FROZEN SHOULDER
Oleh :
18163017
FROZEN SHOULDER
Oleh :
18163017
i
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA dan tuntunan-
Tidak lupa penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada teman - teman,
para Dosen, yang telah memberikan bantuan dalam pembuatan makalah ini.
Dan harapan penulis semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini
ii
DAFTAR ISI
A. Anatomi ................................................................................................... 3
B. Sindrom Piriformis .................................................................................. 4
C. Problematik Fisioterapi............................................................................ 6
D. Teknologi Intervensi Fisioterapi .............................................................. 7
BAB IV Penutup
A. Kesimpulan .............................................................................................. 13
B. Saran ....................................................................................................... 13
Daftar Pustaka............................................................................................................ 15
Lampiran
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia dalam melakukan aktivitas sehari - hari tidak terlepas dari peranan
penting anggota gerak tubuh (ekstremitas). Anggota gerak tubuh manusia terdiri
atas anggota gerak tubuh bagian atas dan anggota gerak tubuh bagian bawah.
atas lebih dominan digunakan, misalnya untuk membersihkan diri, makan, minum,
berpakaian dan masih banyak aktivitas lain yang melibatkan anggota gerak atas.
Salah satu sendi pada anggota gerak atas yang sering mengalami gangguan adalah
sendi bahu. Gangguan yang dialami ini akan mengakibatkan terhalangnya aktivitas
sehari - hari. Gangguan sendi sebagian besar didahului oleh adanya rasa nyeri pada
bahu, terutama nyeri yang timbul sewaktu menggerakkan bahu, sehingga yang
(Astuti,2018).
1
Capsulitis adhesive merupakan keadaan dimana terjadi penebalan pada kapsul
sendi, dan berkurangnya cairan sinovial dan perubahan inflamasi kronis didalam
belum diketahui pasti tetapi ada beberapa faktor pencetus seperti diabetes
terdiri dari tiga tingkatan yaitu freezing,frozen, tawing (Canale.T, Beaty. J, 2012).
Capsulitis Adhesive lebih sering terjadi pada wanita daripada pria dan paling
sering terjadi pada usia 40-60 (Sueki D, Brechter J.2009). Sekitar 20% pasien
capsulitis adhesive selain pengobatan secara medis. Peran fisioterapi yang dapat
dilakukan antara lain : MWD, dan Manual Therapy Permasalahan yang utama pada
penderita Capsulitis Adhesive adalah nyeri dan keterbatasan lingkup gerak sendi.
Untuk dapat bisa mengatasinya dapat diberikan modalitas MWD yang merupakan
deep thermal pada tubuh. MWD memiliki frekuensi 2456 dan 915 MHz, sehingga
digunakan oleh fisioterapis untuk mendiagnosis dan menjaga jaringan lunak dan
2
sendi,meningkatkan perbaikan jaringan kontraktil dan nonkontraktil,ekstensibilitas
hadi kudus pada bulan april 2017 dengan judul “pengaruh Micro Wave Diathermy
terapi manual dan terapi latihan pada frozen shoulder et causa capsulitis adhesive”
didapatkan hasil VAS sebelum terapi sebesar 0.557 nilai sig. dan sesudah terapi
sebesar 0.239 nilai sig. dengan demikian hasil penelitian menunjukan terjadi
Dari hasil hipotesis penelitian yang dilakukan oleh Salim J.S di praktek
Pada Latihan Pendular Codman lebih meningkatkan lingkup gerak sendi pada sendi
Dari kedua hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa penggunakan MWD dan
Manual Therapy dapat mengurangi nyeri dan meningkatkan LGS pada capsulitis
dengan MWD dan Manual Therapy dalam mengurangi nyeri dan meningkatkan
Lingkup gerak sendi pada Capsulitis adhesive sebagai bahan karya tulis ilmiah untuk
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Sistem Persendian
a) Sendi Glenohumeral
Sendi glenohumeral ini adalah sendi sinovial yang sering disebut sendi ball
and socket sendi ini terbentuk antara caput humeri dan cavitas glenoidalis
scapula. Sendi ini merupakan sendi multiaxial dengan jangkauan gerak yang
sangat luas. Permukaan sendi glenohumeral terdiri atas caput humeri yang
berbentuk bulat dan besar serta cavitas glenoidalis scapula (Drake, 2012).
2
1
Gambar 1
Sendi Glenohumeral (Paulsen, 2010).
Keterangan
1. Cavitas glenoidalis Scapula
2. Caput Humeri
b) Ligamen
4
sendi sternoclavikularis. (2) ligamen interclavicular yang saling berhubungan
acromioclavicular yang kecil di sebelah superior dari sendi dan lewat di anatra
coracoclavikulare yang jauh lebih besar yang tidak secara langsung terhubung
kuat, menjadi penyangga berat utama untuk ekstremitas superior pada clavicula
minus dan disebelah inferior terkait collum anatomicum humerus (Drake, 2012).
Gambar 2
Ligament pada persendian bahu (Paulsen, 2010)
Keterangan gambar
1. Ligment acromioclaviculare
2. Ligament coracoclaviculare
3. Ligament glenohumeral
5
c) Kapsul sendi
Kapsul sendi merupakan pembungkus sendi yang berasal dari fossa
glenoidalis scapula sampai collum Anatomicum humeri. Kapsul sendi dibagi
menjadi dua lapisan yaitu: (1) Capsul Fibrosa (bagian luar), Kapsul fibrous
berupa jaringan fibrous keras yang memiliki saraf dan pembuluh darah. Kapsul
fibrous merupakan kapsul yang membentuk sambungan silinder yang longgar
antara tulang. Kapsul fibrous merupakan kapsul yang tebal dan kuat, dan
beberapa jaringan fibrosa keras yang memiliki saraf reseptor dan pembuluh
darah. Fungsinya untuk memelihara posisi dan stabilisasi sendi. (2) Membrane
synovial (Bagian dalam) ,Membrane synovial merupakan garis kapsul dan
meluas ke bawah seperti kantong yang melapisi seluruh sendi. Kapsul sinovial
mempunyai jaringan fibrokolagen agak lunak dan memiliki saraf reseptor dan
pembuluh darah. Fungsinya untuk menghasilkan cairan sinovial dan sebagai
tranformator makanan ke tulang rawan sendi. Cairan sinovial normalnya bening,
tidak berwarna (Palastanga, 2012).
Gambar 3
Kapsul Sendi pada bahu (Palastanga, 2012).
Keterangan Gambar :
1. kapsul Sendi
6
2. Sistem Otot
a) Otot deltoid
Otot deltoid yang berorigo di nuchae superior, protuberantia occipitalis
eksternal, tepi medial ligamen nuchae, dan ligamen supraspinale yang
terkait dan insersio berada pada margo superior spina scapula, acromion,
tepi posterior 1/3 lateral klavikula. Berfungsi sebagai gerakan abduksi
utama brachium (Drake, 2012).
b) Otot supraspinatus
Otot supraspinatus yang berorigo 2/3 medial fossa supraspinata scapula
dan facei profundus yang menutupi musculus dan insersio berada pada sisi
paling superior pada tuberculum majus humeri. Berfungsi sebagai otot
rotator cuff dan menggerakan gerakan abduksi (Drake, 2012)
c) Otot pectoralis major
Otot pectoralis major yang berorigo pada pars clavicularis-facies
anterior bagian separuh medial clavicula, dan insersio berada pada crista
tuberculi majoris humeri. Yang berfungsi sebagai gerakan fleksi, adduksi,
rotasi medial dan ekstensi (Drake, 2012).
d) Otot biceps brachii
Otot biceps brachii yang berorigo pada caput-tuberculum
supraglenoidale scapulae dan insesio pada tuberositas radii. Yang berfungsi
untuk flexor tambahan brachium pada sendi glenohumeralis (Drake, 2012).
e) Otot latissimus dorsi
Otot latissimus dorsi yang berorigo pada processus spinosus 6 vertebra
thoracicae terbawah dan ligamen interspinalis yang terkait. dan insersio
pada bagian dasar sulcus intertubercularis. Berfungsi sebagai adduksi, rotasi
medial dan ekstensi (Drake, 2012).
f) Otot teres major
Otot teres major yang berorigo pada area oval yang memanjang pada
facies posterior angulus inferior scapula insersio pada crista tuberculi
minoris pada facies anterior humeri. Berfungsi sebagai rotasi medial dan
ekstensi pada sendi glenohumeralis (Drake, 2012).
7
g) Otot teres minor
Otot teres minor yang berorigo pada 2/3 superior jalur mendatar tulang
pada facies posterior scapula yang langsung berdekatan dengan margo
lateralis scapula dan berinsersio pada sisi inferior pada facies posterior
tuberculum majus humeri. Berfungsi sebagai otot rotator cuff dan rotasi
lateral (Drake, 2012).
h) Otot infraspinatus
Otot infraspinatus yang berorigo pada fossa infraspinata scapula dan
berinsersio pada sisi medius pada facies posterior tuberculum majus humeri.
Berfungsi sebagai otot rotator cuff, dan rotasi lateral (Drake, 2012).
2
3
1
7 8
6 4
5
a b
Gambar 4
Otot-otot pada bahu (Palastanga, 2012).
a. Keterangan gambar tampak anterior b. keterangan gambar tampak lateral
8
1. Sistem peredaran darah
a) Arteri scapularis
suplai darah utama di dinding posterior regio axillaris artery ini juga berperan
yang juga berasal dari arteri aksilaris bagian ketiga di regio aksilaris. Arteri
otot teres minor dan membentuk anastomosis dengan arteri lain di region ini
(Drake, 2012).
Arteria circumflexa posterior humerus arteri ini berasal dari arteri axillaris
bagian ketiga di regio aksilaris. Arteri ini dan nervus aksilaris meninggalkan
ke regio scapularis posterior. Pembulh darah ini menyuplai musculi terkait dan
d) Arteria axillaris
terkait dan berlanjut sebagai suplai darah utama untuk bagian ekstremitas
9
e) Arteri subscapularis
aksilaris dan menjadi suplai darah utama ke dinding posterior region (Drake,
2012).
f) Vena axillaris
Vena aksilaris berawal dari tepi bawah musculus teres major dan
Gambar 5
Sistem peredarah darah pada bahu (Drake, 2012)
Keterangan gambar
1) Arteri scapularis
2) Arteria circumflexa anterior
3) Arteria circumflexa posterior
4) Arteria axillaris
5) Arteri subscapularis
6) Vena axillaris
2. Sistem persarafan
a) Nervus suprascapularis
10
Nervus ini berawal dari pangkal leher dari truncus superior plexus
b) Nervus axillaris
mempersarafi musculus deltoid dan muskulus teres minor, selain itu memiliki
cabang kulit nervus cutaneus lateralis superior yang membawa sensasi umum
Gambar 6
Sistem saraf pada bahu (Drake, 2012)
Keterangan gambar
1) Nervus axillaris
2) Nerves radialis
3) Nervus subscapularis
4) Nervus subscapularis inferior
11
3. Biomekanik bahu
Gerakan yang terjadi pada sendi Glenohumeral meliputi : (1) Fleksi : yaitu
sagittal. Dengan nilai lingkup gerak sendi 90 – 180º. (2) Gerakan Ekstensi : yaitu
bidang sagittal,dengan Nilai aktif 40º. (3) Gerakan Abduksi yaitu : gerakan pada
bidang frontal,dengan nilai lingkup gerak sendi 180º. (4) Gerakan adduksi yaitu :
lingkup gerak sendi 40º. (5) Gerakan eksorotasi yaitu : gerakan sepanjang axis
nilai lingkup gerak sendi 90º. (6) Gerakan internal rotasi yaitu : suatu gerakan
1 2 3
Gambar 7
Biomekanik dari sendi bahu (Palastanga, 2012).
Keterangan gambar
1) Bidang sagital fleksi,ekstensi
2) Bidang frontal abduksi,adduksi
3) Bidang rotasi lateral rotasi,medial rotasi
12
B. Capsulitis Adhesive
1. Definisi
gerak aktif dan pasif bahu.terjadi peradangan pada sinovium bahu dengan
primer dan sekunder: (1) capsulitis adhesive primer adalah yang bersifat
idiopatik atau tidak diketahui penyebabnya. Gangguan ini yang juga disebut
yaitu diikuti dengan adanya periode nyeri dan keterbatasan gerak, seperti pada
2. Etiologi
sering pada wanita (60%) dibandingkan pria (40%) Namun capsulitis adhesive
kemungkinan terjadi karena (1) imobilitas sendi bahu dalam jangka panjang,
(2) trauma/cedera pada bahu, (3) Over use atau penggunaan bahu yang
shoulder dapat disebabkan dengan patologi pada rotator cuff, tendinitis, bursitis
13
dan frozen shoulder lebih sering terjadi pada penderita diabetes (15-20%)
3. Patofisiologi
pada kapsul sendi dan terjadi peningkatan viskositas cairan sinovial sendi
sehingga khas pada kasus frozen shoulder ini yaitu keterbatasan pola
Pada fase berlangsung selama 2-9 bulan, pasien mengalami nyeri dan
c) Thawing phase
Tanda dan gejala yang sering muncul pada capsulitis adhesive adalah nyeri
14
berbagai tipe artritis pada capsulitis adhesive yang mengakibatkan
hipermobilitas: (1) akut yaitu nyeri dan akan membatasi gerakan biasanya
gerakan eksternal rotasi dan gerakan abduksi. Nyeri sering kali menjalar sampai
ke bawah siku dan dapat mengganggu penderita untuk tidur. (2) subakut yaitu
sudah terdapat kekakuan dan muncul keterbatasan gerak sesuai dengan pola
kapsuler, penderita merasakan nyeri di akhir gerakan yang terbatas. (3) kronik
yaitu keterbatasan progresif pada kapsul sendi, keterbatasan gerak dalam pola
kapsuler dan penurunan joint play. Pada fase ini penderita tidak mampu untuk
2016).
5. Diagnosa Banding
a) Tendinitis Bicipitalis
menyebabkan cedera stress berulang atau cedera akut yang serius dapat
perubahan patologi pada tendon otot penyusun rotator cuff dimana biasanya
terjadi peradangan pada tendon otot lebih dari satu karena adanya cidera
langsung yang mengenai bahu ataupun juga cidera yang disebabkan oleh
15
c) Tendinitis supraspinatus
bahu dalam melakukan gerakan dan fungsinya akibat radang pada tendon
supraspinatus.
C. Problematik Fisioterapi
1. Nyeri
a) Definisi
dalam intensitas ringan, sedang, berat, dengan kualitas tumpul, terbakar dan
1) Teori nyeri
organ tubuh yang secara khusus mentransmisi rasa nyeri. Melalui saraf
16
diyakini bahwa dapat menerima rangsangan nyeri dan
thalamus, yang akhirnya akan dihantarkan pada daerah yang lebih tinggi
sehingga timbul respon nyeri. (2) teori pola (pattern theory), teori ini
menerangkan bahwa ada dua serabut nyeri yaitu serabut yang mampu
menafsirkan karakter dan kualitas input sensasi nyeri. (3) teori gerbang
kendali nyeri (gate control theory), teori ini terdapat semacam pintu
gerakan aktif maupun pasif pada sendi dengan menghasilkan sudut gerak.
(Aras, 2016).
yaitu terjadi kekakuan pada kapsul sendinya dimana bila terjadi gangguan
pada kapsul sendi maka keterbatasan gerak yang terjadi adalah pola
17
D. Instrumen Penilaian
Nyeri adalah suatu rasa yang tidak nyaman. Pemeriksaan ini menggunakan
alat ukur menggunakan VAS (Visual Analog Scale). VAS adalah sebuah
penelitian klinis
10 cm atau 100 mm, dimana pasien menandai garis dengan memberikan sebuah
diatas garis 10 cm dari titik tidak nyeri ke titik yang ditandai oleh pasien. Scor
0 mm 100 mm
Parameter pengukuran Vas sebagai berikut:
2. Goniometer
a) Definisi
18
mengukur lingkup gerak sendi aktif maupun pasif. Tujuan dari pengukuran
(Aras, 2016).
1
2
Gambar 8
Goniometer 180 dan 360 (Clarkson, 2013)
Keterangan gambar
1) Axis
2) Stationary Arm
3) Movable Arm
b) Prosedur pengukuran Pada bahu
memastikan pasien pahan. (3) Posis fisioterapi : berada di lengan yang akan
diukur. (4) pastikan region yang akan di tes bebas dari pakian sehingga
19
bidang rotasi goniometer axis diletakan pada ulecranon ulna, statioanary
arm sejajar dengan lantai, movable arm sejajar axis longitudinal ulna.(8)
a) Definisi
bentuk frekuensi 2456 dan 915 MHz dengan panjang gelombang 12.25 arus
b) Tujuan
(Sudarsini, 2017).
20
MWD: untuk mengurangi nyeri, percepatan penyembuhan jaringan,
d) Prosedur Pelaksanaan
1) Persiapan alat: (1) cek kelengkapan alat dan fungsinya, (2) memastikan
stop kontak dalam posisi yang benar, (3) sebelum digunakan, dilakukan
2) Persiapan pasien: (1) posisi pasien tidur tengkurap, (2) daerah yang
diterapi bebas dari pakian dan logam (3) pasien diberi penjelasan
mengenai alat apa yang dirasakan,efek yang dihasilkan melaui alat, (4)
21
Gambar 9
Penerapan penggunaan MWD (Delisa, dkk, 2005)
melakukan gerakan pasif sedini mungkin yang dilakukan oleh pasien secara
pelaksaan teknik ini adalah dalam setiap gerakan diberikan ayunan sebanyak
22
BAB III
1. Waktu
Studi kasus ini dilakukan antara tanggal 3 Mei – 26 Mei 2021, sebanyak 6x
2. Tempat
1. Pengkajian Fisioterapi
1) Identitas pasien
alamat Walantakan.
2) Keluhan utama
23
pasien pasiene memeriksakan diri di puskesmas, setelah dari puskesmas
pasiene mulai merasakan nyeri di bahu sebelah kiri pasien, ketika pasien
rujuk lagi ke dokter saraf. Setelah ke dokter saraf pasien di rujuk ke poli
c) Pemeriksaan fisik
(2) denyut nadi 75x / menit, (3) pernapasan : 26x / menit, (4) temperatur
: 36oC
2) Inspeksi
Inspeksi dilihat dari, (1) statis : bahu kanan kiri terlihat simetris dan
tidak ada oedema. (2) dinamis : pada saat masuk ke ruangan fisioterapi
24
3) Palpasi
Dari hasil palpasi ditemukan : (1) tidak ada spasme otot, (2) adanya
1) Gerak aktif
adanya nyeri.
2) Gerak pasif
adanya nyeri.
Hasil pemeriksaan yang diperoleh, (1) kognitif : baik dilihat dari pasien
25
Meraih sesuatu di rak tinggi? 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Menyentuh ke bagian belakang 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
leher anda?
Mendorong dengan tangan yang 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
sakit?
Tabel 1, Skala SPADI
Skala Disabilitas
Berapa besar kesulitan yang anda miliki?
0 = tidak ada kesulitan dan 10 = sangat sulit dan membutuhkan bantuan.
Mencuci rambut anda? 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Menggosok punggung anda? 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Mengenakan baju? 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Memakai kemeja dengan kancing 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
didepan?
Memakai celana anda? 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Menempatkan benda ke rak yang 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
tinggi?
Membawa benda berat 10 pounds 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
(4,5 kg)?
Mengambil sesuatu dari saku 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
belakang anda?
Tabel 2, Skala SPADI
C. Pemeriksaan Spesifik
Nyeri
Diam 0 10
Nyeri
Gerak 0 10
Nyeri
Tekan 0 10
26
2. Pemeriksaan LGS
Kiri Kanan
3. Appley Tes
4. Yergason Test
fleksi pasien diminta untuk supinasi dan melawan tahanan lengan fisioterapi.
D. Problematik Fisioterapi
Dari pemeriksaan dan pengkajian yang dilakukan, maka data yang diperoleh
dipakai untuk menentukan problem fisioterapi, pada penderita Post Stroke ini
27
1. Impairment
2. Functional limitation
3. Participation restriction
E. Program Fisioterapi
1. Tujuan Fisioterapi
2. Rencana evaluasi
Komponen atau hal – hal yang akan dievaluasi pada kodisi ini berdasarkan
3. Prognosis
Dari hasil pengamatan, pemeriksaan dan kondisi pasien saat ini dapat
Bonam.
4. Edukasi
28
b) Perhatikan posisi tidur jangan terlalu sering tidur posisi miring kiri atau
5. Tindakan fisioterapi
a) Teknologi alternatif
1) MWD
2) Pendullum Exercise
aktif.
F. Penatalaksaan Fisioterapi
1. MWD
a) Periapan alat:
b) Persiapan pasien :
29
c) Pelaksanaan Fisioterapi :
Lakukan tes sensibilitass setelah itu arahkan siner ke daerah yang akan
– 15 menit
2. Pendulum Exercise
a) Posisi pasien :
b) Pelaksanaan :
Sesaat
30
Evalusi Berkala nyeri dengan VAS
Hari Nyeri
pertama Diam 0 10
Nyeri
Gerak 0 10
Nyeri
Tekan 0 10
Hari Nyeri
keenam Diam 0 10
Nyeri
Gerak 0 10
Nyeri
Tekan 0 10
Evaluasi Berkala LGS dengan Goniometer
31
DAFTAR PUSTAKA
Amien Suharti, Dkk. (2018). Penatalaksanaan Fisioterapi pada Frozen Shoulder Sinistra
Terkait Hiperintensitas Labrum Posterior Superior di Rumah Sakit Pusat
Angkatan Darat Gatot Soebroto. Depok jawa barat.
Aras Djohan, Dkk, 2016. The new concept of physical therapist test and measurement,
makassar: physiocare publishing.
Bickley Lynn, 2013. Gauide to Physical Examination and History Taking. Wolter healt.
cina
Donatelli, robert A. 2011. Physical Therapy of the shoulder, Las vegas, Nevada
Ikatan fisioterapi Indonesia, 2017. Panduan praktel klinis fisioterapi Indonesia. Jakarta.
Hal 68-69
Mulyawan Erwin & Antonius Wijoyo. (2020). Injeksi sendi glenohumeral dan bursa
subacromial disertai blok saraf suprascapularis dengan pulsed radiofrequency pada
pasien dengan nyeri bahu akibat adhesiva capsulitis, journal of Anaesthesia and
pain, 2020, Vol. 1, 17-24.
Kisner Carolyn & Lynn Colby, 2014. Terapi latihan dasar dan teknik, edisi 6 vol.
Jakarta: EGC
Kisner Carolyn & Lynn Colby, 2014. Terapi latihan dasar dan teknik, edisi 6 vol. 2,
Jakarta: EGC
Kisner Carolyn & Lynn Colby, 2002. Terapi latihan dasar dan teknik, edisi 6 vol. 2,
Jakarta: EGC
32
Kisner Carolyn & Lynn Colby, 2016. Terapi latihan dasar teknik, edisi 6 Vol 1 dan 2,
Jakarta: EGC
Purnomo Didik Purnomo, Dkk. (2017). Pengaruh mikro wave diatermi terapi manual
dan terapi latihan pada frozen shoulder et causa capsulitis adhesiva micro wave
diathermy, manual therapy and exercise therapy effect in frozen shoulder et causa
capsulitis adhesive, Jurnal Fisioterapi dan Rehabilitasi (JFR) Vol. 1, No. 2, Tahun
2017, ISSN 2548-8716.
Qudus Abdul & Shopia Arofy. (2019). pengaruh terapi ultrasound terhadap nyeri pada
pasien carpal tunnel syndrome di rsud kesehatan kerja rancaekek, Jurnal
INFOKES-Politeknik Piksi Ganesha.
Salim, (2014). Penambahan terapi manual therapy pada latihan pendular codman lebih
meningkatkan lingkup gerak sendi pada sendi glenohumeral pada penderita frozen
shoulder, jurnal fisioterapi volume 14nomor 1, april 2014.
33