Anda di halaman 1dari 32

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI

PADA KASUS POST OPERASI REPOSISI DISLOKASI ELBOW SINISTRA

Disusun Oleh:

Aditya Chalik Padoli (201951031)

Winda Dia Futri (202051012)

Tri Rahayuningsih (202051013)

Edwin Ade Saputra (202051014)

Nur Kharunnisa (202051015)

Dosen Pengampu :
Adi Saputra Junaidi, S. Fis, M. Fis

PROGRAM STUDI DIII FISIOTERAPI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM
JAMBI
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penuis dapat menyusun makalah ini
tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang “DISLOKASI ELBOW"

Dalam penyusunan makalah ini, penulis merasa banyak mendapat


tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan
itu bisa teratasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya
mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik dari pembaca sangat kami
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.

Jambi 24 Desember 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................1
1.3 Tujuan..................................................................................................1
BAB II TINJAUAN TEORITIS....................................................................3
2.1 Definisi.................................................................................................3
2.2 Anatomi Fungsional............................................................................3
2.3 Etiologi.................................................................................................9
2.4 Patofisiologi ........................................................................................9
2.5 Teknologi Intervensi Fisioterapi.......................................................10
BAB III PELAKSANAAN STUDI KASUS.................................................13
3.1 Pengkajian Fisioterapi........................................................................13
BAB IV PENUTUP.........................................................................................28
4.1 Kesimpulan..........................................................................................28
4.2 Saran ...................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................29

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Dislokasi adalah terjadinya pergeseran tulang dari permukaan yang


disebabkan tertariknya kapsul . Dislokasi sendi terjadi ketika tulang bergeser
dari posisinya pada sendi. Dislokasi sendi biasanya terjadi setelah trauma
berat, yang mengganggu kemampuan ligament menahan tulang ditempatnya..
Dislokasi elbow adalah lepasnya hubungan sendi pada siku yang sering
disebabkan oleh suatu cidera akibat trauma tidak langsung atau trauma
langsung pada siku. (Singh et al., 2021)
Penanganan dislokasi dapat dilakukan dengan reduksi.Reduksi dilakukan
dengan melakukan traksi longitudinal pada lengan bahwa dengan traksi lawan
pada lengan atas. Setelah reduksi lakukan imobilisasi lengan dengan gips
posisi felksi siku >90 derajad selama 3 minggu. Akibat adalah gangguan
berupa imperment, fungctional limitation, dan disability. Impairment
misalnya spasme otot penggerak sendi siku, nyeri, keterbatasan lingkup gerak
sendi elbow joint, serta penuruanan kekuatan otot penggerak sendi siku.
Fungsional limitation berupa ganggaun self care seperti mandi, makan dan
berpakaian. Disability berupa ketidakmampuan pasien untuk melakukan
aktifitas atau hobi sesuai dengan usia dan perannya. (Singh et al., 2021)
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa Defenisi Dari Dislokasi
1.2.2 Apa Anatomi Dislokasi
1.2.3 Apa Etiologi Dislokasi
1.2.4 Apa Patofisiologi Dislokasi
1.2.5 Bagaimana Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Dislokasi
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk Mengetahui Apa Defenisi Dislokasi
1.3.2 Untuk Mengetahui Apa Anatomi Dislokasi
1.3.3 Untuk Mengetahui Apa Etiologi Dislokasi
1.3.4 Untuk Mengetahui Apa Patofisiologi Dislokasi

1
2

1.3.5 Untuk Mengetahui Bagaimana Penatalaksanaan Fisioterapi Pada


Dislokasi
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Defenisi
Ketika permukaan sendi siku terpisah, siku mengalami dislokasi.
dislokasi siku dapat terjadi sebagian atau seluruhnya. Pada dislokasi total,
permukaan sendi terpisah sepenuhnya. Pada dislokasi sebagian, permukaan
sendi hanya terpisah sebagian.Dislokasi sebagian juga disebut dengan
subluksasi.Siku adalah sendi kedua tersering yang mengalami dislokasi pada
orang dewasa (setelah dislokasi bahu). Jumlah tenaga yang diperlukan untuk
menyebabkan dislokasi siku juga dapat menyebabkan fraktur tulang. Kedua
cedera ini (dislokasi-fraktur) sering terjadi bersamaan. (Benabdallah, 2018)
2.2 Anatomi Fungsional
Articulatio/sendi cubiti merupakan sendi synovial tipe engsel yang
terletak pada 2-3 cm inferior dari epicondylus humerus, terdiri dari tiga
tulang, tiga ligamen, dua sendi dan sebuah kapsul. Artikulasi antara humerus
dengan radius dan ulna akan membentuk sendi cubiti, yaitu terdiri dari sendi
humero-ulnaris dan humeroradialis. (Benabdallah, 2018)

Sendi humero-ulnaris (a hinge joint) dibentuk oleh artikulasi antara


trochlea humeri dengan incisura trochlearis pada ulna, sendi humeroradialis
dibentuk oleh artikulasi antara capitulum humeri dengan caput radii. Kedua
sendi ini dibungkus oleh kapsul sendi yang tipis dan lemah di bagian anterior

3
4

dan posterior, namun tebal dan kuat di bagian lateral dan medial untuk
membentuk ligamentum collateral lateralis dan medialis. (Benabdallah, 2018)
2.2.1 Kapsul dan Ligamen Sendi Cubiti
Kapsul sendi cubiti membungkus sendi humero-ulnaris dan
humeroradialis, serta sendi radio-ulnaris proksimal. Lapisan fibrosa kapsul
sendi melekat pada humerus pada tepi distal lateral dan medial permukaan
sendi pada capitulum dan trochlea humeri. Bagian anterior dan dan posterior
terletak pada superior dan proksimal fossa coronoidea dan fossa olecranon.
Membran synovial terletak pada permukaan dalam lapisan fibrosa kapsul
sendi dan bagian non-articular intracapsular humerus. Bagian inferior
bergabung dengan membran synovial pada sendi radio-ulnaris bagian
proksimal. Ligamen pada cubiti terdiri dari ligamentum collateral medialis
dan lateralis serta ligamentum annularis. Ligamentum collateral medialis
berbentuk segitiga dan terletak pada sisi medial cubiti. Ligamen ini melekat
pada epicondylus medialis humeri dan berjalan obliq ke sisi medial processus
coronoideus dan processus olecranon ulnaris. Ligamentum collateral lateralis
juga berbentuk segitiga, bagian proksimal melekat pada epicondylus lateralis
humeri dan distal melekat pada ligamentum annularis dan sisi lateral ulna.
Kedua ligamen ini sangat menentukan stabilitas medial dan lateral cubiti.
Ligamentum annularis melekat pada bagian anterior dan posterior incisura
radialis ulnaris, mencakup caput radii dan ulna. (OrthoInfo, n.d.)
5

2.2.1.1 Ligamentum Collateral Medialis


Ligamentum collateral medialis terdiri dari berkas serat anterior,
posterior dan transversa. Serat anterior merupakan serat yang paling kuat dan
paling tebal pada ligamentum collateral medialis. Serat anterior ini berjalan
dari bagian anterior epicondylus medialis dan berakhir pada bagian medial
processus coronoideus ulna. Serat posterior kurang didefinisikan
dibandingkan ligamentum collateral medialis dan pada dasarnya merupakan
serat yang tebal pada bagian capsula posterior-medial. Serat posterior melekat
pada epicondylus medialis bagian posterior dan memasuki tepi medial
processus olecranon. Serat transversa merupakan serat yang kurang
berkembang, berjalan menyilang dari olecranon ke processus coronoideus
ulna. (OrthoInfo, n.d.)

2.2.1.2 Ligamentum Collateral Lateralis


Kompleks ligamentum collateral lateralis memiliki bentuk yang lebih
bervariasi dibandingkan ligamentum collateral medialis. Kompleks ligamen
berasal dari epicondylus lateralis dan kemudian terbagi menjadi dua serat
yaitu ligamentum collateral radialis, yang menyebar dan berbaur dengan
ligamenetum annularis, dan ligamentum collateral ulnaris, yang melekat pada
distal crista musculi supinator ulnaris. Ligamentum collateral ulnaris bersama
dengan serat anterior ligamentum collateral medialis berfungsi sebagai “guy
6

wire” kolateral pada sendi cubiti yang berpengaruh terhadap stabilitas medial
dan lateral ulna selama gerakan pada bidang sagittal. (OrthoInfo, n.d.)

2.2.1.3 Ligamentum Annularis


Ligamentum annularis merupakan salah satu ligamen yang berperan
dalam mempertahankan stabilitas sendi cubiti. Ligamen ini membentuk
bagian sentral dari kompleks struktur yang terdiri dari kapsul sendi cubiti
lateral dan ligamen. Kompleks ini terdiri dari membran synovial kapsul sendi,
kondensasi annularis dan kontribusi dari kompleks ligamen collateralis
lateralis dan musculus supinator. (Dwi, 2022)

Ligamentum annularis membentuk cincin yang mengelilingi caput radii,


melekat pada bagian tepi anterior dan posterior insicura radialis pada ulna.
Bagian dari kondensasi annular pada caput radii disebut dengan “annular
band”. Bagian superior dari ligamentum ini sangat kuat, sedangkan bagian
7

inferiornya melekat longgar pada collum radii melalui membran synovial.


Bagian bawah ligamen annularis dapat memutar selama gerakan rotasi radius
(pronasi dan supinasi) pada sendi radio-ulna. (Dwi, 2022)
2.2.2 Bursa Sendi Cubiti
Hanya beberapa bursa di sekitar sendi cubiti yang berperan penting
dalam klinis, antara lain bursa olecranon dan bicipitoradialis (bursa biceps).

Bursa olecranon terdiri dari bursa olecranon intratendineus, subtendineus


dan subcutaneus. Bursa olecranon intratendineus terletak pada tendon
musculus triceps brachii, bursa olecranon subtendineus terletak antara
olecranon dan tendon triceps, dan hanya bagian proksimal yang melekat pada
olecranon, sedangkan bursa olecranon subcutaneus terletak pada jaringan ikat
subkutan. Bursa bicipitoradialis (bursa biceps) merupakan bursa yang
memisahkan tendon musculus biceps brachii dengan bagian anterior
tuberositas radii. (Nuach et al., 2014)
2.2.3 Otot-otot Cubiti
2.2.3.1 Musculus brachialis
Musculus brachialis berorigo pada pertengahan distal humerus fascia
anteromedial dan anterolateral humeri dan berinsertio pada processus
coronoideus dan tuberositas ulnae. Otot ini terletak profundus dari musculus
biceps brachii dan diinervasi oleh nervus musculocutaneus. Otot ini tidak
mempunyai perlekatan dengan radius sehingga tidak ikut berperan dalam
gerak pronasi dan supinasi, tetapi berfungsi sebagai fleksor kuat pada sendi
cubiti sehingga disebut “workhorse of the elbow joint”. (Nuach et al., 2014)
8

2.2.3.2 Musculus biceps brachii


Musculus biceps brachii mempunyai dua caput, yaitu caput brevis dan
caput longum. Kedua caput ini melekat di scapula. Caput longum berorigo di
tuberositas supraglenoidalis, berjalan melewati caput humerus dan keluar dari
kapsul sendi untuk turun melalui sulcus intertubercularis dan kemudian
bergabung dengan caput brevis yang berorigo di processus coracoideus. Otot
ini berinsersio di tuberositas radii, sebagian tendo insersionya sebagai lacertus
fibrosus yang melekat di fasia antebrachii dan ulna. Caput longum berfungsi
untuk fleksi pada sendi humeri dan cubiti, sedangkan caput brevis berfungsi
untuk supinasi pada sendi radioulnaris. Otot ini diinervasi oleh nervus
musculocutaneus. (Arif et al., 2021)
2.2.3.3 Musculus triceps brachii
Musculus triceps brachii mempunyai tiga caput, yaitu caput longum dan
lateral yang terletak di lapisan supeerficial, serta caput medial yang terletak di
lapisan profundus. Otot ini terletak di bagian posterior humerus dan sebagian
besar membentuk massa otot pada regio brachii dorsalis. (Arif et al., 2021)

Caput longum beorigo di tuberositas infraglenoidalis, caput lateral


berorigo di permukaan posterior humerus, di bawah tuberculum majus,
sedangkan caput medial berorigo di posterior humerus, inferior dari origo
caput lateral. Otot ini diinervasi oleh nervus radialis dan berfungsi untuk
ekstensi cubiti. (Arif et al., 2021)
2.2.3.4 Musculus brachioradialis
Musculus brachioradialis mempunyai dua tempat perlekatan, yaitu pada
humerus dan radius. Otot ini berorigo di bagian superior dari linea
9

supracondylaris lateralis humeri, dan berinsertio di processus styloideus radii.


Otot ini diinervasi oleh nervus radialis dan berfungsi untuk fleksi cubiti.
(Putri et al., 2021)
2.3 Etiologi
Pada kasus dislokasi elbow mendapatkan tindakan medis berupa non
operatif yang bertujuan untuk reduksi setelah itu dipertahankan dalam gips
dengan posisi siku fleksi lebih dari 90 derajad, selama 3 minggu. Setelah 3
minggu dalam keadaan seperti ini akan terjadi spasme pada otot-otot
penggerak siku sehingga mengakibatkan nyeri pada saat digerakkan,
penurunan LGS siku dan penurunan kekuatan otot-otot penggerak sendi siku.
Sehingga timbulnya rasa nyeri, yang mengakibatkan penurunan LGS dan
kekuatan otot. (Putri et al., 2021)
Penyebab dislokasi siku yang paling umum adalah trauma, seperti jatuh
atau kecelakaan. Pada saat terjatuh, seringkali secara refleks seseorang akan
menahan dengan tangan sehingga beban tersalurkan ke siku dan mendorong
tulang lengan bawah keluar dari persendian. (SARI, 2009)
Hal ini sering dialami pada olahraga yang mudah kehilangan
keseimbangan, seperti gimnastik atau bersepeda. Dislokasi siku juga dapat
terjadi pada anak-anak berusia di bawah empat tahun akibat tarikan pada
kedua tangan anak. Anak-anak lebih rentan terkena dislokasi siku karena
mereka memiliki ligamen yang kendur akibat tulang yang belum terbentuk
sempurna. (SARI, 2009)
2.4 Patofisiologi
Pada khasus dislokasi elbow dextra akan dilakukan reduksi dan
pemasangan manset selama 3 minggu. Pemasangan manset berguna agar
tulang berada ditempatnya dan kerusakan jaringan lunak disekitar dislokasi
elbow dextra tidak lebih parah. Proses penyembuhan jaringan lunak menurut
(Issaquah, 2014), yaitu : 1) Fase I : Inflamasi 2) Fase II : Repair 3) Fase III :
Remodeling. (Putra, 2019)
10

2.5 Teknologi Intervensi Fisioterapi


2.5.1 Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS)
Transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS) merupakan alat
bertenaga listrik bertegangan rendah yang dialirkan ke kulit lewat elektroda
yang diletakkan diatas area yang mengalamigangguan.Arus listrik
menmbloking saraf sensorik area tersebut dengan jalan menghambat
transmisi nyeri menuju otak. (Putra, 2019)
2.5.2 Ultrsound (US)
Ultrasound therapy adalah suatu terapi dengan menggunakan getaran
mekanik gelombang suara dengan frekuensi lebih dari 20.000 Hz. Yang
digunakan dalam fisioterapi adalah 0,5-5 MHz dengan tujuan untuk
mrnimbulkan efek teurapeutik melalui proses tertentu. (Putra, 2019)
2.5.3 Terapi Latihan
2.5.3.1 Free Active Exercise
Gerak fungsional merupakan gerak yang harus distimulus secara
berulang-ulang agar terkoordinasi secara disadari serta menjadi reflex 56
secara otomatis berdasarkan keterampilan aktivitas kehidupan seharihari. Hal
ini tergantung pada cara pertolongan saat relearning gerakan yang akan
mempengaruhi sensasi gerak, maka sangat baik dilakukan 54 terapi latihan
sedini mungkin untuk mencapai aktivitas motorik seharihari. Pemulihan
anggota gerak yang mengalami kelemahan terdapat faktor yang
mempengaruhi peningkatan rentang gerak. Lamanya pemberian latihan dapat
mempengaruhi hasil yang diperoleh. Terlihar dari hasil penelitian, tampak
peningkatan rentang gerak pada minggu ke-4. Menurut penelitian Wirawan
(2009), lamanya latihan tergantung pada stamina pasien. Terapi latihan yang
baik adalah yang tidak melelahkan, durasi tidak terlalu lama (30-60 menit)
namun dengan pengulangan yang sesering mungkin. (Priyonoadi, 2007)
Free active movement merupakan gerak yang dilakukan karena adanya
kekuatan otot dan anggota tubuh sendiri tanpa bantuan, gerakan yang
dihasilkan oleh kontraksi dengan melawan gravitasi Tujuan free active
11

movement adalah untuk menjaga elastisitas otot, menstimulus untuk integritas


jaringan tulang dan sendi, meningkatkan sirkulasi darah dan meningkatkan
koordinasi dan fungsional motoric. (Priyonoadi, 2007)
2.5.3.2 Resisted Active Exercise
Yaitu adanya iiradiasi atau over flow reaction akan mempengaruhi
rangsangan terhadap motor unit, motor unit merupakan suatu neuron dan grup
otot yang disarafinya. Komponen-komponen serabut otot akan berkontraksi
bila motor unit tersebut diaktifkan dengan memberikan rangsangan pada cell
(AHC)nya. Jadi kekuatan kontraksi otot ditentukan motor unitnya, otot akan
berkontraksi secara kuat bila otot tersebut semakin banyak menerima
rangsangan motor unitnya. Dan jumlah motor unit yang berkontraksi sesuai
dengan serabut-serabut motor unit yang disyarafi sesuai serabut yang aktif.
(Priyonoadi, 2007)
Resisted active movement yaitu gerak aktif dengan tahanan dari luar
terhadap gerakan yang dilakukan oleh pasien. Tahanan dapat berasal dari
terapis, pegas maupun dari pasien itu sendiri. Salah satu cara untuk
meningkatkan kekuatan otot adalah dengan meningkatkan tahanan secara
bertahap dan pengulangan gerakan dikurangi. Tujuan Resisted active
movement untuk meningkatkan kekuatan otot, memelihara atau menambah
lingkup gerak sendi. (Priyonoadi, 2007)
2.5.4 Massage
Massage adalah suatu seni gerak tangan yang ditujukan sebagai media
untuk mengembalikan keadaan tubuh kembali normal (Wijanarko & Riyadi,
2010). Massage adalah suatu seni gerak tangan yang bertujuan untuk
mendapatkan kesenangan dan memelihara kesehatan jasmani (Priyonoadi,
2011). Secara teori massage ialah istilah yang digunakan untuk menerangkan
manipulasi-manipulasi tertentu dari jaringan lunak badan kita. Massage dapat
bermanfaat sebagai alternatif penyembuhan cedera, pemulihan kebugaran,
penyembuhan penyakit kronis, serta pendukung prestasi atlet. Menurut versi
pengertian lain, massage adalah suatu istilah yang digunakan untuk
menerangkan manipulasi-manipulasi tertentu dari jaringan lunak pada tubuh
12

kita. Sedangkan menurut Arovah (2011) massage adalah salah satu modalitas
fisioterapi yang banyak digunakan atlet untuk meningkatkan performa fisik
maupun untuk mengatasi cedera serta gangguan fisik lainnya akibat kerja
fisik dengan intensitas tinggi. Dengan adanya pemberian perlakuan massage
yang dilakukan oleh masseur kepada pasien akan sedikit banyak membantu
pasien dalam memberikan ketenangan baik secara psikologis, fisiologis
ataupun mekanis (Wijanarko & Riyadi, 2010). Selain akibat yang
ditimbulkan tersebut, massage juga dapat mengurangi rasa sakit yang di
akibatkan adanya cedera pada saat beraktivitas ringan maupun berat. Oleh
karena itu dalam pemberian massage seorang masseur diharapkan akan
memberikan rasa senang, aman, nyaman dan damai. (Al-Muqsith, 2017)
BAB III
PELAKSANAAN STUDI KASUS
3.1 Pengkajian Fisioterapi
Proses pemecahan masalah yang harus dihadapi oleh fisioterapi pada
kasus Post Operasi Reposisi Dislokasi Elbow Sinistra. Pengkajian fisioterapi,
problematika fisioterapi, tujuan atau rencana fisioterapi, pelaksanaan
fisioterapi dan evaluasi terhadap hasil terapi.
3.1.1 Anamnesis
Anamnesis pmerupakan pengumpulan data dengan melakukan Tanya
jawab dengan sumber data, dengan anamnesis dapat diperoleh data-data yang
dibutuhkan dalam menentukan diagnose dan terapi yang diberikan, pada
kasus ini dilakukan secara auto anamnesis.
1. Anamnesis Umum
Nama : Ny.M
Umur : 36 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Kenali Asam Bawah

II. Data Data Medis Rumah Sakit


Diagnosa Medis : Neglected Dislocation Elbow Sinistra
Catatan Klinis :
Riwayat Tindakan Medis,dll :-
Medika Mentosa :
Data pendukung :-
Hasil Lab :-
Foto Rongen : lampiran
Rujukan Fisioterapi (dari siapa,isi rujukan):
Dr.orthopedi memberikan rujukan fusioterapi kepada ny.M usia 35 tahun dengan
diagnose neglected dislocation elbow sinestra

13
14

III. SEGI FISIOTERAPI


A. Pemeriksaan Subyektif (Anamnesis)
Keluhan Utama :Pasien mengeluhkan siku sebelah kiri kaku, tidak dapat
diluruskan.
1. Lokasi Keluhan :

2. Riwayat Penyakit Sekarang


Pada 30 Januari 2020 Os jatuh terpeleset di belakang rumah saat
akan ke kamar mandi. Saat jatuh Os terduduk dengan posisi tangan kiri
menumpu, siku lurus dan tangan terputar kearah dalam. Setelah jatuh Os
masih sadar, tangan sakit tetapi tidak bengkak. Saat siku ditekuk, tulang
sejajar jari kelingking di dekat siku menonjol keluar. Os langsung pergi ke
tukang urut, di tukang urut Os hanya diurut seperti biasa dan disuruh untuk
meluruskan sikunya selama sebulan. Tanggal 13 Maret 2020, Os
merontgen sikunya dengan inisiatif sendiri. Hasil rongent menyatakan ada
deformitas pada sendi siku kiri, yaitu letak tulang yang tidak sesuai.
Setelah 1 bulan, Os tidak dapat menekuk dan memutar lengan kiri
15

bawahnya sama sekali, tetapi Os tetap melanjutkan pergi ke tukang urut


hingga 8 kali dalam rentang waktu 2 bulan.
Pada tanggal 7 April 2020, Os mencoba ke tukang urut yang lain.
Saat pertama kali datang, tukang urut kedua bermaksud untuk
memperbaiki letak tulang pada sendi siku dengan cara menarik tulang
yang menonjol lalu mendorong nya ke arah dalam. Untuk kedatangan
selanjutnya Os hanya di urut biasa. Tanggal 12 April 2020 Os merontgen
kembali sendi siku kirinya akan tetapi masih terdapat deformitas. Setelah
ke tukang urut kedua sebanyak 6 kali dalam waktu 3 bulan, saat ditekuk
tulang tidak terlalu menonjol.
Pada tanggal 15 Agustus 2020 Os pergi ke bagian Orthopedic RS
Raden Mattaher dan ditangani oleh dr. Robert. Os kembali diminta untuk
rongent siku kiri pada tanggal 21 Agustus 2020. Dr. Robert mendiagnosa
Os dengan Neglected Dislocation Elbow Sinistra. Os kemudian
dijadwalkan operasi untuk pemasangan wire pada tanggal 1 September
2020. Setelah operasi tangan kiri Os diposisikan menekuk. Os rongent
kembali pada tanggal 2 September 2020, untuk melihat apakah posisi wire
sudah tepat. Hasil rontgen menunjukkan bahwa posisi wire sudah tepat.
Setelah operasi Os control ke orthopedic sebanyak 3 kali. Os lepas wire
pada tanggal 7 Oktober 2020. Setelah pelepasan wire Os di rujuk ke Rehab
medik. Tanggal 14 Oktober 2020 Os menjalankan Fisioterapi setelah di
rujuk oleh dr Rehab Medik.

3) Riwayat Penyakit Dahulu


-
4) Riwayat Penyakit Penyerta
-
5) Riwayat Keluarga
-
6) RIWAYAT PRIBADI DAN STATUS SOSIAL (Social History dan Health
Habits)
16

Os adalah seorang istri perwira Angkatan Darat yang memiliki satu orang
anak. Os juga beraktivitas seperti ibu rumah tangga yang keseharian
melakukan aktivitas seperti memasak,mencuci,pasien memiliki hobi
shopping.
B. PEMERIKSAAN OBYEKTIF
1. PEMERIKSAAN TANDA VITAL
a) Tekanan darah : 120/80 mmhg
b) Denyut nadi : 72 x/menit
c) Pernapasan : 18x/menit
d) Temperatur : 36º C
e) Tinggi badan : 169 cm
Berat badan : 58 kg.
2.INSPEKSI
1) Statis :
 Postur normal.
 Posisi lengan fleksi elbow sinistra 90o.
 Ada bekas luka post operasi di lateral elbow sinistra.
 Lengan kiri tampak lebih kecil dibanding lengan kanan.
2) Dinamis :
 Pasien merasakan nyeri pada saat menganggkat tangan ke atas
3. Palpasi
 Suhu tubuh normal
 Adanya spasme pada M.deltoid sinistra
 Adanya tightness pada M. biceps dan M. triceps
 Nyeri tekan pada M. biceps dan M. triceps
4. Perkusi
Tidak dilakukan
5. Auskultasi
Tidak dilakukan
6. Pemeriksaan gerak
A. Tes orientasi (menentukan lokasi keluhan)
Pasien kesulitan saat meluruskan siku karena terasa nyeri
17

Pasien merasakan nyeri pada saat menganggkat benda terlalu berat


1. Gerak aktif (Koordinasi, Pola Gerak, Nyeri, Keterbatasan Gerak, Kekuatan
Otot, dll):

Regio Gerakan ROM Nyeri /tidak

Fleksor full -

Ekstensor full -
Shoulder
Abduktor full -

Adduktor full -

Fleksor Tidak full +

Ekstensor full -
Elbow
Pronasi Tidak full +

Supinasi full

2. Gerak Pasif (Keterbatasan Gerak, Stabilitas, Nyeri, End Feel, Pola


Kapsuler/Non Kpsuler dll):

Regio Gerakan Nyeri /tidak End Feel

Fleksor -

Ekstensor -
Shoulder
Abduktor -

Adduktor -

Fleksor +

Ekstensor -
Elbow
Pronasi +

Supinasi _
18

3. Gerak Isometrik Melawan Tahanan (Neri, Lokasi, Mampu/Tidak Melakukan)

Regio Gerakan Nyeri /tidak Mampu / tidak

Fleksor - Mampu

Ekstensor - Mampu
Shoulder
Abduktor - Mampu

Adduktor - Mampu

Fleksor + Tidak Mampu

Ekstensor - mampu
Elbow
Pronasi + Tidak Mampu

Supinasi - mampu

C. Pemeriksaan kemampuan fungsional ( transfer /ambulasi, ADL, Gait n


Balance Analysis, ALat Bantu/Tidak)
Pasien tidak bisa meluruskan siku secara normal seperti biasa,pasien
merasakan nyeri seperti saat mengangkat benda , pasien tidak dapat melakukan
hobby nya yaitu memasak dan melakukan kegiatannya sehari-hari.

D. Pemeriksaan Spesifik (MMT,ROM, VAS/VDS, Antropometri, SLR, MC


Murray, Varus, Spady test, indeks Kats, indeks jette dll)
- pasien terbatas untuk melakukan aktivitas sehari hari seperti
menggunakan pakaian,dressing,toileting
1. MMT
19

Regio Gerakan Dextra Sinistra

Fleksor 5 4

Ekstensor 5 4
Shoulder
Abduktor 5 4

Adduktor 5 4

Fleksor 5 4

Ekstensor 5 4
Elbow
Pronasi 5 4

Supinasi 5 4

Keterangan:
Nilai 0= Tidak ada kontraksi otot atau tonus sama sekali.
Nilai 1= Adanya kontraksi otot atau tonud otot tetapi tidak ada gerakan
sama sekali.
Nilai 2= Adanya kontraksi otot, bisa bergerak tetapi tidak dapat melawan
gravitasi.
Nilai 3= Adanya kontraksi otot, bisa bergerak, bisa melawan gravitasi.
Nilai 4= Adanya kontraksi otot, bisa bergerak, bisa melawan gravitasi,
bisa melawan tahanan minimum.
Nilai 5= Adanya kontraksi otot, bisa bergerak, bisa melawan gravitasi,
bisa melawan tahanan maksimum.
2. Pemeriksaan Rom ( Goniometer)

ROM Sinistra
Regio/Gerakan
Normal Aktif Pasif

Shoulder Fleksi 170-180° 165° 170°


20

Ekstensi 60° 60° 60°

Abduksi 170° 170° 170°

Adduksi 45° 30° 45°

Fleksi 135° 110° 115°

Ekstensi 0° -55° -50°


Elbow
Pronasi 80-90o 65o 70o

Supinasi 80-90o 80o 90o

3. VDS
No Gerakan Nilai

1 Nyeri tekan 3

2 Nyeri diam 1
3 Nyeri gerak 4

Keterangan:
Nilai 1= Tidak Nyeri
Nilai 2= Nyeri Sangat Ringan
Nilai 3= Nyeri Ringan
Nilai 4= Nyeri Tidak Begitu Berat
Nilai 5= Nyeri Cukup Berat
Nilai 6= Nyeri Berat
Nilai 7= Nyeri Tidak Tertahankan

4. Pemeriksaan Spesifik
Pain full art : +
E.PEMERIKSAAN KOGNITIF, INTRAPERSONAL DAN
INTRAPERSONAL
21

 Kognitif : Pasien mampu mengikuti intruksi yang di berikan oleh


terapis
 Intrapersonal : Pasien mempunyai keinginan untuk sembuh
 Interpersonal : Pasien mampu melakukan komunikasi yang baik dengan
terapis
IV. MEKANISME TERJADINYA PERMASALAHAN FISIOTERAPI
(UNDERLYING PROCESS OF PHYSIOTHERAPY)

C. INTERPRESTASI DATA

1. IMPAIRMENT
- adanya nyeri gerak pada otot m.tricep dan bicep
- adanya spasme pada otot m.deltoid
2. FUNCTIONAL LIMITATION
Adanya kesulitan dalam melakukan aktivitas yang menggunakan siku
seperti meganggkat benda,memakai pakaian
3. DISABILITY / PARTICIPATION RESTRICTION
 Pasien mengalami keterbatasan pada saat mengambil benda
 Pasien mengalami hambatan dalam melakukan perkerjaan rumah
seperti mengepel, menyapu
4. DIAGNOSA FISIOTERAPI

Berdasarkan dari beberapa anamnesis yang telah dilakukan didapat


hasil Gangguan gerak dan fungsi lengan sinistra karena adanya nyeri gerak
dan tekan pada elbow sinistra, spasme otot deltoid sinistra, keterbatasan
lingkup geraksendi elbow sinistra , penurunan kekuatan otot lengan atas
dan bawah sinistra terkait Post Operasi Reposisi Dislokasi Elbow Sinistra.

D. PROGRAM FISIOTERAPI

1. TINJAUAN FISIOTERAPI
22

a. Jangka pendek
1) Mengurangi nyeri gerak
2) Mengurangi nyeri tekan
3) Mengurangi spasme

4) Meningkatkan LGS
5) Meningkatkan kekuatan otot lengan atas dan bawah sinistra
b. Jangka panjang
1) Mengembalikan kemampuan fungsional pasien

2. TEKNOLOGI INTERVENSI

a. Terpilih / efektif (evidence based)

 IR
 Tens
 Us
 Mwd
 Massage
 Terapi latihan

b. Dilaksanakan

 Tens
 Us
 Massage
 Terapi latihan

c. Edukasi

Pasien disarankan melakukan terapi latihan yang di ajarkan oleh terapis


untuk di lakukan di rumah . lakukan 8x dalam 1 sesi lakukan 3 sesi akan
lebih baik jika dilakukan setiap hari.
23

V. RENCANA EVALUASI

1) Evaluasi LGS menggunakan Goniometer


2) Evaluasi tingkat derajat nyeri menggunakan VDS
3) Kekuatan otot menggunakan MMT

a. PROGNOSIS (Impairment, Functional limitation, Disability) :

1) Quo Ad Vitam : Bonam


2) Quo Ad Sanam : Bonam
3) Quo Ad Fungsionam : Bonam
4) Quo Ad Cosmetikam : Bonam

b. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI :

 TENS
Persiapan alat :
 Periksa kondisi alat dan kelengkapannya
 Pastikan kabel tidak terkelupas dan pad bersih
 Basahkan pad
Persiapan pasien :
 Posisikan pasien pada posisi yang nyaman
 Minta pasien untuk membebaskan area yang akan diterapi dari
pakaian dan aksesoris
Aplikasi :
 Pasangkan pad pada siku kiri sesuai trigger point
 Jelaskan tujuan dan sensasi yang akan dirasakan pasien
 Atur waktu TENS
 Naikkan intensitas secara perlahan sesuai dengan toleransi pasien.
 Evaluasi setelah terapi apakah ada kemerahan atau tidak
 US
Persiapan alat :
 Periksa kondisi alat dan kelengkapannya
24

 Pastikan kabel tidak terkelupas dan transducer bersih


 Siapkan tissue dan gel
Persiapan pasien :
 Posisikan pasien pada posisi yang nyaman
 Minta pasien untuk membebaskan area yang akan diterapi dari
pakaian dan aksesoris
Aplikasi :
 Bersihkan area yang akan diterapi
 Oleskan gel pada area yang akan diterapi
 Jelaskan tujuan dan sensasi yang akan dirasakan pasien
 Atur waktu, frekuensi dan intensitas US
 Gerakkan transducer secara gentle dan sirkuler
 Evaluasi setelah terapi
 Massage
Persiapan pasien:
 Posisikan pasien pada posisi yang nyaman
 Bebaskan area yang akan diterapi dari pakaian dan aksesoris
Aplikasi :
 Bersihkan area terapi
 Oleskan massage cream pada area terapi
 Lakukan gerakan massage dengan metode efflurage, finger kneading
dan picking up pada daerah terapi
 Terapi latihan
 Active movement
Posisi pasien : Tidur telentang dengan posisi lengan kiri dipinggir bed
Posisi terapis : di samping Os
Aplikasi :
 Jelaskan tujuan latihan yang dilakukan
 Bebaskan area yang akan diterapi dari pakaian dan aksesoris
25

 Instruksikan pasien untuk menggerakkan fleksi, ekstensi sendi elbow


serta sendi bahu berupa gerak fleksi, ekstensi, Abduksi, adduksi,
 Ulangi sebanyak 8 kali
 Pasif movement
Posisi pasien : Tidur telentang dengan posisi lengan kiri dipinggir bed
Posisi terapis : Di samping Os
Aplikasi :
 Jelaskan tujuan latihan yang dilakukan.
 Bebaskan area yang akan diterapi dari pakaian dan aksesoris.
 Instruksikan pasien untuk fleksi-ekstensi dan pronasi-supinasi lalu
tarapis menambah derajat gerakan sesuai toleransi pasien.
 Ulangi sebanyak 8 kali
 Hold Relax dan Contract Relax
Posisi os : Tidur telentang dengan posisi lengan kiri di pinggir bed
Posisi terapis : Di samping Os
Aplikasi :
 Jelaskan tujuan latihan yang dilakukan
 Bebaskan area yang akan diterapi dari pakaian dan aksesoris
 Instruksikan os agar tidak menahan napas selama latihan
 Instruksikan os untuk menekuk siku sampai batas sakitnya
 Terapis handling di distal lengan bawah, fiksasi di distal lengan atas
 Instruksikan Os untuk melawan tahanan dari gerakan yang di
perintahkan oleh terapis
 Tahan selama 8 hitungan kemudian instruksikan pasien untuk
menambah gerakan menekuk secara aktif maupun dibantu oleh
terapis.
 Ulangi latihan sampai 8x

 Strengthening
26

Posisi pasien : Tidur telentang dengan posisi lengan kiri di pinggir


bed
Posisi terapis : Di samping Os
Aplikasi :
 Jelaskan tujuan latihan yang dilakukan
 Bebaskan area yang akan diterapi dari pakaian dan aksesoris
 Instruksikan os agar tidak menahan napas selama latihan
 Instruksikan Os untuk melawan tahanan dari gerakan yang di
perintahkan oleh terapis tahan selama 8 hitungan
 Ulangi sebanyak 8 kali.

c. Evaluasi (Setelah Tindakan Terapi / per tanggal):

1) Subyektif
 Adanya penurunan nyeri
 Adanya peningkatan LGS
2) Obyektif
 Nyeri dengan VDS

Nyeri Nilai

Nyeri diam 1

Nyeri tekan 3

Nyeri gerak 3

 LGS dengan Goniometer

Gerakan Aktif Pasif


Fleksi 114° 119°
Ekstensi -52° -48°
Pronasi 69° 75°
27

3) Action
 TENS bertujuan untuk merangsang kontraksi otot serta memblok rasa
nyeri
 Ultrasound bertujuan untuk tujuan untuk menimbulkan efek
teurapeutik melalui proses tertentu.
 Active movement bertujuan untuk untuk menjaga elastisitas otot,
menstimulus untuk integritas jaringan tulang dan sendi
 Free active movement bertujuan untuk memobilisasi sendi,
meningkatkan elastisitas otot, meningkatkan koordinasi gerak serta
mencegah kekakuan.
 Hold relax bertujuan untuk meningkatkan kekuatan otot
 Strengthening bertujuan untuk penguatan dinamik dengan beban
konstan dimana otot berkontraksi memanjang (eksentrik) atau
memendek (konsentrik) di sepanjang luas gerak sendinya
 Massage bertujuan untuk memperlancar peredaran darah,
mereposisikan bagian tubuh yang mengalami cedera dislokasi
khususnya pada sendi ke posisi semula,

4) Planning

Dilakukan terapi untuk meningkatkan kembali LGS dan kekuatan otot serta
meningkatkan aktivitas fungsional.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dislokasi adalah pindahnya permukaan sentuh tulang yang menyusun


sendi. Cidera ini diakibatkan oleh gaya yang menyebabkan sendi melampaui
batas normal anatomisnya.1 Dislokasi dapat terjadi di berbagai persendian
besar maupun kecil. Salah satunya adalah dislokasi elbow. Dislokasi elbow
merupakan kondisi di mana olecranon tidak berhubungan secara normal
dengan epycondylus humerus atau dapat juga bergesernya ulna dari humeri
maupun radius. (SARI, 2009)
Intervensi fisioterapi yang dapat diberikan pada kasus ini adalah
pemberian modalitas TENS ntuk mengurangi nyeri, modalitas US untuk
mengurangi spasme pada otot bicep dan tricep, juga dengan pemberian terapi
latihan seperti hold dan contraction relax untuk meningkatkan lingkup gerak
sendi, serta strengthtening untuk menguatkan otot lengan atas dan bawah.
Selama evaluasi terdapat peningkatan Lingkup Gerak Sendi pada elbow serta
penurunan dari tightness pada otot biceps dan triceps. (Priyonoadi, 2007)
4.2 Saran
Pada penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa masih terdapat
kekurangan, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
bagi para pembaca agar penulisan makalah berikutnya dapat lebih baik. (Arif
et al., 2021)

28
DAFTAR PUSTAKA
Al-Muqsith. (2017). Anatomi dan Biomekanika Sendi Panggul. Unimal Press, 1–
55.
Arif, N., Putranto, B. D., Siddik, M., Studi, P., Dokter, P., Kedokteran, F.,
Mangkurat, U. L., Medik, D. R., Fisioterapi, D., Medik, D. R., & Fisioterapi,
D. (2021). Pengaruh Pemberian Terapi Ultrasound Terhadap Nyeri Pada
Pasien Osteoarthritis Lutut. Journal of Electronics, Electromedical
Engineering, and Medical Informatics, 4(1), 49–58.
https://ppjp.ulm.ac.id/journals/index.php/hms/article/view/3322
Benabdallah, O. (2018). Trauma Integratif dan Darurat Obat Dislokasi Siku
Berulang : Laporan Dua Kasus. 2–4.
Dwi, S. (2022). Pengurutan ( Massage ). 1–5.
Nuach, B. M., Widyawati, I. Y., & Hidayati, L. (2014). Pemberian
Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation ( Tens ) Menurunkan Intensitas
Nyeri Pada Pasien Bedah Urologi Di. Critical, Medical and Surgical Nursing
Journal, 3(1), 1–9.
OrthoInfo. (n.d.). Dislokasi Siku - Trauma - Orthobullet.
https://www.orthobullets.com/trauma/1018/elbow-dislocation
Priyonoadi, B. (2007). P e r a w a t a n c e d e r a siku. III, 246–272.
Putra, D. A. A. N. R. K. (2019). Posterior Elbow Joint Dislocation. Αγαη, 8(5), 55.
Putri, A. K., Hamidah, N. A., Rahmawati, R. A., Fisioterapi, D., Lamongan, U.
M., Plalangan, J., & Km, P. (2021). Efektifitas Terapi Latihan ( Free Active
Movement dan Resisted Active Movement ) dalam Menambah Lingkup
Gerak Sendi pada Pasien Osteoarthritis Genu Dextra. Physotherapy Health
Science, 3(Desember), 67–69.
SARI, N. F. (2009). PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST
DISLOKASI ELBOW DEXTRA DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI
BANTUL.
Singh, J., Elvey, M. H., Hamoodi, Z., & Watts, A. C. (2021). Current perspectives
on elbow dislocation and instability. Annals of Joint, 6(Tabel 1), 10–10.
https://doi.org/10.21037/aoj-19-186

29

Anda mungkin juga menyukai