Anda di halaman 1dari 30

BAGIAN ANESTESIOLOGI REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN FEBRUARI 2021


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

NYERI SACROILIACA JOINT

Oleh :
Indah Dian Larasati Husada
111 2019 2120

Pembimbing :
dr. Fendy Dwimartyono, Sp.AN (KMN)

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK PADA


BAGIAN ANESTESIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021

1
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa :


Nama : Indah Dian Larasati Husada
NIM : 111 2019 2120
Universitas : Universitas Muslim Indonesia
Laporan Kasus : Nyeri Sacroiliaca Joint

Adalah benar telah menyelesaikan tugas kepaniteraan klinik berjudul Nyeri


Sacroiliaca Joint dan telah disetujui serta telah dibacakan dihadapan
supervisorpembimbing dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Anestesi
Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar Fakultas Kedokteran Universitas Muslim
Indonesia.

Makassar, Februari 2021


Supervisor Pembimbing

dr. Fendy Dwimartyono, Sp.AN (KMN)

2
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Subhanahuwa Ta’ala atas segala rahmat
dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi kasus ini sebagai salah
satu tugas kepaniteraan klinik pada Bagian Anestesi dan Kedokteran Keluarga
Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.

Dalam studi kasus ini penulis melakukan pembahasan mengenai “Nyeri


Sacroiliaca Joint”. Kami sangat menyadari bahwa penulisan studi kasus ini belum
mencapai sebuah kesempurnaan. Oleh karena itu, kami dengan penuh harap beberapa
saran dan kritik saudara saudari yang dapat memperbaiki penulisan studi-studi kasus
selanjutnya. Baik yang kami tulis sendiri atau orang lain.

Akhir kata, semoga penulisan ini dapat memberikan sumbangsih bagi


keilmuan baik bagi diri sendiri, institusi terkait, dan masyarakat umum.

Makassar, Februari 2021

Penulis

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................1

HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................2

KATA PENGANTAR.........................................................................................3

DAFTAR ISI.......................................................................................................4

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................6

2.1 Anatomi Sacroiliac Joint...............................................................................6

2.2 Epidemiologi ................................................................................................8

2.3 Etiologi..........................................................................................................9

2.4 Patofisiologi.................................................................................................11

2.5 Diagnosis.....................................................................................................13

2.6 Tatalaksana..................................................................................................21

2.7 Prognosis.....................................................................................................26

2.8 Komplikasi..................................................................................................27

BAB III KESIMPULAN.................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................29

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Nyeri sendi sakroiliaka merupakan nyeri yang dirasakan pada area sendi tersebut

yang dapat menjalar hingga ke daerah inguinal, bokong, hingga area paha posterior.

Disfungsi SIJ Sacroiliac Joint) umumnya mengacu pada posisi menyimpang atau

pergerakan struktur SIJ yang mungkin menyebabkan nyeri. .Berdasarkan studi yang

dilakukan oleh Gupta dkk, sebanyak 10-25% kasus nyeri pinggang mekanis yang

menetap berhubungan dengan gangguan pada sendi sakroiliaka sendi sakroiliaka

seringkali salah didiagnosis sebagai nyeri akibat hernia nukleus pulposus, nyeri sendi

faset, atau nyeri akibat spasme otot-otot paravetebra maupun panggul.1

Ketidaktepatan diagnosis menyebabkan ketidaktepatan penatalaksanaan nyeri

sehingga mengakibatkan disabilitas aktivitas penderita yang bertambah panjang. Pada

kenyataannya, nyeri sendi sakroiliaka tidak memiliki riwayat perjalanan penyakit

yang jelas, pemeriksaan fisik maupun radiologis yang secara definit dapat

menegakkan diagnosis nyeri sendi sakroiliaka. Pemahaman tentang anatomi,

presentasi klinis, dilema diagnostik dan pilihan pengobatan dapat meningkatkan

diagnosis yang akurat dan mengoptimalkan hasil.1,2

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Sacroiliac Joint

Kompleks sendi sakroiliaka (SIJ) adalah sendi tulang belakang terbesar di

tubuh, dengan ukuran rata-rata 17,5 cm2. SIJ paling sering diklasifikasikan sebagai

sendi diarthrodial berbentuk aurikuler karena mengandung kapsul sendi fibrosa yang

diisi dengan cairan sinovial, permukaan tulang rawan, dan satu set sambungan

ligamen yang rumit. Sendi SI berbeda dari sendi sinovial lainnya karena tidak mudah

bergerak, ada diskontinuitas di kapsul posterior, dan artikulasi iliaka yang lebih tipis

terdiri dari fibro- bukan kartilago hialin.2

Sambungan SJI didukung oleh jaringan struktur myofascial yang membantu

mendorong pergerakan, dukungan, dan stabilitas. Struktur ini termasuk gluteus

maximus dan medius, biseps femoris, piriformis, latissimus dorsi melalui fasia

torakolumbar, dan erector spinae. Sendi terutama dirancang untuk stabilitas dan

bantalan beban.2

SIJ harus menopang tubuh bagian atas dan meredam dampak ambulasi;

ligamen yang membatasi mobilitas sendi juga memberinya kekuatan. Ligamen yang

termasuk adalah anterior SI ligament, SI dorsal ligament, sacrospinous ligament,

sacro-tuberous ligament dan interosseus ligament. Bersama-sama, dari sudut

pandang fungsional, ligament tersebut mencegah pemisahan sendi dan pergerakan

6
panggul di sepanjang berbagai sumbu sakrum. Akhirnya, ligamen-ligamen ini bekerja

sama untuk menopang beban saat beban dipindahkan dari badan ke ekstremitas

bawah. 2

Pasokan saraf kompleks sendi SI sangat bervariasi. Cabang lateral S1 dan S2

dorsal rami menginervasi sendi posterior dan ligamen sekitarnya di hampir semua

individu. Ada kontribusi dari S3 di sebagian besar tetapi tidak pada semua individu.

Sedangkan beberapa pembedahan kadaver menunjukkan bahwa orang menerima

persarafan dari L5,7,8. Persarafan sendi ventral bahkan lebih ambigu, dengan

sebagian besar penelitian melaporkan cabang yang berasal dari rami ventral dari L5 –

S2, dan mungkin L4. Adapun literature lain mengatakan ada kontribusi dari saraf

gluteal dan obturator superior.2

7
Gambar 1. (A) Tampak posterior artikulasi dan ligamen terkait dari sendi sakroiliaka dan struktur sekitarnya; (B) Tampak anterior struktur artikulasi
dan ligament sendi sacroiliaca

2.2 Epidemiologi

Nyeri sendi sakroiliaka sering dikaitkan dengan lower back pain (LBP). Pada

25% dari pasien LBP, sendi sakroiliaka mungkin menjadi penyebab nyeri. Secara

umum, nyeri SIJ memiliki distribusi bimodal, dengan tingkat prevalensi yang lebih

tinggi terjadi pada atlet muda dan lansia. Nyeri sendi sakroiliaka sering mengenai

orang dewasa yang lebih muda setelah cedera olahraga dan kehamilan dan orang

8
dewasa yang lebih tua karena degenerasi. Baik jenis kelamin dan orang dari semua

ras hadir dengan disfungsi sendi sakroiliaka.3

Siahaan (2018) dalam penelitiannya menemukan jumlah penderita nyeri sendi

sakroiliaka lebih banyak pada wanita (70%) dibandingkan pria (30%). Salah satu

faktor predisposisi ialah kehamilan. Rentang usia terbanyak penderita nyeri sendi

sakroiliaka pada penelitian ini adalah 40-49 tahun, yang memungkinkan adanya

faktor mikrotrauma yang berhubungan dengan aktivitas pekerjaan pada usia tersebut.

Ia mendapatkan posisi duduk lama dapat mengakibatkan proses inflamasi akibat

mikrotrauma repetitif, sehingga menyebabkan peregangan dan kerusakan ligamen

utama sendi sakroiliaka. Sampai saat ini belum ada literatur yang menjelaskan

keterkaitan antara usia dan jenis pekerjaan dengan pola distribusi dan faktor posisi

tubuh pencetus nyeri sendi sakroiliaka.1

2.3 Etiologi

Penyebab potensial nyeri sendi sakroiliaka dapat disebabkan oleh factor

raumatis atau atraumatik . Penyebab nyeri traumatis adalah sebagai berikut:3

 Fraktur cincin panggul

 Cedera jaringan lunak akibat jatuh mengenai pantat

 Cedera tidak langsung akibat tabrakan kendaraan bermotor

 Torsi yang tiba-tiba atau aktivitas repetitive

9
Kemudian, penyebab atraumatic dari nyeri sendi sakroiliaka adalah:3

 Spondyloarthropathy

 Osteoarhtritis

 Infeksi

 Kehamilan

 Skoliosis

 Perbedaan panjang kaki

Gaya geser dan torsi berulang dapat timbul dari berbagai olahraga seperti

seluncur indah, golf, dan bowling. Pada kehamilan menyebabkan nyeri sendi

sakroiliaka akibat penambahan berat badan, peningkatan lordosis lumbal, kelemahan

akibat hormon pada trimester ketiga, dan trauma yang terkait dengan persalinan.

Tabrakan bagian belakang menyebabkan cedera sendi sakroiliaka dari tegangan torsi

tidak langsung pada sendi.3

Pada literatur lain dikatakan, secara mekanis penyebab nyeri sendi sakroiliaka

diklasifikasikan menjadi penyebab intraarticular dan ektraartikular. Artritis dan

spondiloartropati adalah dua contoh penyebab intraartikular pada nyeri sendi

sakroiliaka. Penyebab ektraartikular termasuk enthesopaty, fraktur, cedera ligament,

dan nyeri myofasial.2

Adapun factor risiko yang menyebabkan terjadinya nyeri sakroiliaka adalah

obesitas, perbedaan panjang kaki yang tampak nyata, kelainan gaya berjalan,

10
ketegangan persisten / trauma tingkat rendah (misalnya, jogging), skoliosis,

kehamilan, dan pembedahan , terutama fusi sakrum. Operasi tulang belakang dapat

menyebabkan nyeri sendi SI postprocedural dengan meningkatkan bantalan beban,

melemahkan ligamen sekitarnya, kerusakan iatrogenik pada kompleks sendi SI, dan

hipermobilitas pasca bedah.2

2.4 Patofisiologi

Sendi sakroiliaka terdiri dari anatomi yang sangat kompleks. Sendi

sakroiliaka dikelilingi oleh struktur seperti ligament dan dipersarafi dari akar saraf L5

– S2 untuk area anterior, S1-S4 untuk area posterior. Cedera atau peradangan yang

terjadi pada salah satu struktur ini berpotensi menyebabkan rasa sakit pada sendi

sakroiliaka.3

Adanya disfungsi dari SIJ dapat menimbulkan rasa nyeri pada sendi .

Disfungsi dibagi menjadi 2 mekanisme, yaitu anterior dan posterior. Disfungsi

anterior diidentifikasikan memiliki 2 mekanisme. Mekanisme pertama yaitu selama

fleksi tubuh ke depan di mana rotasi anterior innominate dan pergerakan ke bawah

dan terfiksasi di sakrum. Apabila hanya sedikit penopang tersedia dari otot abdominal

selama pengembalian posisi ke posisi tegak, berat tambahan menyebabkan sakrum

terletak lurus ke bawah secara vertikal dan mengunci SIJ. Pergerakan anterior ini

akan mengunci ligamen sakroiliaka posterior sehingga menyebabkan penekanan pada

ligamen anterior yang tipis.4

11
Mekanisme kedua adalah saat jatuh akibat salah langkah yang cukup keras

dan tiba- tiba atau saat jatuh yang bertumpu pada bokong. Deselerasi tiba-tiba,

dikombinasikan dengan momen inersia sakrum, menekan sakrum secara vertikal ke

arah bawah. Beberapa peneliti lain menyatakan bahwa disfungsi posterior atau

penguncian sisi posterior innominate terhadap sakrum lebih sering terjadi. DinTigny

menyatakan bahwa hal ini secara alamiah terjadi yaitu akibat ligamentum sakroiliaka

yang tebal dan kuat dan mekanisme penguncian normal yang terjadi dengan rotasi

innominate posterior. Mekanisme yang mungkin terjadi saat berjalan yaitu bila SIJ

terfiksasi atau hipomobilisasi sebagai akibat cedera atau disfungsi, tegangan antara

momen inersia tubuh dan deselarsi pelvis tidak diredam tetapi ditransfer ke jaringan

sekitarnya, termasuk diskus L5-S1. SIJ dapat mengalami strained pada postur kifosis,

duduk yang tidak ditopang, translasi posterior toraks, ekstensi toraks, dan

pembebanan asimetris pada ekstremitas bawah. Duduk dalam waktu lama juga

dinyatakan sebagai stresor terhadap SIJ.4

Saat seseorang membungkuk, garis gravitasi berpindah dari posisi normalnya

yang cenderung posterior ke titik poros dari tulang inominata yaitu kaput femoris,

menuju ke posisi yang lebih anterior dari titik poros. Gravitasi kemudian akan

menarik tulang inominata merotasi kaput femoris ke arah anterior. Selanjutnya ketika

beban tubuh berpindah ke posisi anterior, basis sakral berpindah semakin jauh dari

garis gravitasi pada bidang horizontal, meningkatkan gaya pengungkit pada

ligamentum sakroiliaka. Akibatnya, otot hamstring, abdominal, dan otot ekstensor

12
panggul lainnya menerima tekanan yang cukup berat ketika otot-otot tersebut

berusaha menahan rotasi anterior yang lebih jauh dari tulang inominata yang

melawan gravitasi, sehingga otot tersebut dapat mengalami sprain dan robek. Saat

otot-otot tersebut berusaha berkontraksi menarik tulang inominata ke arah posterior

melawan gravitasi dan beban tubuh mendorong sakrum ke arah anterior, ligamen-

ligamen yang menahan pergerakan tersebut dapat mengalami regangan juga. Kondisi

yang repetitive seperti ini akan menyebabkan nyeri pada area sendi sakroiliaka.1

Kehamilan juga merupakan bukti bahwa disfungsi SIJ secara signifikan

menyebabkan nyeri pada SIJ yang memberikan klinis berupa low back pain. Akibat

pelepasan relaxin saat kehamilan sehingga SIJ menjadi lebih mobile dan disfungsi

gaya berjalan, nyeri, serta nyeri tekan pernah dilaporkan. Hal ini terjadi akibat beban

dari bagian anterior pelvis meningkat dan melemahnya otot penyangga pelvis, rotasi

anterior dapat terjadi. Relaxin juga melemahkan ligamen sehingga lebih rentan

terhadap cedera.4

Hipomobilitas dari SIJ adalah gangguan intra-artikular kerana pertambahan

usia atau proses degeneratif sendi di mana sendi menjadi susah digerakkan atau

menjadi terkunci. Hipomobilitas seperti ini juga dapat terjadi pada penyakit- penyakit

paradangan sendi seperti ankilosis spondilitis, rheumatoid arthritis, atau infeksi.4

2.5 Diagnosis

13
Nyeri sendi sakroiliaka (SI) sulit dibedakan dari sumber LBP lainnya.

Sejumlah penelitian telah menetapkan bahwa tidak ada satu pun laporan anamnesis

atau tanda pada pemeriksaan fisik yang dapat diandalkan untuk mendiagnosis nyeri

sendi SI. Namun, dengan melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang

komprehensif cukup membantu untuk mendiagnosis nyeri SI.2

Pasien biasanya mengeluhkan nyeri yang terletak di bagian dalam, yang

meluas ke paha posterior hingga ke lutut. Penderita juga cenderung mengeluh nyeri

saat duduk, berbaring pada sisi ipsilateral atau saat menaiki tangga. Nyeri biasanya

dirasakan di bawah area L5. Kemudian, nyeri dari sendi SI biasanya disertai adanya

kejadian traumatic seperti tabrakan kendaraan bermotor, jatuh, gerakan repetititf, atau

karena kehamilan.2,3

Sebagian besar pasien dengan nyeri punggung dengan etiologi disfungsi sendi

sakroiliaka menunjukkan adanya malposisi pelvis akibat pergeseran anterior

unilateral dari pelvis. Pergeseran ini dapat diperparah ketika berdiri, duduk, atau

berjalan yang menjelaskan nyeri saat posisi berdiri dan bangun dari tidur. Selain

posisi tubuh, Pemetaan area nyeri alih pada nyeri sendi sakroiliaka ini memberikan

tambahan data untuk mempermudah dalam diagnosis. Area nyeri sendi SI dapat

menjalar hingga ke daerah inguinal, bokokng, hingga area paha posterior.1

Cohen, et al dalam penelitiannya menemukan pola area nyeri yang paling

umum pada nyeri SJI berada di di pantat (94%), daerah lumbar bawah (72%) dan

14
ekstensi ke ekstremitas bawah ipsilateral (50%), daerah selangkangan (14%), region

lumbar atas (6%), dan perut (2%).2

Gambar 2. Area penjalaran nyeri sendi sakroiliaka (a) ekstraartikular (b) intraartikular.

Pemeriksaan fisik untuk mengidentifikasi adanya disfungsi sendi SI dapat

dilakukan dengan berbagai tes stress. Sayangnya, tidak ada tes tunggal yang sensitif

dan spesifik dalam mengidentifikasi disfungsi sendi sakroiliaka. Beberapa dari

manuver ini adalah sebagai berikut:3

1. Tes Patrick atau FABER (Flexion, Abduction, and External Rotation)

Pasien berbaring diatas meja pemeriksaan. Lakukan fleksi, kemudian abduksi

dan eksternal rotasi dari pinggul dan lutut dari salah satu kaki. Nyeri di

daerah sendi sakroiliaka dianggap positif untuk disfungsi sendi sakroiliaka.

15
Gambar 3. Test Patrik atau FABER

2. Gaenslen’s Test

Pasien berbaring telentang di meja pemeriksaan. Lenturkan pinggul dan lutut

kontralateral ke arah dada pasien sementara kaki yang berlawanan dibiarkan

jatuh dari sisi meja. Nyeri di daerah sendi sakroiliaka pada tungkai yang

diturunkan menunjukkan disfungsi sendi sakroiliaka.

Gambar 4. Gaenslen Test

3. Push the thighs (mendorong paha)

16
Pasien berbaring telentang di meja pemeriksaan. Pemeriksa menekuk pinggul

dan lutut di satu sisi sampai paha vertical. Pemeriksa melingkarkan lengan di

sekitar paha dan lutut yang tertekuk dan memberikan kekuatan yang

diarahkan ke posterior. Tangan berlawanan pemeriksa menopang pinggul dan

sendi sakroiliaka. Nyeri di daerah sendi sakroiliaka menunjukkan disfungsi

sendi sakroiliaka.

4. Distraction compression test

Dilakukan untuk menguji SIJ kanan dan kiri secara bersamaan. Lakukan

tekanan berorientasi vertikal diterapkan pada proses spinosus iliaka superior

anterior yang diarahkan ke posterior.

Gambar 5. Distraction compression test

5. Sacral thrust

17
Pasien berbaring tengkurap di meja pemeriksaan. Lakukan dorongan secara

vertical dengan telapak tangan yang diletakkan di puncak kurva sacrum. Nyeri

di area sendi sakroiliaka menunjukkan disfungsi sendi sakroiliaka.

Gambar 6. Sacral thrust

6. Fortin Finger Test

Pasien dengan disfungsi sendi SI yang terisolasi sering melokalisasi nyeri

yang dirasakan di area inferior dan medial dari spina iliaca posterior superior.

18
Gambar 7. Fortin Finger Test

International Association for the study of Pain (IASP) menyusun 3 kriteria dalam

mendiagnosis nyeri sendi sakroiliaka yaitu:5

- Nyeri pada area sendi sakroiliaka

- Penekanan pada SIJ untuk memproduksi nyeri pada pasien

- Infiltrasi (injeksi) secara selektif pada sendi yang bergejala diduga benar-

benar meredakan nyeri pasien.

Tidak ada gambaran anamnesis dan pemeriksaan fisik. yang pasti untuk

memberikan diagnosis pasti nyeri sendi sakroiliaka. Dengan demikian, blok

diagnostik sendi sakroiliaka dapat dilakukan untuk menguji hipotesis bahwa sendi

sakroiliaka adalah sumber nyeri pasien. Sendi sakroiliaka dapat dianestesi dengan

injeksi anestesi lokal intraartikular. Jika nyeri tidak berkurang, sendi tidak dapat

dianggap sebagai sumber nyeri sehingga diperlukan hipotesis baru tentang sumber

nyeri.6

Injeksi yang dipandu dengan pencitraan gambar adalah gold standart untuk

mengidentifikasi disfungsi sendi sakroiliaka. Modalitas pencitraan yang dapat dipilih

adalah CT-guided, fluoroscopy-guided, dan ultrasound-guided. Ketika melakukan

injeksi, arahkan jarum pada area inferior sendi secara intraartikular sebanyak 1-2 mL.

Beberapa penelitian telah menggunakan “double block” dengan lidokain dan

bupivakain untuk mengidentifikasi nyeri sendi SI. 2,3

19
Gambar 7. Injeksi dengan bantuan pencitraan fluoroskopi intraartikular dan ekstraartikulae=r

Gambar 8. Karakteristik Studi Prevalensi Diagnostik Menggunakan Blok Ganda sebagai Standar Referensi

Studi pencitraan membantu menyingkirkan kemungkinan sumber nyeri

lainnya. Radiografi polos akan mengidentifikasi patologi di pinggul dan juga

20
perubahan pada sendi sakroiliaka. CT scan memberikan anatomi yang lebih rinci dari

arsitektur tulang. Peradangan dan fraktur paling baik dilihat pada pemindaian tulang,

CT, dan MRI, dengan MRI yang paling spesifik.yang memiliki sensitivitas 90%.3,7

2.6 Tatalaksana

Penatalaksanaan pada nyeri sendi sakroiliaka dapat dilakukan berdasarkan

fase perjalanan penyakitnya yang dibagu menjadi fase akut, fase pemulihan

(recovery), dan fase pemeliharaan (maintenance).7

a. Fase Akut (1-3 hari)

Cedera akut sering dikaitkan dengan trauma langsung seperti terjatuh atau

peningkatan intensitas, frekuensi, atau durasi aktivitas tertentu. Selama fase akut,

pemberian obat anti inflamasi dan es cukup membantu. Istirahat setelah cedera

akut membantu pengendalian nyeri. Ini termasuk membatasi lari atau berjalan

berlebihan, karena aktivitas ini sering memicu nyeri SIJ. Mengidentifikasi

aktivitas yang dapat memperburuk gejala itu penting, terutama pada mereka

dengan onset gejala yang progresif. Secara umum, menghindari aktivitas yang

memerlukan aktivitas berdiri dengan kaki tunggal seperti bowling, skating, lari,

dan menaiki tangga sangat membantu dalam mengurangi gejala.7

b. Fase pemulihan (3 hari – 8 minggu)

21
Setelah nyeri terkontrol dan area cedera telah diistirahatkan, koreksi defisit

biomekanik fungsional menjadi fokus rehabilitasi. Mengenali maladaptasi yang

terjadi sebagai respons terhadap cedera penting untuk mencegah cedera lebih

lanjut saat kembali ke aktivitas normal, olahraga, dan olahraga. Otot-otot yang

diistirahatkan biasanya melemah seperti gluteus medius, gluteus maximus, lower

ab-dominals, dan hamstring, dan mengalami pemendekan seperti rektus femoris,

tensor fascia lata, adductors pinggul, quadratus lumborum, piriformis, obturator

internus, dan latissimus dorsi.7

Pada awal pengobatan fase ini, panjang otot harus dipulihkan terlebih dahulu.

Untuk mencapai kelenturan otot yang tepat mungkin memerlukan beberapa

minggu peregangan 2 sampai 3 kali sehari. Dapat dilakukan harmstring stretch

untuk memberikan stabilitas pada SIJ. Latihan angkat beban dapat menguji

sekaligus memberikan mekanisme untuk memperkuat otot perut, gluteal, dan

hamstring.6

Dapat pula dengan menggunakan sacroiliac joint belt untuk memberikan

kompresi dan dengan demikian umpan balik proprioseptif ke glutealmuscles.

Vleeming dkk melaporkan bahwa SIJ belt yang diterapkan pada model mayat

mengurangi rotasi SIJ sebesar 30%. Secara klinis, masuk akal bahwa sabuk SIJ

dapat sangat membantu pada pasien dengan hipermobilitas SIJ atau kelemahan

otot yang signifikan. SIJ belt harus dipasang di posterior melewati dasar sakral

22
dan di anterior, inferior dari iliacspines superior anterior. Pasien biasanya

diinstruksikan untuk memakainya saat aktivitas berjalan dan berdiri.7

Keseimbangan otot yang tepat dalam fleksibilitas dan kekuatan harus tetap

menjadi bagian dari program pemeliharaan. Pemantauan yang hati-hati setelah

fase akut dapat mencegah reinjury. Kemajuan ke fase pemeliharaan pengobatan

dimulai dengan tidak adanya rasa sakit, peradangan, dan fungsi sendi dan

disfungsi myofascial, dan kembalinya sekitar 75% dari kekuatan dan fleksibilitas

seperti yang dinilai sesuai dengan baseline preinjury pasien . Aktivitas normal

dalam kehidupan sehari-hari, terutama berjalan, tidak boleh menimbulkan gejala.7

Gambar 9. Harmstring strectch

23
Gambar 10. Latihan bridging dapat menguji sekaligus memberikan mekanisme untuk memperkuat otot perut, glutes, dan hamstring
sambil mempertahankan postur tulang belakang yang netral.

Gambar 10. Penggunaan SIJ belt

3. Fase pemeliharaan (maintenance)

Selama fase pemeliharaan, terapi berfokus pada peningkatan program

penguatan sambil mempertahankan panjang otot yang sesuai. Program latihan

24
harus singkat, harus spesifik dengan kebutuhan fungsional individu, dan harus

mensimulasikan aktivitas individu.7

Adapula terapi intervensi yang dapat dilakukan, termasuk:2,3

1. Proloterapi, yaitu injeksi zat seperti dektrosa dan plasma kaya trombosit ke

dalam sendi. Proloterapi digambarkan sebagai stimulasi sintesis dari

peningkatan volume bahan kolagen normal di ligamen, tendon, atau fasia

untuk mengembalikan fungsi jaringan pada situs tertentu.

2. Suntikan steroid ekstra artikular atau intraartikular.

3. Denervasi radio frequency, dilakukan dengan menggunakan gelombang radio

yang memiliki energy panas untuk menghancurkan saraf yang ada disekitar

tulang belakang, dikenal sebagai ablasi radio frequency. Kekurangannya

adalah denervasi frekuensi radio hanya ditujukan pada saraf posterior.

Tindakan ini tidak mengatasi saraf anterior.

Gambar 11. Diagram skematis titik denervasi radio frequency

25
4. Pulsed radiofrequency. Secara umum, radiofrequency bersifat

menghancurkan saraf, namun pada pulsed radiofrequency menciptakan

medan listrik yang mengubah transmisi nyeri di serabut A-delta dan C.

5. Pembedahan. Pada beberapa kasus yang tidak membaik dengan terapi

konvensional atau terapi intervensi lainnya, pembedahan bisa menjadi

pilihan. Walaupun hasilnya tidak menggembirakan. 82% pasien setelah

melakukan operasi tidak puas akan hasil yang diperoleh 65% memerlukan

operasi ulang.

2.7 Prognosis

Nyeri sendi sakroiliaka seperti kebanyakan nyeri punggung bawah mekanis

memiliki prognosis yang baik. Diagnosis yang tepat adalah hal yang terpenting.

Riwayat kejadian pencetus, regangan berulang, atau operasi lumbal sebelumnya harus

dipastikan. Tiga atau lebih tes provokatif harus mengidentifikasi sendi sakroiliaka

sebagai sumber nyeri. Terapi fisik menggunakan program latihan peregangan /

stabilisasi adalah pengobatan lini pertama. Jika teknik non-intervensi gagal

memberikan manfaat, cobalah injeksi anestesi local. Suntikan bisa berupa

intraartikular, ekstra artikular, atau kombinasi. Suntikan harus meredakan nyeri, dan

tes provokatif harus menjadi negatif setelah injeksi. Obati nyeri yang menetap dengan

denervasi frekuensi radio. Mayoritas pasien dapat meredakan nyeri yang memadai

dengan teknik ini. Dalam beberapa kasus yang “bandel”, operasi fusi trans sakroiliaka

invasif minimal adalah pilihan.3

26
2.8 Komplikasi

Injeksi berisiko menimbulkan infeksi ke dalam sendi dan menyebabkan

perdarahan. Pastikan untuk melakukan asepsis ketat dan penggunaan jarum epidural

halus untuk mengurangi kemungkinan perdarahan. Denervasi frekuensi radio dapat

menyebabkan mati rasa. Elektroda yang ditempatkan salah dapat menyebabkan

kerusakan pada saraf sakral yang mengakibatkan inkontinensia, nyeri lebih lanjut,

atau kelemahan tungkai. Pembedahan dapat meningkatkan nyeri dan kerusakan

neurologis.3

BAB III

KESIMPULAN

27
Nyeri sendi sakroiliaka adalah penyebab umum LBP aksial kronis, terhitung

antara 15% dan 30% kasus. Biasanya muncul sebagai nyeri unilateral yang terletak di

bawah L5 yang sering menjalar ke paha posterolateral dan kadang-kadang di bawah

lutut. Nyeri sendi SI adalah kondisi yang dapat dikategorikan menjadi penyebab

intraartikular dan ekstraartikular. Ada pula yang membagi penyebab nyeri sendi Si

menjadi traumatic dan atraumatic. Hingga kini, belum ada satu pun laporan

anamnesis atau tanda pada pemeriksaan fisik yang dapat diandalkan untuk

mendiagnosis nyeri sendi SI. Namun, dengan melakukan anamnesis dan pemeriksaan

fisik yang komprehensif cukup membantu untuk mendiagnosis nyeri SI. Ketika

penyebab nyeri sendi SI yang spesifik dapat diidentifikasi, pengobatan harus

didasarkan pada koreksi patologi yang mendasarinya. Modifikasi gaya hidup dengan

pengurangan berat badan dan olahraga adalah kuncinya. Suntikan dengan steroid dan

radiofrekuensi denervasi memiliki rekam jejak yang baik. Pembedahan adalah pilihan

terakhir dan tidak selalu dikaitkan dengan hasil yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Siahaan, Yusak, et al. Pola Distribusi Nyeri Alih dan Posisi Tubuh Pencetus

Nyeri Sendi Sakroiliaka. Neurona. 2018;35(2):98-103.

28
2. Cohen, Steven P. Sacroiliac Joint Pain : a comprehensive review of

epidemiology, diagnosis, and treatment. Expert Rev. Neurother.

2013;13(1):99-116.

3. Raj, Marc, et al. Sacroiliac Joint Pain. 2020. [Disitasi 11 Februari 2021]

Tersedia di https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK470299/

4. Vleeming, A. The Sacroiliac Joint : An overview of its anatomy, function, and

potential clinical implications. [Disitasi 12 Februari 2021] Tersedia di

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3512279/.

5. Laslett, Mark, et al. Evidence-Based Diagnosis and Treatment of the Painful

Sacroiliac Joint. Journal of Manual Manipulative Therapy. 2008;16(3):142-

152.

6. Hansen, Hans, et al. Sacroiliac Joint Pain and Dysfunction. Pain Physician.

2003;6-179-189.

7. Prather, Heid. Sacroiliac Joint Pain: Practical Management. Clinical Journal

of Sport Medicine.2003;13(4):252-2

29
30

Anda mungkin juga menyukai