
terdapat malleolus medial (Syaifuddin, 2013 : 107).
c. Os-Fibula
Merupakan tulang yang terdapat disamping tulang tibia dan
dibawah tulang femur pada bagian bawahnya terdapat malleolus
lateral (Syaifuddin, 2013 : 107).
d. Os-Patella
Sering juga disebut tempurung lutu ini memiliki fungsi sebagai
pengungkit disamping fungsinya juga sebagai tempat melekatnya
tendon atau ligament (Syaifuddin, 2013 : 107).
9
Gambar 2.1. Anatomi Genu
Sumber: Sobotta, 2013
10
b. Insersio pada permukaan-posterior-medial-condyles-tibia.
c. Fungsi yaitu diantaranya-fleksi-knee,-rotasi-hip ke-arah-medial
d. Inervasi pada Nervous-tibial-(L5-S2).
4. Muscle-Gracilis
a. Origo pada-corpus-ossis-pubis, ramus-inferior-ossis-pubis.
b. Insersio pada pemukaan-medial-dan-superior-tibia.
c. Fungsi yaitu diantaranya adduksi-hip,-fleksi-knee,-dan-rotasi
ke-arah-medial
d. Inervasi pada Nervous-obturator-(L3,L4).
5. Muscle-Sartorius
a. Origo pada spina-iliaca-anterior-superior.
b. Insersio pada permukaan-condylus-medialis-tibiae.
c. Fungsi yaitu diantaranya fleksi,-abduksi-lateral-rotasi-hip-
joint. Fleksi-dan-medial-rotasi-knee-joint.
d. Inervasi pada Nervus-Femoral-(L2-L3).
6. Muscle-Gastrocnemius
a. Origo pada caput-medial-dan-lateral-dari-facies-posterior
condylus-lateralis-femoralis.
b. Insersio pada tuberositas-calcaneus.
c. Fungsi yaitu diantaranya plantar-fleksi-kaki, fleksi-knee.
d. Inervasi pada Nervous-Tibial-(S1-S2).
7. Muscle-Popliteus
a. Origo pada permukaan-lateral-condyles-lateral.
b. Insersio pada permukaan-posterior-tibia-tepat-di-atas-linea
musculi-soleus.
c. Fungsi yaitu diantaranya fleksi-lutut,-rotasi-medial-tibia.
d. Inervasi pada Nervous-Tibia-(variabel: L4,S1).
8. Muscle-Plantaris
a. Origo pada condylus-lateralis-femoralis.
b. Insersio pada tuberositas-calcaneus.
c. Fungsi yaitu diantaranya plantar-fleksi.
11
d. Inervasi pada Nervous-Tibialis.
B. Ekstensor lutut
1. Muscle-Rectus-Femoris
a. Origo pada spina-iliaca-anterior-inferior dan tepi-kranial-
acetabulum.
b. Insersio pada tuberositas-tibia-dan-patella.
c. Fungsi yaitu diantaranya-fleksi-hip-dan-ekstensi-knee.
d. Inervasi pada Nervous-Femoralis-(L2-L4).
2. Muscle Vastus-Medialis
a. Origo-pada-linea-inter-trochanter-dan-bagian-medial-linea-
aspera.
b. Insersio pada-tendon-patella-dan-tuberositas-tibia.
c. Fungsi yaitu diantaranya ekstensi-knee.
d. Inervasi pada Nervous-Femoralis-(L2-L4).
3. Muscle-Vastus-Intermedius
a. Origo pada permukaan-anterior-femoralis.
b. Insersio pada-tuberositas-tibia.
c. Fungsi yaitu diantaranya-ekstensi-knee.
d. Inervasi pada-Nervous-Femoralis-(L2-L4).
4. Muscle-Vastus-Lateralis
a. Origo pada trochanter-major-dan-permukaan-lateral-atas-linea-
aspera.
b. Insersio pada tuberositas-tibia.
c. Fungsi yaitu diantaranya ekstensi-knee.
d. Inervasi pada Nervous-Femoralis- (L2-L4)
12
Gambar 2.2 Kapsul Sendi Genu
Sumber: Sobotta, 2013
13
Collateral-ligamentum memiliki peran sebagai penopang berat tubuh
dari sisi lateral dan medial. Collateral-Ligamentum terdiri dari 2 jenis yaitu,
Medial Collateral Ligament dan Lateral Collateral Ligament. Arah posisi
ligamentum collateral-lateral serta-medial memberikan dapat meningkatkan
stabilitas persendian terutama pada posisi gerak-ekstensi. Medial-Collateral-
Ligamentum terletak pada belakang permukaan medial-sendi-tibiofemoral,
seluruh Medial-Collateral-Ligamentum memegang pada-gerakan lingkup
gerak sendi abduksi lutut yang full . Lateral-Collateral-Ligamentum
membentang-dari permukaan samping condylus-lateralis-femoris arah
caput-fibula. Lateral-Collateral-Ligamentum menstabilkan lutut dalam
gerakan adduksi (Paulsen & Waschke, 2010 : 275).
c. Ligamentum-Popliteum-Obliquum
Ligamentum-Popliteum-Obliquum bisa dikatakan jaringan yang
termasuk cukup kuat, terdapat pada belakang persendian lutut/genu,
strukturnya membentang secara oblique-medial. Beberapa ligamentum ini
mengarah ke medial dan inferior dari condylus lateralis femoris (Paulsen &
Waschke, 2010:274).
d. Ligamentum-Patellae
Ligamentum-Patellae perlekatan dibagian proximal pada tepi-bawah
patellae-dan bagian distal tempat perlakatnya pada tuberositas-tibia.
Ligamentum-patellae merupakan sambungan dari bagian tendon bersama
dengan muscle-quadriceps-femoris dan retinacula-patellae-mediale-et-
lateral. Yang dipisah suatu synovial sendi lutut oleh bantalan-lemak-
intrapatella serta dipisah dari tulang-tibia dengan sebuah-bursa yang-kecil.
Bursa-infra-patellaris-superficialis-memisahkan-ligamentum ini-dari-kulit
(Paulsen & Waschke, 2010:273).
14
Gambar 2.3 Ligament pada Genu
Sumber: Lippert, 2011
2.3 Biomekanik
2.3.1 Osteokinematika Sendi Lutut
Osteokinematika disebut sebagai gerakan-yang-terjadi diantra
kedua-tulang. Klasifikasi-osteokinematika-ditinjau-dari-mekanika-sendi
terdiri-atas-dua-bagian yaitu-swing dan-spin. Swing-adalah-suatu-gerak
ayunan-sehingga-terjadi perubahan-sudut diantara-axis panjang-tulang-
tulang pembentuknya. -Sedangkan-spin adalah-suatu gerakan-dimana
tulang-bergerak tetap-axis mekanik-sendi tidak-bergerak. Gerakan
anguler-yang terjadi-pada sendi lutut-adalah : gerakan-fleksi 1300 -
1500, gerakan-ekstensi 50 – 100, gerakan-eksorotasi dengan posisi-lutut-
fleksi 900 = 450, gerakan-endorotasi dengan-posisi-lutut-fleksi 900 = 150
( Neumann, 2010).
15
Gambar 2.4 Tibia terhadap femur
(Sumber : Neumann, 2010)
2.4 Etiologi
Menurut Suriani dan Lesmana (2013 : 47), osteoarthritis-lutut-penyebab
pastinya-belum-diketahui,-berikut-ini-adalah-factor-faktor-pencetus-dari
osteoarthritis adalah:
a. Umur / usia
16
b. Kelebihan berat badan (Obesitas), Obesitas akan-menyebabkan
pembebanan-yang-berlebihan pada-sendi yang-banyak menumpu-berat-
badan.
c. Jenis-kelamin, pada-usia 55 tahun-keatas-wanita lebih-berisiko-karena
berhubungan-dengan-menophose
d. Aktivitas fisik-dan-pekerjaan, adanya-stress yang-berkepanjangan-pada
lutut-seperti-membawa beban-atau berdiri-terus-menerus, mempunyai
resiko-lebih besar-terkena osteoarthritis-lutut, riwayat-trauma-langsung
mapun-tidak langsung-dan imobilisasi-yang lama
e. Penyakit-sendi lainnya.
Osteoarthritis dapat didefinisikan sebagai suatu penyakit tunggal,
namun osteoarthritis merupakan kelainan yang kompleks dengan faktor
resiko yang beragam. Faktor resiko ini terbagi menjadi (Azharuddin dan
Afriyani, 2014 : 631)
a. Faktor genetik, diperkirakan tinggi pada kasus osteoarthritis tangan, lutut
dan panggul 40-50%. Meskipun demikian, gen yang terlibat dalam
kejadian ini belum diketahui secara pasti.
b. Faktor konstitusional (usia, jenis kelamin wanita, obesitas, densitas
tulang yang tinggi).
c. Faktor biomekanik (trauma sendi, penggunaan kinerja anggota gerak
yang berlebihan, melemahnya kekuatan otot, kelemahan sendi,
malalignment sendi)
Faktor resiko osteoarthritis terbagi lagi menjadi faktor-yang-dapat
diubah-dan-faktor resiko-yang tidak-dapat-diubah. Faktor resiko yang tidak
dapat diubah antara lain riwayat keluarga, jenis kelamin, suku, dan usia ;
sedangkan faktor resiko yang dapat diubah adalah-obesitas, aktivitas-fisik-
berlebihan, -kelemahan-otot, -trauma, -hormonal, rokok, hipertensi,
hiperurisemia, dan diet (Azharuddin dan Afriyani, 2014 : 631)
2.5 Patofisiologi
17
Menurut Fatimah, dkk (2016 : 74), osteoartrhritis bisa juga dikatakan
suatu masalah klinis akibat terjadainya gangguan tulang rawan sendi beserta
jaringan yang berada disekitarnya dengan terdapat penipisan kartilago
secara berkelanjutan yang diikuti dengan pembentukan tulang-tulang baru
pada trabekula-subkondral dan adanya ostofit pada daerah tepi sendi lutut.
Masalah klinis dimulai dengan gangguan mekanisme-perlindungan-sendi
yang-diikuti oleh-beberapa mekanisme-lain sehingga-menimbulkan-cedera.
Mekanisme-pertahanan sendi-diperankan oleh-pelindung sendi, -yaitu
kapsula-dan-ligamen-sendi, -otot-otot, saraf-sensori-aferen dan-tulang-di
-dasarnya. -Kapsula dan-ligamen sendi-memberikan batasan-pada rentang-
gerak (range-of-motion) -sendi. Untuk-mengurangi-gesekan antar-kartilago
pada permukaan-sendi diperlukan-adanya-cairan-sendi- (sinovial). Cairan-
sendi berupa-protein-lubricin yang-berfungsi-sebagai-pelumas. Protein-ini
akan berhenti-disekresikan-apabila terjadi-cedera dan-peradangan-pada-
sendi. Perubahan-pada-sendi-sebelum-timbulnya OA-dapat terlihat-pada
kartilago- (Maulina, 2017 : 63).
Pada dasarnya, OA-terjadi-kerusakan-atau kehilangan-struktur-kartilago
persendian. Kerusakan-dijaringan tersebut-dikarenakan-tekanan-mekanis-
yang-berlebihan pada-persendian lutut-dan-terjadi-abnormalitas-proses
remodeling-struktur sendi- (Petty, 2004: 142 dalam Arovah, 2007 : 20).
Sebagai-respons-dari-tekanan mekanis, -pada persendian, -terjadi-erosi
struktur-kartilago dengan-atau tanpa-didani-pembentukan tonjolan-tulang
(osteofit) pada-daerah-subchondral (Ross, 1997: 22 dalam Arovah, 2007 :
20). Persendian-pada tubuh manuasia yang sering-mengalami-OA-biasanya-
merupakan-persendian yang-menumpu berat-tubuh (weight-bearing-joints)
Dalam-keadaan-normal, matriks-kartilago-setiap saat-berubah-secara
dinamis-untuk-mencapai-keseimbangan. Pada-kartilago juga terjadi-proses
seperti remodeling-secara-berkesinambungan. Struktur-matriks-kartilago
(kolagen-dan-proteoglikan) secara-teratur dirombak-oleh enzim-autolitik
dan-diperbarui-oleh sel-kartilago- (chondrosit). Chondrosit-yang-
mengalami-cedera melepaskan-lebih banyak-enzim-sedangkan-daerah
18
subcondral-dapat-mengalami terjadinya-micro-fracture-yang-menimbulkan-
gejala-kekakuan-dan penurunan-elastisitas. Beberapa-produk-sekunder-hasil
perombakan-chondrosit-dan-proteoglikan-dapat-mencetuskan peradangan-
pada-sel-sel-sinovial, lekosit polymorphonuclear dan macrophage sehingga
dapat menimbulkan peradangan pada-keseluruhan persendian- (Cote, 2001 :
496 dalam Arovah, 2007 : 20).
2.6 Pemeriksaan
2.6.1 Pemeriksaan Spesifik
1. Ballotement test
Posisi klien tidur-terlentang dengan-tungkai-dan-lutut-dalam-posisi-
lurus. Tangan-terapis-berada-di atas-patella-pasien, lalu tekan-
perlahan-ke arah-inferior. Tangan-tetap pada-posisi menekan-ke-
bawah. Tangan-lainnya secara-cepat menekan-inferior-patella-ke-arah
berlawanan- (superior) -dan kembali-ke posisi-semula. Jika-positif,
patella-akan seperti-melayang-atau terdengar-suara ketukan-pada-
lutut. Tes-ini-dilakukan-untuk-mengetahui adanya-cairan-berlebihan
dalam-sendi- (Santoso dkk, 2018 : 75).
2. Fluctuation test
Posisi klien tidur-terlentang-dengan-tungkai-dan lutut-dalam
posisi-lurus. Ibu-jari-dan-jari telunjuk-dari-tangan-terapis diletakkan-
disebelah-kiri-dan-kanan-patella, -kemudian patella digerakan kearah
kanan dan kiri sehingga ibu jari dan jari telunjuk akan terdorong oleh
adanya perpindahan cairan. Tes ini-dilakukan-untuk-mengetahui
adanya-cairan-berlebihan-dalam-sendi.
2.6.2 Visual Analaogue Scale (VAS)
VAS juga merupakan-alat-ukur-yang dapat-digunakan-untuk-
memeriksa intensitas-nyeri dan digambarkan dengan menggunakan
garis lurus sepanjang 10 cm yang setiap-ujungnya-ditandai-dengan
level-intensitas-nyeri. Ujung kiri ditandai dengan “no pain” dan-ujung-
kanan “bad pain” (Kharismawan dkk, 2016-: 2).
19
2.6.3 Manual-Muscle-Testing- (MMT)
MMT-adalah suatu-usaha-untuk-menentukan atau-mengetahui
kemampuan-seseorang-dalam mengkontraksikan-otot-atau-kelompok
ototnya-secara-voluntary.
Pengukuran kekuatan otot dengan MMT ada 5 nilai yaitu :
0-=-Tidak-adanya-kontraksi, -1-=-Adanya-kontraksi-otot-namun-tidak-
terjadi suatu--gerakan, -2-=-Mampu-bergerak-namun-belum-bias-
melawan gravitasi, 3-= Pasien-mampu-bergerak-penuh-melawan-
gravitasi-tetapi belum-bisa-melawan-tahanan, -4-=-Dapat-bergerak-
penuh-melawan gravitasi-dan dapat-melawan-tahanan-minimal, -5-=-
Dapat-penuh-melawan-gravitasi-serta-mampu-melawan-tahanan yang-
maksimal (Pertiwi, 2015:20).
2.6.4 Antropometri
Pengukuran-antopometri-merupakan-ilmu-pengukuran-komposisi
tubuh-mengenai-bentuk-dan-dimensi-tubuh-seperti-tinggi-badan,lingkar
tubuh, -dan komposisi-lemak-yang akan-diintegrasi dengan-temuan
riwayat-dan-sistem review-dengan hasil-lainnya yang-digunakan-untuk
penegakan-diagnosis- (Santoso dkk, 2018 : 75).
Antropometri merupakan metode pengukuran yang sederhana dan
tidak menginvansi responden. Metode antropometri dapat ditentukan
kecukupan komponen utama tubuh. Nilai antropometri berhubungan
dengan gizi, karakteristik lingkungan, gaya hidup, kondisi sosial dan
budaya, dan status serta fungsi kesehatan (Kusuma dan Ali, 2018 : 97).
20
2.7 Intervensi
2.7.1 Stretching Quadriceps
Untuk prosedur peregangan sendiri, objek yang diam, seperti kursi
atau bingkai pintu, atau kontraksi otot aktif oleh pasien dapat
memberikan stabilisasi satu segmen ketika segmen lainnya bergerak.
Selama peregangan sendiri, seringkali perlekatan distal yang distabilkan
ketika segmen proksimal bergerak. (Kisner, C., & Colby, L. A., 2012)
TENS-dianjurkan-dalam-pedoman--klinis--sebagais---pengobatan
konservatif--untuk--meringankan--nyeri lutut-pada pasien--OA-knee,
karena-TENS-adalah bagian-dari analgesia-yang didasarkan-pada-teori
gerbang-kontrol, teori-ini-menunjukkan-bahwa-stimulasi-besar (A-beta)
21
yang-diberikan-pada-permukaan-kulit akan-menghambat-interneuron
di posterior-horn-cell- (PHC). Sehingga-nyeri-dapat-dilemahkan karena
transmisi-sinyal-nociceptive-dari-spinothalamic-tract-berdiameter-kecil
A-delta-dan-C-fibers-diblokade- (Beckwée et al, 2012).
Menurut-Oxford-Health-Plans- (2018) -penatalaksanaan-OA-knee
menggunakan-TENS-yaitu-dipasangkan-pada lutut-selama-15-menit
dengan-frekuensi 40-Hz yang-bertujuan-untuk-menurunkan-nyeri, dan
20-menit--pada-bagian muscle-quadriceps--dengan-frekuensi-100-Hz-
yang-bertujuan untuk mengurangi nyeri.
2.7.3 Ultrasound
Ultrasound (US) memiliki gelombang suara dengan arus tegak
lurus serta memerlukan pengantar arus seperti minyak, air-atau-gel.
Biasanya-frekuensi yang-sering digunakan-antara 1-sampai-3-MHz.
Dengan-memiliki-efek-micromassage-dan heating-dapat-mengurangi-
nyeri, dimana-panas yang-dihasilkan dapat-membantu-vasodilatasi
pembuluh--darah dan--menghasilkan--peningkatan sirkulasi--darah
kedaerah tersebut--sehingga--zat-zat iritan--penyebab-nyeri--dapat
terangkat-dengan-baik-dan masuk-kedalam-aliran darah-sehingga-nyeri
berkurang (Hayes, 2014).
Penelitian-yang-dilakukan-oleh Levent-Ozqonene, et-Al (2009)
tentang “A Double Blind Trial of Clinical Effect of Therapeutic
Ultrasound in Knee Osteoarthritis ” untuk-menentukan-efektivitas-US
pada-Osteoarthritis -lutut. meningkatkan-fungsi-fisik-dan-memperbaiki
tulang-rawan-pada penderita-Osteoarthritis- lutut. Terapi-Ultrasound
pada-pasien-Osteoarthritis -lutut-menggunakan-tranduser-besar-selama
5-menit-pada area-lutut- (trigger point) -dengan-frekuensi-1-MHz-dan
dosis-1,5-2-W/cm²---menggunakan--kontak--media--berupa--gel--untuk
mentransfer-energi-ultrasonic-ke jaringan-tubuh. Hasil-penelitian-ini
menunjukan-bahwa-US adalah-modalitas yang-aman-dan-efektif-dalam
menghilangkan---rasa--sakit dan---peningkatan---fungsi--pada---pasien
22
Osteoarthritis- lutut. Jika-gelombang-ultrasound-masuk ke-tubuh-efek
pertama-yang muncul-adalah efek-mekanik. Adanya-gelombang
longitudinal-menyebabkan adanya-peregangan dengan-frekuensi-yang
sama-menghasilkan variasi-tekanan-didalam-jaringan. Variasi-tekanan
merupakan-efek mekanik-yang disebut-efek-micromassage.
Micromassage--dapat---yang ditimbulkan-dari--ultrasound--akan
menimbulkan-efek panas-dalam-jaringan. Efek-panas-yang-diproduksi
tidak-sama untuk-setiap-jaringan-tergantung-dari-beberapa-faktor-yang
ditentukan--diantaranya--bentuk aplikasi-ultrasound- (continue-atau
terputus-putus), -intensitas, -lamanya-terapi-dan-keoefisien-absorbsi
(Hayes, -2014). Dari-peningkatan-temperatur-jaringan-tersebut-akan
menghasilkan-pemanjangan-serat kolagen-pada tendon-dan-kapsul
sendi, -penurunan-kekakuan-sendi, pengurangan-spasme-otot,
modulasi-nyeri, peningkatan-aliran darah, dan-respon inflamasi-ringan
yang-dapat membantu-dalam resolusi-peradangan-kronis- (Triyono,
2018).
23
BAB III
HASIL KEGIATAN
3.1 Keterangan-Umum-Pasien
-Nama : IWSTA
-Umur : 54 Th
-Jenis Kelamin : Laki-lakii
-Agama : Hindu
-Pekerjaan : Satpam
-Alamat : Br. Tauman, Dsa. Kekeran, Kec. Mengwi, Kab.Badung
3.2 Data-Medis-Lahan-Praktek-Fisioterapi
1. Diagnosis-medis
Ostheoathritis Genu Dextra
2. Radiologi (4 Maret 2021)
Hasil :
1) Alignment tulang kesan baik
2) Tampak osteofit pada condylus lateral os tibia dextra dan
margosuperolateral os patella dextra
3) Tak tampak subluxasi os patela
4) Celah sendi yang tampak kesan baik
5) Mineralisasi tulang baik.
6) Jaringan lunak sekitar (kondisi tulang) kesan baik
24
- Kesan : Osteoathritis genu dextra.
2) Keluhan Utama
- Pasien merasakan nyeri-pada-lutut kanan
3) Riwayat-Penyakit-Sekarang
25
- Pada tgl 22-3-21 pasien datang-mengeluh-nyeri-pada lutut kanan.
Pasien sudah merasakan nyeri sejak 7 bulan yang lalu yang bersifat
hilang timbul. Nyeri dirasakan hanya pada daerah lutut dengan
kualitas nyeri tumpul atau sedikit nyeri. Nyeri dirasakan meningkat
pada saat berjalan, menaiki tangga dan merubah posisi dari duduk
ke berdiri sedangkan nyeri berkurang pada saat istirahat. Pasien
selama ini hanya berobat ke dokter ortopedi dan belum pernah
mendapat pelayanan fisioterapi.
5) Riwayat-Penyakit-Dahulu
- Tidak terdapat-riwayat-penyakit-dahulu.
2. Pemeriksaan-Objektif
a. Pemeriksaan Tanda-Vital
(Tekanan-darah, denyut-nadi, pernapasan, suhu-badan, tinggi-badan,
berat-badan)
BP : 120/80 mmHg
HR : 74 x/menit
RR : 24 x/menit
Temperatur : 360
Berat badan : 80 kg
Tinggi badan : 170 cm
b. Inspeksi-/-Observasi
a) Statis
- Tidak tampak adanya bengkak maupun kemerahan pada lutut
kanan. Tidak terdapat deformitas dan dari postur tidak
tampak adanya knee valgus maupun varus.
26
b) Dinamis
- Terlihat menahan nyeri saat gerakan duduk ke berdiri dan
pada saat berjalan. Pola saat berjalan pasien terlihat normal.
c. Palpasi
- Adanya spasme otot quadriceps
- Terdapat nyeri tekan pada sendi lutut kanan
d. Joint Test
a. Pemeriksaan Fungsi Gerak Dasar
1. Aktif
- Fleksi knee : nyeri (+), ROM full
- Ekstensi knee : nyeri (+), ROM full
2. Pasif
- Fleksi knee : nyeri (+), ROM full, normal end feel
- Ekstensi knee : nyeri (+), ROM full, normal end feel
3. Isometrik
- Fleksi knee tahanan maksimal : nyeri (+), ROM full
- Ekstensi knee tahanan maksimal : nyeri (+), ROM full
a
Sinistr S : (00-00-1250) S : (00-00-1250)
a
f. Pengukuran Nyeri
VAS Hasil
Nyeri tekan 2/10
Nyeri gerak 3/10
Nyeri diam 1/10
27
Dekstra Sinistra
Tuberositas Tibia 40 cm 40 cm
10 cm ke distal 44 cm 44 cm
10 cm ke proximal 46 cm 46 cm
h. Muscle Test
MMT
- Fleksi knee : 5
- Ekstensi knee : 5
i. Pemeriksaan Spesifik
1. Ballotement test (-)
2. Fluctuation test (-)
3. Krepitasi test (+)
4. Valgus test (-)
5. Varus test (-)
3. Underlying Process
28
4. Diagnosis Fisioterapi
- Impairment
Body structure : s7501 knee joint
Body function : b28016 pain in joint, b789 movement function,
b28015 pain in lower limb
- Activity limitation : d4551 climbing stairs, d4104 standing ,d4501
walking long distance
- Participan restriction : d 920 recreation and leisure, d930 religion and
spiritual
5. Rencana Program-Fisioterapi-
1. Tujuan-Jangka-Pendek
- Mengurangi-nyeri
- Mengurangi-Spasme-otot
2. Tujuan Jangka Panjang
-
Dapat melakukan aktivitas fungsional gerak tanpa nyeri pada
lutut kanan.
- Mencegah potensial terjadinya kelemahan otot quadriceps
3. Teknologi Intervensi Fisioterapi
- TENS
- Ultrasound
- Stretching Quadriceps
6. Rencana Intervensi
No Tanggal Intervensi Fisioterapi Evaluasi Intervensi
.
1. 22-03- - US -
2021 - TENS
- Stretching Quadriceps
2. 25-03- - US Sakit sudah mulai
2021 - TENS berkurang dari
- Stretching Quadriceps sebelumnya
3. 29-03- - US Pasien merasakn lebih
2021 - TENS ringan pada bagian lutut
- Stretching Quadriceps dan nyerinya sudah
berkurang saat dibawa
aktifitas
29
7. Rencana Evaluasi dan Tindak Lanjut
VAS
22-03-2021 25-03-2021 29-03-2021
Nyeri diam 1 0 0
Nyeri gerak 3 3 2
Nyeri tekan 2 2 1
30
BAB IV
SIMPULAN
31