Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS POST OP

MASTEKTOMI GYNECOMASTIA

STASE INTEGUMENT

Di susun Oleh :

Sri Wijayanti
2010306134

PROGRAM STUDI PROFESI FISIOTERAPI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA

2021

i
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN

Makalah kasus ini yang berjudul “PENATALAKSANAAN

FISIOTERAPI PADA KASUS ULKUS MASTEKTOMI” ini di susun dan di

ajukan oleh :

Nama : Sri Wijayanti

NIM : 2010306134

Dan telah mendapatkan persetujuan dan disahkan, sebagai salah satu tugas
persyaratan untuk kelulusan dalam Stase integument pada pendidikan Profesi
Fisioterapi di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta, Periode 06-27 Maret 2021 di
Griya Fisio Avicenna, Kebumen

Kebumen, 06 Maret 2021


Clinical Educator

Preceptor

KATA PENGANTAR

ii
Puji dan Syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga saya dapat menyusun makalah ini
tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang Penatalaksanaan
Fisioterapi Pada Kasus Mastektomi.

Dalam penyusunan makalah ini, saya merasa banyak mendapat tantangan


dan hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini,
semoga bantuannya mendapa balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca
sangat saya harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
semua.

Penulis

DAFTAR ISI

iii
JUDUL.................................................................................................................. i
PERSETUJUAN.................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR........................................................................................... iii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1


B. Rumusan Masalah....................................................................... 2
C. Tujuan.......................................................................................... 2
D. Manfaat........................................................................................ 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi..........................................................................................3
B. Anatomi Fungsional.......................................................................3
C. Etiologi...........................................................................................5
D. Patofisiologi...................................................................................5
E. Manifestasi Klinis......................................................................... 6
F. Klasifikasi..................................................................................... 6
G. Rencana Pengkajian Fisioterapi.................................................... 7
BAB III PROSES FISIOTERAPI................................................................ 10

BAB V PENUTUP....................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Insidens kanker di Indonesia diperkirakan 100 per 100.000 penduduk
pertahun atau sekitar 200.000 penduduk per tahun. Pada survei kesehatan rumah
tangga yang diselenggarakan Badan Litbangkes, ditemukan bahwa 1,4% dari
seluruh kematian disebabkan oleh kanker. Angka ini meningkat menjadi 3,4%
pada tahun 1980 dan 4,3% pada tahun 1986. WHO menyatakan bahwa sepertiga
dari seluruh kejadian kanker dapat dicegah, sepertiga lagi dapat disembuhkan, dan
sepertiga sisanya dapat dibebaskan dari rasa nyeri jika diberikan pengobatan
(Dalimartha, 2002).
Masih menurut Dalimartha (2002) menjelaskan bahwa kanker adalah suatu
penyakit di mana terjadi pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal,
cepat, dan tidak terkendali. Ada juga tumor yang merupakan istilah umumnya
digunakan untuk menyatakan adanya benjolan yang disebabkan oleh pertumbuhan
jaringan baru, tetapi bukan radang. Oleh karena itu, dikenal istilah tumor jinak
(benigna, benign) dan tumor ganas (maligna, malignant) yang berarti kanker
(Dalimartha, 2002). Salah satu jenis tumor jinak adalah gynecomastia.
Gynecomastia adalah pembesaran payudara pada laki-laki yang disebabkan oleh
peningkatan jaringan pada kelenjar payudara sebagai hasil dari keseimbangan
antara hormon estrogen dan testosteron di mana hormon estrogen relatif lebih
tinggi jika dibandingkan dengan hormon testosteron (Audihan, 2012).
Pada kondisi ini (setelah operasi pengangkaan tumor), pasien merasakan
nyeri dan keterbatasan gerak pada bahu sehingga mengakibatkan pasien sulit
untuk beraktivitas. Dalam hal ini, fisioterapi berperan untuk mengurangi nyeri,
mencegah kekakuan / keterbatasan sendi lebih lanjut, meningkatkan kekuatan otot
sekitar bahu, dan membantu mengembalikan aktivitas fungsional pasien.
Modalitas fisioterapi yang dapat digunakan untuk memberikan terapi pada kasus
ini adalah infra red (IR), massage, dan terapi latihan.

1
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah peranan fisioterapi pada kondisi Mastektomi Gynecomastia?
C. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui peranan fisioterapi pada kondisi Mastektomi Gynecomastia.
D. Manfaat Penulisan
Untuk mengetahui dan memperdalam khasanah keilmuan terhadap kondisi
Mastektomi Gynecomastia.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Gynecomastia berasal dari kata Yunani “gyne”, berarti wanita, dan
“mastos”, berarti payudara. Gynecomasty merupakan sinonim, dan gynaecomazia
adalah istilah kuno. Gynecomastia adalah tumor jinak pada payudara laki-laki
(Mageed, 2007).
Menurut Mageed (2007), gynaecomastia terjadi secara fisiologis pada ⅔
laki-laki normal saat pubertas dan mungkin masih berlangsung saat remaja.
Pembesaran payudara yang sementara ini biasanya berkurang secara spontan,
tetapi hal tersebut mungkin berlangsung saat remaja atau dewasa karena adanya
hipertropi jaringan payudara, kelebihan lemak, atau kombinasi antara keduanya.
Karena belum matang atau hipertropi yang idiopatik, pertimbangan masalah
psikologis mungkin bertambah besar.
Ginekomastia atau Gynecomastia merupakan suatu kondisi di mana
payudara laki-laki membesar seperti perempuan. Hal ini disebabkan oleh
membengkaknya jaringan pada payudara akibat ketidakseimbangan hormon
estrogen dan testosteron. Apabila seorang pria memiliki hormon estrogen yang
lebih tinggi daripada hormon testosteron maka berisiko mengalami ginekomastia.
B. Anatomi Fungsional
Kulit terdiri atas 3 lapisan yang masing-masing memiliki berbagai jenis
sel dan memiliki fungsi yang bermacam-macam. Ketiga lapisan tersebut adalah
epidermis, dermis, dan subkutis.

(1) Epidermis
Epidermis merupakan struktur lapisan kulit terluar. Sel-sel epidermis
terus-menerus mengalami mitosis, dan berganti dengan yang baru sekitar 30
hari. Epidermis mengandung reseptor-reseptor sensorik untuk sentuhan, suhu,
getaran dan nyeri.
Komponen utama epidermis adalah protein keratin, yang dihasilkan oleh
sel-sel yang disebut keratinosit. Eratin adalah bahan yang kuat dan memiliki
daya tahan tinggi, serta tidak larut dalam air. Keratin mencegah hilangnya air
tubuh dan melindungi epidermis dari iritan atau mikroorganisme penyebab

3
infeksi. Keratin adalah komponen utama appendiks kulit: rambut, dan kuku
(craven,2000)
Melanosit (sel pigmen) terdapat dibagian dasar epidermis. Melanosit
menyintesis dan mengeluarkan melanin sebagai respons terhadap rangsangan
hormone hipofisis anterior, hormone perangsang melanosit (melanocyte
stimulating hormone, MSH). Melanosit merupakan sel-sel khusus epidermis
yang terutama terlibat dalam produksi pigmen melanin yang mewarnai kulit
dan rambut. Melanin diyakini dapat menyerap cahaya ultraviolet dan dengan
demikian akan melindungi seseorang terhadap efek pancaran cahaya
ultraviolet dalm sinar matahari yang berbahaya.
Sel-sel imun yang disebut sel Langerhans, terdapat diseluruh epidermis.
Sel Langerhans mengenali partikel asing atau mikroorganisme yang masuk
kekulit dan membangkitkan suatu serangan imun. Sel Langerhans mungkin
bertanggung jawab mengenal dan menyingkirkan sel-sel kulit displastik atau
neoplastik.
(2) Dermis

Dermis atau kutan (cutaneus) merupakan lapisan kulit dibawah epidermis


yang membentuk bagian terbesar kulit dengan memberikan kekuatan dan
struktur pada kulit. Lapisan papilla dermis berada langsung dibawah
epidermis dan tersusun terutama dari sel-sel fibroblast yang dapat
menghasilkan salah satu bentuk kolagen. Yaitu suatu komponen dari jaringan
ikat. Suatu bahan mirip gel, asam hialuronat disekresikan oleh sel-sel jaringan
ikat. Bahan ini mengelilingi protein dan menyebabkan ulit menjadi elastic dan
memiliki turgor (tegangan). Pada seluruh dermis dijumpai pembuluh darah,
saraf sensorik dan simpatis, pembuluh limfe, folikel rambut, serta kelenjar
keringat dan palit (sebasea). Sel mast yang mengeluarkan histamine selama
cedera atau peradangan dan makrofag yang memfagositosis sel-sel mati dan
mikro-organisme juga terdapat didermis.

Pembuluh darah didermis menyuplai makanan dan oksigen pada dermis


dan epidermis serta membuang produk-produk sisa.

4
(3) Subkutis

Lapisan subkkutis kulit terletak dibawah dermis. Lapisan ini terdiri atas
lemak dan jaringan ikat dimana berfungsi untukmemberikan bantalan antara
lapisan kulitdan struktur internal seperti otot dan tulang. Serta sebagai
peredam kejut dan insulator panas. Jaringan ini memungkinkan mobilitas
kulit, perubahan kontur tubuh dan penyekatan panas tubuh (Guyton,1996).

C. Etiologi
Ginekomastia disebabkan ketidakseimbangan hormon estrogen dan
hormon testoteron. Estrogen merupakan hormon yang mengatur karakter wanita
seperti pertumbuhan payudara. Sedangkan, testoteron adalah hormon yang
mengatur karakter pria, seperti pertumbuhan otot dan rambut ditubuh. Namun,
baik pria maupun wanita, tetap memproduksi kedua hormon tersebut. Dengan kata
lain, wanita tetap menghasilkan hormon testosteron dan pria tetap menghasilkan
hormon estrogen, tetapi dengan perbandingan yang berbeda. Ginekomastia terjadi
saat hormon testosteron menurun pada pria.
D. Patofisiologi
Ginekomastia dapat terjadi pada pubertas dan usia lebih tua dan
penyebabnya ialah pengaruh estrogen yang berlebihan, biasanya dari kelenjar
adrenal, ginekomastia terjadi karena adanya : hyperestrinisme yaitu bila :
 Penhancuran estrogen terganggu pada penderita serosis hepatis fungsi hati
berkurang sehingga terjadi peninggian kadar estrogen dalam darah.
 Tumor testis pada kronik karsinoma testis juga dapat ditemukan ginekomastia
jadi kelainan ini dapat digolongkan displasi, dapat unilateral biasanya dialami
oleh pria berusia diatas 50 tahun bilateral terjadi pada anak laki-laki selama
masa pubertas. Kelainan ini mula-mula dapat diraba sebagai jaringan keras
seperti kancing pada daerah subaeora dan bila telah lanjut maka payudara
menyerupai payudara wanita. Kelainan ini dalam gambaran mikroskopik
menunjukkan ploriferasi serabut kolagen, degenerasi hialin dan hiperplasi
epitelduktus, epitelduktus menjadi hiperlastik dan bertumpuk-tumpuk tampak
disorentasi, tetapi tidak tampak anasplasi dan membran basalis masih utuh
kelainan ini tidak berhubungan dengan karsinoma.

5
E. Manifestasi Klinis
Berikut beberapa tanda dan gejala yang biasanya dialami oleh pria yang
mengalami ginekomastia:
 Payudara terasa nyeri
 Payudara membengkak, khususnya jaringan kelenjar, ukuran payudara
menjadi lebih besar
 Muncul tunas pada payudara
 Payudara mengeluarkan cairan

F. Klasifikasi
 Grade I : Membesar dalam diameter dan sedikit menonjol, terbatas pada
daerah areola
 Grade II : Moderate Hypertrophy pada seluruh struktur komponen
payudara, dengan Nipple Area Complex (NAC) berada diatas lekukan
inframammary
 Grade III : Hipertrofi payudara yang lebih besar, glandular ptosis dan NAC
berada sama tinggi atau hingga 1 cm dibawah inframammar

6
 Grade IV : Hipertrofi payudara yang lebih besar, dengan kelebihan jaringan
kulit, ptosis berat dan NAC berada lebih dari 1 cm dibawah lipatan
inframammary

G. Rencana Pengkajian Fisioterapi


Sebelum dilakukan intervensi terhadap pasien dengan kasus CP, seorang
fisioterapi harus melakukan proses fisioterapi sebagai berikut :
1. Anamnesis
Anamnesis adalah pengumpulan data dengan cara melakukan tanya
jawab kepada pasien maupun keluarga pasien. Anamnesis dapat
dikelompokkan menjadi:
a. Anamnesis umum
Data yang dapat diperoleh dari anamnesis umum berupa
keterangan tentang nama, umur, jenis kelamin, agama, hobi, pekerjaan,
pendidikan terakhir, dan alamat pasien.
b. Anamnesis khusus
(1) Keluhan utama : untuk mengetahui keluhan yang paling
diprioritaskan.
(2) Riwayat penyakit sekarang : mencakup tentang keluhan pasien
sehingga berupaya mencari pelayanan kefisioterapi, tempat keluhan,
kapan terjadinya, bagaimana kualitasnya, faktor yang memperberat
atau memperingan, dan riwayat pengobatan.
(3) Riwayat penyakit dahulu : meliputi anggota keluarga yang pernah
mengalami riwayat penyakit serupa atau lainnya.

7
(4) Riwayat psikososial : menjelaskan kondisi sosial, ekonomi pasien
dan keluarga.
(5) Riwayat imunisasi : mengenai imunisasi berdasarkan lima imunisasi
utama yaitu : campak, DPT, polio, BCG, dan hepatitis.
(6) Riwayat kelahiran :
 Prenatal : lama kehamilan, umur ibu hamil, riwayat jatuh saat
kehamilan, konsumsi obat-obatan, rokok/minuman beralkohol.
 Natal : proses kelahiran, kondisi bayi ketika dilahirkan, pecah
ketuban dini.
 Post natal : riwayat kejang, jatuh, dsb.
(7) Riwayat tumbuh kembang : mencakup pencapaian kemampuan
motorik kasar anak pada umur yang spesifik.
2. Pemeriksaan
a. Pemeriksaan umum : cara datang, kesadaran, kooperatif, berat badan,
tinggi badan, status gizi, suhu badan, lingkar kepala.
b. Pemeriksaan khusus
 Inspeksi : suatu tindakan pemeriksaan dengan menggunakan indra
penglihatan untuk mendeteksi karakteristik normal atau tanda
tertentu dari bagian tubuh atau fungsi tubuh pasien. Inspeksi
digunakan untuk mendeteksi bentuk, warna, posisi, ukuran, tumor
dan lainnya dari tubuh pasien.
 Palpasi : suatu tindakan pemeriksaan yang dilakukan dengan
perabaan dan penekanan bagian tubuh dengan menggunakan jari
atau tangan. Palpasi dapat digunakan untuk mendeteksi suhu tubuh,
adanya getaran, pergerakan, bentuk, konsistensi dan ukuran. Rasa
nyeri tekan dan kelainan dari jaringan/organ tubuh. Dengan kata lain
bahwa palpasi merupakan tindakan penegasan dari hasil inspeksi,
disamping untuk menentukan yang tidak terlihat.
 Move : melihat komponen yang ada ketika pasien diposisikam
terlentang, telungkup, merayap, duduk, berlutut, merangkak, berdiri
dan berjalan. Pemeriksaan tonus postural. Pemeriksaan reflek
primitif. Pemeriksaan fungsi bermain.

8
 Pemeriksaan biopsikososial : kognitif ( batasan fungsi kognitif
meliputi memori, konsentrasi, atensi, orientasi ruang dan waktu),
intrapersonal ( dapat dilihat dari kondisi pasien dalam menerima
keadaanya dan semangat serta keinginan pasien dalam melakukan
program terapi), interpersonal ( untuk mengetahui hubungan
interaksi dan komunikasi antara pasien dengan terapis atau tim medis
lainnya.
 Pemeriksaan penunjang : pemeriksaan yang digunakan untuk
menguatkan diagnosa medis (GMFM).
c. Problematik fisioterapi
Pencatatan problematik fisioterapi disusun berurutan berdasarkan
prioritas masalah.
d. Diagnosa fisioterapi
Meliputi gangguan gerak dan fungsi jaringan spesifik yang terkena dan
patologi.
e. Program fisioterapi
 Tujuan jangka pendek dan jangka panjang
 Modalitas alternatif dan terpilih
 Intervensi fisioterapi : uraian tindakan, dosis (intensitas, durasi,
repetisi)
f. Home program : anjuran, larangan, hal yang harus dilakukan dan
dihindari.
g. Evaluasi : dilakukan sebelum dan sesudah intervensi

9
BAB III

PROSES FISIOTERAPI

Penggunaan sinar IR non luminous mempunyai daya penetrasi lebih dalam


yaitu sampai jaringan subkutan kira-kira dapat mempengaruhi secara langsung
terhadap pembuluh darah kapiler, pembuluh limfe, ujung-ujung saraf, dan
jaringan-jaringan lain di bawah kulit. Efek dari pemanasan tersebut dapat
mempengaruhi metabolisme pada lapisan superfisial, dapat menimbulkan
vasodilatasi pemuluh darah yang menyebabkan suplai darah meningkat serta dapat
memberikan pengaruh sedatif terhadap ujung saraf sensoris yang menyebabkan
rileksasi otot sehingga dapat mengurangi rasa nyeri (Sujatno, dkk, 1993).
Luka akibat pukulan/operasi akan menyebabkan terjadinya pembengkakan
yang masuk ke dalam sirkulasi getah bening. Pijat/massage dapat mengosongkan
saluran getah bening dan menyembuhkan bengkak tersebut. Jika cairan yang
membuat bengkak tidak disingkirkan, maka akan mengeras sehingga tidak dapat
melewati saluran getah bening. Akibatnya gumpalan cairan yang mengeras
tersebut akan menyumpal di sekeliling jaringan otot, tulang, urat, ikatan sendi
tulang (ligament) dan kemudian terbentuk “pelekatan” (adhesion). Setelah otot
menjadi lemas/rileks seusai dipijat (massage) maka oedem menjadi berkurang
akibatnya pergerakan sendi menjadi mudah dan dapat meningkatkan LGS pada
sendi tersebut.
Dengan pemberian modalitas terapi latihan dapat mempertahankan
kekuatan otot yang sudah ada, mempertahankan LGS, dan mempertahankan
kemampuan fungsional. Terapi latihan ini diberikan sebatas kemampuan pasien
dan dapat ditingkatkan sesuai kemampuan pasien. Peningkatan kekuatan otot,
peningkatkan LGS, dan peningkatan kemampuan fungsional ini juga merupakan
efek dari adanya pengurangan nyeri karena nyeri sudah mulai berkurang sehingga
pasien dapat lebih aktif untuk menggerakkan sendi bahunya.
Terapi latihan yang dilakukan secara bertahap dengan metode latihan hold
relax, shoulder wheel, dan overhead pulley menyebabkan penguluran struktur
jaringan lunak seperti otot dan tendon yang nantinya akan memelihara fleksibilitas
dari jaringan tersebut sehingga mempengaruhi peningkatan LGS dan peningkatan

10
kemampuan fungsional. Tujuan pemberian terapi latihan adalah untuk mengulur
jaringan lunak sekitar sendi yang mengalami pemendekan serta meningkatkan
LGS dan mengurangi nyeri sehingga dapat meningkatkan kemampuan fungsional
(Priatna, 1985).

11
BAB IV

PENUTUP

Ginekomastia atau Gynecomastia merupakan suatu kondisi di mana


payudara laki-laki membesar seperti perempuan. Hal ini disebabkan oleh
membengkaknya jaringan pada payudara akibat ketidakseimbangan hormon
estrogen dan testosteron. Apabila seorang pria memiliki hormon estrogen yang
lebih tinggi daripada hormon testosteron maka berisiko mengalami ginekomastia.

Terapi latihan yang dilakukan secara bertahap dengan metode latihan hold
relax, shoulder wheel, dan overhead pulley menyebabkan penguluran struktur
jaringan lunak seperti otot dan tendon yang nantinya akan memelihara fleksibilitas
dari jaringan tersebut sehingga mempengaruhi peningkatan LGS dan peningkatan
kemampuan fungsional. Tujuan pemberian terapi latihan adalah untuk mengulur
jaringan lunak sekitar sendi yang mengalami pemendekan serta meningkatkan
LGS dan mengurangi nyeri sehingga dapat meningkatkan kemampuan fungsional.

12
DAFTAR PUSTAKA

Audihan.2012.GYNECOMASTIA.http://www.placusi.info/2012/05/gyneco
mastia.html. Diakses pada tanggal 6 Mei 2018 pukul 12:22 WIB.

Dalimartha, Setiawan.2002.Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan


Kanker.
Jakarta:Penebar Swadaya

Mageed, Mohamad Abdel.2007.Surgical Treatment for Moderate and


Large-Sized
Gynaecomastia. Egypt, J. Plast. Reconstr. Surg..Vol. 31. No. 1:January
2007:45-55.

Priatna, H.1985.Exercise Therapy. Surakarta:Akademi Fisioterapi


Surakarta.
Sujatno, Ig dkk.1993.Sumber Fisis.Akademi Fisioterapi Surakarta Depkes RI:
Surakarta.

Tappan, Francess.M.1988.Healing Massage Techniques : Holistic,


Classic, and
Emerging.2nd ed.California:Appleton and Lange.

13

Anda mungkin juga menyukai